SlideShare a Scribd company logo
1 of 23
Download to read offline
1
LEMBARAN DAERAH
KOTA BEKASI
NOMOR : 5 2015 SERI : E
PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI
NOMOR 05 TAHUN 2015
TENTANG
PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA BEKASI,
Menimbang : a. bahwa Otonomi Daerah adalah kewenangan daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan;
b. bahwa Untuk menampung, mewujudkan aspirasi dan
partisipasi masyarakat dalam pembangunan maka
masyarakat atas prakarsanya sendiri dapat membentuk
wadahnya;
c. bahwa dalam mendukung kelancaran tugas Pemerintah
untuk meningkatkan pelayanan pemerintahan, peningkatan
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat maka
lembaga masyarakat perlu dioptimalkan;
d. bahwa Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 04 Tahun
2005 tentang Pedoman Pembentukan Rukun Tetangga (RT),
Rukun Warga (RW) dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
(LPM) di Kota Bekasi dipandang sudah tidak sesuai lagi
dengan situasi dan kondisi saat ini terutama dalam upaya
meningkatkan peran serta secara aktif Rukun Tetangga dan
Rukun Warga sebagaimana dimaksud huruf a, sehingga
dipandang perlu untuk ditinjau kembali;
2
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan
Peraturan Daerah tentang Pedoman Pembentukan Rukun
Tetangga dan Rukun Warga.
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1996 tentang
Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Bekasi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor
111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3663);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2006 Nomor 124, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4674) sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2006 tentang Administrasi Kependudukan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 232,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5475);
4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5234);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5679);
3
6. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang
Kelurahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 159, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4588);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang
Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4593);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4737);
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007
tentang Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan;
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014
tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah;
11. Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 03 Tahun 2008
tentang Urusan Wajib dan Pilihan yang menjadi
Kewenangan Daerah Kota Bekasi (Lembaran Daerah Kota
Bekasi Tahun 2008 Nomor 3 Seri E).
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BEKASI
dan
WALIKOTA BEKASI
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN
RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kota Bekasi.
4
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Bekasi.
3. Walikota adalah Walikota Bekasi.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD
adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bekasi.
5. Perangkat Daerah adalah Organisasi/Lembaga pada Pemerintah Daerah yang
bertanggung jawab kepada Walikota untuk membantu dalam
penyelenggaraan pemerintahan yang terdiri atas Sekretariat Daerah, Dinas
Daerah dan lembaga teknis daerah serta Kecamatan dan Kelurahan.
6. Kecamatan adalah wilayah kerja camat sebagai Perangkat Daerah.
7. Camat adalah pemimpin dan koordinator penyelenggaraan pemerintahan di
wilayah kerja Kecamatan yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh
pelimpahan kewenangan pemerintahan dari Walikota untuk menangani
sebagian urusan otonomi daerah, dan menyelenggarakan tugas umum
pemerintahan.
8. Kelurahan adalah wilayah kerja Lurah sebagai Perangkat Daerah dalam
wilayah Kecamatan.
9. Lurah adalah pemimpin penyelenggaraan pemerintahan di wilayah kerja
kelurahan yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan
kewenangan pemerintahan dari Walikota untuk menangani sebagian
urusan otonomi daerah, dan menyelenggarakan tugas umum pemerintahan
di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Camat.
10. Rukun Warga yang selanjutnya disingkat RW adalah Lembaga Masyarakat
yang dibentuk melalui musyawarah diwilayah kerjanya dalam rangka
pelayanan pemerintahan dan kemasyarakatan yang diakui dan dibina oleh
Pemerintah Daerah.
11. Rukun Tetangga, yang selanjutnya disingkat RT adalah lembaga yang
dibentuk melalui musyawarah masyarakat setempat dalam rangka
pelayanan pemerintahan dan kemasyarakatan yang diakui dan dibina oleh
Pemerintah Daerah.
12. Penduduk Kota Bekasi adalah setiap orang yang secara sah terdaftar sebagai
penduduk Kota Bekasi.
13. Warga adalah yang berdomisili di lingkungan RT dan RW dan telah memiliki
KTP dan/atau terdaftar di KK.
14. Kartu Tanda Penduduk yang selanjutnya disingkat KTP adalah identitas
resmi penduduk sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh instansi pelaksana
yang berlaku di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
15. Keluarga adalah inti terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah.
5
16. Kepala Keluarga adalah :
a. orang yang bertempat tinggal dengan orang lain, baik mempunyai
hubungan darah maupun tidak, yang bertanggung jawab terhadap
keluarga;
b. orang yang bertempat tinggal seorang diri; atau
c. kepala kesatrian, kepala asrama, kepala rumah yatim piatu, dan lain
lain tempat beberapa orang tinggal bersama-sama.
17. Kartu Keluarga yang selanjutnya disingkat KK adalah kartu identitas
keluarga yang memuat tentang nama, susunan dan hubungan dalam
keluarga, serta identitas anggota keluarga.
18. Pemuka Masyarakat adalah tokoh-tokoh masyarakat seperti tokoh
agama, profesi, wanita, pemuda dan cendikiawan yang bertempat tinggal
di Kelurahan setempat.
19. Pembentukan adalah pemberian status suatu kelompok penduduk sebagai
lembaga kemasyarakatan RT atau RW di Kelurahan.
20. Pemekaran adalah kegiatan membagi kelembagaan RT atau RW menjadi dua
atau lebih.
21. Penggabungan adalah penyatuan lembaga kemasyarakatan RT dan/atau
RW ke dalam RT dan/atau RW lain yang bersandingan.
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
Pembentukan Lembaga RT dan RW dimaksudkan untuk membantu kelancaran
pelaksanaan tugas Lurah dalam mempercepat terwujudnya kesejahteraan
masyarakat melalui peningkatan pelayanan masyarakat dan melaksanakan fungsi-
fungsi Pemerintahan.
Pasal 3
Pembentukan RT dan RW sebagaimana dimaksud pada Pasal 2, bertujuan untuk
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui:
a. peningkatan pelayanan masyarakat;
b. peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan;
c. pengembangan kemitraan;
d. pemberdayaan masyarakat; dan
e. pengembangan kegiatan lain sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
masyarakat setempat.
6
BAB III
TUGAS, FUNGSI DAN KEWAJIBAN
Pasal 4
Tugas RT dan RW dalam membantu Lurah dalam penyelenggaraan urusan
Pemerintahan adalah:
a. membantu menjalankan dan meningkatkan tugas pelayananan kepada warga
yang menjadi tanggungjawab Pemerintah Daerah;
b. memelihara kerukunan hidup warga, menanamkan dan memupuk rasa
persatuan dan kesatuan masyarakat;
c. menyusun rencana pelaksanaan pembangunan dengan menggerakan
kesadaran masyarakat dalam bergotong royong.
Pasal 5
Untuk melaksanakan Tugas, RT dan RW mempunyai fungsi:
a. pendataan kependudukan dan pelayanan administrasi pemerintahan lainnya;
b. pemeliharaan keamanan, ketertiban dan kerukunan hidup antar warga;
c. penanganan masalah-masalah sosial masyarakat;
d. pembuatan gagasan dalam pelaksanaan pembangunan dengan
mengembangkan aspirasi dan swadaya murni masyarakat;
e. penggerak swadaya gotong royong dan partisipasi masyarakat di wilayahnya;
f. mediasi komunikasi, informasi, sosialisasi antara Kelurahan dengan
masyarakat;
g. sebagai wadah untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan warga yang
dilandasi semangat kekeluargaan dan kegotongroyongan.
Pasal 6
RT dan RW sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 mempunyai kewajiban:
a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta
mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
b. menjalin hubungan kemitraan dengan berbagai pihak yang terkait;
c. menaati peraturan perundang-undangan;
d. menjaga etika dan norma dalam kehidupan bermasyarakat; dan
e. membantu Lurah dalam pelaksanaan kegiatan pemerintahan, pembangunan
dan kemasyarakatan.
7
BAB IV
PEMBENTUKAN
Bagian Kesatu
Rukun Tetangga
Paragraf 1
Pembentukan Rukun Tetangga
Pasal 7
(1) Di tingkat Kelurahan dapat dibentuk beberapa RT sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.
(2) Pembentukan RT dilakukan atas prakarsa masyarakat difasilitasi Kelurahan
melalui musyawarah dan mufakat masyarakat setempat yang dipimpin oleh
Ketua RW dan hasil musyawarah diusulkan kepada Lurah.
(3) Hasil musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan
Keputusan Lurah.
Paragraf 2
Jumlah Kepala Keluarga Rukun Tetangga
Pasal 8
(1) Setiap RT terdiri dari 30 (tiga puluh) sampai dengan 100 (seratus) Kepala
Keluarga.
(2) Bagi penduduk yang bertempat tinggal dikawasan khusus, asrama, rumah
susun, apartemen atau yang sejenis dapat dibentuk RT tersendiri.
(3) Jumlah Kepala Keluarga pada RT baru hasil pembentukan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), dapat disesuaikan dengan kebutuhan setempat.
Paragraf 3
Pemekaran, Penghapusan atau Penggabungan Rukun Tetangga
Pasal 9
(1) RT dalam hal luas wilayah, jumlah penduduk dapat dimekarkan,
dihapuskan atau digabung berdasarkan musyawarah dan mufakat.
(2) Pemekaran, Penghapusan dan penggabungan sebagaimana dimaksud pada
8
ayat (1) dilakukan dalam rangka meningkatkan efektivitas dan
efisiensi pelayanan kepada masyarakat.
(3) Jumlah Kepala Keluarga pada RT baru hasil pemekaran atau penggabungan
harus memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 8 ayat (1).
(4) Pemekaran atau penggabungan RT dilaksanakan dengan tetap
memperhatikan kesatuan cakupan wilayah.
Pasal 10
(1) Pemekaran atau penggabungan RT sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (1) dilaksanakan melalui rapat RT yang dipimpin oleh Ketua
RW setelah dikonsultasikan kepada Lurah.
(2) Rapat RT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dianggap sah apabila dihadiri
dan ditandatangani paling sedikit 2/3 (dua pertiga) dari jumlah kepala
keluarga.
