SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
Biologi M2KB2
1. No Kode: DAR2/PROFESIONAL/190/2/2019
PENDALAMAN MATERI BIOLOGI
MODUL 2
STRUKTUR DAN FUNGSI PADA MAKHLUK HIDUP
KEGIATAN BELAJAR 2
JARINGAN, ORGAN DAN PROSES FISIOLOGI PADA TUMBUHAN
Penulis
Dra. Cicik Suriani, M.Si
Dr. Martina Restuati, M.Si
Dr. Fauziyah Harahap, M.Si
Drs. Puji Prastowo, M.Si
Ahmad Shafwan S. Pulungan, S.Si, M.Si
Wasis Wuyung Wisnu Brata, S.Pd, M.Pd
Eko Prasetya, M.Sc
Nanda Pratiwi, S.Pd. M.Pd
KEMENTERIAN PENDIDIDKAN DAN KEBUDAYAAN
2019
2.
3. DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
DAFTAR ISI i
1. PENDAHULUAN 1
1.1. Deskripsi Singkat 1
1.2. Relevansi 1
1.3. Petunjuk Belajar 2
2. INTI 2
2.1. Capaian Pembelajaran 2
2.2. Pokok Materi 3
2.3. Uraian Materi 3
i
4.
5. 1
1. PENDAHULUAN
1.1 DESKRIPSI SINGKAT
Jaringan dalam biologi adalah sekumpulan sel yang mempunyai bentuk, asal,
fungsi dan struktur yang sama. Jaringan yang menyusun tubuh tumbuhan pada
dasarnya dibedakan atas dua bagian besar yakni jaringan muda dan jaringan
dewasa. Jaringan muda merupakan jaringan embrional/meristematik, yang disebut
jaringan meristem. Jaringan dewasa merupakan jaringan yang dibentuk oleh
jaringan meristem dan mengalami diferensiasi, ada 4 macam yakni jaringan
parenkim, jaringan epidermis, jaringan penyokong/penguat (terdiri dari jaringan
kolenkim dan sklerenkim), dan jaringan pengangkut (terdiri dari jaringan xilem
dan floem). Kelima jaringan tersebut menyusun organ-organ tumbuhan yakni akar,
batang, daun, bunga dan buah. Organ tumbuhan meliputi akar, batang, daun,
bunga, buah dan biji. Struktur morfologi dan anatomi semua organ tersebut
masing-masing mempunyai ciri khas, ciri yang sesuai dengan fungsinya masing-
masing. Proses fisiologi tumbuhan meliputi transportasi secara ekstravaskular dan
intravaskular, transpirasi pada tumbuhan, pernafasan pada tumbuhan, fotosintesis,
gerak pada tumbuhan. Semua proses fisiologi tersebut dapat berlangsung dengan
baik sangat dipengaruhi beberapa faktor diantaranya struktur morfologi dan
struktur anatomi organ yang terlibat dalam proses fisiologi tersebut.
1.2 RELEVANSI
Pemahaman dan penguasaan materi jaringan dan organ serta proses fisiologi
pada tumbuhan ini sangat membantu peserta kuliah untuk mempelajari dan
memahami materi pada kegiatan belajar selanjutnya terutama dengan materi di
kegiatan belajar 4 tentang metabolisme pada tumbuhan yang berlangsung di
sel/jaringan/organ tertentu pada tumbuhan pada modul ini dan pada modul
selanjutnya.
6. 2
1.3 PETUNJUK BELAJAR
Kegiatan belajar 2 ini menjelaskan tentang jenis-jenis jaringan pada
tumbuhan dan struktur jaringan yang menyusun organ akar, batang, daun, bunga,
buah dan biji. Dalam kegiatan ini, pertama sekali Anda harus memahami capaian
dan sub capaian mata kegiatan yang terpola di pokok-pokok materi. Setelah itu
Anda mempelajari setiap pokok materi tersebut melalui uraian materi, PPT dan
media lain yang ada di KB2 modul 2 ini. Selanjutnya pendalaman materi dilakukan
pada forum diskusi. Pada forum diskusi ini, Anda dan peserta kuliah lain dan
instruktur saling memberi respon terhadap permasalahan/pertanyaan yang ada di
forum diskusi. Kemudian akhir kegiatan belajar 2 ini dilengkapi dengan
rangkuman dan soal-soal formatif dan Anda harus menjawab soal-soal formatif
tersebut. Apabila Anda telah menjawab soal-soal formatif tersebut, maka sistem
akan menginformasikan nilai Anda. Anda diberi kesempatan untuk mengulang
menjawab soal-soal formatif tersebut jika nilai Anda belum mencapai KKM. Nilai
ujian yang sudah mencapai KKM akan berwarna biru.
2. INTI
2.1 CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KEGIATAN
Menguasai materi esensial Mata Pelajaran Biologi SMA termasuk advance
material materi bidang studi biologi yang mencakup (1) keragaman dan
keseragaman dalam makhluk hidup, (2) Struktur dan Fungsi dalam makhluk hidup,
(3) Pertumbuhan, perkembangan dan diferensiasi, (4) Interaksi dan
interdependensi, (5) Energi, materi dan organisasi kehidupan, (6) Prinsip
emeliharaan keseimbangan yang dinamis dan (7) Pewarisan sifat dan Evolusi
termasuk advance materials yang dapat menjelaskan aspek ‘apa’ (konten),
‘mengapa’ (filosofi) dan ‘bagaimana’ (penerapan dalam kehidupan keseharian)
dalam kerangka biologi sebagai inkuiri.
Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan
(1) Mampu menganalisis konsep dan prinsip-prinsip esensial struktur dan
fungsi dalam makhluk hidup
7. 3
(2) Mampu menganalisis konsep dan prinsip-prinsip esensial energi, materi
dan organisasi kehidupan.
2.2 POKOK-POKOK MATERI
(1) Jaringan Tumbuhan
• Jaringan Meristem (Jaringan Embrional)
• Jaringan Permanen (Dewasa)
(2) Struktur Organ Pada Tumbuhan
• Struktur akar
• Stktur batang
• Struktur daun
• Struktur bunga
• Struktur buah dan biji
(3) Proses Fisiologi Tumbuhan
2.3 URAIAN MATERI
Pada kegiatan belajar 2 ini, kita akan mempelajari tentang jenis-jenis
jaringan pada tumbuhan dan struktur jaringan yang menyusun organ akar, batang,
daun, bunga, buah dan biji.
2.3.1 Jaringan Tumbuhan
Jaringan tumbuhan merupakan kelompok sel tumbuhan yang memiliki sifat
dan fungsi yang sama. Jaringan-jaringan ini akan membentuk struktur tubuh pada
tumbuhan. Berdasarkan aktivitas pembelahan sel yang terjadi selama masa
pertumbuhan dan perkembangan, jenis jaringan tumbuhan dibedakan menjadi
jaringan meristem (jaringan embrional) dan jaringan permanen (jaringan dewasa).
a) Jaringan Meristem (Jaringan Embrional)
Asal kata meristem adalah meristes, artinya ‘terbelah’, yang berasal dari
bahasa Yunani. Sesuai namanya, sel-sel penyusun jaringan meristem sangat aktif
membelah untuk menghasilkan sel-sel baru. Karena itu, tidak salah bila disebut
dengan jaringan embrional. Diantara ciri-iri jaringan meristem adalah selnya kecil-
kecil, berbentuk kubus, dinding sel tipis, inti sel besar, dan vakuola kecil. Maristem
8. 4
ini fungsinya sebagai jaringan embrionik, yang membentuk sel-sel baru yang akan
berdiferensiasi menjadi jaringan lain.
Berdasarkan letaknya, jaringan meristem dibedakan menjadi tiga
kelompok, yakni (1) meristen apikal (meristem ujung), adalah meristem yang
terdapat di ujung-ujung batang, cabang atau ujung akar, meristem apikal selalu
menghasilkan sel-sel untuk tumbuh memanjang, (2) meristem lateral, adalah
meristem yang terdapat di sisi lateral batang atau lateral akar, aktivitas meristem
lateral mengakibatkan pertumbuhan sekunder seperti pertambahan diameter batang
dan akar, misalnya kambium dan kambium gabus, (3) meristen interkalar, adalah
meristem yang terdapat diantara jaringan dewasa, berperan dalam pemanjangan
ruas batang, pertumbuhan sel meristem interkalar menyebabkan pemanjangan
batang lebih cepat sebelum tumbuhnya bunga. Contoh tumbuhan yang memiliki
meristem interkalar adalah batang rumput-rumputan (Graminae).
Menurut asal pembentuknya, jaringan meristem dapat dibedakan menjadi
dua kelompok, yakni meristem primer dan meristem sekunder. (1) Meristem
primer, adalah meristem yang sel-selnya berkembang langsung dari sel-sel
embrional sehingga merupakan lanjutan dari pertumbuhan embrio. Contohnya:
meritem di ujung batang dan ujung akar (meristem apikal). Aktivitas jaringan
meristem primer mengakibatkan batang dan akar bertambang panjang.
Pertumbuhan memanjang pada batang atau akar yang disebabkan aktivitas jaringan
meristem primer disebut pertumbuhan primer. (2) Jaringan meristem sekunder,
adalah meristem yang berasal dari jaringan dewasa (jaringan yang sudah
berdiferensiasi). Contoh meristem sekunder adalah kambium dan kambium gabus.
Pertumbuhan yang disebabkan aktivitas jaringan meristem sekunder disebut
pertumbuhan sekunder, seperti pertambahan diameter batang dan akar.
