1. PERTUMBUHAN DAN HASIL CABAI RAWIT MERAH
(Capsicum annum L.) PADA SISTEM HIDROPONIK
DENGAN VARIASI MEDIA TANAM BERBEDA SEBAGAI
TANAMAN HIAS
Muhammad Rusdil Fikri
Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jl. Ir H Juanda, Ciputat. Tangerang Selatan
Rusdilfikri@gmail.com
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang pertumbuhan dan hasil cabai rawit merah
(Capsicum Annum L) yang ditumbuhkan secara hidroponik. Semua cabai ditumbuhkan
pada media pupuk kompos, gabus busa, dan kerikil dengan konsentrasi pemberian nutrisi
cair AB 15 ml/L air. Semua media diamati setiap 3 hari sekali dengan rutin selama 3
minggu, terhitung dimulai tanggal 7 juni hingga 30 juni. Parameter yang diamati dalam
penelitian ini adalah tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter daun. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa media pupuk menunjukkan hasil optimal dalam tinggi tanaman.
Peningkatan pertumbuhan juga karena pengaruh pemberian nutrisi cair AB seiring
dengan peningkatan jumlah dan diameter daun. Secara keseluruhan, media pupuk dengan
nutrisi cair 15 ml/L air memberikan hasil yang optimum terhadap pertumbuhan tanaman
cabai rawit merah secara hidroponik.
Kata kunci: Cabai rawit merah, nutrisi AB, Hidroponik.
2. abstract
A study has been conducted on the growth and yield of red cayenne pepper
(Capsicum Annum L) grown hydroponically. All chilies are grown on composted
fertilizer media, foam cork, and gravel with a concentration of liquid AB 15 ml / L water.
All media are observed every 3 days with routine for 3 weeks, starting from 7 June to 30
June. The parameters observed in this study were plant height, leaf number, and leaf
diameter. The results showed that fertilizer media showed optimal results in plant height.
Increased growth is also due to the effect of AB liquid nutrient administration along with
the increase in the number and diameter of the leaves. Overall, fertilizer media with
liquid nutrient 15 ml / L water gives optimum results on the growth of red pepper plant in
hydroponics.
Keywords: red chili, nutrition AB, Hydroponics.
PENDAHULUAN
Cabai merupakan tanaman
hortikultura yang banyak dibudidayakan
di Indonesia. Luas areal penanaman cabai
pada tahun 2008 adalah 109 178 hektar
(BPS, 2009) Cabai memiliki nilai
permintaan yang cukup tinggi baik untuk
dikonsumsi dalam skala rumah tangga
maupun skala industri. Konsumsi cabai
merah pada
tahun 2006 mencapai 1.38 juta ton,
sedangkan produksi cabai pada tahun
2008 sebesar 695 707 ton (Deptan, 2009).
Banyaknya permintaan akan cabai
menyebabkan peluang pengembangan
usaha agribisnis cabai masih terbuka luas.
Budidaya cabai rawit yang selama ini
dilakukan oleh para petani adalah dengan
cara menanam di lahan persawahan. Salah
satu alternatif budidaya cabai rawit yang
efisien dalam menggunakan lahan adalah
teknik hidroponik. Hidroponik juga dikenal
dengan istilah bercocok tanam tanpa tanah,
dalam penerapannya tidak hanya
menggunakan air tetapi didukung media
lain yang bukan tanah sebagai penopang
tanaman seperti pasir, kerikil, sabut kelapa,
3. dan arang sekam (Endah, 2016) pada
teknik hidroponik, pemberian pupuk/zat
hara/nutrisi mutlak diperlukan karena
media dalam teknik hidroponik hanya
merupakan penopang tumbuhnya suatu
tanaman.