(3) Hasil rapat RT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diusulkan kepada Lurah
dan Camat untuk mendapatkan persetujuan Walikota.
(4) Pemekaran, penghapusan,dan penggabungan batas RT tersebut dinyatakan
sah setelah mendapat persetujuan Walikota.
Bagian Kedua
Rukun Warga
Paragraf 1
Pembentukan Rukun Warga
Pasal 11
(1) Di tingkat Keluarahan dapat dibentuk beberapa RW sesuai dengan
kebutuhan masyarakat yang ditetapkan oleh Camat.
(2) Pembentukan RW sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atas prakarsa
masyarakat yang dapat difasilitasi Kelurahan melalui musyawarah dan
mufakat pengurus RT dengan berkonsultasi kepada Lurah dan Camat.
(3) Hasil musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan
Keputusan Camat atas usul Lurah.
9
Paragraf 2
Jumlah Rukun Tetangga Dalam Rukun Warga
Pasal 12
Setiap RW terdiri dari 5 (lima) sampai dengan 25 (dua puluh lima) RT dalam
satu cakupan wilayah tertentu.
Paragraf 3
Pemekaran, Penghapusan atau Penggabungan Rukun Warga
Pasal 13
(1) RW dalam hal luas wilayah, jumlah penduduk dapat dimekarkan,
dihapuskan atau digabung berdasarkan musyawarah dan mufakat.
(2) Pemekaran atau penggabungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi
pelayanan kepada masyarakat.
(3) Jumlah RT pada RW baru hasil pemekaran, penghapusan atau
penggabungan harus memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 12.
(4) Pemekaran atau penggabungan RW dilaksanakan dengan tetap memperhatikan
kesatuan cakupan wilayah RW.
Pasal 14
(1) Pemekaran atau penggabungan RW sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
ayat (1) dilaksanakan melalui Rapat RW yang dipimpin oleh Lurah.
(2) Rapat RW sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dianggap sah apabila
dihadiri dan ditandatangani paling sedikit 2/3 (dua pertiga) dari jumlah RT.
(3) Hasil rapat RW sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diusulkan kepada
Walikota melalui Camat untuk mendapatkan persetujuan.
BAB V
10
KEPENGURUSAN
Bagian Kesatu
Pengurus Rukun Tetangga
Pasal 15
(1) Pengurus RT dan RW terdiri dari:
a. ketua;
b. sekretaris;
c. bendahara; dan
d. koordinator seksi yang terdiri dari :
1. seksi pembangunan;
2. seksi sosial budaya;
3. seksi keamanan dan ketertiban;
4. seksi kebersihan dan lingkungan hidup;
5. seksi Pemuda dan Olahraga.
(2) Seksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditambah sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.
(3) Pengurus RT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh merangkap
jabatan pada pengurus RW.
(4) Pengurus RW sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh merangkap
jabatan pada pengurus RT.
(5) Pembagian tugas antar pengurus RT ditetapkan dalam forum musyawarah
RT.
(6) Pengurus RT bertanggungjawab kepada forum musyawarah RT.
(7) Pembagian tugas antar pengurus RW ditetapkan dalam forum musyawarah
RW.
(8) Pengurus RW bertanggungjawab kepada forum musyawarah RW.
Pasal 16
Syarat untuk dipilih menjadi Pengurus RT dan RW adalah sebagai berikut :
a. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. setia dan taat pada Pancasila dan UUD 1945;
c. berkelakuan baik, jujur, adil, cerdas, dan berwibawa;
d. sehat jasmani dan rohani;
11
e. berpendidikan serendah-rendahnya Sekolah Menengah Pertama atau yang
sederajat untuk Ketua RT dan Sekolah Menengah Atas atau yang sederajat
untuk Ketua RW;
f. berdomisili dan bertempat tinggal sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun,
mempunyai KTP dan terdaftar dalam Kartu Keluarga pada RT/RW setempat;
g. mempunyai kemauan, kemampuan dan kepedulian sosial;
h. tidak sedang dicabut hak memilih dan dipilih menurut keputusan pengadilan
yang telah mempunyai hukum tetap.
Bagian Kedua
Kewajiban dan Hak Pengurus
Pasal 17
(1) Pengurus RT mempunyai kewajiban :
a. melaksanakan tugasnya sesuai dengan tugas dan fungsinya;
b. melaksanakan keputusan musyawarah warga;
c. membina kerukunan hidup warga;
d. memberikan pelayanan kemasyarakatan kepada
anggota tanpa diskriminasi;
e. membuat laporan tertulis mengenai kegiatan organisasi paling sedikit tiga
bulan sekali kepada Forum Musyawarah RT, RW dan Lurah;
f. melaporkan kepada RW dan Lurah atas kejadian yang terjadi dan
dipandang perlu untuk mendapat penyelesaian oleh Pemerintah Daerah.
(2) Pengurus RT mempunyai hak :
a. menyampaikan pendapat dalam Rapat pertemuan lainnya;
b. memilih dan dipilih sebagai Pengurus;
c. menyampaikan saran-saran dan pertimbangan kepada kelurahan melalui
RW untuk membantu kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan,
pembangunan dan kemasyarakatan ;
d. berinovasi dan mengembangkan kreasi yang menunjang pelaksanaan
tugasnya sebagai pengurus;
e. menerima pembinaan dari Kelurahan, Kecamatan, dan Pemerintah
Daerah;
f. mendapatkan bantuan operasional yang sesuai dengan kemampuan
keuangan Daerah dan ditetapkan berdasarkan Peraturan Walikota.
(3) Pengurus RW mempunyai kewajiban :
a. melaksanakan tugasnya sesuai dengan tugas dan fungsinya;
b. melaksanakan keputusan musyawarah warga;
12
c. membina kerukunan hidup warga;
d. memberikan pelayanan kemasyarakatan kepada warganya tanpa
diskriminasi;
e. membuat laporan tertulis mengenai kegiatan organisasi paling sedikit tiga
bulan sekali kepada Forum Musyawarah RW, Lurah dan Camat;
f. melaporkan kepada Lurah atas kejadian yang terjadi dan dipandang perlu
untuk mendapat penyelesaian oleh Pemerintah Daerah.
(4) Pengurus RW mempunyai hak :
a. menyampaikan pendapat dalam Rapat RW dan pertemuan lainnya;
b. memilih dan dipilih sebagai Pengurus;
c. menyampaikan saran-saran dan pertimbangan kepada kelurahan untuk
membantu kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan, pembangunan
dan kemasyarakatan;
d. berinovasi dan mengembangkan kreasi yang menunjang pelaksanaan
tugasnya sebagai pengurus;
e. menerima pembinaan dari Kelurahan, Kecamatan, dan Pemerintah
Daerah;
f. mendapatkan bantuan operasional yang sesuai dengan kemampuan
keuangan daerah dan ditetapkan berdasarkan Peraturan Walikota.
Bagian Ketiga
Pemilihan Ketua RT
Pasal 18
(1) Pemilihan Ketua RT dipilih melalui musyawarah yang disaksikan oleh Ketua
RW dan Lurah.
(2) Peserta musyawarah terdiri atas seluruh Kepala Keluarga dalam wilayah RT
yang bersangkutan.
(3) Apabila Kepala Keluarga berhalangan hadir dapat diwakilkan oleh salah satu
keluarga yang tercantum dalam Kartu Keluarga.
Pasal 19
(1) Pemilihan Ketua RT dilaksanakan oleh Panitia Pemilihan.
(2) Panitia Pemilihan Ketua RT dibentuk melalui musyawarah masyarakat yang
difasilitasi oleh Ketua RW.
13
(3) Panitia Pemilihan Ketua RT terdiri dari:
a. Pengurus RW;
b. tokoh masyarakat;
c. tokoh pemuda;
d. tokoh wanita;
e. beberapa warga yang ditunjuk sebagai unsur pembantu, bila
dipandang perlu.
(4) Susunan panitia pemilihan RT disahkan oleh Lurah melalui RW.
(5) Panitia Pemilihan Ketua RT mempunyai tugas dan wewenang sebagai
berikut :
a. menerima nama-nama calon Ketua RT yang diusulkan dari Kepala
Keluarga;
b. memeriksa dan meneliti syarat-syarat administrasi bakal calon;
c. melaksanakan pemilihan Ketua RT;
d. membuat Berita Acara Hasil Musyawarah Pemilihan;
e. mengumumkan hasil pemilihan Ketua RT;
f. melaporkan hasil pelaksanaan pemilihan kepada Lurah.
Pasal 20
Tahapan pemilihan Ketua RT terdiri dari :
a. persiapan Pemilihan, meliputi kegiatan sosialisasi, pembentukan panitia
pemilihan, penerimaan nama calon Ketua RT;
b. pelaksanaan Musyawarah Pemilihan dengan susunan acara sebagai berikut :
1. pembukaan;
2. pembacaan daftar hadir dan pengesahan peserta musyawarah pemilihan;
3. penyampaian laporan pertanggungjawaban Ketua periode sebelumnya;
4. pembacaan Tata Tertib;
5. pembentukan dan penyampaian susunan Panitia Pemilihan;
6. pelaksanaan musyawarah pemilihan dipimpin oleh Ketua Panitia
Pemilihan;
7. pengumuman hasil musyawarah dan penandatanganan Berita Acara;
8. penutup.
c. Pelaporan, terdiri dari :
1. Berita Acara Hasil Musyawarah Pemilihan Ketua RT;
2. daftar hadir peserta musyawarah.
Pasal 21
(1) Musyawarah pemilihan sebagaimana dimaksud pada Pasal 18 sah apabila
14
dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah Kepala Keluarga
RT setempat.
(2) Apabila dalam suatu pelaksanaan musyawarah pemilihan Ketua RT tidak
mencapai quorum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka atas dasar
pertimbangan Panitia Pemilihan dengan Pemuka masyarakat dan Lurah,
pelaksanaan tersebut dalam ditunda dalam waktu 7 (tujuh) hari.
(3) Apabila pelaksanaan musyawarah pemilihan Ketua RT sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), setelah ditunda tetap tidak mencapai quorum, maka
panitia pemilihan melaksanakan pemilihan secara musyawarah dan mufakat
yang hadir pada saat itu.
(4) Apabila dalam pelaksanaan musyawarah pemilihan Ketua RT terdapat
jumlah suara yang sama, maka diadakan pemilihan ulang sampai ada hasil
yang terpilih.
(5) Musyawarah pemilihan Ketua RT sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menetapkan Ketua RT.
(6) Hasil musyawarah pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
dituangkan dalam Berita Acara Hasil Musyawarah Pemilihan, ditandatangani
oleh Panitia Pemilihan dan diketahui oleh Ketua RW serta dilampiri dengan :
a. daftar hadir peserta;
b. hasil musyawarah Ketua RT terpilih.
Pasal 22
Susunan pengurus RT ditetapkan dengan Keputusan Lurah dan dilaporkan
kepada Camat.
Bagian Keempat
Pemilihan Ketua RW
Pasal 23
(1) Ketua RW dipilih melalui musyawarah yang dilaksanakan oleh Lurah dan
Camat.
(2) Pemilihan Ketua RW dapat dilakukan dengan cara :
a. pemilihan secara langsung;
b. pemilihan secara keterwakilan.
(3) Peserta Pemilihan secara langsung sebagaimana yang dimaksud ayat 2 (dua)
huruf a adalah seluruh Warga yang berdomisili di wilayah RW yang
15
bersangkutan dan sudah memiliki hak pilih sebagaimana ketentuan undang-
undang yang berlaku di negara indonesia.
(4) Peserta Pemilihan secara keterwakilan sebagaimana yang dimaksud ayat (2)
huruf b adalah :
a. unsur pengurus RT terdiri dari : Ketua, Sekretaris, Bendahara, Koordinator
seksi dan sekurang-kurangnya maksimal 10 orang Tokoh Masyarakat.
b. unsur Kepala Keluarga yang berdomisili diwilayah RW setempat.
Pasal 24
(1) Pemilihan Ketua RW dilaksanakan oleh Panitia Pemilihan.
(2) Panitia Pemilihan Ketua RW dibentuk melalui musyawarah masyarakat yang
difasilitasi oleh Lurah.
(3) Panitia Pemilihan Ketua RW terdiri dari:
a. Lurah atau pejabat Kelurahan lain yang ditunjuk oleh Lurah sebagai
Ketua;
b. tokoh masyarakat sebagai wakil ketua;
c. tokoh pemuda sebagai sekretaris;
d. tokoh wanita sebagai bendahara;
e. ketua RT di wilayah RW tersebut sebagai anggota.
