Pemujaan kepada Devi Sarasvatī dilakukan dua kali setahun menurut kalender Jawa-Bali untuk meningkatkan semangat belajar dan kualitas sumber daya manusia. Acara ini bertujuan menganugerahkan ilmu pengetahuan sesuai ajaran kitab suci agar manusia menjadi lebih cerdas. Tidak benar jika pada hari itu dilarang membaca, karena membaca buku justru sarana efektif untuk memperoleh dan menguas
1. Kata Brahma dalam bahasa Sanskerta dan sejenisnya yang terdapat di India
berarti: bertambah besar, meluap, dimasukkan dalam sistem kalender Wuku itu.
SARASVATĪPŪJĀ DAN mengembang dan sejenisnya. Brahma Sebagai contoh, hari-hari pemujaan kepada
disebut Svayambhu, yang artinya tercipta Iṣṭadevatā-Iṣṭadevatā seperti pemujaan
PENINGKATAN dengan sendiri-Nya karena tidak ada yang kepada Sarasvatī dijatuhkan pada hari Sabtu
KUALITAS menciptakan-Nya. Sakti Brahma adalah Umanis Watugunung dan Minggu Pahing
Sarasvatī yang artinya yang mengalir tiada Wuku Sinta, hari Ayuddhapūjā dijatuhkan
SDM HINDU hentinya, pencipta huruf, penganugrah ilmu pada Tumpek Landep, hari Śaṁkarapūjā
pengetahuan dan kebijaksanaan, yang dijatuhkan pada Tumpek Variga, Śrī
Oleh : I Wayan Sudarma
menurunkan kitab suci Veda, pemberi Lakṣmīpūjā pada Senin Pon dan Selasa Wage
inspirasi, pendorong semangat belajar dan Wuku Sinta, Gurupūjā (Parameṣṭiigurupūjā)
sejenisnya. Brahma yang disebut juga pada hari Rabu Kliwon Sinta dan lain-lain.
Caturmukha dan Caturbhuja menunjukkan
bahwa Tuhan Yang Maha Esa menguasai Semangat Belajar
seluruh alama semesta dengan
kemahakuasaan(Cadu Śakti)-Nya yang Peningkatan semangat belajar dengan
sangat dahsyat. membaca buku sebenarnya diamanatkan
dalam kitab suci Veda dan susastra Hindu
Kini timbul pertanyaan, mengapa hari yang lain, sebab tanpa belajar atau membaca
Sarasvatī jatuh pada pertemuan Wuku bagaimana mungkin kita meningkatkan
terakhir dan pertama dalam perhitungan kecerdasan individu, masyarakat dan bangsa
kalender Bali-Jawa, apakah perayaan kita. Dengan tekun belajar Devi Sarasvatī
Sarasvatī di India juga jatuh pada hari yang akan memberikan inspirasi atau kiat-kiat yang
Om Kavyaṁ vyākaraṇaṁ tarkam,
Veda śāstraṁ Puraṇakam. sama, hari Sabtu Umanis Wuku
Watugunung? Sesuai dengan sejarah dapat meningkatkan kesejahtraan dan
Kalpaśiddhīni tantrāni,
perkembangan agama Hindu di India dan di kebahagiaan hidup manusia. Perhatikanlah
Tvat prasadat samārabhet.
negara-negara lainnya. Kedatangan agama kutipan-kutipan berikut:
(Atas karunia Hyang Sarasvatī umat Hindu di daerah-daerah itu tidak mengubah
atau menghapuskan pola budaya Pāvamānīr yo adhyeti ṛṣibhiḥ saṁbhṛtaṁ
manusia mempelajari kitab suci Veda
masyarakat setempat, justru mengangkat rasam, tasmai Sarasvatī duhe kṣiraṁ sarpir
dan sastra, syair, tata-bahasa, logika,
(mempermulia) unsur-unsur budaya-budaya madhūdakam - Siapa saja yang senang
berbagai disiplin dan sejarah)
setempat dengan memasukkan nilai-nilai mempelajari kitab suci Veda, yang terdiri dari
Sarasvatīpūjā, 5.
