2. PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN
KESEHATAN
Pendidikan secara umum adalah segala
upaya yang direncanakan untuk
mempengaruhi orang lain.baik individu,
kelompok ataupun masyarakat.sehingga
mereka melakukan apa yang diharapkan
oleh pelaku kesehatan.
Pendidikan kesehatan adalah proses
memampukan individu/masyarakat dalam
memelihara dan meningkatkan
kesehatannya
3. UNSUR-UNSUR PENDIDIKAN
INPUT
Sasaran pendidikan (individu,kelompok,dan
masyarakat) sesuai dengan latar belakangnya dan
pelaku pendidikan
PROSES
Upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang
lain. Mekanisme dan interaksi terjadinya perubahan
kemampuan (perilaku) pada diri subjek tersebut
OUTPUT
Hasil belajar itu sendiri yaitu berupa kemampuan atau
perubahan perilaku dari subjek belajar.
4. TUJUAN PENDIDIKAN KESEHATAN (1)
1. Perubahan perilaku
adalah merubah perilaku-perilaku
masyarakat yang tidak sesuai dengan
nilai-nilai kesehatan menjadi perilaku yang
sesuai dengan nilai-nilai kesehatan, atau
dari perilaku negatif ke perilaku yang
positif. Perilaku-perilaku yang merugikan
kesehatan perlu dirubah.
5. 2. Pembinaan perilaku
Ditujukan utamanya kepada perilaku masyarakat
yang sudah sehat agar dipertahankan, artinya
masyarakat yang sudah mempunyai perilaku
sehat tetap dilanjutkan/dipertahankan.
3. Pengembangan perilaku
Utamanya ditujukan kepada kebiasaan hidup
sehat bagi anak-anak.perilaku sehat bagi anak
ini seyogyanya dimulai sedini mungkin, karena
akan langsung berpengaruh kepada perilaku
anak selanjutnya. Contoh : naluri
pipisberperilaku tidak sehat
TUJUAN PENDIDIKAN KESEHATAN (2)
6. PERILAKU DIPENGARUHI OLEH 3
FAKTOR : ( I )
(Lawrence Green 1980)
1. Faktor Predisposisi
Faktor-faktor ini mencakup:pengetahuan dan
sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi
dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal
yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai
yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan,
tingkat sosial ekonomi. Mis : pemeriksaan
kehamilan bagi ibu hamil untuk memeriksakan
kehamilannya diperlukan pengetahuan
7. PERILAKU DIPENGARUHI OLEH 3
FAKTOR : ( II )
(Lawrence Green1980)
2. .Faktor pemungkin (enabling)
Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan
prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat
3. Faktor Penguat (reenforcing)
Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku
tokoh masyarakat,tokoh agama, dan petugas kesehatan.
Disini juga termasuk undang-undang, peraturan-
peraturan baik dari pusat maupun daerah yang terkait
dengan bidang kesehatan. Mis : perilaku contoh dari
para toma,toga, dan petugas kesehatan.
9. RUANG LINGKUP PENDIDIKAN
KESEHATAN
Berdasarkan dimensi sasaran
pendidikan
Berdasarkan dimensi tempat
pelaksanaan
Berdasarkan dimensi tingkat
pelayanan kesehatan
10. Berdasarkan Dimensi Sasaran
Pendidikan
Pendidikan kesehatan individual
Pendidikan kesehatan keluarga
Pendidikan kesehatan masyarakat
Ada beberapa ahli membagi 3 sasaran berbeda ;
Kelompok orang sehat
Kelompok orang yang beresiko tinggi
Kelompok orang sakit Preventif&
kuratif
Promotif
11. Berdasarkan Dimensi
Tatanan/tempat pelaksanaan
1. Tatanan keluarga
orang tua merupakan sasaran utama dalam
pendidikan kesehatan pada tatanan ini. Karena
orang tua,terutama ibu merupakan peletak dasar
perilaku bagi anak-anaknya
2. Tatanan Sekolah
kunci pendidikan kesehatan disekolah adalah guru,
oleh sebab itu guru harus dikondisikan melalui
pelatihan kesehatan,seminar,dll. Sasaran
selanjutnya adalah muridnya.