(4) Susunan panitia pemilihan RW disahkan oleh Camat.
(5) Panitia Pemilihan Ketua RW mempunyai tugas dan wewenang sebagai
berikut :
a. menerima nama-nama calon pengurus yang diusulkan dari RT dan/atau
masyarakat setempat;
b. memeriksa dan meneliti syarat-syarat administrasi bakal calon;
c. melaksanakan pemilihan pengurus;
d. membuat Berita Acara Hasil Musyawarah Pemilihan;
e. mengumumkan hasil susunan pengurus.
f. melaporkan hasil pelaksanaan pemilihan kepada Camat melalui Lurah.
Pasal 25
Tahapan pemilihan Ketua RW terdiri dari:
a. persiapan Pemilihan meliputi kegiatan sosialisasi, pembentukan panitia
pemilihan, penerimaan nama calon pengurus;
b. pelaksanaan Musyawarah Pemilihan dengan susunan acara sebagai berikut:
1. pembukaan;
2. pembacaan daftar hadir dan pengesahan peserta musyawarah pemilihan;
16
3. penyampaian laporan pertanggungjawaban pengurus periode sebelumnya;
4. pembacaan tata tertib;
5. pembentukan dan penyampaian susunan Panitia Pemilihan;
6. pelaksanaan musyawarah pemilihan dipimpin oleh Ketua Panitia
Pemilihan;
7. pengumuman hasil musyawarah dan penandatanganan Berita Acara;
8. penutup;
c. pelaporan terdiri dari:
1. Berita Acara Hasil Musyawarah Pemilihan Ketua RW;
2. daftar hadir peserta musyawarah.
Pasal 26
(1) Musyawarah pemilihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 sah apabila
dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah peserta yang
disahkan panitia pemilihan RW.
(2) Apabila dalam pelaksanaan musyawarah pemilihan Ketua RW terdapat
jumlah suara yang sama, maka diadakan pemilihan ulang dan
apabila masih terdapat suara yang sama penentuan Ketua terpilih
ditetapkan oleh Panitia Pemilihan dengan memperhatikan faktor
pendidikan, kewibawaan, pengalaman hidup bermasyarakat dan lamanya
bertempat tinggal sebagai penduduk setempat.
(3) Apabila dalam suatu pelaksanaan musyawarah pemilihan Ketua RW
tidak mencapai quorum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2), maka atas dasar pertimbangan Panitia Pemilihan dengan pemuka
masyarakat dan Lurah, pelaksanaan pemilihan tersebut dapat ditunda
dalam waktu 15 (lima belas) hari.
(4) Apabila pelaksanaan musyawarah pemilihan Ketua RW sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), setelah ditunda tetap tidak mencapai quorum, maka
panitia pemilihan melaksanakan pemilihan secara musyawarah dan mufakat
yang hadir pada saat itu.
(5) Musyawarah pemilihan Ketua RW sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menetapkan Ketua RW.
(6) Koordinator Seksi ditunjuk oleh Ketua terpilih melalui musyawarah dengan
pengurus terpilih lainnya.
(7) Susunan pengurus hasil musyawarah pemilihan sebagaimana dimaksud
17
pada ayat (5) dan ayat (6) ditetapkan dengan Berita Acara Hasil Musyawarah
Pemilihan, ditandatangani oleh panitia pemilihan dan diketahui Lurah, serta
dilampiri dengan :
a. daftar hadir peserta;
b. susunan pengurus hasil musyawarah pemilihan.
Pasal 27
Pengurus RW hasil Pemilihan ditetapkan dengan Keputusan Camat dan
dilaporkan kepada Walikota.
Bagian Kelima
Masa Bakti Ketua
Pasal 28
(1) Masa bakti Ketua RT dan RW selama 3 (tiga) tahun dan dapat dipilih
kembali satu periode berikutnya.
(2) Paling lambat 2 (dua) bulan sebelum berakhir masa baktinya, Ketua RT wajib
melaporkan dan memberitahukan kepada Ketua RW guna dilaksanakan
pembentukan panitia musyawarah pemilihan Ketua RT periode berikutnya.
(3) Paling lambat 2 (dua) bulan sebelum berakhir masa baktinya, Ketua RW
wajib melaporkan dan memberitahukan kepada Lurah guna dilaksanakan
pembentukan panitia musayawarah pemilihan Ketua RW periode berikutnya.
Pasal 29
(1) Ketua RT dan RW dapat berhenti atau diberhentikan sebelum habis masa
baktinya karena :
a. meninggal dunia;
b. mengundurkan diri;
c. pindah tempat tinggal keluar dari lingkungan RT atau RW yang
bersangkutan;
d. melakukan tindakan yang bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan/atau norma-norma kehidupan masyarakat;
dan/atau
e. tidak lagi memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada Pasal 16.
(2) Dalam hal berhenti atau diberhentikan adalah jabatan Ketua RT dan/atau
ketua RW maka Sekretaris RT dan/atau Sekretaris RW yang mengisi
kekosongan jabatan ketua.
18
(3) Pengisian pengurus antar waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus
dilaksanakan paling lambat 1 (satu) bulan sejak berhenti atau diberhentikan.
(4) Pengurus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diisi dengan Pengurus Antar
Waktu sampai dengan masa bakti kepengurusan berakhir.
(5) Keputusan pemberhentian dan pengangkatan pengurus RT dan pengurus
RW sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan melalui rapat
Forum Musyawarah.
(6) Pemberhentian dan pengangkatan pengurus RT sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) disampaikan kepada Lurah melalui pengurus RW untuk
ditetapkan dengan Keputusan Lurah.
(7) Pemberhentian dan pengangkatan pengurus RW sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) disampaikan kepada Camat melalui Lurah untuk ditetapkan
dengan Keputusan Camat.
BAB VI
KEWAJIBAN DAN HAK WARGA
Pasal 30
(1) Setiap warga RT dan RW mempunyai kewajiban sebagai berikut :
a. melaksanakan segala keputusan rapat forum musyawarah RT dan RW;
b. menunjang terselenggaranya tugas dan kewajiban RT dan RW;
c. berperan aktif dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh RT dan RW.
(2) Setiap warga RT dan RW mempunyai hak sebagai berikut :
a. mendapatkan pelayanan administrasi dan kewilayahan dari RT dan RW
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
b. mengajukan usul dan pendapat dalam rapat forum musyawarah RT dan
RW;
c. memilih dan dipilih sebagai pengurus RT dan RW;
d. turut serta dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh RT dan RW.
19
BAB VII
FORUM MUSYAWARAH
RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA
Bagian Kesatu
Pengurus Rukun Tetangga
Pasal 31
(1) Forum Musyawarah RT dan RW merupakan wadah musyawarah tertinggi
warga.
(2) Musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi untuk :
a. memilih dan memberhentikan pengurus;
b. menentukan dan merumuskan program kerja;
c. menerima dan mengesahkan pertanggungjawaban pengurus;
d. membantu memecahkan permasalahan bertetangga dan bermasyarakat.
(3) Rapat RT dan RW dilaksanakan secara rutin setiap 1 (satu) bulan
sekali dan atau sesuai kebutuhan.
(4) Setiap keputusan yang ditetapkan dalam musyawarah RT dinyatakan sah
apabila dihadiri paling sedikit 2/3 (dua pertiga) dari jumlah warga.
(5) Setiap keputusan yang ditetapkan dalam musyawarah RW dinyatakan sah
apabila dihadiri paling sedikit 2/3 (dua pertiga) dari jumlah Pengurus RT dan
RW.
BAB VIII
HUBUNGAN KERJA
(1) Hubungan kerja RT dan RW dengan Kelurahan bersifat konsultatif dan
koordinatif.
(2) Hubungan kerja RT dan RW dengan Lembaga Kemasyarakatan lainnya di
Kelurahan bersifat konsultatif dan koordinatif.
(3) Hubungan kerja RT dan RW dengan pihak ketiga di Kelurahan bersifat
kemitraan.
20
BAB IX
PENDANAAN
Pasal 33
Pendanaan RT dan RW bersumber dari:
a. swadaya masyarakat;
b. bantuan Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah;
c. bantuan lain yang sah dan tidak mengikat.
BAB X
PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KEKAYAAN
RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA
Pasal 34
Pengelolaan keuangan yang diperoleh diadministrasikan secara tertib,
transparan, akuntabel dan dapat dipertanggungjawabkan pada forum
musyawarah.
Pasal 35
Kekayaan RT dan RW yang berupa barang-barang inventaris dikelola secara
tertib, transparan, akuntabel dan dapat dipertanggungjawabkan pada forum
musyawarah.
BAB XI
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 36
Pemerintah Daerah wajib membina dan mengawasi RT dan RW.
Pasal 37
Pembinaan dan pengawasan Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada
Pasal 36, terdiri dari :
a. memberikan pedoman teknis pelaksanaan dan pengembangan RT dan RW;
b. memberikan pedoman penyusunan perencanaan pembangunan partisipatif;
c. menetapkan bantuan pembiayaan alokasi dana untuk pembinaan dan
pengembangan RT dan RW;
d. memberikan bimbingan, supervisi dan konsultasi pelaksanaan serta
pemberdayaan RT dan RW;
21
e. melakukan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan RT dan RW;
f. menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi RT dan RW;
g. memberikan penghargaan atas prestasi yang dilaksanakan RT dan RW;
h. Lurah sebagai penentu kebijakan atas terjadinya sengketa pemilihan RT;
i. Camat sebagai penentu kebijakan atas terjadinya sengketa pemilihan RW.
BAB XII
KELENGKAPAN LEMBAGA
Pasal 39
(1) Kelengkapan Lembaga RT dan RW meliputi :
a. sekretariat;
b. papan nama;
c. bagan struktur pengurus;
d. kop surat;
e. stempel;
f. buku administrasi.
(2) Bentuk, isi dan format kelengkapan kelembagaan sebagaimana dimaksud
ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
BAB XIII
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 40
RT dan RW yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana ditentukan dalam
Peraturan Daerah ini dapat dikenakan sanksi administratif berupa :
a. peringatan tertulis;
b. tidak mendapatkan bantuan operasional dari Pemerintah;
c. pembatalan Keputusan Lurah dan Keputusan Camat;
d. pencabutan Keputusan Lurah dan Keputusan Camat.
BAB XIV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 41
(1) RT dan RW yang telah terbentuk sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini,
dinyatakan masih tetap berlaku dan wajib menyesuaikan dengan Peraturan
Daerah ini dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun.
22
(2) Pengurus RT dan RW yang sudah ada pada saat berlakunya Peraturan Daerah
ini, tetap menjalankan tugas sampai dengan habis masa baktinya berakhir.
BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 42
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka Pasal 2 sampai dengan
Pasal 20 dan Pasal 34, Pasal 35 Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 04
Tahun 2005 tentang Pedoman Pembentukan Rukun Tetangga, Rukun Warga
dan LPM di Kota Bekasi (Lembaran Daerah Kota Bekasi Tahun 2005 Nomor 4
Seri E) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 43
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Bekasi.
Ditetapkan di Bekasi
pada tanggal 14 Juli 2015
WALIKOTA BEKASI,
Ttd/Cap
RAHMAT EFFENDI
Diundangkan di Bekasi
pada tanggal 14 Juli 2015
SEKRETARIS DAERAH KOTA BEKASI,
Ttd/Cap
RAYENDRA SUKARMADJI
LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2015 NOMOR 5 SERI E
NOREG PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT :
( 111 /2015)
23