9. 5
Gambar 1. Meristem apikal dan meristem lateral (kiri)
dan meristem interkalar (kanan)
Ujung batang dan ujung akar meliputi :
(1) Zona pembelahan (cleveage), terdapat pada ujung batang dan ujung akar. Pada
zona ini terdapat meristem apikal.
(2) Zona pemanjangan (elongasi), terdiri dari sel-sel hasil pembelahan sel di zona
pembelahan, sel-sel mengalami penambahan volume (ukuran).
(3) Zona diferensiasi, sel-selnya mengalami diferensiasi yakni perubahan bentuk
tubuh tumbuhan yang disesuaikan dengan fungsinya.
Ketiga zona tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini .
Gambar 2. Daerah ujung batang dan ujung akar
10. 6
(3) Teori Haberlandt,
menyatakan bahwa meristem apikal dibagi menjadi 4
daerah yaitu :
• Promeristem, daerah terujung, membentuk meristem
baru
• Protoderm, terdiri dari beberapa lapis sel terluar di
sebelah bawah promeristem, akan membentuk jaringan
epidermis dan korteks
• Prokambium, beberapa lapis sel di sebelah dalam
protoderm, akan membentuk jaringan floem dan xilem
• Meristem dasar, terdiri dari beberapa lapis sel paling
dalam akan membentuk jaringan di bagian tengah.
(1) Teori Histogen dari Hanstein,
menyatakan bahwa meristem apikal dibagi menjadi
3 daerah yaitu :
• Dermatogen,
pelindung/epidermis.
pembentuk jaringan
·Periblem, terdiri dari beberapa lapis sel di sebelah
dalam dermatogen (pembentuk korteks)
· Plerome, pembentuk jaringan tengah/stele.
Ada beberapa teori terkait meristem, diantaranya :
(2) Teori Tunika-Korpus dari Schmidt,
menyatakan bahwa meristem apikal terbagi dua daerah:
• Tunika, merupakan lapisan luar yang akan membentuk
epidermis dan sebagian korteks.
• Korpus, merupakan lapisan sebelah dalam, yang
akan membentuk sebagian korteks dan stele.
11. 7
b) Jaringan Dewasa
Jaringan dewasa disusun oleh sel-sel yang berasal dari sel-sel meristem yang
mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Sel-sel meristem yang telah
membelah akan mengalami penambahan volume sel (membesar) dan selanjutnya
akan mengalami diferensiasi dan spesialisasi menjadi jaringan dewasa. Diferensiasi
adalah yakni perubahan bentuk tubuh tumbuhan yang disesuaikan dengan
fungsinya, sedangkan spesialisasi adalah pengkhususan sel tumbuhan guna
menyokong fungsi sel tertentu. Jaringan ini disusun oleh sel-sel dengan ukuran yang
relatif besar dibandingkan sel-sel meristem. Berdasarkan struktur dan fungsinya
jaringan dewasa dibedakan menjadi jaringan parenkim, jaringan epidermis,
jaringan penguat dan jaringan pengangkut.
(1) Jaringan Parenkim (Jaringan Dasar)
Parenkim disebut juga jaringan dasar karena jaringan ini terdapat pada semua organ
tumbuhan, seperti akar, batang, dan daun. Pada batang, jaringan dasar ditemukan
pada korteks dan empulur batang. Pada daun, parenkim terdapat pada mesofil yang
terdiferensiasi menjadi jaringan palide dan atau spons (bunga karang). Pada akar,
parenkim terdapat misalnya pada daerah kortek akar dan sering pada empulur akar.
Pada buah dan biji, parenkim terdapat misalnya pada daging buah, endosperm biji.
Parenkim juga bisa terdapat pada selubung berkas pengangkut dan sebagai elemen
xilem dan floem. Adapun ciri-ciri jaringan parenkim antara lain :
• Sel-selnya hidup.
• Dinding sel parenkim umumnya tipis, terutama yang mengandung kloroplas
dan yang fungsinya sebagai penyimpan cadangan makanan. Yang dinding
selnya relatif tebal misalnya terdapat pada parenkim xilem.
• Bentuk, ukuran dan fungsinya bervariasi.
• Umumnya tersusun longgar dan banyak ruang antar sel, bahakan ruang antar
sel itu teratur sedemikian rupa sehingga membentuk suatu sistem tertentu.
• Sel parenkim dapat pula mengalami diferensiasi lanjut disesuaikan dengan
fungsi fisiologi tertentu, misalnya untuk fotosintesis, penyimpanan bahan
organik tertentu dan lain-lain.
12. 8
• Sel-sel parenkim dapat mempertahankan kemampuannya untuk membelah
meskipun telah dewasa sehingga berperan penting pada proses menutup luka
maupun proses regenerasi.
• Isi sel parenkim bervariasi sesuai dengan fungsinya, misalnya untuk
fotosintesis mengandung kloroplas (parenkim semacam ini disebut
klorenkim), cadangan makanan, dan lain-lain.
Berdasarkan fungsinya, ada beberapa jenis jaringan parenkim diantaranya
:
(a) Parenkim udara (aerenkim).
Parenkim ini berfungsi menyimpan udara pada ruang antar selnya. Contohnya
aerenkim pada tangkai daun Eichornia crassipes (eneng gondok).
(b) Parenkim asimilasi.
Parenkim ini berfungsi pada proses fotosintesis. Sel-selnya memiliki kloroplas,
yang merupakan organel sel tempat terjadinya peristiwa fotosintesis tersebut.
Parenkim ini banyak terdapat pada bagian tumbuhan yang berwarna hijau .
(c) Parenkim penimbun cadangan makanan.
Parenkim ini berfungsi menyimpang cadangan makanan seperti amilum dan lain-
lain. Parenkim penimbun misalnya tedapat pada endosperm, umbi, rimpang dan
lain-lain.
(d) Parenkim air.
Parenkim ini berfungsi menyimpan air untuk mempertahankan diri terhadap
kekeringan. Umumnya terdapat pada tumbuhan di daerah kering (xerofit) dan epifit,
misalnya terdapat pada tumbuhan kaktus.
(e) Parenkim pengangkut.
Parenkim ini merupakan bagian dari jaringan xilem dan floem, ikut berperan dalam
transportasi pada tumbuhan, dinding sel-selnya dapat mengalami penebalan
sekunder.
13. 9
Gambar 3. Jenis-jenis parenkim berdasarkan fungsinya
Berdasarkan bentuk selnya, ada beberapa macam parenkim, diantaranya :
(a) Parenkim bintang (aktinenkim)
Bentuk sel-selnya seperti bintang yang tersusun sedemikian rupa sehingga terdapat
ruang antar sel yang besar. Contohnya : parenkim pada tangkai daun Canna edulis
(tanaman tasbih).
(b) Parenkim lipatan
Dinding sel-selnya melipat-lipat, tersusun sedemikian rupa sehingga terbentuk
ruang antar sel yang banyak. Contohnya : parenkim pada korteks daun Pinus
merkusii (pinus).
(c) Parenkim palisade/pagar
Bentuk sel panjang,tegak, mengandung banyak kloroplas, merupakan
penyusun mesofil daun, kadang-kadang pada biji
(d) Parenkim bunga karang
Bentuk sel serta susunannya tidak teratur, ruang antar selnya relatif
besar (seperti ciri spons), penyusun mesofil daun, mengandung
banyak kloroplas.
14. 10
a
Gambar 4. Jenis parenkim berdasarkan bentuknya. a. aktinenkim,
b. parekim lipatan, c. parenkim pagar dan bunga karang
(2) Jaringan Epidermis
Asal kata “epidermis” adalah epi artinya di atas dan derma artinya kulit yang
berasal dari Yunani. Sesuai namanya, jaringan epidermis dalam tubuh tumbuhan
berfungsi sebagai penutup dan pelindung jaringan lain yang ada di bawahnya.
Karena itu, jaringan epidermis terletak pada lapisan terluar akar, batang, daun,
bunga, buah dan biji. Ciri-ciri jaringan epidermis antara lain:
• Bentuk, ukuran serta susunan sel epidermis bervariasi.
• Umumnya terdiri dari satu lapisan sel, tetapi ada juga beberapa tumbuhan
yang mempunyai epidermis ganda seperti epidermis daun Ficus elastica.
• Susunan sel-sel epidermis rapat/kompak tanpa ruang antar sel.
• Terletak pada lapisan paling luar.
• Epidermis tersusun oleh sel-sel yang hidup, terdapat vakuola yang besar di
tengah.
• Umumnya tidak mengandung kloroplas, ada juga epidermis yang
mengandung kloroplas seperti epidermis tumbuhan hidrofit. Pada lapisan
epidermis kloroplas biasanya terdapat pada sel penutu stomata.
• Dinding sel epidermis ada yang tipis, ada yang berdinding tebal bahkan
sangat tebal karena dinding selnya mengandung lignin, ada juga dinding sel
epidermis yang dilapisi kutikula atau lilin yang berperan untuk mencegah
penguapan air yang berlebih.
b
c
15. 11
Gambar 5. Struktur jaringan epidermis
Diantara sel epidermis dapat mengalami perubahan bentuk dan fungsi
menjadi yang struktur yang disebut derivat epidermis. Derivat epidermis ini dapat
dijumpai pada akar, batang, daun dan bunga, misalnya : stomata pada daun, trikoma,
sel kipas pada daun Graminae, litokis pada daun Moraceae, Cucurbitaceae, bulu
akar pada organ akar, velamen pada akar anggrek, duri (spina)pada batang, sel
kersik (silika) pada batang tebu, papila pada daun mahkota bunga.