12. 3. Tatanan tempat kerja
sasaran pendidikan kesehatan pada pemimpin atau manajer
perusahaan dari institusi tempat kerja tersebut, agar mereka
peduli terhadap kesehatan bagi para pekerjanya, sehingga
berkeinginan mengembangkan unit pendidikan kesehatan di
tempat kerja. Kemudian sasaran berikutnya adalah pekerja
itu sendiri
4. Tatanan Tempat umum
tempat umum disini mencakup pasar,terminal bus,bandar
udara, tempat-tampat perbelanjaan, olah raga, taman-taman
kota. Para pengelola adalah merupakan sasaran pendidikan
kesehatan tempat-tempat umum
5. Fasilitas Kesehatan
pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan adalah sasaran utama
pendidikan kesehatan. Bagi pemimpinnya diperlukan kegiatan
advokasi, sedangkan bagi karyawannya diperlukan pelatihan-
pelatihan tentang promosi kesehatan
13. Berdasarkan Dimensi Tingkat
Pelayanan (1)
“Menurut Level and Clark”
Promosi Kesehatan (Health Promotion)
peningkatan/perbaikan gizi, perbaikan sanitasi
lingkungan hygiene, kebiasaan hidup
Perlindungan Khusus (Specifik Protection)
Contoh : program imunisasi sebagai bentuk
pelayanan perlindungan khusus ini pendidikan
Diagnosis Dini dan pengobatan segera (Early
diagnosis and Prompt Treatment)
karena rendahnya pengetahuan masyarakat tentang
kesehatan maka sering sulit menditeksi penyakit-
penyakit yang terjadi.
14. Berdasarkan Dimensi Tingkat Pelayanan (2)
“Menurut Level and Clark”
Pembatasan Kecacatan (Disability Limitation)
masyarakat sering tidak melanjutkan
pengobatan sampai tuntas
Rehabilitasi (Rehabilitation)
setelah sembuh dari penyakit tertentu, kadang
orang menjadi cacat. Oleh karena itu
diperlukan latihan-latihan tertentu.karena
kurangnya pengetahuan, hal tersebut tidak
dilakukan karena berbagai alasan
15. Sub Bidang keilmuan Pendidikan
Kesehatan
Komunikasi
Dinamika kelompok:slh satu metode penyampaian psan.
Pengembangan dan Pengorganisasian Masyarakat
(PPM):masy hrs mampu mengorganisasikan
komunitasnya dan berperan serta dlm penyediaan
fasilitas
Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD)
Pemsos
Pengembangan Organisasi
Pendidikan dan pelatihan
Pengembangan media teknologi pendidikan
Perencanaan dan evaluasi pendidikan kesehatan
Psikologi sosial
Antropologi kesehatan
16. MEDIA/ALAT PENDIDIKAN
Alat2 yang digunakan oleh pendidik dalam
menyampaikan bahan pendidikan/pengajaran.
Alat bantu ini sering disebut sebagai alat peraga
karena berfungsi untuk membantu dan
memperagakan sesuatu di dalam proses
pendidikan
Alat peraga ini disusun berdasarkan prinsip bahwa
semakin banyak indra yang digunakan untuk
menerima sesuatu makan semakin banyak dan
semakin jelas pula pengetahun/pengertian yang
diperoleh.
Elgar Dale membagi alat peraga menjadi 11
macam, dan sekaligus menggambarkan tingkat
intensitas tiap-tiap alat tersebut
17. Kerucur Edgar Dale
Dari kerucut trsbt dapat dilihat bahwa
lapisan yang paling dasar adalah benda
asli. Hal ini berarti bahwa dalam proses
pendidikan, benda asli mempunyai
intensitas yang paling tinggi untuk
mempersespikan bahan
pendidikan/pengajaran.
Sedangkan penyampaian bahan yang
hanya dengan kata-kata saja sangat
kurang efektif atau intensitasnya paling
rendah.
18. PERILAKU
Skinner (1938) :
merupakan respons atau reaksi seseorang
terhadap stimulus (rangsangan dari luar). S-O-R.
