1. 1
MISTERY ANGKA IV PADA JAM GADANG
Pernahkah Anda mendengar istilah jam Gadang? Jika Anda baru
mendengar istilah jam Gadang dan belum mengetahui keistimewaan dari jam
Gadang ini, sekarang mari kita mengenal lebih dalam mengenai jam Gadang
tersebut.
Jam Gadang ini terletak di Kelurahan Benten Pasar Atas, Kecamatan
Guguk Panjang, Kota Bukittinggi, Sumatera Barat dan didirikan pada tahun 1926
oleh arsitek bernama Yazid Rajo Mankuto Sutan Gigi Ameh.
Gambar 1. Yazid Rajo Mankuto Sutan Gigi Ameh
Peletakan batu pertama jam ini dilakukan oleh putra pertama Rook Maker
(sekretaris desa) yang sedang berusia enam tahun. Biaya yang diperlukan dalam
pembuatan jam ini mencapai 3.000 Gulden yang merupakan biaya yang cukup
fantastis untuk ukuran waktu itu.
Jam Gadang ini didatangkan langsung dari Rotterdam, Belanda melalui
Pelabuhan Teluk Buyur dan digerakkan secara mekanik oleh mesin yang hanya
dibuat dua unit didunia, yaitu jam Gadang itu sendiri dan Big Ben di London,
Inggris.
Pada bagian lonceng tertera pabrik pembuat jam yaitu Vortman
Recklinghausen. Vortman adalah nama belakang pembuat jam, Benhard Vortman,
sedangkan Recklinghausen adalah nama kota di Jerman yang merupakan tempat
diproduksinya mesin jam pada tahun 1892.
2. 2
Gambar 2. Benhard Vortman
Sejak didirikan, menara jam ini telah mengalami tiga kali perubahan pada
bentuk atapnya. Awal didirikan pada masa pemerintahan Hindia-Belanda, atap
pada jam Gadang berbentuk bulat dengan patung ayam jantan menghadap kearah
timur diatasnya. Kemudian pada masa pendudukan jepang diubah menjadi bentuk
Pagoda. Terakhir setelah Indonesia merdeka, atap pada jam Gadang diubah
menjadi bentuk Gonjong atau atap pada rumah adat Minangkabau, rumah Gadang.
Gambar 3. jam Gadang
Itulah sejarah singkat mengenai jam Gadang. Tapi, apakah Anda
menyadari akan hal unik yang terdapat dalam jam Gadang tersebut? Coba Anda
perhatikan gambar jam Gadang dibawah ini!
Gambar 4. jam Gadang
3. 3
Sepintas, Anda akan melihat bahwa jam Gadang tersebut terlihat biasa-
biasa saja. Mungkin tidak ada keanehan serta keunikan pada bangunan jam
setinggi 26 meter tersebut. Apalagi jika diperhatiakan bentuknya, karena jam
Gadang hanya berwujud bulat dengan diameter 80 cm, ditopang dengan basement
dasar yang berukuran 13 x 14 meter, dan hanya terbuat dari pasir putih, putih
telur, dan kapur. Tapi, coba perhatikan lebih teliti lagi!
Gambar 5. jam Gadang
Terlihat hal unik dan menarik pada angka empat romawi pada jam Gadang
tersebut. Angka empat romawi yang biasa ditulis dengan simbol IV, dalam jam
Gadang tersebut bertuliskan IIII. Apakah Anda sudah menyadari akan hal
tersebut? Jika Anda baru saja menyadari akan hal unik dan menarik tersebut,
disini saya akan memberikan beberapa alasan mengapa angka empat romawi pada
jam Gadang tersebut keluar dari aturan Matematika. Penulisan angka IIII tersebut
berdasarkan kepada King Louis XIV (5 September 1638 – 1 September 1715).
King Louis XIV adalah Raja Perancis dan Navarre yang dinobatkan pada 14 Mei
1643 dalam usia 5 tahun. King Louis XIV dijuluki sebagai Raja Matahari.