Stomata
Stomata merupakan celah pada epidermis organ tumbuhan yang berwarna
hijau, terutama daun. Stomata memiliki 2 sel penutup (sel penjaga) yang dikelilingi
2 atau lebih sel tetangga. Diantara kedua sel penutup terdapat celah (lubang) yang
disebut porus. Sel tetangga berperan dalam perubahan osmotik sel yang
menyebabkan gerakan sel penutup yang mengendur dan menegang terutama pada
membran di sisi porus sehingga mempengaruhi lebar dan kecilnya porus. (Lihat
gambar di bawah ini). Fungsi stomata adalah mengatur transpirasi dan mengatur
pertukaran CO2 dan O2.
Gambar 6. Struktur Stomata
16. 12
Tipe-tipe stomata berdasarkan kondisi sel tetanggga terhadap sel penutup :
Tipe Gramineae
Sel penutup berbentuk seperti barbel. Sel tetangga 2 buah, letaknya sejajar demgan
panjang sel penutup, berbentuk segitiga. Contohnya pada daun Zea mays (jagung).
Tipe Diasitk atau Labiatae
Sel penutup berbentuk seperti ginjal. Sel tetangga 2 buah, letaknya tegak lurus
terhadap panjang sel penutup. Contohnya pada daun Orthosiphon stamineus
(kumis kucing)
Tipe Parasitik atau Rubiaceae
Sel penutup berbentuk seperti ginjal. Sel tetangga 2 buah, letaknya sejajar dengan
panjang sel penutup. Contohnya pada daun Ixora paludosa (soka).
Tipe anisositik atau Solanaceae
Sel penutup berbentuk seperti ginjal. Sel tetangga 3 buah, letaknya mengelilingi
sel penutup. Contohnya pada daun Datura metel (kecubung).
Tipe aktinositik
Sel penutup berbentuk seperti ginjal. Beberapa sel tetangga tersusun radier/bintang
mengelilingi sel penutup dimana salah satu sumbu panjangnya tegak lurus
terhadap panjang sel penutup
Tipe siklositik
Sel peneutup benbentuk seperti ginjal. Satu ada dua lapis sel tetangga mengelilingi
sel penutup.
Tipe anomositik atau ranunculaceae
Sel penutup berbentuk seperti ginjal. Sel tetangga sama bentuk dan ukurannya
dengan sel epidermis . Contoh pada daun Chrysanthemum leucanthemum (krisan).
Beberapa tipe somata tersebut dapat dilihat pada gambar berikut.
17. 13
Tipe Gramineae Tipe Diasitik
Tipe Parasitik Tipe Anisositik
Gambar 7. Tipe Stomata
Berdasarkan kedudukan sel penutup di epidermis, stomata ada 3 jenis yakni a) tipe
panerofor, kedudukan sel penutup sama tinggi nya dengan permukaan sel
epidermis, b) tipe kriptofor, kedudukan sel penutup tenggelam, di bawah
permukaan sel-sel epidermis, c) tipe menonjol, kedudukan sel penutup menonjol
di atas permukaan epidermis. (lihat gambar berikut)
Gambar 8. Tipe stomata panerofor (kiri), kriptofor (tengah dan menonjol (kanan)
18. 14
Ontogeni Stomata
Asal usul dan perkembangan stomata sebagai berikut : a) sel induk stomata
(inisial stomata) membelah menjadi 2 buah sel anakan yang satu lebih besar dari
yang lainnya, b) sel yang kecil membelah menjadi 2 buah sel dan berdiferensiasi
menjadi sel penutup yang kemudian membesar menjadi bentuk yang khusus, dan
c) lamela tengah diantara kedua sel penutup mengalami perkembangan lebih lanjut
dan membentuk lubang stomata.
Trikoma
Trikoma merupakan tonjolan sel epidermis ke arah luar. Bentuk dan fungsi
trikoma bermacam-macam. Ada trikoma berbentuk rambut, sisik dan lain-
lain.Trikoma dapat terdiri dari satu sel atau banyak sel. Fungsi trikoma diantaranya
a) mengurangi penguapan, b) menyerap air serta garam-garam mineral, c)
melindungi tumbuhan dari gangguan luar, d) membantu penyerbukan, e)
mengeluarkan madu pada bunga. Dilihat dari kemampuan menghasilkan sekret,
trikoma dibagi menjadi dua yakni a) trikoma glandular, yaitu trikoma glandular
mengeluarkan sekret berupa garam, larutan gula, racun atau sekret lainnya.dan b)
trikoma non galndular, yaitu trikoma yang biasanya hanya berupa tonjolan seperti
duri-duri pada batang, daun atau buah yang tidak menghasilkan sekret. Beberapa
bentuk trikoma dapat dilihat pada gambar berikut.
20. 16
Litosit yang terdapat
dilapisan epidermis atas
daun Ficus elastica. Di
dalam
sistolit.
litosit terdapat
Beberapa derivat epidermis dapat dilihat pada gambar berikut .
Sel-sel kipas (bulliform cell)
pada daun Zea mays, terdapat
di lapisan epidermis atas,
tersusun seperti kipas.
Gambar 10. Sel kipas
Gambar 11. Litosit dan sitolit
(3) Jaringan Penyokong
Untuk penunjang tanaman agar dapat berdiri dengan kokoh dan kuat, di dalam
tumbuhan terdapat jaringan yang disebut jaringan penyokong. Jaringan penyokong
terbagi atas dua jenis jaringan, yaitu jaringan kolenkim dan jaringan sklerenkim.
Jaringan Kolenkim
Jaringan kolenkim menjadi penguat terutama organ-organ tumbuhan yang
masih aktif mengadakan pertumbuhan dan perkembangan. Jaringan kolenkim
berfungsi mengokohkan dan menjaga kelenturan tubuh tumbuhan. Kolenkim
mempunyai protoplas, dinding sel primer yang lebih tebal daripada sel parenkim.
Jaringan kolenkim biasanya berkelompok dalam bentuk untaian atau silinder.
Kolenkim tumbuh memanjang mengikuti daun dan akar yang disokongnya, banyak
terdapat pada organ yang masih muda, yang belum berkayu dan merupakan sel
21. 17
hidup. Kolenkim umumnya terletak di bagian perifer batang, tangkai daun, tangkai
bunga, ibu tulang daun.
Berdasarkan cara penebalan dinding selnya, ada beberapa tipe kolenkim
diantaranya :
• Kolenkim angular (sudut), penebalan nya di sudut-sudut sel, misalnya
terdapat pada tangkai daun Apium graveolens (saledri).
• Kolenkim lamelar (lempeng), penebalannya di dinding tangensial lebih
banyak daripada di dinding radial.
• Kolenkim lakunar ( tubular), penebalannya pada bagian yang berhadapan
dengan ruang antar sel.
• Kolenkim cincin, penebalannya pada semua sisi sel, sehingga melingkar
membentuk seperti cincin.
Jaringan Sklerenkim
Jaringan sklerenkim hanya terdapat pada organ tumbuhan dewasa. Sel
sklerenkim sel-selnya sudah mati dan dindingnya tebal berlignin (zat kayu),
misalnya terdapat pada endokarpium Cocos nucifera (tempurung kelapa), kulit biji
Jatropa curcas (jarak pagar). Menurut bentuknya, sklerenkim dibedakan atas 2
macam, yaitu:
• Skelereid (sel batu): selnya mati, ukuran dan bentuknya bermacam-macam,
berdinding sel sangat keras sehingga tahan tekanan, terdapat berkelompok
atau sendiri-sendiri. Contoh : sel-sel tempurung kelapa, kulit biji Havea
(karet)
• Serabut-serabut sklerenkim (serat), selnya dengan ukuran panjang dengan
ujung runcing, lumen sempit, dinding sel tebal, terdapat berkelompok atau
sendiri. Serabut sklerenkim terdapat diantara jaringan-jaringan lain di akar,
batang, daun dan buah.
Gambaran jaringan kolenkim dan sklerenkim dapat dilihat pada gambar berikut.
22. 18
Gambar 12. Struktur jaringan kolenkim dan sklerenkim
(4) Jaringan Pengangkut
Jaringan pengangkut pada tubuh tumbuhan terdiri atas jaringan xilem dan
floem. Jaringan ini merupakan jaringan khusus pada tumbuh-tumbuhan
berpembuluh untuk mengangkut air beserta unsur-unsur hara yang terlarut di
dalamnya yang diserap oleh akar dari tanah dan mengangkut zat-zat makanan hasil
fotosintesis untuk disalurkan ke bagian-bagian lain pada tumbuhan, yang
semuanyaitu memungkinkan tumbuhan untuk hidup dan berkembang.
Xilem
Xilem merupakan jaringan yang terdiri dari beberapa tipe sel baik yang hidup
maupun yang tidak hidup. Xilem yang merupakan hasil aktivitas dari meristem
apikal, disebut xilem primer. Xilem yang dibentuk dari aktivitas kambium
dinamakan xilem sekunder.