More Related Content

What's hot

Perdes no 13 th 2017 ttg batas wilayah desa
Perdes no 13 th 2017 ttg batas wilayah desaPerdes no 13 th 2017 ttg batas wilayah desa
Perdes no 13 th 2017 ttg batas wilayah desaari saridjo
 
LAPORAN HASIL PENGISIAN KEANGGOTAAN BPD PERIODE 2018-2024
LAPORAN HASIL PENGISIAN KEANGGOTAAN BPD PERIODE 2018-2024LAPORAN HASIL PENGISIAN KEANGGOTAAN BPD PERIODE 2018-2024
LAPORAN HASIL PENGISIAN KEANGGOTAAN BPD PERIODE 2018-2024Strobillus Found
 
Master Sosialisasi Pemilu 2024.pptx
Master Sosialisasi Pemilu 2024.pptxMaster Sosialisasi Pemilu 2024.pptx
Master Sosialisasi Pemilu 2024.pptxRidwanCahyoN
 
ANALISIS KONFLIK PEMANFAATAN RUANG_MAXI SOLANG.pdf
ANALISIS KONFLIK PEMANFAATAN RUANG_MAXI SOLANG.pdfANALISIS KONFLIK PEMANFAATAN RUANG_MAXI SOLANG.pdf
ANALISIS KONFLIK PEMANFAATAN RUANG_MAXI SOLANG.pdfMaxi Solang
 
BERITA ACARA MUSDESSUS
BERITA ACARA MUSDESSUSBERITA ACARA MUSDESSUS
BERITA ACARA MUSDESSUSudhi purnomo
 
Formulir usulan pembangunan desa
Formulir usulan pembangunan desaFormulir usulan pembangunan desa
Formulir usulan pembangunan desaRizky Nugraha
 
Formulir pendaftaran pilkades panjalu
Formulir pendaftaran pilkades panjaluFormulir pendaftaran pilkades panjalu
Formulir pendaftaran pilkades panjaluAji Sahdi Sutisna
 
KEPUTUSAN KEPALA DESA
KEPUTUSAN KEPALA DESAKEPUTUSAN KEPALA DESA
KEPUTUSAN KEPALA DESAudhi purnomo
 
Review rpjm des paling update1
Review rpjm des paling update1Review rpjm des paling update1
Review rpjm des paling update1Budi Satrio
 
BIMTEK APBDES 2023 DKB.ppt
BIMTEK APBDES  2023 DKB.pptBIMTEK APBDES  2023 DKB.ppt
BIMTEK APBDES 2023 DKB.pptasepmulyana83
 
KEPUTUSAN KEPALA DESA TTG. PENUNJUKKAN TIM POKJA PENYUSUN APB DESA
KEPUTUSAN KEPALA DESA TTG. PENUNJUKKAN TIM POKJA PENYUSUN APB DESAKEPUTUSAN KEPALA DESA TTG. PENUNJUKKAN TIM POKJA PENYUSUN APB DESA
KEPUTUSAN KEPALA DESA TTG. PENUNJUKKAN TIM POKJA PENYUSUN APB DESAudhi purnomo
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPA...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPA...PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPA...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPA...iniPurwokerto
 

What's hot (20)

Contoh sk perangkat desa
Contoh sk perangkat desaContoh sk perangkat desa
Contoh sk perangkat desa
 
Perdes no 13 th 2017 ttg batas wilayah desa
Perdes no 13 th 2017 ttg batas wilayah desaPerdes no 13 th 2017 ttg batas wilayah desa
Perdes no 13 th 2017 ttg batas wilayah desa
 
Contoh persetujuan camat
Contoh persetujuan camatContoh persetujuan camat
Contoh persetujuan camat
 
LAPORAN HASIL PENGISIAN KEANGGOTAAN BPD PERIODE 2018-2024
LAPORAN HASIL PENGISIAN KEANGGOTAAN BPD PERIODE 2018-2024LAPORAN HASIL PENGISIAN KEANGGOTAAN BPD PERIODE 2018-2024
LAPORAN HASIL PENGISIAN KEANGGOTAAN BPD PERIODE 2018-2024
 
Master Sosialisasi Pemilu 2024.pptx
Master Sosialisasi Pemilu 2024.pptxMaster Sosialisasi Pemilu 2024.pptx
Master Sosialisasi Pemilu 2024.pptx
 
ANALISIS KONFLIK PEMANFAATAN RUANG_MAXI SOLANG.pdf
ANALISIS KONFLIK PEMANFAATAN RUANG_MAXI SOLANG.pdfANALISIS KONFLIK PEMANFAATAN RUANG_MAXI SOLANG.pdf
ANALISIS KONFLIK PEMANFAATAN RUANG_MAXI SOLANG.pdf
 
BERITA ACARA MUSDESSUS
BERITA ACARA MUSDESSUSBERITA ACARA MUSDESSUS
BERITA ACARA MUSDESSUS
 
Surat Keterangan Nikah
Surat Keterangan NikahSurat Keterangan Nikah
Surat Keterangan Nikah
 
Formulir usulan pembangunan desa
Formulir usulan pembangunan desaFormulir usulan pembangunan desa
Formulir usulan pembangunan desa
 
Formulir pendaftaran pilkades panjalu
Formulir pendaftaran pilkades panjaluFormulir pendaftaran pilkades panjalu
Formulir pendaftaran pilkades panjalu
 
Tatib bpd
Tatib bpdTatib bpd
Tatib bpd
 
KEPUTUSAN KEPALA DESA
KEPUTUSAN KEPALA DESAKEPUTUSAN KEPALA DESA
KEPUTUSAN KEPALA DESA
 
Review rpjm des paling update1
Review rpjm des paling update1Review rpjm des paling update1
Review rpjm des paling update1
 
Sk no. 14 tahun 2019 bumdes
Sk no. 14  tahun 2019 bumdesSk no. 14  tahun 2019 bumdes
Sk no. 14 tahun 2019 bumdes
 
Undgn rpt bpd
Undgn rpt bpdUndgn rpt bpd
Undgn rpt bpd
 
Susunan panitian juri pkk kabupaten muna 2
Susunan panitian juri pkk kabupaten muna 2Susunan panitian juri pkk kabupaten muna 2
Susunan panitian juri pkk kabupaten muna 2
 
BIMTEK APBDES 2023 DKB.ppt
BIMTEK APBDES  2023 DKB.pptBIMTEK APBDES  2023 DKB.ppt
BIMTEK APBDES 2023 DKB.ppt
 
KEPUTUSAN KEPALA DESA TTG. PENUNJUKKAN TIM POKJA PENYUSUN APB DESA
KEPUTUSAN KEPALA DESA TTG. PENUNJUKKAN TIM POKJA PENYUSUN APB DESAKEPUTUSAN KEPALA DESA TTG. PENUNJUKKAN TIM POKJA PENYUSUN APB DESA
KEPUTUSAN KEPALA DESA TTG. PENUNJUKKAN TIM POKJA PENYUSUN APB DESA
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPA...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPA...PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPA...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPA...
 