Akhir-akhir ini penggunaan cabai
tidak hanya sekedar untuk dikonsumsi
saja, tetapi juga digunakan sebagai
tanaman hias dalam pot. Tanaman cabai
dapat digunakan sebagai tanaman hias
karena memiliki warna dan bentuk buah
yang menarik. Tanaman cabai yang
ditanam sebagai tanaman hias harus
memenuhi persyaratan yang menambah
keindahan tanaman diantaranya yaitu,
memiliki tinggi yang proporsional dalam
pot serta memiliki banyak buah sebagai
daya tariknya. Kerimbunan tanaman juga
merupakan salah satu syarat keindahan
tanaman cabai.
Penanaman cabai dalam botol plastik
merupakan salah satu alternatif yang
dapat dilakukan untuk mengantisipasi
keterbatasan lahan. Menurut Adams et al
(1993) tanaman yang ditanam dalam botol
plastik memiliki perakaran yang terbatas
sehingga menyebabkan kebutuhan kritis
terhadap udara, air, dan nutrisi.
Penambahan nutrisi pada tanaman dalam
botol plastik yang memiliki volume kecil
dapat mengakibatkan penumpukan garam
mineral. Karena itu diperlukan
pemupukan yang tepat untuk mendukung
pertumbuhan tanaman dalam botol plastik.
(Syamsu, 2014)
Produksi cabai di Indonesia terkendala
oleh terbatasnya luas lahan produktif
sehingga pilihan teknologi yang tepat
untuk mengatasi masalah ini adalah
teknologi hidroponik sistem sumbu botol
plastik. Kelebihan hidroponik sistem
sumbu ini adalah tidak memerlukan
sumberdaya listrik, jumlah pupuk dan bisa
menggunakan berbagai media tanam
(Riana, 2015)
Keberhasilan produksi cabai pada
sistem hidroponik sumbu dipengaruhi
oleh jenis kain sumbu, media tanam atau
substrat, komposisi nutrisi, nilai
electrical conductivity (EC), pH larutan
dan iklim mikro (Sutiyoso, 2003)
Kualitas sumbu berperan penting dalam
mengalirkan air dan unsur hara dari bak
larutan nutrisi ke media tanam, jenis
sumbu yang memiliki daya kapilaritas
rendah dapat menghambat suplai larutan
nutrisi. Selain itu media tanam yang
digunakan dalam hidroponik harus
terbebas dari zat yang berbahaya bagi
tanaman, bersifat inert, daya pegang air
(water holding capacity) baik, drainase
dan aerasi baik (Sitompul,1995)
4. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimental untuk mengetahui
pengaruh media hidroponik terhadap
pertumbuhan cabai rawit merah dengan
analisis deskriptif untuk mengetahui
adanya pengaruh tersebut.
Lokasi penelitian dilakukan di
Kertamukti, Ciputat. Penelitian ini
dilakukan mulai dari 7 Juni 2017 sampai
dengan 30 Juni 2017. Metode penelitian
yang digunakan ialah Rancangan Petak
Terbagi (Split Plot Design) yang disusun
dalam Rancangan Acak Kelompok
(RAK).
Penelitian ini dilakukan melalui
beberapa tahap. Rincian waktu penelitian
adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Rincian waktu kegiatan
penelitian.
No Kegiatan waktu
Juni
2017
7-9
Juni
201
7
9-10
Jun
i
201
7
10-
29
Jun
i
201
7
30
1 Persiapan √
2 Penyusu
nan
instrume
nt alat
√
3 Pengum
pulan
data
√
4 Penysun
an
laporan
dan
analisa
data
√
Alat dan bahan yang digunakan pada
penelitian ini diantaranya:
1. Alat : botol plastik, pisau, gunting, tali
rapia, gunting, penggaris, cat warna.
2. Bahan : Sumbu kompor, air dan nutrisi
tanaman AB, benih cabai merah, media
kompos, media gabus busa, dan media
kerikil.
5. Dalam penelitian ini meliputi berbagai
tahap, yaitu :
1. Tahap pertama
Menyiapkan bibit cabai dan memilih
kompos dan nutrisi yang sesuai
2. Tahap kedua
Merakit hidroponik sistem wick
menggunakan limbah botol plastik
3. Tahap ketiga
Menanam cabai dengan perlakuan
perbedaan media yaitu pupuk kompos,
gabus busa, dan kerikil yang diberi
nutrisi.