Unsur-unsur xilem (elemen xilem) terdiri dari unsur vasal (trakeid dan
trakea), serabut xilem (serat trakeid, serabut kayu), dan parenkim xilem (parenkim
kayu). Trakeid merupakan unsur xilem yang selnya memanjang dan berujung
runcing, berfungsi sebagai penopang dan penghantar air dan zat hara, dinding
selnya terdapat lubang-lubang atau pori-pori. Trakea merupakan unsur xilem yang
pendek dan lebar,
berbentuk silinder dan sel-selnya berupa sel mati, terdapat perforasi (lubang-lubang
pada ujung-ujungnya) , dinding selnya mempunyai penebalan dengan zat lignin,
ujung sel yang satu dengan sel trakea lainnya bersatu membentuk pembuluh yang
berpori-pori sebagai penghantar air dan zat-zat hara. Transportasi air dan zat hara
dalam trakea dapat berlangsung antara sel satu dengan sel yang lain secara bebas
23. 19
lewat perforasi. Serabut xilem, tersusun atas sel-sel panjang dengan ujung yang
runcing seperti trakeid tetapi lebih panjang selnya dan diameternya lebih kecil
daripada trakeid. Serabut dan trakeid saling melekat sehingga sulit dipisahkan.
Parenkim xilem, sama halnya dengan parenkim yang lainnya yang merupakan sel
hidup, mempunyai vakuola yang relatif besar yang berfungsi sebagai penyimpanan
cadangan makanan (zat tepung atau lipid),
tanin dan lain-lain. Parenkim xilem terdapat pada xilem primer dan xilem sekunder.
Gambar 13. Unsur-unsur xilem
Floem
Floem merupakan jaringan pengangkut yang berfungsi mengantarkan hasil
fotosintesis keseluruh bagian tumbbuhan. Floem tersusun ats sel-sel yang hidup dan
sel yang mati. Unsur-unsur floem (elemen floem) terdiri dari unsur kribal/ unsur
tapis (sel tapis dan pembuluh tapis), sel pengiring/sel pengantar, parenkim floem
dan serabut floem. Unsur penyusun pembuluh terdiri dari dua bentuk sel yaitu sel
tapisan yang merupakan sel tunggal dan buluh tapis berbentuk tabung dengan
bidang tapisan terletak disamping atau di ujung sel. Sifat khas unsur pembuluh
adalah adanya bidang tapisan pada dinding selnya. Sel tapis dan pembuluh tapis
serta sel pengiring yang berfungsi untuk menyalurkan hasil fotosintesis. Sel
pengiring adalah penyusun floem berupa sel-sel hidup. Sel pengiring berbentuk
silinder-silinder dan ukurannya bermacam-macam, serta plasmanya pekat.
Fungsinya burhubungan dengan buluh tapis yaitu mengatur translokasi hasil
fotosintesis. Sel pengiring berhubungan dengan buluh tapis melalui plasmodesmata.
Parenkim floem terdiri dari sel-sel hidup, berada diantara unsur-unsur floem,
24. 20
fungsinya untuk menyimpan cadangan makanan karbohidrat, lemak, tanin, resin
dan zat organik lain. Serabut floem, bentuknya panjang dengan ujung yang runcing,
ujung-ujung serabut berhimpit dan berdinding tebal, penebalan dinding ada berupa
lignin dan ada juga berupa selulosa.
Gambar 14. Unsur-unsur floem
Tipe Jaringan Pengangkut
Jaringan xilem dan floem dalam jaringan pegangkut selalu berdekatan,
membentuk suatu ikatan pembuluh atau berkas pengangkut. Berdasarkan letak
jaringan xilem dan floem, ada beberapa tipe jaringan pengangkut :
• Tipe kolateral tertutup,
merupakan berkas pengangkut dengan jaringan xilem dan floem terletak
berdampingan dan tidak ada terdapat kambium diantaranya. Contohnya,
umumnya pada batang tumbuhan monokotil.
• Tipe kolateral terbuka,
merupakan berkas pengangkut dengan jaringan xilem dan floem terletak
berdampingan dan terdapat kambium diantaranya. Contohnya, umumnya pada
batang tumbuhan dikotil.
• Tipe bikolateral,
merupakan berkas pengangkut dengan jaringan xilem dan floem terletak
berdampingan dimana terdapat sepasang xilem dengan satu floem ataupun
sepasang floem dengan satu xilem atau dengan kata lain ada xilem atau floem
yang mengapit. Diantara xilem dan floem terdapat kambium. Contohnya: berka
pengangkut pada batang Cucurbita moschata (labu kuning).
• Tipe konsentris amfikibral,
25. 21
merupakan berkas pengangkut dengan jaringan xilem dan floem terletak
berdampingan, dimana xilemnya berada di tengah dan floemnya di luar
mengelilingi xilem. Misalnya pada batang tumbuhan Pteridophyta.
• Tipe konsentris amfivasal,
merupakan berkas pengangkut dengan jaringan xilem dan floem terletak
berdampingan, dimana floemnya berada di tengah dan xilemnya di luar
mengelilingi floem . Misalnya ditemukan pada beberapa dikotil seperti pada
ikatan pembuluh medulla pada Begonia dan pada monokotil berkambium
seperti pada Aloe, Liliaceae.
• Tipe radial,
merupakan berkas pengangkut dimana letak xilem dan floem berdampingan
secara bergantian sesuai jari-jari lingkaran. Tipe ini dapat dijumpai pada organ
akar.
Gambar 15. Tipe berkas pengangkut
2.3.2 Struktur Anatomi Organ Pada Tumbuhan
Secara umum tubuh tumbuhan terbagi ke dalam sistem akar dan sistem tunas.
Dua bagian ini merupakan bentuk adaptasi evolusioner yang memungkinkan
tumbuhan mendapatkan akses pada sumberdaya baik dari lingkungan tanah maupun
udara. Sistem tersebut terdiri atas organ-organ. Sebagaimana telah anda ketahui,
organ merupakan kumpulan beberapa jaringan yang menjalankan suatu fungsi
tertentu. Organ pada tumbuhan dapat dibedakan menjadi organ vegetatif danorgan
26. 22
generatif. Organ vegetatif yaitu akar, batang, dan daun. Organ generatif yaitu
bunga, buah, dan biji.
a) Struktur Akar
Akar merupakan organ tumbuhan yang biasanya berada di bawah tanah,
meskipun ada yang berada di permukaan tanah. Fungsi akar antara lain
menambatkan tubuh tumbuhan pada tanah, menyerap air dan nutrisi, dan pada
beberapa tumbuhan digunakan sebagai tempat menyimpan cadangan makanan
dalam jumlah besar.
(1) Struktur Morfologi Akar
Pada tumbuhan dikotil, umumnya memiliki sistem akar tunggang yaitu tipe
akar dengan satu akar vertikal besar dengan akar lateral yang lebih kecil. Akar
tunggang mampu menjangkau sumber air hingga jauh ke dalam tanah, sekaligus
menjadikan tumbuhan tertambat dengan sangat kuat. Beberapa tumbuhan dikotil
memodifikasi akar tunggangnya sebagai tempat menyimpan cadangan makanan
seperti wortel dan lobak.
Pada monokotil, memiliki sistem akar serabut. Akar serabut terdiri dari untaian akar
menyerupai benang atau tali dengan ukuran yang hampir sama, tumbuh dari
pangkal batang. Sistem akar ini menyebar beberapa sentimeter di bawah permukaan
tanah, sehingga memiliki akses penyerapan yang lebih cepat dari air hujan. Menurut
Campell,et.al. (2009) karena perakarannya yang terkonsenterasi di bagian atas
tanah, tumbuhan jenis rumput-rumputan akan menahan lapisan atas tanah tetap
ditempatnya dan membuat penutup tanah yang bagus untuk mencegah erosi.
Akar monokotil dan dikotil ujungnya dilindungi oleh tudung akar atau
kaliptra, berfungsi melindungi dan membantu ujung akar dapat menembus tanah.
Bagian ujung akar berperan penting dalam ketersediaan air dan nutrisi bagi
tumbuahan. Pada bagian inilah penyerapan air dan nutrisi lebih efektif dilakukan
oleh akar beserta rambut-rambut akarnya yang sangat halus. Rambut akar
merupakan perluasan lapisan epidermis pada permukaan akar, berbeda dengan
cabang akar yang merupakan bagian organ akar dengan banyak sel yang dibentuk
27. 23
oleh jaringan perisikel. Pada bagian rambut akar ini juga sering terjadi simbiosis
dengan bakteri pengikat nitrogen sehingga membentuk struktur nodul (bintil akar).
(2) Struktur Anatomi Akar
Bagian akar terbagi menjadi struktur luar dan struktur dalam. Struktur luar
akar terdiri atas tudung akar, batang akar, cabang akar (pada dikotil), dan rambut-
rambut akar. Sementara itu, struktur anatomi akar berturut-turut dari luar ke dalam
tersusun oleh jaringan epidermis, korteks, endodermis, dan stele (silinder pusat).
Perhatikanlah gambar berikut.
Gambar 16. Struktur anatomi akar tumbuhan dikotil dan monokotil
Epidermis
Lapisan epidermis tersusunan sel-sel rapat dengan dinding sel tipis sehingga
mudah dilewati air. Namun kadang-kadang dinding sel paling luar berkutikula.
Pada akar yang terdapat di luar tanah dan pada bagian akar dalam tanah yang
mempertahankan epidermisnya, dinding luar menebal, dapat berisi lignin dan zat
lain. Lapisan epidermis biasanya satu lapisan sel, tetapi terdapat pengecualian
misalnya akar udara tumbuhan anggota Orchidaceae dan Araceae yang bersifat
epifit, epidermisnya berlapis banyak dan terspesialisasi membentuk jaringan khusus
disebut velamen. Diantara sel-sel epidermis akar dapat mengalami modifikasi
menjadi rambut akar yang berfungsi untuk memperluas bidang penyerapan.