CONTOH SK KHOTMIL QUR'AN_OLEH HAMDI SYAF
CONTOH SK KHOTMIL QUR'AN_OLEH HAMDI SYAFCONTOH SK KHOTMIL QUR'AN_OLEH HAMDI SYAF
CONTOH SK KHOTMIL QUR'AN_OLEH HAMDI SYAF
 

Viewers also liked

Peraturan bupati bekasi no 16 tahun 2010 tentang pedoman pembentukan rukun te...
Peraturan bupati bekasi no 16 tahun 2010 tentang pedoman pembentukan rukun te...Peraturan bupati bekasi no 16 tahun 2010 tentang pedoman pembentukan rukun te...
Peraturan bupati bekasi no 16 tahun 2010 tentang pedoman pembentukan rukun te...Yudhi Aldriand
 
Pergub no 1 th 2016 pedoman rt-rw konsolidasi
Pergub no 1 th 2016 pedoman rt-rw konsolidasiPergub no 1 th 2016 pedoman rt-rw konsolidasi
Pergub no 1 th 2016 pedoman rt-rw konsolidasiNugroho Satrio S
 
Laporan pertanggung jawaban rt
Laporan pertanggung jawaban rtLaporan pertanggung jawaban rt
Laporan pertanggung jawaban rtAgnesia Damanik
 
Data RT dan RW di Kabupaten Bekasi Tahun 2012
Data RT dan RW  di Kabupaten Bekasi Tahun 2012Data RT dan RW  di Kabupaten Bekasi Tahun 2012
Data RT dan RW di Kabupaten Bekasi Tahun 2012Yudhi Aldriand
 
Buku kepengurusan 2014 2017
Buku kepengurusan 2014 2017Buku kepengurusan 2014 2017
Buku kepengurusan 2014 2017Andi Sutami
 
Peraturan bupati bekasi tentang pedoman pelaksanaan pembentukan bpd di kabup...
Peraturan bupati bekasi  tentang pedoman pelaksanaan pembentukan bpd di kabup...Peraturan bupati bekasi  tentang pedoman pelaksanaan pembentukan bpd di kabup...
Peraturan bupati bekasi tentang pedoman pelaksanaan pembentukan bpd di kabup...Yudhi Aldriand
 
Materi teknik persidangan dalam organisasi
Materi teknik persidangan dalam organisasiMateri teknik persidangan dalam organisasi
Materi teknik persidangan dalam organisasiApriadi MA
 
Kode Kartu Tanda Penduduk administrasi kabupaten bogor
Kode Kartu Tanda Penduduk administrasi kabupaten bogorKode Kartu Tanda Penduduk administrasi kabupaten bogor
Kode Kartu Tanda Penduduk administrasi kabupaten bogorGriya pmiasri
 
Materi teknik persidangan dalam organisasi
Materi teknik persidangan dalam organisasiMateri teknik persidangan dalam organisasi
Materi teknik persidangan dalam organisasiRudi Sudirdja
 
Peraturan bupati bekasi nomor 12 tahun 2010 tentang pedoman pengelolaan tan...
Peraturan bupati bekasi nomor 12 tahun 2010 tentang pedoman  pengelolaan  tan...Peraturan bupati bekasi nomor 12 tahun 2010 tentang pedoman  pengelolaan  tan...
Peraturan bupati bekasi nomor 12 tahun 2010 tentang pedoman pengelolaan tan...Yudhi Aldriand
 
memohon Stiker kenderaan di kuis
memohon Stiker kenderaan di kuismemohon Stiker kenderaan di kuis
memohon Stiker kenderaan di kuisnaj uddin
 
Pembukuan bendahara dan penyusunan lpj
Pembukuan bendahara dan penyusunan lpjPembukuan bendahara dan penyusunan lpj
Pembukuan bendahara dan penyusunan lpjkppnpelaihari
 
Contoh dokumen pilkades
Contoh dokumen pilkadesContoh dokumen pilkades
Contoh dokumen pilkadesYudhi Aldriand
 
CONTOH PROPOSAL BANTUAN TIK
CONTOH PROPOSAL BANTUAN TIKCONTOH PROPOSAL BANTUAN TIK
CONTOH PROPOSAL BANTUAN TIKPakde Wawi
 

Viewers also liked (20)

Peraturan bupati bekasi no 16 tahun 2010 tentang pedoman pembentukan rukun te...
Peraturan bupati bekasi no 16 tahun 2010 tentang pedoman pembentukan rukun te...Peraturan bupati bekasi no 16 tahun 2010 tentang pedoman pembentukan rukun te...
Peraturan bupati bekasi no 16 tahun 2010 tentang pedoman pembentukan rukun te...
 
Pergub no 1 th 2016 pedoman rt-rw konsolidasi
Pergub no 1 th 2016 pedoman rt-rw konsolidasiPergub no 1 th 2016 pedoman rt-rw konsolidasi
Pergub no 1 th 2016 pedoman rt-rw konsolidasi
 
FORM PEMILIHAN KETUA RT
FORM PEMILIHAN KETUA RTFORM PEMILIHAN KETUA RT
FORM PEMILIHAN KETUA RT
 
Laporan pertanggung jawaban rt
Laporan pertanggung jawaban rtLaporan pertanggung jawaban rt
Laporan pertanggung jawaban rt
 
Administrasi rt
Administrasi rtAdministrasi rt
Administrasi rt
 
Data RT dan RW di Kabupaten Bekasi Tahun 2012
Data RT dan RW  di Kabupaten Bekasi Tahun 2012Data RT dan RW  di Kabupaten Bekasi Tahun 2012
Data RT dan RW di Kabupaten Bekasi Tahun 2012
 
Buku kepengurusan 2014 2017
Buku kepengurusan 2014 2017Buku kepengurusan 2014 2017
Buku kepengurusan 2014 2017
 
Berita acara rt
Berita acara rtBerita acara rt
Berita acara rt
 
Peraturan bupati bekasi tentang pedoman pelaksanaan pembentukan bpd di kabup...
Peraturan bupati bekasi  tentang pedoman pelaksanaan pembentukan bpd di kabup...Peraturan bupati bekasi  tentang pedoman pelaksanaan pembentukan bpd di kabup...
Peraturan bupati bekasi tentang pedoman pelaksanaan pembentukan bpd di kabup...
 
Materi teknik persidangan dalam organisasi
Materi teknik persidangan dalam organisasiMateri teknik persidangan dalam organisasi
Materi teknik persidangan dalam organisasi
 
Tata cara persidangan
Tata cara persidanganTata cara persidangan
Tata cara persidangan
 
Kode Kartu Tanda Penduduk administrasi kabupaten bogor
Kode Kartu Tanda Penduduk administrasi kabupaten bogorKode Kartu Tanda Penduduk administrasi kabupaten bogor
Kode Kartu Tanda Penduduk administrasi kabupaten bogor
 
Surat Pengantar RT
Surat Pengantar RTSurat Pengantar RT
Surat Pengantar RT
 
Materi teknik persidangan dalam organisasi
Materi teknik persidangan dalam organisasiMateri teknik persidangan dalam organisasi
Materi teknik persidangan dalam organisasi
 
Peraturan bupati bekasi nomor 12 tahun 2010 tentang pedoman pengelolaan tan...
Peraturan bupati bekasi nomor 12 tahun 2010 tentang pedoman  pengelolaan  tan...Peraturan bupati bekasi nomor 12 tahun 2010 tentang pedoman  pengelolaan  tan...
Peraturan bupati bekasi nomor 12 tahun 2010 tentang pedoman pengelolaan tan...
 
memohon Stiker kenderaan di kuis
memohon Stiker kenderaan di kuismemohon Stiker kenderaan di kuis
memohon Stiker kenderaan di kuis
 
Pembukuan bendahara dan penyusunan lpj
Pembukuan bendahara dan penyusunan lpjPembukuan bendahara dan penyusunan lpj
Pembukuan bendahara dan penyusunan lpj
 
Contoh dokumen pilkades
Contoh dokumen pilkadesContoh dokumen pilkades
Contoh dokumen pilkades
 
CONTOH SK
CONTOH SKCONTOH SK
CONTOH SK
 
CONTOH PROPOSAL BANTUAN TIK
CONTOH PROPOSAL BANTUAN TIKCONTOH PROPOSAL BANTUAN TIK
CONTOH PROPOSAL BANTUAN TIK
 

Similar to PEDOMAN RT RW

Kabupaten gresik 2006-12
Kabupaten gresik 2006-12Kabupaten gresik 2006-12
Kabupaten gresik 2006-12Sungonlegowo
 
Perda Kabupaten Nunukan Tentang Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan Desa
Perda Kabupaten Nunukan Tentang Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan DesaPerda Kabupaten Nunukan Tentang Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan Desa
Perda Kabupaten Nunukan Tentang Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan DesaArifuddin Ali
 
Peraturan Bupati Nomer_3_Tahun_2022 berbenntuk pdf
Peraturan Bupati Nomer_3_Tahun_2022 berbenntuk pdfPeraturan Bupati Nomer_3_Tahun_2022 berbenntuk pdf
Peraturan Bupati Nomer_3_Tahun_2022 berbenntuk pdfcucuncunayah958
 
Perda no. 13 2006 (lbg kemsy dan lemb adat)
Perda no. 13 2006 (lbg kemsy dan lemb adat)Perda no. 13 2006 (lbg kemsy dan lemb adat)
Perda no. 13 2006 (lbg kemsy dan lemb adat)Rachdian Yahya
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG L...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 13 TAHUN 2006    TENTANG L...PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 13 TAHUN 2006    TENTANG L...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG L...Suwondo Chan
 