Stimulus Organisme Respons
Perilaku tertutup (Covert behaviour)
repsons seseorang terhadap stimulus dalam
bentuk tertutup. Respons terhadap stimulus ini
masih terbatas pada perhatian, persepsi,
pengetahuan dan sikap
Perilaku terbuka (Overt behaviour)
respons seseorang terhadap stimulus dalam
bentuk tindakan yang nyata atau terbuka dalam
bentuk praktek
20. Pengetahuan
Merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu.
Merupakan hasil penginderaan manusia
terhadap obyek diluarnya melalui indera-
indera yang dimilikinya.
Sebelum seseorang mengadopsi perilaku, ia
harus tahu terlebih dahulu apa artinya atau
manfaatnya perilaku tersebut bagi dirinya
atau keluarganya.
21. Rogers (1974)
Sebelum orang mengadopsi perilaku baru,
didalam diri orang tersebut terjadi proses yang
berurutan,yakni :
1.Awareness (kesadaran), dimana orang
tersebut mengetahui/menyadari terlebih dahulu
terhadap stimulus
2.Interest (tertarik) terhadap stimulus atau
objek.
3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap
baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.
22. 4. Trial, dimana subjek mulai mencoba
melakukan sesuatu sesuai dengan apa
yang dikehendaki oleh stimulus
5. Adaption, dimana subjek telah
berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya
terhadap stimulus.
23. SIKAP
Merupakan reaksi atau respons emosional
seseorang yang masih tertutup terhadap
suatu stimulus atau objek.
Respon emosional ini lebih bersifat
penilaian atau evaluasi pribadi terhadap
stimulus atau obyek diluarnya.
Penilaian ini dapat dilanjutkan dengan
kecendrungan untuk melakukan atau tidak
terhadap obyek
24. Tingkatan Sikap
1. Menerima
menerima, diartikan bahwa orang mau
dan memperhatikan stimulus yang
diberikan(objek)
2. Merespons
memberikan jawaban apabila ditanya,
mengerjakan dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi dari
sikap
25. Tingkatan Sikap
3. Menghargai
mengajak orang lain untuk mengerjakan
atau mendiskusikan dengan orang lain
terhadap suatu masalah adalah suatu
indikasi singkat sikap tingkat tiga
4. Bertanggung jawab
bertanggung jawab atas segala sesuatu
yang telah dipilihnya dengan segala
resikonya
26. TINDAKAN
Respons atau reaksi konkrit
seseorang terhadap stimulus atau
obyek. Respons ini sudah dalam
bentuk tindakan (action)
Melibatkan aspek psikomotor
Untuk terwujudnya sikap menjadi
suatu perbuatan nyata diperlukan
faktor pendukung atau kondisi yang
memungkinkan salah satunya
fasilitas.
27. Tingkat-tingkat Praktek
Persepsi
mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan
tindakan yang diambil adalah merupakan praktek tingkat
pertama
Respon terpimpin
dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar
dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat
dua.
Mekanisme
apabila seseorang telah dapat melakukan dengan benar
secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan
kebiasaan maka ia sudah mencapai praktek tingkat ketiga
Adaptasi
suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik
29. Andragogi
Andragogi secara harfiah dapat diartikan sebagai
ilmu dan seni mengajar orang dewasa
Dalam andragogi yang terpenting dalam proses
interaksi belajar adalah kegiatan belajar mandiri
yang bertumpu kepada warga belajar itu sendiri dan
bukan merupakan kegiatan seorang guru
mengajarkan sesuatu (Learner Centered Training /
Teaching)
Perubahan perilaku di dalam proses pendidikan
orang dewasa pada umumnya lebih sulit dari
perubahan perilaku dalam pendidikan anak
(pedagogik)
Hal ini dapat dipahami karena orang dewasa sudah
mempunyai pengetahuan, sikap, dan keterampilan
tertentu yang mungkin sudah dimiliki bertahun-
tahun, sehingga dengan adanya pengetahuan, sikap
dan perilaku yang beru yang belum mereka yakini
tersebut menjadi sulit diterima.