Korteks
Daerah korteks terletak langsung di bawah epidermis, sebagian besar
tersusun oleh jaringan parenkim yang sel-selnya tersusun longgar sehingga banyak
28. 24
ruang antar selnya. Sel-sel parenkim pada korteks akar sering mengandung tepung,
kadang-kadang kristal kalsium oksalat. Selain parenkim juga terdapat kolenkim.
Pada sejumlah besar monokotil , pada daerah korteks sering terbentuk serabut
slerenkim dan berbagai sel yang berdinding tebal sebagai penguat. Lapisan terluar
korteks yang langsung berbatasan dengan epidermis, dapat mengadakan
diferensiasi menjadi hipodermis yang dinding selnya mengandung suberin atau
lignin yang disebut juga eksodermis. Eksodermis dapat terdiri dari selapis sel atau
lebih. Sedangkan lapisan paling dalam korteks akar berkembang dan berdiferensiasi
menjadi endodermis.
Endodermis
Lapisan endodermis sebenarnya merupakan lapisan korteks yang terdalam,
merupakan pemisah antara korteks dengan silinder pusat. Endodermis berupa satu
lapis sel, tersusun rapat, dan dinding selnya mengalami penebalan pada sisi radial
dan tangensial dengan suberin dan kutin sehingga membentuk penebalan berupa
pita yang disebut pita kaspari. Diantara sel-sel endodermis ini ada yang tidak
mengalami penebalan dinding, disebut sel peresap (sel pelalu), berfungsi untuk
masuknya air dan zat hara ke jaringan xilem.
Silinder Pusat (stele)
Lapisan terluar dari stele adalah perikel atau perikambium. Perisikel
terletak di sebelah dalam endodermis, berfungsi untuk membentuk cabang akar
dan berperan dalam pertumbuhan sekunder. Di bagian dalam perisikel langsung
berbatasan dengan protofloem dan protoxilem yang tersusun secara radial,
sehingga berkas pengangkut pada akar dinamakan tipe radial. Bila jumlah berkas
pembuluh tidak banyak, maka sering xilem bersatu di bagian tengah akar sehingga
akar tidak berempulur. Berdasarkan jumlah protoxilem atau jumlah lengan (jari-
jari) xilem, akar dikenal dengan xilem diarkh, triarkh, tetrarkh, pentarkh, poliarkh
29. 25
(masing-masing artinya 2, 3, 4, 5, banyak kelompok protoxilem atau berkas xilem).
Empulur pada akar terdiri atas parenkim dan terletak di bagian paling dalam.
Gambar 17. Ilustrasi diagram dari susunan jumlah protoxilem pada irisan
melintang akar. A.Diarkh; B.Triarkh; C.Tetrarkh; D. Poliarkh (○: proto xilem, ●:
floem)
b) Struktur Batang
Batang merupakan sumbu tubuh tumbuhan dengan daun dan akar yang
melekat padanya. . Batang sebagian besar tumbuhan terletak di atas tanah, namun
tidak sedikit pula yang batangnya terdapat di dalam tanah. Fungsi batang antara lain
sebagai tempat pengangkutan air dan unsur hara dari akar dan jalan pengangkutan
hasil asimilasi dari daun ke bagian tubuh tumbuhan lainnya, memperluas tajuk
tumbuhan untuk efisiensi penangkapan cahaya matahari, tempat tumbuhnya organ-
organ generatif, efisiensi penyerbukan, pada tumbuhan tertentu sebagai tempat
penyimpanan makanan cadangan, misalnya berupa umbi atau rimpang.
(1) Struktur Morfologi Batang
Batang mumnya berbentuk bulat panjang seperti silinder atau dapat pula
mempunyai bentuk lain seperti segitiga atau pipih, akan tetapi selalu bersifat
aktinomorf. Batang memiliki ciri-ciri mempunyai ruas-ruas dan buku-buku, pada
buku-buku inilah munculnya tunas yang membentuk daun, akar, cabang batang atau
bunga. Batang umumnya terletak di atas tanah, biasanya tumbuh ke atas menuju
cahaya atau matahari (bersifat fototrop atau heliotrop). Selalu bertambah panjang
di ujungnya, oleh sebab itu sering dikatakan, bahwa batang mempunyai
pertumbuhan yang tidak terbatas. Umumnya batang tidak berwarna hijau, kecuali
tumbuhan yang umurnya pendek, misalnya rumput dan waktu batang masih muda.
30. 26
(2) Struktur Anatomi Batang
Secara umum struktur jaringan penyusun batang tumbuhan berturut-turut dari
luar ke dalam terdiri atas tiga bagian, yaitu epidermis, korteks, dan stele.
Epidermis
Umumnya epidermis tersusun oleh selapis sel, terdiri tersusun rapat, tanpa ruang
antarsel, dinding luar terdapat kutikula yang berfungsi untuk melindungi batang
dari kehilangan air yang terlalu besar. Pada tumbuhan kayu yang telah tua terdapat
kambium gabus yang menggantikan fungsi jaringan primer (epidermis), jaringan
gabus berperan dalam melakukan pertukaran gas melalui celah yang disebut
lentisel. Pada beberapa jenis tumbuhan, epidermis dapat lebih dari satu lapis sel
(epidermis ganda, multiple epidermis). Lapisan epidermis kedua dan seterusnya
dapat disebut sebagai hipodermis. Pada epidermis batang dapat ditemukan derivat
epidermis misalnya: trikoma, sering dijumpai pada batang muda; sel silika, dan sel
gabus pada batang tebu atau Poaceae).
Korteks
Korteks merupakan daerah antara epidermis dan silinder pembuluh paling
luar. Korteks batang sebagian besar tersusun oleh parenkim yangumumnya
bentuknya tidak teratur dan berdinding tipis, banyak ruang antarsel. Di tepi luar
korteks sering terdapat kolenkim atau sklerenkim yang berfungsi sebagai
penyokong. Kolenkim sering ditemukan di bagian perifer batang membentuk
lingkaran penuh atau seperti rusuk-rusuk. Lapisan terdalam korteks adalah
endodermis. Untuk beberapa batang tumbuhan endodermis tidak terlihat jelas
sehingga batas antara korteks dan stele juga tidak jelas. Pada batang tumbuhan
monokotil, korteks tidak jelas karena kondisi berkas pengangkut yang tersebar
diantara parenkim di daerah korteks tersebut.
31. 27
Silinder Pusat (Stele)
Stele merupakan sistem jaringan primer yang terdiri atas satuan berkas
pengangkut beserta jaringan dasar pendukungnya misalnya empulur, perisikel,
jaringan intervaskuler, baik tersusun sederhana maupun kompleks. Pada tumbuhan
dikotil, stele tersusun atas perisikel (perikambium), berkas pengangkut dan
empulur, berkas pengangkut letaknya dipisahkan satu dengan yang lainnya oleh
deretan sel-sel parenkimdan tersusun teratur melingkar permukaan batang, tipe
berkas pengangkut koleral terbuka. Pada tumbuhan monokotil, korteks dan empulur
tidak dapat dibedakan dengan jelas.
Berkas pengangkut bervariasi dalam ukuran dan susunannya. Letak floem
terhadap xilem bervariasi. Berakaitan dengan letak floem terhadap xilem, tipe stele
dapat dibagi menjadi 2 kelompok dasar yaitu protostele, dengan sumbu xilem padat
tanpa empulur, dikelilingi floem; dan sifonestele dengan xilem tidak padat,
melainkan memiliki silinder parenkim di tengah. Rinciannya sebagai berikut :
Protostele dibedakan atas :
• Haplostele, dengan xilem pusat bundar pada penampang melintang,
dikelilingi oleh floem, contoh batang Salaginella;
• Aktinostele, bagian xilem pusat dengan tipe tidak rata melainkan berombak,
berbentuk seperti bintang, contoh batang Lycopodium dan Psilotum,
umumnya akar
• Plektostele, bagian tengah xilem terbelah menjadi seri papan dan silinder
kecil, sedang floem ada di sel-selnya contoh batang Lycopodium annotinum.
Sifonostele dibedakan atas :
• Sifonostele ektofloik, empulur dikelilingi oleh xilem yang konsentris, dan
xilem dikelilingi oleh floem yang konsentris, contoh pada batang selaginella
• Sifonostele amfifloik, dengan floem konsentris sebelah luar dan floem
konsentris sebelah dalam dari silinder xilem, mengelilingi empulur, contoh
batang Adiantum dan Marsilea.
• Diktiostele, merupakan tipe stele dengan banyak jendela daun. Ikatan
pembuluh terpisah dan mempunyai tipe konsentris amfikribal, secara individu
ikatan pembuluh yang demikian disebut meristele.
32. 28
• Eustele, merupakan stele dimana ikan pembuluhnya kolateral atau bikolateral
dengan jendela daun dan jaringan intervaskulernya tidak dapat dipisahkan
satu sama lain. Umumnya terdapat pada batang Gymnospermae dan
Dicotyledoneae.
• Ataktostele, merupakan stele dengan sistem jaringan pengangkut tersebar.
Terdapat pada batang tumbuhan monocotyledoneae
Gambar 18. Tipe Stele
Dari aspek anatomi banyak perbedaan antara batang dikotil dan batang
monokotil, diantaranya dari aspek tipe jaringan pengangkut, letak/susunan jaringan
pengangkut, ada tidaknya kambium dan lain-lain. Perbedaan tersebut dapat diamati
pada gambar berikut.