Perda Kabupaten Nunukan Tentang Pedoman Penyusunan Organisasi dan Tata Kerja ...
Perda Kabupaten Nunukan Tentang Pedoman Penyusunan Organisasi dan Tata Kerja ...Perda Kabupaten Nunukan Tentang Pedoman Penyusunan Organisasi dan Tata Kerja ...
Perda Kabupaten Nunukan Tentang Pedoman Penyusunan Organisasi dan Tata Kerja ...Arifuddin Ali
 
Perdes lembaga kemasyarakatan desa
Perdes lembaga kemasyarakatan desaPerdes lembaga kemasyarakatan desa
Perdes lembaga kemasyarakatan desadermolo
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG ...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 19 TAHUN 2008    TENTANG  ...PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 19 TAHUN 2008    TENTANG  ...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG ...Suwondo Chan
 
Peraturan Pemerintah No. 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan
Peraturan Pemerintah No. 73 Tahun 2005 tentang KelurahanPeraturan Pemerintah No. 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan
Peraturan Pemerintah No. 73 Tahun 2005 tentang KelurahanPenataan Ruang
 
Perdes no 12 th 2017 ttg kewenangan desa
Perdes no 12 th 2017 ttg kewenangan desaPerdes no 12 th 2017 ttg kewenangan desa
Perdes no 12 th 2017 ttg kewenangan desaari saridjo
 
Juknis Raperdes Pungutan desa
Juknis Raperdes Pungutan desaJuknis Raperdes Pungutan desa
Juknis Raperdes Pungutan desaYudhi Aldriand
 
Peraturan Pemerintah No. 73 tahun 2005 tentang Kelurahan
Peraturan Pemerintah No. 73 tahun 2005 tentang KelurahanPeraturan Pemerintah No. 73 tahun 2005 tentang Kelurahan
Peraturan Pemerintah No. 73 tahun 2005 tentang KelurahanSupri yanto
 

Similar to PEDOMAN RT RW (20)

Kabupaten gresik 2006-12
Kabupaten gresik 2006-12Kabupaten gresik 2006-12
Kabupaten gresik 2006-12
 
Perda Kabupaten Nunukan Tentang Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan Desa
Perda Kabupaten Nunukan Tentang Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan DesaPerda Kabupaten Nunukan Tentang Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan Desa
Perda Kabupaten Nunukan Tentang Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan Desa
 
Permen no.07 2007
Permen no.07 2007Permen no.07 2007
Permen no.07 2007
 
Perbup no.1 tahun 2016
Perbup no.1 tahun 2016Perbup no.1 tahun 2016
Perbup no.1 tahun 2016
 
Perbup no.1 tahun 2016
Perbup no.1 tahun 2016Perbup no.1 tahun 2016
Perbup no.1 tahun 2016
 
Peraturan Bupati Nomer_3_Tahun_2022 berbenntuk pdf
Peraturan Bupati Nomer_3_Tahun_2022 berbenntuk pdfPeraturan Bupati Nomer_3_Tahun_2022 berbenntuk pdf
Peraturan Bupati Nomer_3_Tahun_2022 berbenntuk pdf
 
Perda no. 13 2006 (lbg kemsy dan lemb adat)
Perda no. 13 2006 (lbg kemsy dan lemb adat)Perda no. 13 2006 (lbg kemsy dan lemb adat)
Perda no. 13 2006 (lbg kemsy dan lemb adat)
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG L...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 13 TAHUN 2006    TENTANG L...PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 13 TAHUN 2006    TENTANG L...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG L...
 
Perda Kabupaten Nunukan Tentang Pedoman Penyusunan Organisasi dan Tata Kerja ...
Perda Kabupaten Nunukan Tentang Pedoman Penyusunan Organisasi dan Tata Kerja ...Perda Kabupaten Nunukan Tentang Pedoman Penyusunan Organisasi dan Tata Kerja ...
Perda Kabupaten Nunukan Tentang Pedoman Penyusunan Organisasi dan Tata Kerja ...
 
bumdes
bumdesbumdes
bumdes
 
Permen no.44 th_2016_
Permen no.44 th_2016_Permen no.44 th_2016_
Permen no.44 th_2016_
 
Perdes lembaga kemasyarakatan desa
Perdes lembaga kemasyarakatan desaPerdes lembaga kemasyarakatan desa
Perdes lembaga kemasyarakatan desa
 
Makalah sistem pemerintah desa
Makalah sistem pemerintah desaMakalah sistem pemerintah desa
Makalah sistem pemerintah desa
 
Makalah sistem pemerintah desa
Makalah sistem pemerintah desaMakalah sistem pemerintah desa
Makalah sistem pemerintah desa
 
Pp no.73 th.2005
Pp no.73 th.2005Pp no.73 th.2005
Pp no.73 th.2005
 
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG ...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 19 TAHUN 2008    TENTANG  ...PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 19 TAHUN 2008    TENTANG  ...
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG ...
 
Peraturan Pemerintah No. 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan
Peraturan Pemerintah No. 73 Tahun 2005 tentang KelurahanPeraturan Pemerintah No. 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan
Peraturan Pemerintah No. 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan
 
Perdes no 12 th 2017 ttg kewenangan desa
Perdes no 12 th 2017 ttg kewenangan desaPerdes no 12 th 2017 ttg kewenangan desa
Perdes no 12 th 2017 ttg kewenangan desa
 
Juknis Raperdes Pungutan desa
Juknis Raperdes Pungutan desaJuknis Raperdes Pungutan desa
Juknis Raperdes Pungutan desa
 
Peraturan Pemerintah No. 73 tahun 2005 tentang Kelurahan
Peraturan Pemerintah No. 73 tahun 2005 tentang KelurahanPeraturan Pemerintah No. 73 tahun 2005 tentang Kelurahan
Peraturan Pemerintah No. 73 tahun 2005 tentang Kelurahan
 

Recently uploaded

LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxLAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxBudyHermawan3
 
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxAparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxBudyHermawan3
 
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxInovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxBudyHermawan3
 
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxPB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxBudyHermawan3
 
PPT Seminar Kinerja Keuangan Provinsi Sulawesi tengah.pptx
PPT Seminar Kinerja Keuangan Provinsi Sulawesi tengah.pptxPPT Seminar Kinerja Keuangan Provinsi Sulawesi tengah.pptx
PPT Seminar Kinerja Keuangan Provinsi Sulawesi tengah.pptxssuser8905b3
 
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxPengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxBudyHermawan3
 
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxPB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxBudyHermawan3
 
Perencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptx
Perencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptxPerencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptx
Perencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptxBudyHermawan3
 
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxTata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxBudyHermawan3
 
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdfPemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdfHarisKunaifi2
 
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxMembangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxBudyHermawan3
 
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama DesapptxPB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama DesapptxBudyHermawan3
 
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxKonsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxBudyHermawan3
 
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditPermen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditYOSUAGETMIRAJAGUKGUK1
 

Recently uploaded (14)

LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxLAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
 
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxAparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
 
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxInovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
 
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxPB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
 
PPT Seminar Kinerja Keuangan Provinsi Sulawesi tengah.pptx
PPT Seminar Kinerja Keuangan Provinsi Sulawesi tengah.pptxPPT Seminar Kinerja Keuangan Provinsi Sulawesi tengah.pptx
PPT Seminar Kinerja Keuangan Provinsi Sulawesi tengah.pptx
 
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxPengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
 
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxPB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
 
Perencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptx
Perencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptxPerencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptx
Perencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptx
 
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxTata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
 
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdfPemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
 
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxMembangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
 
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama DesapptxPB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
 
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxKonsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
 
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditPermen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
 

