1. PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK
CAIR TERHADAP TANAMAN KUBIS BUNGA
(Brassica oleracea var. botrytis L.) DAN BIBIT
KARET (Hevea brasiliensis L.)
Asterius Taforai Waoma (217001015)
Dosen : Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP.
Kuliah Pengelolaan Pemupukan Tanaman
2. Pendahuluan
Teknik budidaya tanaman dengan sistem per-
tanian organik semakin populer dalam beberapa
tahun terakhir.
Pupuk organik menurut Permentan (2011)
Kubis bunga merupakan tanaman sayuran yang mempunyai nilai gizi yang
tinggi untuk kepentingan manusia adalah
Pupuk organik cair dapat dibuat dari
beberapa jenis sampah organik
Karet memiliki peran yang cukup besar dalam kehidupan perekonomian
Indonesia
3. Tujuan
Untuk mengetahui Pengaruh Pemberian Pupuk
Organik Cair bagi pertumbuhan tanaman kubis
bunga (Brassica oleraceaa var. botrytis L.) dan
bibit karet (Hevea brasiliensis L.)
4. Tinjauan Pustaka
• Pemupukan secara organik mampu berperan memobilisasi atau menjembatani hara
yang sudah ada di tanah sehingga mampu membentuk partikel ion yang mudah
diserap oleh akar tanaman (Simalango, 2009). Selain itu, pupuk organik mengandung
unsur hara yang lengkap, baik unsur hara makro maupun unsur hara mikro. Kondisi
ini tidak dimiliki oleh pupuk buatan (Manglayang, 2005).
• Pengunaan pupuk dalam pemeliharan bibit sudah merupakan kebutuhan vital bagi
petani karet dengan maksud untuk mendapatkan pertumbuhan bibit baik atau sesuai
dengan yang diharapkan (Slamet, 2008).
5. METODOLOGI
Kubis Bunga
Bahan : benih kubis bunga
varietas Cauliflower Tropical
45 days, pupuk organik cair
RI1, pupuk kandang sebagai
pupuk dasar, dan pestisida
organik yaitu tembakau sugi,
Polybag ukuran 50 x 50 cm
dengan ketebalan 0,10 mm.
Perlakuan Rancangan Acak Kelompok
dengan enam perlakuan yakni lima
perlakuan pupuk organik cair RI1:
P1 = 1 ml/0,5 liter air,
P2 =2 ml/0,5 liter air,
P3 = 3 ml/0,5 liter air,
P4 =4 ml/0,5 liter air,
P5 = 5 mL/0,5 liter air,
dan satu perlakuan tanpa pupuk (P0 = 0
ml/0,5 liter air). Masing-masing perlakuan
diulang tiga kali.
6. METODOLOGI
Kubis Bunga
Aplikasi pemberian pupuk
organik cair RI1 dengan
cara disemprotkan langsung
ke daun. Penyemprotan
dilakukan sebanyak tiga
kali yaitu pada saat
tanaman berumur 2, 4, dan
6 minggu setelah tanah.
Masing-masing perlakuan
diulang tiga kali.
Pemanenan kubis bunga dilakukan
pada saat massa bunga mencapai
ukuran maksimal dan telah padat atau
kompak, tetapi kuncup bunganya
belummekar atau curd.
7. METODOLOGI
Bibit Karet
Bahan : Pupuk organik cair,
dan bibit tanaman karet klon
PB 260 umur 3 bulan okulasi,
polibag berukuran 15 cm x 20
cm, tanah lapisan atas,
Basudin 50 EC, dan Furadan
3G.
Perlakuan Rancangan Acak Kelompok
yang terdiri dari Lima (5) kali ulangan ,
dengan perlakuan sebagai berikut,
Faktor jenis pupuk organik cair Elang Biru
(E), yaitu:
e₀ = Tanpa disemprot dengan
pupuk organik cair elang biru
e₁ = Disemprot dengan pupuk
organik cair elang biru 4 ml/l air
e₂ = Disemprot dengan pupuk
organik cair elang biru 6 ml/l air.