30. Asumsi-Asumsi Pokok
Malcolm Knowles dalam mengembangkan konsep
andragogi, mengembangkan empat pokok asumsi
sebagai berikut:
1. Konsep Diri
Asumsinya bahwa kesungguhan dan kematangan
diri seseorang bergerak dari ketergantungan total
(realita pada bayi) menuju ke arah pengembangan
diri sehingga mampu untuk mengarahkan dirinya
sendiri dan mandiri. Dengan kata lain dapat
dikatakan bahwa secara umum konsep diri anak-
anak masih tergantung sedangkan pada orang
dewasa konsep dirinya sudah mandiri. Karena
kemandirian inilah orang dewasa membutuhkan
memperoleh penghargaan orang lain sebagai
manusia yang mampu menentukan dirinya sendiri
(Self Determination), mampu mengarahkan
dirinya sendiri (Self Direction).
31. Peranan Pengalaman
Asumsinya adalah bahwa sesuai dengan perjalanan
waktu seorang individu tumbuh dan berkembang menuju
ke arah kematangan. Dalam perjalanannya, seorang
individu mengalami dan mengumpulkan berbagai
pengalaman pahit-getirnya kehidupan, dimana hal ini
menjadikan seorang individu sebagai sumber belajar
yang demikian kaya, dan pada saat yang bersamaan
individu tersebut memberikan dasar yang luas untuk
belajar dan memperoleh pengalaman baru. Oleh sebab
itu, dalam teknologi pelatihan atau pembelajaran orang
dewasa, terjadi penurunan penggunaan teknik transmittal
seperti yang dipergunakan dalam pelatihan konvensional
dan menjadi lebih mengembangkan teknik yang
bertumpu pada pengalaman. Dalam hal ini dikenal
dengan "Experiential Learning Cycle" (Proses Belajar
Berdasarkan Pengalaman).
32. •Kesiapan Belajar
Asumsinya bahwa setiap individu
semakin menjadi matang sesuai
dengan perjalanan waktu, maka
kesiapan belajar bukan ditentukan
oleh kebutuhan atau paksaan
akademik ataupun biologisnya,
tetapi lebih banyak ditentukan oleh
tuntutan perkembangan dan
perubahan tugas dan peranan
sosialnya.
33. Orientasi Belajar
Asumsinya yaitu bahwa pada anak orientasi
belajarnya seolah-olah sudah ditentukan dan
dikondisikan untuk memiliki orientasi yang
berpusat pada materi pembelajaran (Subject
Matter Centered Orientation). Sedangkan pada
orang dewasa mempunyai kecenderungan
memiliki orientasi belajar yang berpusat pada
pemecahan permasalahan yang dihadapi
(Problem Centered Orientation). Hal ini
dikarenakan belajar bagi orang dewasa seolah-
olah merupakan kebutuhan untuk menghadapi
permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan
keseharian, terutama dalam kaitannya dengan
fungsi dan peranan sosial orang dewasa.
Hal in menimbulkan implikasi terhadap sifat
materi pembelajaran atau pelatihan bagi orang
dewasa, yaitu bahwa materi tersebut
hendaknya bersifat praktis dan dapat segera
diterapkan di dalam kenyataan sehari-hari.
34. Dalam andragogi, peranan guru, pengajar atau
pembimbing yang sering disebut dengan
fasilitator adalah mempersiapkan perangkat atau
prosedur untuk mendorong dan melibatkan
secara aktif seluruh warga belajar, yang
kemudian dikenal dengan pendekatan
partisipatif, dalam proses belajar yang
melibatkan elemen-elemen:
1. Menciptakan iklim dan suasana yang
mendukung proses belajar mandiri.
2. Menciptakan mekanisme dan prosedur untuk
perencanaan bersama dan partisipatif
3. Melakukan dan menggunakan pengalaman
belajar ini dengan metoda dan teknik yang
memadai
4. Mengevaluasi hasil belajar dan mendiagnosis
kembali kebutuhan-kebutuhan belajar. Ini adalah
model proses
35. Faktor2 yang menghambat proses belajar pada
orang dewasa yaitu (kondisi fisik subyek bljr):
1. Bertambahnya usia, dapat
mengganggu pengelitahatan. Titik
dekat penglihatan yang dapat dilihat
mulai bergerak makin jauh
2. Jumlah penerangan yang diperlukan
dalam proses belajar semakin besar
3. Kemampuan menerima suara makin
menurun
4. Kemampuan membedakan bunyi
semakin berkurang