PEDOMAN RT RW

  • 1. 1 LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 5 2015 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 05 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang : a. bahwa Otonomi Daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan; b. bahwa Untuk menampung, mewujudkan aspirasi dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan maka masyarakat atas prakarsanya sendiri dapat membentuk wadahnya; c. bahwa dalam mendukung kelancaran tugas Pemerintah untuk meningkatkan pelayanan pemerintahan, peningkatan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat maka lembaga masyarakat perlu dioptimalkan; d. bahwa Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 04 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembentukan Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW) dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) di Kota Bekasi dipandang sudah tidak sesuai lagi dengan situasi dan kondisi saat ini terutama dalam upaya meningkatkan peran serta secara aktif Rukun Tetangga dan Rukun Warga sebagaimana dimaksud huruf a, sehingga dipandang perlu untuk ditinjau kembali;
  • 2. 2 e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Pedoman Pembentukan Rukun Tetangga dan Rukun Warga. Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1996 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Bekasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3663); 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4674) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 232, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5475); 4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
  • 3. 3 6. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 159, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4588); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan; 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah; 11. Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 03 Tahun 2008 tentang Urusan Wajib dan Pilihan yang menjadi Kewenangan Daerah Kota Bekasi (Lembaran Daerah Kota Bekasi Tahun 2008 Nomor 3 Seri E). Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BEKASI dan WALIKOTA BEKASI MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kota Bekasi.
  • 4. 4 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Bekasi. 3. Walikota adalah Walikota Bekasi. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bekasi. 5. Perangkat Daerah adalah Organisasi/Lembaga pada Pemerintah Daerah yang bertanggung jawab kepada Walikota untuk membantu dalam penyelenggaraan pemerintahan yang terdiri atas Sekretariat Daerah, Dinas Daerah dan lembaga teknis daerah serta Kecamatan dan Kelurahan. 6. Kecamatan adalah wilayah kerja camat sebagai Perangkat Daerah. 7. Camat adalah pemimpin dan koordinator penyelenggaraan pemerintahan di wilayah kerja Kecamatan yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan kewenangan pemerintahan dari Walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah, dan menyelenggarakan tugas umum pemerintahan. 8. Kelurahan adalah wilayah kerja Lurah sebagai Perangkat Daerah dalam wilayah Kecamatan. 9. Lurah adalah pemimpin penyelenggaraan pemerintahan di wilayah kerja kelurahan yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan kewenangan pemerintahan dari Walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah, dan menyelenggarakan tugas umum pemerintahan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Camat. 10. Rukun Warga yang selanjutnya disingkat RW adalah Lembaga Masyarakat yang dibentuk melalui musyawarah diwilayah kerjanya dalam rangka pelayanan pemerintahan dan kemasyarakatan yang diakui dan dibina oleh Pemerintah Daerah. 11. Rukun Tetangga, yang selanjutnya disingkat RT adalah lembaga yang dibentuk melalui musyawarah masyarakat setempat dalam rangka pelayanan pemerintahan dan kemasyarakatan yang diakui dan dibina oleh Pemerintah Daerah. 12. Penduduk Kota Bekasi adalah setiap orang yang secara sah terdaftar sebagai penduduk Kota Bekasi. 13. Warga adalah yang berdomisili di lingkungan RT dan RW dan telah memiliki KTP dan/atau terdaftar di KK. 14. Kartu Tanda Penduduk yang selanjutnya disingkat KTP adalah identitas resmi penduduk sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh instansi pelaksana yang berlaku di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 15. Keluarga adalah inti terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah.
  • 5. 5 16. Kepala Keluarga adalah : a. orang yang bertempat tinggal dengan orang lain, baik mempunyai hubungan darah maupun tidak, yang bertanggung jawab terhadap keluarga; b. orang yang bertempat tinggal seorang diri; atau c. kepala kesatrian, kepala asrama, kepala rumah yatim piatu, dan lain lain tempat beberapa orang tinggal bersama-sama. 17. Kartu Keluarga yang selanjutnya disingkat KK adalah kartu identitas keluarga yang memuat tentang nama, susunan dan hubungan dalam keluarga, serta identitas anggota keluarga. 18. Pemuka Masyarakat adalah tokoh-tokoh masyarakat seperti tokoh agama, profesi, wanita, pemuda dan cendikiawan yang bertempat tinggal di Kelurahan setempat. 19. Pembentukan adalah pemberian status suatu kelompok penduduk sebagai lembaga kemasyarakatan RT atau RW di Kelurahan. 20. Pemekaran adalah kegiatan membagi kelembagaan RT atau RW menjadi dua atau lebih. 21. Penggabungan adalah penyatuan lembaga kemasyarakatan RT dan/atau RW ke dalam RT dan/atau RW lain yang bersandingan. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 Pembentukan Lembaga RT dan RW dimaksudkan untuk membantu kelancaran pelaksanaan tugas Lurah dalam mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan masyarakat dan melaksanakan fungsi- fungsi Pemerintahan. Pasal 3 Pembentukan RT dan RW sebagaimana dimaksud pada Pasal 2, bertujuan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui: a. peningkatan pelayanan masyarakat; b. peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan; c. pengembangan kemitraan; d. pemberdayaan masyarakat; dan e. pengembangan kegiatan lain sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat setempat.
  • 6. 6 BAB III TUGAS, FUNGSI DAN KEWAJIBAN Pasal 4 Tugas RT dan RW dalam membantu Lurah dalam penyelenggaraan urusan Pemerintahan adalah: a. membantu menjalankan dan meningkatkan tugas pelayananan kepada warga yang menjadi tanggungjawab Pemerintah Daerah; b. memelihara kerukunan hidup warga, menanamkan dan memupuk rasa persatuan dan kesatuan masyarakat; c. menyusun rencana pelaksanaan pembangunan dengan menggerakan kesadaran masyarakat dalam bergotong royong. Pasal 5 Untuk melaksanakan Tugas, RT dan RW mempunyai fungsi: a. pendataan kependudukan dan pelayanan administrasi pemerintahan lainnya; b. pemeliharaan keamanan, ketertiban dan kerukunan hidup antar warga; c. penanganan masalah-masalah sosial masyarakat; d. pembuatan gagasan dalam pelaksanaan pembangunan dengan mengembangkan aspirasi dan swadaya murni masyarakat; e. penggerak swadaya gotong royong dan partisipasi masyarakat di wilayahnya; f. mediasi komunikasi, informasi, sosialisasi antara Kelurahan dengan masyarakat; g. sebagai wadah untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan warga yang dilandasi semangat kekeluargaan dan kegotongroyongan. Pasal 6 RT dan RW sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 mempunyai kewajiban: a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; b. menjalin hubungan kemitraan dengan berbagai pihak yang terkait; c. menaati peraturan perundang-undangan; d. menjaga etika dan norma dalam kehidupan bermasyarakat; dan e. membantu Lurah dalam pelaksanaan kegiatan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.
  • 7. 7 BAB IV PEMBENTUKAN Bagian Kesatu Rukun Tetangga Paragraf 1 Pembentukan Rukun Tetangga Pasal 7 (1) Di tingkat Kelurahan dapat dibentuk beberapa RT sesuai dengan kebutuhan masyarakat. (2) Pembentukan RT dilakukan atas prakarsa masyarakat difasilitasi Kelurahan melalui musyawarah dan mufakat masyarakat setempat yang dipimpin oleh Ketua RW dan hasil musyawarah diusulkan kepada Lurah. (3) Hasil musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Lurah. Paragraf 2 Jumlah Kepala Keluarga Rukun Tetangga Pasal 8 (1) Setiap RT terdiri dari 30 (tiga puluh) sampai dengan 100 (seratus) Kepala Keluarga. (2) Bagi penduduk yang bertempat tinggal dikawasan khusus, asrama, rumah susun, apartemen atau yang sejenis dapat dibentuk RT tersendiri. (3) Jumlah Kepala Keluarga pada RT baru hasil pembentukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat disesuaikan dengan kebutuhan setempat. Paragraf 3 Pemekaran, Penghapusan atau Penggabungan Rukun Tetangga Pasal 9 (1) RT dalam hal luas wilayah, jumlah penduduk dapat dimekarkan, dihapuskan atau digabung berdasarkan musyawarah dan mufakat. (2) Pemekaran, Penghapusan dan penggabungan sebagaimana dimaksud pada
  • 8. 8 ayat (1) dilakukan dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan kepada masyarakat. (3) Jumlah Kepala Keluarga pada RT baru hasil pemekaran atau penggabungan harus memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 8 ayat (1). (4) Pemekaran atau penggabungan RT dilaksanakan dengan tetap memperhatikan kesatuan cakupan wilayah. Pasal 10 (1) Pemekaran atau penggabungan RT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) dilaksanakan melalui rapat RT yang dipimpin oleh Ketua RW setelah dikonsultasikan kepada Lurah. (2) Rapat RT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dianggap sah apabila dihadiri dan ditandatangani paling sedikit 2/3 (dua pertiga) dari jumlah kepala keluarga. (3) Hasil rapat RT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diusulkan kepada Lurah dan Camat untuk mendapatkan persetujuan Walikota. (4) Pemekaran, penghapusan,dan penggabungan batas RT tersebut dinyatakan sah setelah mendapat persetujuan Walikota. Bagian Kedua Rukun Warga Paragraf 1 Pembentukan Rukun Warga Pasal 11 (1) Di tingkat Keluarahan dapat dibentuk beberapa RW sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang ditetapkan oleh Camat. (2) Pembentukan RW sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atas prakarsa masyarakat yang dapat difasilitasi Kelurahan melalui musyawarah dan mufakat pengurus RT dengan berkonsultasi kepada Lurah dan Camat. (3) Hasil musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Camat atas usul Lurah.