8. METODOLOGI
Bibit Karet
Pemberian pupuk organik cair
elang biru diberikan dengan cara
semprot.
Untuk menghindari kemungkinan
semprotan mengenai bibit
tanaman di sebelahnya, maka pada
saat menyemprot diberikan
penghalang dari kertas
tebal/kardus.
Perlakuan diberikan sejak
pertanaman awal dalam polibag
hingga berakhirnya penelitian,
dengan interval setiap 2 (dua)
minggu sekali.
Pengumpulan dan Pengambilan Data
Data yang diukur adalah: Tinggi Bibit (cm),
Jumlah Daun (helai), dan Diameter Bibit
(mm). Pada Perlakuan Selama 4 bulan, 5 bulan
dan 6 bulan.
10. Kubis Bunga
PEMBAHASAN
Semua pengamatan paremeter produksi
pada sidik ragam menunjukkan tidak
berbeda nyata, tetapi dapat diambil
beberapa data penting antara lain :
waktu pembentukan bunga tercepat
adalah 63,91 hst pada perlakuan P4,
dibandingkan dengan P2 69,58 hst. Waktu
mekarnya bunga P1 yaitu 76,25 hst
dibandingkan dengan perlakuan P2 yaitu
86,58 hst. Bobot bunga kubis tertinggi
dihasilkan oleh tanaman pada perlakuan
P5)yaitu, 173,3 g dan bobot bunga terendah
dihasilkan oleh perlakuan P3 yaitu, 123,5 g.
Diameter bunga terbesar dihasilkan pada
perlakuan P4 yaitu 11,18 cm sedangkan
diameter bunga terkecil dihasilkan oleh
perlakuan P3 dengan konsentrasi 3 ml/0,5 l air
yaitu 9,7 cm.
11. Kubis Bunga
PEMBAHASAN
Selain jumlah daun, untuk mengetahui
pertumbuhan suatu tanaman juga dilihat dari
variabel luas daunnya yang juga merupakan
komponen pertumbuhan yang penting.
Perlakuan pupuk organik cair RI1 terhadap
tanaman kubis bunga ternyata memberikan
pengaruh yang nyata
Menurut Ratna (2002), peningkatan luas
daun merupakan upaya tanaman dalam
mengefisiensikan penangkapan energi
cahaya untuk fotosintesis secara normal
pada kondisi intensitas cahaya rendah.
Peningkatan luas daun disebabkan karena
pupuk organik cair RI1 menyediakan
nitrogen yang dibutuhkan tanaman untuk
pertumbuhannya.
12. Kubis Bunga
PEMBAHASAN
Tidak terdapatnya pengaruh pupuk
organik cair RI1 disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu faktor lingkungan
dan ketersediaan hara, karena pada awal
penanaman curah hujan pada lokasi
penelitian cukup tinggi sehingga terjadi
proses pencucian hara.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Ratna
(2002) yang menyatakan bahwa jika
pencucian unsur sangat besar maka
kehilangan unsur hara lebih besar
dibandingkan pengambilan unsur hara oleh
tanaman.
14. Bibit Karet
PEMBAHASAN
Hasil sidik ragam menunjukkan
bahwa pengaruh pemberian pupuk
Organik Cair Elang Biru, tidak
berbeda nyata terhadap tinggi
tanaman pada umur 4 dan 5 bulan
okulasi. Namun, pada hasil
rekapitulasi penelitian (Tabel 1)
menunjukkan bahwa pemberian
berbagai dosis pupuk organik cair
elang biru menghasilkan tinggi bibit
karet PB 260 lebih tinggi
dibandingkan dengan perlakuan tanpa
pupuk organik cair elang biru.
Keadaan ini disebabkan dengan bertambahnya
umur bibit karet Pb 260, maka kebutuhan
terhadap unsur hara terutama nitrogen (E) tidak
dapat dipenuhi seluruhnya oleh tanah tempat
tumbuhnya, sehingga dengan pemberian pupuk
organik cair elang biru dapat meningkatkan
ketersediaan unsur hara
15. Bibit Karet
PEMBAHASAN
Hasil sidik ragam
menunjukkan bahwa
pengaruh pemberian
pupuk Organik Cair
Elang Biru, tidak
berbeda nyata
terhadap
pertambahan jumlah
daun.