4. Tahap keempat
Pengamatan dan pengukuran pertumbuhan
tanaman cabai merah.
5. Tahap kelima
Pewarnaan botol plastik sebagai tanaman
hias gantung.
Hasil pengamatan dianalisa secara
diskriptif.
VARIABEL PENELITIAN
Variabel yang digunakan pada
penelitian ini meliputi :
1. Variabel bebas : Konsentrasi nutrisi
cair AB yaitu 15 ml/L air dan lama
pengamatan 3 minggu setiap 3 hari
sekali diamati
2. Variabel terikat : Variabel terikat
dalam penelitian ini adalah
pertumbuhan dan hasil cabai rawit
6. merah meliputi tinggi tanaman,
jumlah daun, dan diameter daun.
3. Variable terkendali : Lingkungan
tumbuh.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Salah satu parameter tingkat
keberhasilan suatu budidaya pertanian
dapat dilihat dari tingkat kesuburan suatu
tanaman pada fase pertumbuhan vegetatif
dan pada fase pertumbuhan generatif.
(Arifin, 1990) Tingkat kesuburan tanaman
dapat diketahui dari data nominal tinggi
tanaman dan ukuran daun. Beberapa data
seperti warna daun dan ketebalan daun
juga merupakan hal yang penting dalam
menganalisis kesuburan tanaman,
sedangkan keberhasilan produksi hasil
pertanian dapat diketahui dari data jumlah
buah yang dihasilkan oleh tanaman.
Berdasarkan pengamatan morfologi
tanaman cabai rawit merah yang
ditumbuhkan pada berbagai media
hidroponik dengan nutrisi cair AB
didapatkan hasil sebagai berikut.
Tinggi tanaman, dan jumlah daun
Parameter pertumbuhan tanaman
tidak hanya dilihat dari tinggi tanaman.
jumlah daun dapat dijadikan parameter
pertumbuhan karena jumlah daun
memperlihatkan proses dan laju
fotesintesis tanaman yaitu dengan cara
mengefisiensikan energi cahaya untuk
proses fotosintesis secara normal dalam
kondisi intensitas cahaya yang rendah.
Gambar 1 menunjukkan bahwa pupuk
kompos merupakan media yang paling baik
diantara ketiga media hidroponik yang
dipergunakan dalam penelitian ini bahkan
pada parameter tinggi tanaman
menunjukkan hasil yang kebih baik
dibandingkan dengan oertumbuhan pada
media kerikil dan gabus busa.
Teknik Hidroponik Sistem Wick pada
Penelitian
Sistem sumbu (Wick system) juga
dikenal dengan istilah capillary wick
system (CWS) yang merupakan suatu
sistem pengairan dengan menggunakan
prinsip kapilaritas. Sistem sumbu dalam
teknik hidroponik dikenal sebagai sistem
pasif karena tidak ada bagian yang
bergerak, kecuali air yang mengalir melalui
saluran kapiler dari sumbu yang
digunakan. Sistem sumbu memanfaatkan
prinsip kapilaritas dimana larutan nutrisi
diserap langsung oleh tanaman melalui
sumbu. Sistem ini merupakan sistem yang
paling sederhana. Namun sistem ini
memiliki kelemahan yaitu apabila tanaman
yang ditanam membutuhkan
7. air dalam jumlah yang banyak, maka
diperlukan daya kapilaritas yang besar
untuk mengalirkan air (larutan nutrisi) ke
akar tanaman tersebut. (Haryadi, 1991)
Pemilihan sistem wick pada penelitian ini
karena sistem Hidroponik sistem wick
memiliki keunggulan yaitu
menggunakan peralatan yang sederhana
yang dapat ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari, mudah merakit sehingga
cocok bagi pemula terutama ibu-ibu
rumah tangga dapat memanfaatkan
sampah anorganik yang dapat ditemui