ajaran agama Hindu di daerah yang inti sari yang dipelajari oleh para Rsi. Tuhan
memeluk agama Hindu yang dikenal dengan Yang Maha Esa dalam wujud-Nya Devi
Seperti halnya di India, pemujaan
Sanatana Dharma, yakni ajaran yang Sarasvatī akan senantiasa menganugrahkan
kepada Devi Sarasvatī dilakukan
beṛṣifat kekal abadi. kesejahtraan (susu,mentega cair, madu dan
setahun sekali, dikaitkan dengan
air Soma (panjang umur dan rejeki) yang
upacara Śraddha Vijaya Daśami atau
Di India kita tidak mengenal sistem Wuku berlimpah. Ṛgveda IX.67.32.
Durgāpūjā atau juga disebut hari
Dussera (Dasahara/terbunuhnya (Pawukon) seperti kalender Jawa-Bali
(Nusantara) seperti yang kita warisi kini. Berdasarkan uraian di atas, pandangan
Ravana), maka umat Hindu di
Oleh karena itu perayaan Sarasvatīpūjā di bahwa saat hari suci Sarasvatī adanya
Indonesia juga memuja Devi Sarasvatī
India tidak bersamaan jatuhnya dengan pantangan untuk tidak membaca dan menulis
setahun dua kali, yakni setiap 210 hari
perayaan Sarasvatīpūjā di Indonesia. Di kuranglah tepat. Persembahyangan memuja
sekali menurut perhitungan kalender
India pemujaan kepada Hyang Sarasvatī kebesaran Sang Hyang Vidhi melalui memuja
Jawa Bali, yakni pada setiap Saniscara
umumnya dikaitkan dengan Durgāpūjā, keagungan Devi Sarasvatī kita dituntut untuk
Umanis Wuku Watugunung. Pada hari
Dīpavalī dan Rāmanavāmi, yang jatuhnya belajar terus, satu sarana yang efektif adalah
ini seluruh umat Hindu melakukan
pada sekita awal bulan Nopember dan April dengan membaca buku-buku yang
pemujaan yang dimulai sejak matahari
setiap tahun. Dengan demikian, Sarasvatī bermanfaat, walau bisa juga dilakukan
terbit di pagi hari.
juga dipūjā dua kali dalam setahun (tahun dengan cara kontemplasi kepada Devi
Masehi) seperti halnya di Indonesia. Sarasvatī seraya memohon agar kita berhasil
Namun ada satu hal yang terlihat
Mengapa Sarasvatīpūjā jatuh pada hari lebih terdorong untuk terus dan giat belajar,
kontradiktif pada hari suci Sarasvatī
terakhir dan hari pertama dari tahun Wuku ? oleh karena membaca adalah salah satu
yakni ada sebagian umat yang
untuk dapat menguasai terangnya pelita ilmu
mengatakan bahwa saat hari Sarasvatī
Rupanya hal ini dapat dijelaskan bahwa pengetahuan. Dengan ilmu pengetahuan
kita dilarang untuk membaca buku,
ketika agama Hindu masuk ke Indonesia, manusia yang awalnya Avidya (bodoh)
sementara di satu sisi lainnya hari
orang Nusantara (khususnya Jawa dan Bali) menjadi Vidya (cerdas) sehingga bisa
Sarasvatī diyakini sebagai hari
sudah mengenal sistem tahun yang dikenal mengetahui siapa jati diri mereka.
turunnya ilmu pengetahuan. Juga
ketika kita dihadapkan pada kenyataan dengan Wuku atau Pawukon itu.
bahwa kualitas sumber daya manusia Demikianlah hari-hari pemujaan kepada
Iṣṭadevatā-Iṣṭadevatā, yakni manifestasi- Oṁ Kṣama svamām
Hindu masih jauh ketinggalan
manifestasi Tuhan Yang Maha Esa tertentu Oṁ Śāntiḥ Śāntiḥ Śāntiḥ
dibandingkan dengan umat lainnya.
Lalu hal mana yang mesti diikuti? yang sangat didambakan oleh umat manusia
yakni pengetahuan, kesejahtraan,
kemakmuran, keberuntungan, keselamatan