Seperti dikemukakan oleh
Nyakpa dkk (1988), bahwa
Keadaan ini disebabkan umur
bibit pada saat pertumbuhan
tunas baru sangat dominan
ditentukan oleh karakter/sifat
genetik (faktor dalam) bibit
karet itu sendiri, sehingga
pengaruh faktor luar tidak
terlalu menonjol.
16. Bibit Karet
PEMBAHASAN
Hasil sidik ragam menunjukkan
bahwa pengaruh pemberian pupuk
organik cair elang biru tidak berbeda
nyata terhadap diameter batang.
Hasil rekapitulasi penelitian (Tabel
1) menunjukkan bahwa pemberian
berbagai dosis pupuk Organik Cair
Elang Biru menghasilkan diameter
batang yang lebih besar
dibandingkan dengan tanpa
pemberian pupuk organik Cair Elang
Biru.
Hal ini disebabkan dengan
pemberian pupuk organik Cair
Elang Biru dapat meningkatkan
ketersediaan sejumlah unsur
hara makro dan mikro yang
sangat dibutuhkan bagi bibit
karet PB 260 .
17. Kesimpulan
Pemberian pupuk organik cair
RI1 dengan konsentrasi 2 ml/0,5 l
hanya memberikan pengaruh yang
nyata terhadap jumlah daun dan
luas daun tetapi tidak memberikan
pengaruh terhadap tinggi tanaman,
diameter batang, waktu
pembentukan bunga, waktu bunga
mekar, diameter bunga dan bobot
bunga.
Pengaruh pupuk organik cair
elang biru berbeda tidak nyata
terhadap: Perlakuan tunggal
semua parameter tinggi, Jumlah
daun, Diameter batang bibit karet
umur 4 bulan, umur 5 bulan dan
umur 6 bulan;
18. Daftar Pustaka
• Gomies, L., H. Rehatta, dan J. Nandissa. 2012. Pengaruh Pupuk Organik Cair RI1
Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Kubis Bunga (Brassica oleracea var. botrytis
L.). Agrologia, Vol. 1, No. 1, Hal. 13-20
• Kristianus dan hery, S. 2014. Pengaruh Pemberian Pupuk Urea Dan Pupuk Organik Cair
Elang Biru Terhadap Pertumbuhan Bibit Karet PB 260 (Hevea brasiliensis L.). Jurnal
AGRIFOR Vol.XIII, No.2, 2014: 185-190.
• Manglayang, F. 2005. Keunggulan dan Kekurangan Kompos. Tersedia dalam:
http://manglayang.blogsome.com/dard jat-kardin-teknologi-kompos/8- keunggulan-dan-
kekurangan-kompos/ [20/03/2022].
• Nyakpa, M.Y., N. Hakim, A.M. Lubis, M.A. Pulung, G.B. Hong, A.G. Amrah, A.
Musnawar. 1988. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
19. Daftar Pustaka
• Permentan. (2011). Pupuk organik, pupuk hayati dan pembenah tanah. Peraturan Menteri
Petanian Nomor 70/Permentan/SR.140/2011.
• Ratna, D. I. 2002. Pengaruh Kombinasi Konsentrasi Pupuk Hayati dengan Pupuk
Organik Cair Terhadap Kualitas dan Kuantitas Hasil Tanaman Teh (Camellia sinensis L.)
O.Kuntze) Klon Gambung 4. Jurnal Ilmu Pertanian 10: 17 – 25.
• Simalango, E. 2009. Keuntungan Mengguna- kan Pupuk Organik.
http://eriantosimalango.wordpress.co m/2009/05/14/keuntungan- menggunakan-
pupuk-organik/ [20/03/2022].
• Slamet. 2008. Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Frekuensi Penyiraman terhadap
Pertumbuhan Bibit Kopi(Coffe canephora). Fakultas Pertanian Universitas Muria Kudus.