sehari-hari dan organic dalam kehidupan
sehari-hari
Penggunaan Nutrisi Cair AB
Penggunaan nutrisi cair AB sebagai
sumber dukung pertumbuhan
menunjukkan trend peningkatan dari
control sampai konsentrasi sekitar 15 ml
AB/ L air. Hal ini diduga bahwa pada
media gabus busa dan kerikil masih
terkandung senyawa metabolit sekunder
yang bersifat racun terhadap pertumbuhan
tanaman cabai sehingga nutrisi AB tidak
dapat berperan dalam pertumbuhan
tanaman cabai merah. Pertumbuhan
tanaman cabai pada gambar 1
menunjukkan bahwa hanya media pupuk
kompos yang mampu menghasilkan
tanaman lebih tinggi dibanding media
busa dan kerikil yang tidak mampu
mencapai fase generatif. Pada media pupuk
kompos menunjukkan hasil lebih tinggi
tanaman dibanding media lain. Hal ini
diduga bahwa pada pupuk kompos tidak
terkandung senyawa kimia tertentu yang
bersifat menghambat pertumbuhan
generatif pada tanaman cabai merah
mengingat bahwa sebelum digunakan
sebagai media hidroponik media pupuk
kompos di bilas pada air terlebih dahulu
pada air mengalir sehingga semua senyawa
kimia yang menempel terbawa oleh aliran
air.
Jumlah dan diameter Daun yang
dihasilkan
Aspek pertumbuhan generative, selain
dipengaruhi oleh ketersediaan nutrisi pada
media tumbuh juga dipengaruhi oleh
struktur anatomi tumbuhan, mengingat
bahwa nutrisi yang diambil dari tanah oleh
akar di angkut ke daun untuk proses
fotosintesis. Struktur anatomi yang relatif
berpengaruh adalah daun. Sehingga dalam
0
2
4
6
8
minggu
ke-1
minggu
ke-2
minggu
ke-3
final
tinggi tanaman (cm)
tgl 7-30 Juni
pupuk busa kerikil
8. penelitian ini, jumlah daun merupakan
parameter yang diamati guna mendukung
data petumbuhan generatif tanaman cabai
merah.
Gambar 2 dan 3 Menunjukkan bahwa
jumlah dan diameter daun meningkat
karena konsentrasi nutrisi yang diserap
pada semua media.
Hal ini menunjukkan adanya trend
yang sama antara diameter dan jumlah
daun dengan peningkatan kesuburan
tanaman didukung oleh peningkatan
diameter dan jumlah daun yang disebut
jaringan pengangkut. (Esau, 1977)
Tabel 1 .Pengaruh Nutrisi AB terhadap tinggi tanaman
media Tanggal
Pemantaua
n
pemantauan
7-9
juni
10-13
juni
13-16
juni
17-
20
juni
21-24
juni
25-28
juni
29-30
junipupuk 1,5 3,5 4 4,5 5 6,5 7
busa 1 2 2 2,5 3 3 3
kerikil 1 2 2 2,5 3 5
5
Keterangan : Angka-angka dalam satuan sentimeter (cm) dan dipantau setiap 3 hari
sekali
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
minggu
ke-1
minggu
ke-2
minggu
ke-3
final
Jumlah daun
pupuk busa kerikil
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
minggu
ke-1
minggu
ke-2
minggu
ke-3
final
diameter daun (cm)
pupuk busa kerikil
9. Hal ini menunjukkan bahwa
kesuburan tanaman cabai pada masing-
masing media, selain dipengaruhi nutrisi
juga didukung oleh lancarnya transpor zat
hara dari akar ke daun dengan melihat
jumlah dan diameter daun yang dihasilkan
tiap media.
Media Pupuk Kompos Paling Optimal
Terhadap Pertumbuhan Cabai rawit
merah
Pupuk kompos berasal dari hasil
pelapukan bahan-bahan seperti daun-
daunan, jerami, alang-alang, rumput,
sampah, dan lain sebagainya. Proses
pelapukan ini dipercepat dengan bantuan
manusia.