Gambar 6. King Louis XIV
King Louis XIV meminta kepada seorang ahli jam untuk membuatkan
sebuah jam baginya. Pembuat jam memberi nomor pada setiap jam sesuai dengan
aturan angka romawi. Setelah melihat jam yang diberikan kepadanya, raja tidak
4. 4
setuju dengan penulisan angka IV sebagai angka empat dengan alasan
ketidakseimbangan visual.
Menurutnya, angka VIII yang ada diseberang angka IV. Jika ditulis IV,
maka ada ketidakseimbangan secara visual dengan VIII yang lebih berat. Oleh
karena itu, King Louis XIV meminta agar mengubah angka IV menjadi IIII
sehingga lebih seimbang dengan angka VIII yang ada diseberangnya.
Selain itu, ada juga yang menyebutkan bahwa angka IV merupakan
singkatan dari Dewa Romawi, yaitu Jupiter yang ditulis dengan “IVPPITER”.
Jadi, jika IV diletakkan dalam jam bangsa Romawi, maka jam itu akan bertuliskan
1, 2, 3, DEWA, 5 dan seterusnya. Jika dilihat dari kacamata bangsa Romawi,
mungkin mereka tidak ingin nama tuhan mereka ditaruh di jam seperti itu.
Penjelasan lain menyebutkan bahwa alasan penggunaan IIII bukan IV
semata-mata masalah teknis. Jika IV yang digunakan, maka pandai besi harus
membuat huruf I sebanyak 17 batang, huruf V sebanyak 5 batang, dan huruf X
sebanyak 4 batang. Masalahnya, pada masa itu, pandai besi hanya bisa ekonomis.
Kalau membuat besi dalam kelipatan 4, jika ditulis IV untuk angka 4, maka akan
ada satu batang huruf V yang terbuang.
Sementara itu, jika angka 4 ditulis dengan IIII, maka pandai besi hanya
membutuhkan 20 I, 4 V, dan 4 X, sehingga pandai besi hanya cukup membuat
pola cetakan angka, yaitu VIIIIIX, yang kemudian dicetak sebanyak 4 kali. Untuk
selanjutnya dipisah-pisah sesuai kebutuhan (I, II, III, IIII, V, VI, VII, VIII, IX, X,
XI, dan XII). Oleh karena itu, ini lebih ekonomis.
Selain itu, penggunaan numerasi romawi standar IV sebagai angka 4
berpotensi membingungkan bagi anak-anak dan orang yang tidak terbiasa melihat
jam, apalagi dalam posisi terbalik angka IV nyaris serupa dengan angka VI. Itulah
mengapa digunakan IIII karena tidak mirip dengan VI.
Alasan lain menyebutkan bahwa penggunaan IIII akan menciptakan
simetris radial pada jam, sehingga simbol I hanya akan dijumpai pada pertiga awal
(I, II, III, dan IIII), simbol V akan dijumpai pada pertiga tengah (V, VI, VII, dan
VIII) dan simbol X akan dijumpai pada pertiga akhir (IX, X, XI dan XII).
5. 5
Dari beberapa alasan tersebut, penulis menyimpulkan bahwa terdapat
banyak sekali alasan mengenai hal penggunaan angka IIII pada jam Gadang
tersebut. Tapi yang perlu kita ketahui yaitu bahwa simbol IIII sudah ada sejak
dulu dalam per-jam-an yaitu sebelum abad ke-19. Justru, para ahli jam heran
dengan adanya simbol IV yang tertera pada jam.
Nah sekarang Anda tidak perlu bingung lagi, karena sekarang Anda sudah
mengetahui semua hal mengenai jam Gadang. Mulai dari sejarahnya dan hal unik
serta menarik yang terdapat dalam jam Gadang tersebut. Tapi, apakah kaitannya
dengan Matematika?
Jelaslah bahwa matematika berkaitan dengan bilangan dan juga angka,
salah satunya angka Romawi. Ini menunjukkan bahwa angka Romawi sudah
terkenal dan sudah digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, secara matematiks simbol IIII ini keliru. Tapi secara budaya, hal
ini tidak masalah dengan alasan berbagai hal. Itu artinya Matematika tidak
mengikat dan ada yang lebih berperan dalam kehidupan masyarakat yaitu culture.
Matematika berhubungan dengan budaya, sehingga Matematika itu bisa
dimodifikasi.