Gambar 19. Struktur batang dikotil (kiri) dan monokotil (kanan)
33. 29
memperkirakan umur pohon.
Pertumbuhan Sekunder Batang
Batang tumbuhan dikotil dapat mengadakan pertumbuhan sekunder.
Pertumbuhan sekunder ini terjadi akibat aktivitas kambium yang terdapat diantara
xilem dan floem. Kerah luar kambium membentuk floem sekunder dan ke arah
dalam kambium membentuk xilem sekunder. Kambium terus membelah
membentuk floem sekunder dan xilem sekunder, peristiwa ini menyebabkan
bertambahnya diameter batang tumbuhan dikotil. Apabila cadangan makanan
cukup banyak, misalnya pada musim penghujan, sel-sel kambium membelah
membentuk sel-sel xilem dan floem baru (xilem sekunder dan floem sekunder).
Pada musim kemarau atau makanan cadangan berkurang, laju pembelahan sel-sel
kambium berkurang sehingga penambahan xilem dan floem juga berkurang.
Aktivitas kambium menyebabkan
terbentuknya lingkaran tahun (annual ring),
yaitu lingkaran atau lapisan yang
menunjukkan kambium melakukan
pembelahan dan pada saat kambium tidak
melakukan kegiatan. Lingkaran tahun
berbentuk lapisan melingkar berselang-
seling berupa garis dan berguna untuk
Batang yang mengalami pertumbuhan sekunder, epidermisnya akan rusak
dan digantikan oleh jaringan periderm (jaringan gabus). Pembentukan sel-sel baru
pada kambium menyebabkan sel-sel korteks terdesak ke arah epidermis sehingga
lapisan epidermis menjadi sobek-sobek. Lapisan korteks yang terdesak membentuk
lapisan sel meristematik atau sel yang selalu membelah dan disebut kambium gabus
(felogen). Kambium gabus menghasilkan dua tipe sel, yaitu ke arah luar membentuk
jaringan gabus (felem) dan ke arah dalam membentuk jaringan feloderm. Jadi
periderm pada dasarnya meliputi tiga jaringan yaitu dari luar berturut-turut felem,
felogen, dan feloderm. Jaringan gabus terdiri atas sel-sel mati yang dilapisi suberin
(zat gabus) dan bersifat tidak tembus air maupun udara sehingga dapat berfungsi
Gambar 20. Anatomi batang
tumbuhan yang mengalami
pertumbuhan sekunder
34. 30
untuk melindungi lapisan yang ada di dalamnya. Lapisan feloderm adalah sel-sel
hidup yang terdiri atas sel-sel parenkim. Adanya jaringan gabus menyebabkan
udara tidak leluasa masuk ke dalam bagian sel hidup di bagian dalam. Namun, di
antara jaringan gabus terdapat lentisel, yaitu celah sebagai jalan masuk dan
keluarnya udara ke sel-sel hidup di sebelah dalam jaringan gabus.
c) Struktur Daun
Daun merupakan organ yang mempunyai peran yang sangat penting bagi
kelangsungan hidup tumbuhan. Mengapa demikian ? Karena di daun terjadi proses
proses fotosintesis yang menghasilkan bahan-bahan organik yang diperlukan
pertumbuhan dan perkembangan. Untuk fotosintesis diperlukan sinar dan klorofil
serta CO2 dan H2O sebagai bahan baku, dengan demikian. Selain itu, struktur
morfologi dan struktur anatomi daun berhubungan dengan fungsi daun dalam
fotosintesis tersebut. Selain itu daun juga berfungsi pada pernafasan tumbuhan
yakni dalam pertukaran O2 dan CO2 melalui stomata dan juga berfungsi dalam hal
transpirasi (penguapan).
(1) Struktur Morfologi Daun
Secara morfologi, daun merupakan organ tumbuhan yang berwarna hijau,
daun sempurna memiliki bagian helaian daun (lamina), tangkai daun (petiolus) dan
atau pelepah daun (vagina). Tangkai dan pelepah daun mendudukkan daun pada
batang sehinggai posisi helaian daun pada batang sedemikian rupa sesuai dengan
fungsinya . Helaian daun tipis atau tebal, bentuknya bermacam-macam, permukaan
daun ada yang licin atau berambut-rambut (trikoma) tetapi strukturnya tetap pipih.
Tata letak daun pada batang (filotaksis) mempunyai keteraturan sehingga bisa
ditentukan rumus tata letak daun tersebut. Kelompok tumbuhan tertentu
mempunyai tata letak daun yang sama.
(2) Struktur Anatomi Daun
Daun merupakan organ tumbuhan yang berwarna hijau, warna hijau ini
berasal dari warna klorofil yang ada di daun. Seperti yang sudah dijelaskan di kb 1
35. 31
bahwa klorofil itu terdapat di dalam kloroplas, tepatnya di grana. Klorofil berperan
menangkap energi matahari, dan energi itu digunakan untuk reaksi-reaksi dalam
reaksi terang dalam proses fotosintesis, akibatnya bisa berlanjut ke reaksi gelap
untuk menghasilkan gukosa (karbohidrat). Selain klorofil, sebenarnya daun juga
memiliki pigmen lain, misalnya karoten (berwarna jingga), xantofil (berwarna
kuning), dan antosianin (berwarna merah, biru, atau ungu, tergantung derajat
keasaman). Daun juga dapat berfungsi untuk respirasi dan tranpirasi (penguapan)
karena daun mempunyai stomata pada lapisanepidermisnya. Daun disusun oleh
jaringan epidermis, mesofil dan jaringan pengangkut.
Epidermis
Epidermis daun umumnya terdiri dari satu lapis sel, tetapi ada pula yang
berlapis banyak (epidermis ganda atau multiple epidermis) seperti pada daun Ficus
elastica dan daun Nerium oleander mempunyai epidermis ganda pada epidermis
atasnya. Epidermis terdapat di permukaan atas daun (disebut epidermis atas atau
adaksial) dan di permukaan bawah daun (disebut epidermis bawah atau abaksial).
Dinding sel epidermis mengalami penebalan yang tidak merata, yang menghadap
keluar umumnya berdinding lebih tebal, terdiri dari lignin atau kutin. Ada beberapa
derivat epidermis pada daun, seperti stomata, trikoma dan sel kipas. Berdasarkan
adanya stomata pada epidermis, dikenal tiga jenis daun yakni daun epistomatik
(stomata hanya terdapat pada epidermis atas), daun hipostomatik (stomata hanya
terdapat di epidermis bawah) dan amfistomatik (stomata yang terdapat di epidermis
atas dan epidermis bawah).
Mesofil
Pada daun, mesofil terletak diantara epidermis atas dan epidermis bawah
yang didominasi oleh jaringan parenkim. Di mesofil ini juga terdapat jaringan
pengangkut. Jaringan parenkim yang menyusun mesofil ini dapat terdiferensiasi
menjadi parenkim palisade (parenkim pagar) dan paremkim spons (parenkim bunga
karang), tetapi ada daun tumbuhan tertentu yang parenkim mesofilnya tidak
terdiferensiasi menjadi parenkim palisade dan spons (mempunyai parenkim yang
36. 32
sama bentuk sel-selnya).. Parenkim palisade mempunyai kloroplas yang lebih
banyak daripada parenkim spos, bentuk sel-selnya pangjang dan tersusun seperti
pagar, biasanya berada di sebelah dalam epidermis atas namun ada juga yang berada
di sebelah dalam epidermis atas dan bawah (di kedua sisi daun). Parenkim spons
mempunyai kloroplas yang lebih sedikit dibandingkan parenkim palisadae, bentuk
sel-selnya relatif tidak teratur dengan susunan yang longgar sehingga banyak ruang
antar selnya, biasanya berada di sebelah dalam epidermis bawah namun ada yang
berada diantara parenkim palisade jika mesofil mempunyai parenkim palisade atas
dan bawah. Parenkim palisade dan parenkim spons memiliki kloroplas sehingga
kedua parenkim ini sama-sama berfungsi untuk fotosintesis.
Berdasarkan susunan parenkim yang terdapat di mesofil, dikenal tiga jenis
daun yakni :
• Daun dorsiventral atau bifasial, yaitu daun yang mesofilnya
terdiferensiasi menjadi parenkim palisade di satu sisi daun dan
parenkim spons di sisi lainnya.
• Daun isobilateral atau isolateral atau unifasial, yaitu daun yang
mesofilnya tidak terdiferensiasi menjadi parenkim yang berbeda atau
mesofilnya terdiferensiasi menjadi parenkimpalisade di kedua sisi
daun dan parenkim spons diantara parenkim palisade.
• Daun sentris, yaitu daun yang parenkim pada mesofilnya berada
kelililing di bawah epidermis pada daun yang bentuknya segitiga
(tidak pipih) seperti pada parenkim pada daun Pinus merkusii.
Berkas pengangkut
Sistem jaringan pengangkut pada daun terletak di dalam tulang daun beserta
vena-venanya. Pada penampang melintang daun, berkas pengangkut ini terdiri dari
satu ikatan pembuluh, yang xilemnya terletak menghadap ke epidermis atas daun
dan floemnya ke epidermis bawah daun. Pada tulang daun yang lebih kecil atau
vena daun, berkas pengangkutnya dapat lebih sederhana dan kadang-kadang tidak
37. 33
sempurna, terdiri atas xilem saja (misalnya berkas pengangkut yang menuju ke
hidatoda) atau floem saja.