Suatu gejala yang terjadi pada suatu
makhluk hidup, bahwa pertumbuhan pada
suatu makhluk hidup akan menentukan
perkembangan selanjutnya dan akan
menentukan generasi berikutnya. Begitu
pula pada makhluk hidup berupa tanaman
seperti tanaman cabai merah, tanaman
cabai merah apabila pertumbuhannya
subur maka akan menghasilkan produksi
yang baik.
Tanaman cabai merah dapat subur apabila
syarat-syarat untuk pertumbuhan
terpenuhi. Salah satu syarat agar tanaman
cabai pertumbuhannya subur adalah
pemberian pupuk yang sesuai dengan
takarannya. Pupuk yang paling baik untuk
tanaman cabai merah adalah pupuk
organik. (Anggraini, 2015)
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Media Pupuk kompos dengan
pemberian nutrisi cair AB
menunjukkan hasil yang optimal
terhadap pertumbuhan generatif,
jumlah daun, dan diameter daun
dibanding media hidroponik yang
lain yaitu busa dan kerikil
2. Tanaman cabai merah yang
ditumbuhkan pada media pupuk
menghasilkan tinggi batang lebih
tinggi dibanding media busa dan
kerikil
SARAN
Untuk penelitian selanjutnya perlu
dilakukan penelitian lebih lama waktu
penelitian minimal 30 hari atau 1 bulan,
karena untuk menghasilkan data yang lebih
variatif dan lengkap terhadap
pembupertumbuhan dan perkembangan
tanaman cabai rawit merah
10. DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, Dewi. 2015.
“PERBANDINGAN PRODUKSI
CABAI MERAH (Capsicum
annum, L.) ANTARA YANG
MENGGUNAKAN MEDIA
TANAM SEKAM BAKAR
KOMPOS DENGAN SEKAM
BAKAR PUPUK KANDANG
SEBAGAI SUMBER BELAJAR
BIOLOGI SMA” Jurnal
Pendidikan FKIP. Universitas
Muhammadiyah Metro
Nurwahyuni, Endah. 2016.
“OPTIMALISASI
PEKARANGAN MELALUI
BUDIDAYA TANAMAN
SECARA HIDROPONIK” Jurnal
Agro Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Jawa Tengah. UNDIP
Pradina, Riana, dkk. 2015.
“PERTUMBUHAN DAN HASIL
SELEDRI (Apium graveolens L.)
PADA SISTEM HIDROPONIK
SUMBU DENGAN JENIS
SUMBU DAN MEDIA TANAM
BERBEDA” Jurnal Agro
Fakultas sains dan teknologi
volume 2 nomor 2. UIN
Bandung.
Syahrudin. 2011. Respon Tanaman
Seledri (Apium Graveolus L.)
Terhadap Pemberian Beberapa
Macam Pupuk Daun Pada Tiga
Jenis Tanah . Jurnal AGRI PEAT
Vol. 12 Nomor 1.
FakultasPertanian-
UniversitangPalangkaRaya-
Kalimantan Tengah.
Syamsu, Ida. 2014. “ Pemanfaatan Lahan
dengan Sistem hidroponik “. Jurnal
penelitian Fakultas Pertanian
volume 01 nomor 2. Universitas
Tulungagung.
Arifin, A. 1990. Hortikultura Tanaman
Buah-Buahan, Sayuran dan
Tanaman Bunga Hias. Andi Offset.
Yogyakarta.
Haryadi. 1991. Pengantar Agronomi.
Gramedia pustaka media: Jakarta
Morgan, L. 1999. Hydoponic Lettuce
Production. Casper Publication
Sitompul, S.M. dan B. Guritno.1995.
Analisis Pertumbuhan Tanaman.
Gadjah Mada University
Press.Yogyakarta
Sutiyoso, Y. 2003. Meramu Pupuk
Hidroponik. Penebar Swadaya.
Jakarta.
BPS.2008.Statistic.indonesia.2007.
http:/www.bps.go.id [1 juli 2017]
Deptan. 2008. Produksi dan konsumsi
tanaman sayuran di Indonesia.
http://www.hortikultura.deptan.go.
id [1 Juli 2017].