Tokoh-tokoh penting aliran Muktazilah meliputi Wasil bin Atha', Abu Huzail al-Allaf, an-Nazzam, dan Abu ‘Ali Muhammad bin ‘Abdul Wahab. Muktazilah memiliki lima ajaran utama yaitu tauhid, keadilan, janji dan ancaman, posisi di antara dua posisi, serta amar ma'ruf dan nahi munkar. Aliran Murji'ah berbeda dengan Khowarij karena meyakini hanya Allah yang berhak menghukum
1. Tokoh-tokoh Muktazilah yang terkenal adalah :
1. Wasil bin Atha', lahir di Madinah, pelopor ajaran ini.
2. Abu Huzail al-Allaf (751-849 M), penyusun 5 ajaran pokoq Muktazilah.
3. an-Nazzam, murid Abu Huzail al-Allaf.
4. Abu ‘Ali Muhammad bin ‘Abdul Wahab/al-Jubba’i (849-915 M)
Ajaran Mu'taziliyah kurang diterima oleh kebanyakan ulama Sunni karena aliran ini beranggapan
bahwa akal manusia lebih baik dibandingkan tradisi. Oleh karena itu, penganut aliran ini
cenderung menginterpretasikan ayat-ayat Alquran secara lebih bebas dibanding kebanyakan
umat muslim. Muktazilah memiliki lima ajaran utama yang disebut ushul al-khamsah, yakni :
1. Tauhid. Mereka berpendapat :
Sifat Allah adalah zat-Nya itu sendiri.
Alquran adalah makhluk.
Allah di alam akhirat kelak tak terlihat mata manusia. Yang terjangkau mata manusia
bukanlah Ia.
2. Keadilan-Nya. Mereka berpendapat bahwa Allah SWT akan memberi imbalan pada
manusia sesuai perbuatannya.
3. Janji dan ancaman. Mereka berpendapat Allah takkan ingkar janji: memberi pahala pada
muslimin yang baik dan memberi siksa pada muslimin yang jahat.
4. Posisi di antara 2 posisi. Ini dicetuskan Wasil bin Atha' yang membuatnya berpisah dari
gurunya, bahwa mukmin berdosa besar, statusnya di antara mukmin dan kafir, yakni
fasik.
5. Amar ma’ruf (tuntutan berbuat baik) dan nahi munkar (mencegah perbuatan yang
tercela). Ini lebih banyak berkaitan dengan hukum/fikih.
Aliran Murji'ah adalah aliran Islam yang muncul dari golongan yang tak sepaham
dengan Khowarij. Ini tercermin dari ajarannya yang bertolak belakang dengan Khowarij.
Pengertian murji'ah sendiri ialah penangguhan vonis hukuman atas perbuatan seseorang
sampai di pengadilan Allah SWT kelak. Jadi, mereka tak mengkafirkan seorang Muslim yang
berdosa besar, sebab yang berhak menjatuhkan hukuman terhadap seorang pelaku dosa
hanyalah Allah SWT, sehingga seorang Muslim, sekalipun berdosa besar, dalam kelompok ini
tetap diakui sebagai Muslim dan punya harapan untuk bertobat.
Secara garis besar, ajaran-ajaran pokok Murji'ah adalah:
2. Pemikirankontroversi inidikemukakanolehibnuArabi[1] sekaligusiamerupakanpemimpindan
pendiri aliranini.Aliranyangberdiri padatahun-tahunpertamaabadke-7Hini berumurlebih
kurangdua abad.
Konsep dasar pertama dari filasafat Ibnu al Arabi adalah pengakuan bahwa hanya
ada Zat Tunggal saja, dan tidak ada sesuatu yang mewujud selain itu. Istilah Arab
untuk mewujud adalah wujud, yang dapat disamakandengankeperiadaan
(eksisten).[2] Ada lima tahapan dalam proses pengaturandiri dari zat yang biasa
dikenalhadrat khams, yaitu:
1. Tahap pertama
Zat dengan pengaturan dirinya adalah mutlak tunggal (ahad). Pada tahap ini zat
disebut sebagai Ahadiyyah, kesatuan mutlak.
2. Tahap kedua
Wahdah atau ketunggalan, yakniketika perbedaan batini muncul dalam zat. Ini
terjadi manakala zat mengada pada diri sendiri dari diri sendiri, (yaitu pada)
gagasan-gagasan tentang segala sesuatu yang muncul dari dunia dimasa depan.
3. Tahap ketiga
Wahidiyah atau kesatuan, yakniketika zat menentukan sendiri eksistesialitas dalam
objek-objek berkenaan dengan prototipe idealnya yakni a’yan tsabitah.
4. Tahap keempat
Penentuan yang dikhususkan dari zat didalam jiwa yang disebut ta’ayun ruhi,yaitu
penentuan rohaniah; dalam bentuk simbolis disebut ta’ayun mitsali atau penentuan
simbolis.
5. Tahap kelima
Ta’ayun jasadi atau penentuan jasadi. Penentuan eksistensial adalah tertentu,
sebagaii kebalikkan dari penentuan idel yang tidak-terbatas.[3]
Diantara pengajaran Ibnu ‘Arabitentang Tuhan dan alam adalah bahwa Allah
(Tuhan) itu mawjud (ada) dengan dzat-Nya dan karena dzat-Nya sendiri. Dia adalah
wujud yag mutlak, tidak terbatas oleh yang lain, bukanma’lul (akibat) dari sesuatu,
bukan pula ‘illah (sebab) bagi sesuatu. Dia adalah pencipta bagi sebab-sebab dan
akibat-akibat. Dia adalah raja Kudus yang senatisa ada.[4] Konsekuensi dari dokrin
Zat Tunggal (wahdat al-wujud) sepertiyang dikemukakan oleh Ibnu ‘Arabi diatas
adalah bahwa segala subjek dari setiap prediket adalah Tuhan, bahkan apabila
subjek yang nampak adalah berbeda, sebagai zat manusia ataupun bukan manusia.
Tuhan adalah yang mengetahui dan yang diketahui, yang maha kuasa, dan objek
3. kekuasaan, yang berkehendak dan yang dikendaki, penggerak dan yang digerakkan,
dan lain-lainnya. Ibnu arabi menukilkan dalam sebuah syairnya yaitu;