Gambar 21. Struktur anatomi daun
Struktur Anatomi Daun dalam Lingkungan Khusus
Struktur morfologi dan anatomi suatu tumbuhan kadang terlihat tidak seperti ciri
umum yang dijelaskan di atas. Untuk tumbuhan yang hidup di kondisi lingkungan
khusus, terdapat variasi ciri tumbuhan tersebut diantaranya pada ciri morfologi dan
anatomi. Variasi ciri tersebut misalnya terlihat pada tumbuhan xerofit yang
menyesuaikan diri dengan keadaan kekurangan air, contohnya tumbuhan kaktus.
Variasi ciri daun tumbuhan xerofit antara lain mempunyai permukaan yang sangat
sempit bahkan bisa berbentuk seperti duri (untuk mengatasi penguapan yang
berlebih), batangnya yang hijau (untuk melakukan fungsi fotosintesis, karena daun
yang benrbentuk duri tidak mengandung klorofil), akarnya yang panjang menembus
tanah (untuk mendapatkan air yang jauh di bawah tanah), epidermis tersusun atas
lebih dari satu lapisan sel (untuk mengatasi penguapan yang berlebih), stomata
tersembunyi dalam cekungan epidermis (tipe kriptopor), pada epidermis sering
terdapat trikoma, sel-sel epidermis mengalami kutinasi/lignifikasi yang tebal.
38. 34
d) Struktur Bunga
Bunga dianggap merupakan modifikasi dari daun karena dari ciri morfologi
perhiasan bunga baikdaun kelopak atau daun mahkota mirip dengan helaian daun,
dan dari ciri anatomi juga mirip dengan anatomi daun. Bunga merupakan organ
reproduksi generatif pada tumbuhan Spermatophyta, karena pada bungalah
terbentuk serbuk sari (polen) yang meruakan gamet jantan dan kandung lembaga
yang merupakan gamet betina.
(1) Struktur Morfologi Bunga
Bagian-bagian bunga adalah tangkai bunga (pediselus), dasar bunga
(reseptakulum), kelopak bunga (kaliks) yang tersusun dari satu atau lebih daun
kelopak (sepalum), mahkota bunga (korola) tersusun dari satu atau lebih daun
mahkota (petalum) serta alat reproduksi yang terdiri atas benang sari (stamen) dan
putik (pistilum). Kelopak bunga (kaliks), umumnya berwarna hijau, melindungi
bunga pada saat bunga masih berbentuk kuncup bunga. Mahkota bunga (korola),
umumnya ukurannya lebih besar daripada kelopak bunga, seringkali memiliki
warna yang menarik,memiliki aroma yang khas sehingga sering berfungsi sebagai
daya tarik serangga yang membantu penyerbukan, melindungi alat kelamin bunga
sebelum terjadinya penyerbukan. Benang sari (satamen) merupakan alat kelamin
jantan pada bunga, terdiri dari kepala sari (antera) dan tangkai sari (filamentum).
Putik (pistilum) merupakan alat kelamin betina pada bunga, terdiri dari kepala puti
(stigma), tangkai puti (stilus) dan bakal buah (ovarium).
39. 35
Gambar 22. Struktur Morfologi Bunga
Berdasarkan kelengkapan bagian-bagiannya, bunga dikelompokkan
menjadi bunga lengkap dan bunga tidak lengkap. Bunga lengkap memiliki seluruh
bagian-bagian bunga, sedangkan bunga tidak lengkap tidak memiliki salah satu dari
bagian-bagian bunga. Berdasarkan alat kelamin yang dimilikinya, bunga
dikelompokkan menjadi : bunga banci atau bunga hermafrodit (bunga yang
mempunyai benang sari dan putik), bunga jantan (bunga yang hanya mempunyai
benang sari) dan bunga betina (bunga yang hanya mempunyai putik).
(2) Struktur Anatomi Bunga
Daun kelopak dan daun mahkota pada bunga memiliki struktur anatomi
yang mirip dengan daun yakni memiliki epidermis atas yang umumnya terdiri dari
selapis sel, mesofil tersusun atas parenkim dan terdapat jaringan pengangkut di
daerah mesofil tersebut, namun pada parenkim di mesofil tersebut tidak berfungsi
untuk fotosintesis karena tidak mengandung kloroplas tetapi mengandung pigmen
antosianin yang terdapat pada vakuola. Struktur anatomi kepala sarinya meliputi
dinding anther, lokulus, dan di dalam lokulus terdapat serbuk sari. Dinding anthera
terdiri atas dua lapis yaitu lapisan luar (eksotesium) dan lapisan dalam
(endotesium). Pada eksotesium ditemukan sel-sel yang berbentuk khusus yang
disebut stomium, yang merupakan tempat keluarnya serbuk sari yang telah masak.
Kepala putik, epidermisnya seringkali terdapat papila (derivat eoidermis). Tangkai
40. 36
putik tersusun oleh parenkim. Bakal nuah (ovarium) terdiri dari epidermis luar dan
epidermis dalam, diantanya terdapat parenkim dan juga jaringan pengangkut. Untuk
bakal buah yang mempunyai lebih dari satu ruang bakal buah, terdapat septum
(merupakan parenkim) diantara ruang bakal buah. Struktur anatomi bunga tersebut
dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 23. Anatomi daun mahkota bunga.
Terdiri dari epidermis atas dan epidermis bawah,
parenkim yang tidak terdiferensiasi dan jaringan
pembuluh
Gambar 24. Anthera (kepala sari). a). morfologi stamen
(benang sari), terdiri dari anthera dan filamen. b).
anatomi anthera muda, c). anatomi anthera masak
yang sudah terbentuk polen (serbuk sari) dalam
lokulus
41. 37
Gambar 25. Pistilum dan Ovarium. Dari kiri ke kanan :
morfologi pistilum yang terdiri dari stigma, stylus dan
ovarium, anatomi ovarium (bakal buah) dengan kandung
lembaga muda, anatomi ovarium dengan kandung
lembaga masak.
e) Struktur Buah dan Biji
Buah berkembang dari bakal buah. Bagi tumbuhan, buah berfungsi sebagai
tempat menyimpan makanan cadangan dan membungkus/melindungi biji.
(1) Struktur Morfologi Buah dan Biji
Berdasarkan jumlah bakal buah yang membentuknya, buah dibedakan
menjadi tiga yaitu :
(a) Buah tunggal yaitu buah yang dibentuk oleh satu bakal buah. Misalnya buah
mangga.
(b) Buah ganda (agregat) yaitu buah yang dibentuk oleh banyak bakal buah.
Misalnya buah sirsak, arbei, dan srikaya.
(c) Buah majemuk yaitu buah yang dibentuk oleh banyak bakal buah dari banyak
bunga. Misalnya buah nanas, keluih, dan Artocarpus integra (nangka)
Berdasarkan bagian bunga yang membentunya, buah ada dua macam,
yaitu :
(a) Buah sejati, yaitu buah yang terbentuk dari bakal buah. Buah sejati dibedakan
menjadi buah sejati tunggal, sejati ganda dan sejati majemuk.
Contoh buah sejati: Mangifera indica (mangga).
(b) Buah semu, yaitu buah yang terbentuk dari bakal buah dan bagian-bagian lain
dari bunga, misalnya tangkai bunga, kelopak, tenda bunga, dasar bunga, dan
42. 38
dasar bunga bersama. Contoh buah semu: Anacardium ocidentale (jambu
mente), Artocarpus integra (nangka).
Biji berasal dari bakal biji yang berkembang setelah mengalami pembuahan.
Biji merupakan alat perkembangbiakan tumbuhan angiospermae (Magnoliophyta),
karena di dalam biji tersebut ditemukan embrio yang merupakan calon tumbuhan
baru. Untuk perkecambahan biji memerlukan tenaga yang diperoleh dari
pemecahan makanan cadangan. Biji mempunyai bentuk yang bermacam-macam,
misalnya menyudut, ginjal, bulat, memanjang, bulat telur dan lain-lain. Bagian-
bagian biji terdiri atas :
(a) Kulit biji (spermadermis), merupakan bagian terluar biji, kulit biji pada
tumbuhan ada yang terdiri atas dua lapis, ada juga yang tiga lapis.
(b) Inti biji (fucleus seminis), merupakan lapisan dalam pada biji, inti biji
terdiri atas embrio dan cadangan makanan.
(c) Tali pusat (funicelus), tali pusar merupakan bagian yang
menghubungkan biji dengan plasenta.
(2) Struktur Anatomi Buah dan Biji
Buah tersusun atas biji, daging buah, dan kulit buah. Kulit buah yang masak
dapat dibedakan menjadi tiga lapisan, yaitu epikarp, mesokarp, dan endokarp.
(a) Epikarp/eksokarp merupakan lapisan luar yang keras dan tidak tembus air
(b) Mesokarp merupakan lapisan yang tebal dan berserabut, misalnya bersabut
(kelapa), berdaging (mangga dan pepaya)
(c) Endokarp merupakan lapisan paling dalam yang tersusun atas lapisan sel
yang sangat keras dan tebal, misalnya tempurung (kelapa), berupa selaput
tipis (rambutan).
43. 39
Gambar 26. Bagian-Bagian Buah
Kulit biji seharusnya merupakan perkembangan integumen tetapi kadang-
kadang tidak hanya integumen saja. Jaringan yang mungkin membentuk kulit biji
adalah kalaza, raphe, dan sebagian jaringan nuselus. Sel-sel penyusun kulit biji
kemungkinan sel gabus, sel kristal, sel lendir, sel tanin, sel sklerenkim dan
sebagainya. Jaringan yang mungkin tampak pada penampang melintang biji di
antaranya: jaringan kulit biji yang tersusun dari lapisan sel makrosklereida atau
osteosklereida, hilum, endosperma yang berisi butir amilum atau minyak bahkan
mungkin aleuron, embrio, dan sebagainya. Bagian-bagian biji sebagai berikut :
(a) Kotiledon, cadangan makanan embrio.
(b) Plumula, berdeferensiasi menjadi bakal daun.
(c) Radikula, bakal calon akar.
(d) Epikotil, bakal batang yang berada di atas kotiledon.
(e) Hipokotil, bakal batang yang berada di bawah kotiledon.
(f) Skutelum, permukaan keras.
(g) Testa, pelindung biji
44. 40
Gambar 27. Bagian-bagian Biji
2.3.3 Proes Fisiologi Tumbuhan
a) Transportasi Pada Tumbuhan
Proses transportasi pada tumbuhan Spermatophyta meliputi transportasi air
dan mineral dari dalam tanah ke akar lalu dilanjutkan ke batang hingga ke seluruh
bagian tumbuhan dan transportasi hasil fotosintesis dari daun ke seluruh tubuh
tumbuhan. Tranportasi zat-zat tersebut dibedakan atas dua sistem yaitu sintem
transportasi ekstravaskular dan sistem tranportasi intravaskular.
(1) Sistem Transportasi Ekstravaskular
Sistem transportasi ekstravaskuler pada jenis tanaman tingkat tinggi ini, akan
mengangkut air dan mineral yang ada di dalam tanah melalui rambut-rambut akar
atau epidermis akar masuk ke jaringan parenkim di korteks dan selanjutnya menuju
silinder pusat. Transportasi ekstravaskular ini berlangsung dengan dua cara yakni
:
• Secara apoplas, sistem pengangkutan air dan mineral dari dalam tanah
masuk melalui rambut akar ke korteks akar melalui jaringan mati atau sel
mati tanaman, misalnya melalui ruang antar sel dan dinding sel (lamela
tengah). Air dan mineral tidak bisa menembus semua sel endodermis
dikarenakan pada endodermis yang memiliki pita kaspari (sisi sel
endodermis yang mengalami penebalan dinding suberin) yang menutupi
jalan masuk air menuju xilem, namun air dan mineral dalam masuk ke
45. 41
jaringan xilem melalui sel peresap/sel pelalu (sel endodermis yang tidak
menebal).
• Secara simplas, cara kerja transportasi simplas berlawanan dengan
apoplas. Sistem transportasi simplas pada tanaman yaitu pengangkutan
air dan mineral dari dalam tanah melalui jaringan hidup atau sel hidup
tumbuhan, dari sitoplasma sel yang satu ke sitoplasma sel berikutnya
hingga sampai ke endodermis. Pada transport jenis simplas terjadi proses
transpor aktif dan osmosis pada plasmodesmata. Mekanismenya yaitu,
pada saat air dan garam-garam mineral tanah masuk ke tumbuhan
melalui rambut akar menuju sel-sel parenkim, lalu dari parenkim
melewati sel endodermis, diteruskan lagi ke sel perisikel. Pengangkutan
lalu diteruskan masuk ke jaringan pembuluh kayu (xilem). Mekanisme
transpor ekstravaskular ini dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 28. Transportasi Ekstravaskuler
(2) Sistem Pengangkutan Intravaskular
Setelah proses pengangkutan air dan mineral menggunakan sistem
ekstravaskuler hingga bagian xilem, maka selanjutnya pengangkutan air dan
mineral tersubut dilanjutkan dengan sistem intravaskular oleh xilem. Xilem yang
berada pada akar tumbuhan akan membawa air dan mineral kebagian lainnya pada
tanaman tersebut melalui xilem batang, xilem yang berada pada batang kemudian
ke xilem tangkai daun dan dari tangkai daun inilah, air dan zat mineral diangkut
lagi sampai menuju xilem yang ada pada tulang daun dan berakhir di bagian daun
46. 42
ini untuk digunakan pada proses fotosintesis. Mekanisme transportasi intravaskular
ini dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 29. Transportasi Intravaskular
b) Transpirasi Pada Tumbuhan
Transpirasi adalah proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari tumbuhan
stomata, kutikula, dan lentisel. Transpirasi umumnya lebih banyak melalui daun.
Transpirasi merupakan cara yang efektif bagi tumbuhan untuk mempertahankan
suhu tubuh tumbuhan tetap terjaga pada suhu fisiologis. Transpirasi pada tumbuhan
jika berlebihan akan merugikan karena tumbuhan akan menjadi layu bahkan mati.
Alat untuk mengukur besarnya laju transpirasi melalui daun disebut fotometer atau
transpirometer.
Ada tiga tipe transpirasi yaitu :
(1) Transpirasi kutikular
Transpirasi kutikular merupakan transpirasi yang tejadi secara langsung
melalui kutikula pada epidermis. Transpirasi kutikular mungkin terjadi saat
tumbuhan menutup stomatanya, sementara cahaya matahari dan suhu udara di
47. 43
sekitar tumbuhan cukup tinggi. Kutikula daun relatif tidak tembus air, dan pada
sebagian besar jenis tumbuhan transpirasi kutikular sekitar 10% atau kurang dari
jumlah air yang hilang melalui daun-daun.
(2) Transpirasi stomata
Transpirasi stomata merupakan transpirasi yang terjadi melalui
stomata. Sekitar 80% lebih air ditranspirasikan melalui stomata. Jumlah
dan bentuk stomata sangat mempengaruhi laju transpirasi. Di bawah
stomata pada epidermis daun adalah jaringan parenkim mesofil. Jaringan
parenkim ini memiliki ruang antar sel yang relatif banyak, sebagai tempat
ditampungnya uap air-uap air. Kondisi seperti inilah yang mengakibatkan
transpirasi sebagian besar terjadinya melalui stomata. Jika stomata
terbuka, difusi uap air ke atmosfer pasti terjadi kecuali bila kelembaban
atmosfer itu dan ruang antar sel itu sama.
(3)Transpirasi lentikuler
Transpirasi lentikuler merupakan transpirasi yang terjadi melalui
lentisel. Lentisel adalah celah pada jaringan perifer batang tumbuhan. Uap
air yang hilang melalui transpirasi ini sekitar 0.1 % dari total transpirasi.
Mekanisme transpirasi dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 30. Aliran air dari bawah ke atas pada
tumbuhan: kohesi, adhesi dan transpirasi
(Sumber: Campbell et al. 2009)
48. 44
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transpirasi antara lain :
• Struktur daun, meliputi ukuran daun, ketebalan daun, stomata dan lain-
lain
• Sinar matahari
• Kelembaban
• Suhu
• Angin
• Keadaan air tanah
c) Respirasi Pada Tumbuhan
Respirasi adalah suatu proses reaksi katabolisme memecah molekul- molekul gula
menjadi molekul anorganik karbondioksida (CO2) dan air (H2O) dan energi.
Rumus reaksi respirasi aerob :
C6H12O6 + 6 O2 6CO2 + 6 H2O + energi
Respirasi sesungguhnya terjadi pada setiap jaringan di seluruh tubuh
tumbuhan, tetapi bagian tumbuhan paling aktif melakukan respirasi yaitu ujun
batang, ujung akar, tunas, biji yang berkecambah, kambium, kuncup bunga.
Proses respirasi aerob terjadi melalui tahap-tahap : glikolisis, dekarboksilasi
oksidatif, siklus krebs dan tahap transpor elektron. Secara rinci tahap-tahap
respirasi tersebut akan dijelaskan di kb 4 modul 2 ini.
d) Fotosintesis
Fotosintesis merupakan proses fisiologi yang hanya terjadi pada tumbuhan.
Fotosintesis terjadi pada organ tumbuhan yang berwarna hijau, yang mempunyai
klorofil, seperti daun. Pada umumnya fotosintesis terjadi di mesofil daun tyang
tersusun oleh parenkim palisade dan spons yang berfungsi sebagai parenkim
asimilasi. Reaksi fotosintesis membutuhkan senyawa CO₂ , H₂ O dan klorofil dan
menghasilkan glukosa dan oksigen (O₂ ) .
49. 45
Reaksi fotosintesis :
CO2 + H2O + klorofil C6H12O2 + O2
Proses fotosintesis terjadi di kloroplas, melalui tahap reaksi terang dan reaksi gelap.
Reaksi terang terjadi di grana dalam kloroplas dan reaksi gelap teradi di stroma
(matriks kloroplas). Secara rinci reaksi fotosintesis ini akan dijelaskan di kb 4
modul 2 ini.
e) Gerak Pada Tumbuhan
Gerak merupakan salah satu tanda atau gejala yang ditunjukkan makhluk
hidup. Demikian juga pada tumbuhan. Tumbuhan juga melakukan gerak
meskipun geraknya tidak begitu jelas seperti gerak pada hewan/manusia. Gerak
pada tumbuhan cenderung pasif. Gerak pada tumbuhan dikelompokkan atas du
yakni gerak endonom (rangsangannya dari dalam tubuh tumbuhan) dan gerak
etionom (rangsangannya dari luar tubuh tumbuhan). Secara rinci mengenai gerak
pada tumbuhan ini akan dijelaskan di kb 4 modul 3.