  • 9. 9 Paragraf 2 Jumlah Rukun Tetangga Dalam Rukun Warga Pasal 12 Setiap RW terdiri dari 5 (lima) sampai dengan 25 (dua puluh lima) RT dalam satu cakupan wilayah tertentu. Paragraf 3 Pemekaran, Penghapusan atau Penggabungan Rukun Warga Pasal 13 (1) RW dalam hal luas wilayah, jumlah penduduk dapat dimekarkan, dihapuskan atau digabung berdasarkan musyawarah dan mufakat. (2) Pemekaran atau penggabungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan kepada masyarakat. (3) Jumlah RT pada RW baru hasil pemekaran, penghapusan atau penggabungan harus memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 12. (4) Pemekaran atau penggabungan RW dilaksanakan dengan tetap memperhatikan kesatuan cakupan wilayah RW. Pasal 14 (1) Pemekaran atau penggabungan RW sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) dilaksanakan melalui Rapat RW yang dipimpin oleh Lurah. (2) Rapat RW sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dianggap sah apabila dihadiri dan ditandatangani paling sedikit 2/3 (dua pertiga) dari jumlah RT. (3) Hasil rapat RW sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diusulkan kepada Walikota melalui Camat untuk mendapatkan persetujuan. BAB V
  • 10. 10 KEPENGURUSAN Bagian Kesatu Pengurus Rukun Tetangga Pasal 15 (1) Pengurus RT dan RW terdiri dari: a. ketua; b. sekretaris; c. bendahara; dan d. koordinator seksi yang terdiri dari : 1. seksi pembangunan; 2. seksi sosial budaya; 3. seksi keamanan dan ketertiban; 4. seksi kebersihan dan lingkungan hidup; 5. seksi Pemuda dan Olahraga. (2) Seksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditambah sesuai dengan kebutuhan masyarakat. (3) Pengurus RT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh merangkap jabatan pada pengurus RW. (4) Pengurus RW sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh merangkap jabatan pada pengurus RT. (5) Pembagian tugas antar pengurus RT ditetapkan dalam forum musyawarah RT. (6) Pengurus RT bertanggungjawab kepada forum musyawarah RT. (7) Pembagian tugas antar pengurus RW ditetapkan dalam forum musyawarah RW. (8) Pengurus RW bertanggungjawab kepada forum musyawarah RW. Pasal 16 Syarat untuk dipilih menjadi Pengurus RT dan RW adalah sebagai berikut : a. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. setia dan taat pada Pancasila dan UUD 1945; c. berkelakuan baik, jujur, adil, cerdas, dan berwibawa; d. sehat jasmani dan rohani;
  • 11. 11 e. berpendidikan serendah-rendahnya Sekolah Menengah Pertama atau yang sederajat untuk Ketua RT dan Sekolah Menengah Atas atau yang sederajat untuk Ketua RW; f. berdomisili dan bertempat tinggal sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun, mempunyai KTP dan terdaftar dalam Kartu Keluarga pada RT/RW setempat; g. mempunyai kemauan, kemampuan dan kepedulian sosial; h. tidak sedang dicabut hak memilih dan dipilih menurut keputusan pengadilan yang telah mempunyai hukum tetap. Bagian Kedua Kewajiban dan Hak Pengurus Pasal 17 (1) Pengurus RT mempunyai kewajiban : a. melaksanakan tugasnya sesuai dengan tugas dan fungsinya; b. melaksanakan keputusan musyawarah warga; c. membina kerukunan hidup warga; d. memberikan pelayanan kemasyarakatan kepada anggota tanpa diskriminasi; e. membuat laporan tertulis mengenai kegiatan organisasi paling sedikit tiga bulan sekali kepada Forum Musyawarah RT, RW dan Lurah; f. melaporkan kepada RW dan Lurah atas kejadian yang terjadi dan dipandang perlu untuk mendapat penyelesaian oleh Pemerintah Daerah. (2) Pengurus RT mempunyai hak : a. menyampaikan pendapat dalam Rapat pertemuan lainnya; b. memilih dan dipilih sebagai Pengurus; c. menyampaikan saran-saran dan pertimbangan kepada kelurahan melalui RW untuk membantu kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan ; d. berinovasi dan mengembangkan kreasi yang menunjang pelaksanaan tugasnya sebagai pengurus; e. menerima pembinaan dari Kelurahan, Kecamatan, dan Pemerintah Daerah; f. mendapatkan bantuan operasional yang sesuai dengan kemampuan keuangan Daerah dan ditetapkan berdasarkan Peraturan Walikota. (3) Pengurus RW mempunyai kewajiban : a. melaksanakan tugasnya sesuai dengan tugas dan fungsinya; b. melaksanakan keputusan musyawarah warga;
  • 12. 12 c. membina kerukunan hidup warga; d. memberikan pelayanan kemasyarakatan kepada warganya tanpa diskriminasi; e. membuat laporan tertulis mengenai kegiatan organisasi paling sedikit tiga bulan sekali kepada Forum Musyawarah RW, Lurah dan Camat; f. melaporkan kepada Lurah atas kejadian yang terjadi dan dipandang perlu untuk mendapat penyelesaian oleh Pemerintah Daerah. (4) Pengurus RW mempunyai hak : a. menyampaikan pendapat dalam Rapat RW dan pertemuan lainnya; b. memilih dan dipilih sebagai Pengurus; c. menyampaikan saran-saran dan pertimbangan kepada kelurahan untuk membantu kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan; d. berinovasi dan mengembangkan kreasi yang menunjang pelaksanaan tugasnya sebagai pengurus; e. menerima pembinaan dari Kelurahan, Kecamatan, dan Pemerintah Daerah; f. mendapatkan bantuan operasional yang sesuai dengan kemampuan keuangan daerah dan ditetapkan berdasarkan Peraturan Walikota. Bagian Ketiga Pemilihan Ketua RT Pasal 18 (1) Pemilihan Ketua RT dipilih melalui musyawarah yang disaksikan oleh Ketua RW dan Lurah. (2) Peserta musyawarah terdiri atas seluruh Kepala Keluarga dalam wilayah RT yang bersangkutan. (3) Apabila Kepala Keluarga berhalangan hadir dapat diwakilkan oleh salah satu keluarga yang tercantum dalam Kartu Keluarga. Pasal 19 (1) Pemilihan Ketua RT dilaksanakan oleh Panitia Pemilihan. (2) Panitia Pemilihan Ketua RT dibentuk melalui musyawarah masyarakat yang difasilitasi oleh Ketua RW.
  • 13. 13 (3) Panitia Pemilihan Ketua RT terdiri dari: a. Pengurus RW; b. tokoh masyarakat; c. tokoh pemuda; d. tokoh wanita; e. beberapa warga yang ditunjuk sebagai unsur pembantu, bila dipandang perlu. (4) Susunan panitia pemilihan RT disahkan oleh Lurah melalui RW. (5) Panitia Pemilihan Ketua RT mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut : a. menerima nama-nama calon Ketua RT yang diusulkan dari Kepala Keluarga; b. memeriksa dan meneliti syarat-syarat administrasi bakal calon; c. melaksanakan pemilihan Ketua RT; d. membuat Berita Acara Hasil Musyawarah Pemilihan; e. mengumumkan hasil pemilihan Ketua RT; f. melaporkan hasil pelaksanaan pemilihan kepada Lurah. Pasal 20 Tahapan pemilihan Ketua RT terdiri dari : a. persiapan Pemilihan, meliputi kegiatan sosialisasi, pembentukan panitia pemilihan, penerimaan nama calon Ketua RT; b. pelaksanaan Musyawarah Pemilihan dengan susunan acara sebagai berikut : 1. pembukaan; 2. pembacaan daftar hadir dan pengesahan peserta musyawarah pemilihan; 3. penyampaian laporan pertanggungjawaban Ketua periode sebelumnya; 4. pembacaan Tata Tertib; 5. pembentukan dan penyampaian susunan Panitia Pemilihan; 6. pelaksanaan musyawarah pemilihan dipimpin oleh Ketua Panitia Pemilihan; 7. pengumuman hasil musyawarah dan penandatanganan Berita Acara; 8. penutup. c. Pelaporan, terdiri dari : 1. Berita Acara Hasil Musyawarah Pemilihan Ketua RT; 2. daftar hadir peserta musyawarah. Pasal 21 (1) Musyawarah pemilihan sebagaimana dimaksud pada Pasal 18 sah apabila
  • 14. 14 dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah Kepala Keluarga RT setempat. (2) Apabila dalam suatu pelaksanaan musyawarah pemilihan Ketua RT tidak mencapai quorum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka atas dasar pertimbangan Panitia Pemilihan dengan Pemuka masyarakat dan Lurah, pelaksanaan tersebut dalam ditunda dalam waktu 7 (tujuh) hari. (3) Apabila pelaksanaan musyawarah pemilihan Ketua RT sebagaimana dimaksud pada ayat (2), setelah ditunda tetap tidak mencapai quorum, maka panitia pemilihan melaksanakan pemilihan secara musyawarah dan mufakat yang hadir pada saat itu. (4) Apabila dalam pelaksanaan musyawarah pemilihan Ketua RT terdapat jumlah suara yang sama, maka diadakan pemilihan ulang sampai ada hasil yang terpilih. (5) Musyawarah pemilihan Ketua RT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menetapkan Ketua RT. (6) Hasil musyawarah pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dituangkan dalam Berita Acara Hasil Musyawarah Pemilihan, ditandatangani oleh Panitia Pemilihan dan diketahui oleh Ketua RW serta dilampiri dengan : a. daftar hadir peserta; b. hasil musyawarah Ketua RT terpilih. Pasal 22 Susunan pengurus RT ditetapkan dengan Keputusan Lurah dan dilaporkan kepada Camat. Bagian Keempat Pemilihan Ketua RW Pasal 23 (1) Ketua RW dipilih melalui musyawarah yang dilaksanakan oleh Lurah dan Camat. (2) Pemilihan Ketua RW dapat dilakukan dengan cara : a. pemilihan secara langsung; b. pemilihan secara keterwakilan. (3) Peserta Pemilihan secara langsung sebagaimana yang dimaksud ayat 2 (dua) huruf a adalah seluruh Warga yang berdomisili di wilayah RW yang
  • 15. 15 bersangkutan dan sudah memiliki hak pilih sebagaimana ketentuan undang- undang yang berlaku di negara indonesia. (4) Peserta Pemilihan secara keterwakilan sebagaimana yang dimaksud ayat (2) huruf b adalah : a. unsur pengurus RT terdiri dari : Ketua, Sekretaris, Bendahara, Koordinator seksi dan sekurang-kurangnya maksimal 10 orang Tokoh Masyarakat. b. unsur Kepala Keluarga yang berdomisili diwilayah RW setempat. Pasal 24 (1) Pemilihan Ketua RW dilaksanakan oleh Panitia Pemilihan. (2) Panitia Pemilihan Ketua RW dibentuk melalui musyawarah masyarakat yang difasilitasi oleh Lurah. (3) Panitia Pemilihan Ketua RW terdiri dari: a. Lurah atau pejabat Kelurahan lain yang ditunjuk oleh Lurah sebagai Ketua; b. tokoh masyarakat sebagai wakil ketua; c. tokoh pemuda sebagai sekretaris; d. tokoh wanita sebagai bendahara; e. ketua RT di wilayah RW tersebut sebagai anggota. (4) Susunan panitia pemilihan RW disahkan oleh Camat. (5) Panitia Pemilihan Ketua RW mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut : a. menerima nama-nama calon pengurus yang diusulkan dari RT dan/atau masyarakat setempat; b. memeriksa dan meneliti syarat-syarat administrasi bakal calon; c. melaksanakan pemilihan pengurus; d. membuat Berita Acara Hasil Musyawarah Pemilihan; e. mengumumkan hasil susunan pengurus. f. melaporkan hasil pelaksanaan pemilihan kepada Camat melalui Lurah. Pasal 25 Tahapan pemilihan Ketua RW terdiri dari: a. persiapan Pemilihan meliputi kegiatan sosialisasi, pembentukan panitia pemilihan, penerimaan nama calon pengurus; b. pelaksanaan Musyawarah Pemilihan dengan susunan acara sebagai berikut: 1. pembukaan; 2. pembacaan daftar hadir dan pengesahan peserta musyawarah pemilihan;
  • 16. 16 3. penyampaian laporan pertanggungjawaban pengurus periode sebelumnya; 4. pembacaan tata tertib; 5. pembentukan dan penyampaian susunan Panitia Pemilihan; 6. pelaksanaan musyawarah pemilihan dipimpin oleh Ketua Panitia Pemilihan; 7. pengumuman hasil musyawarah dan penandatanganan Berita Acara; 8. penutup; c. pelaporan terdiri dari: 1. Berita Acara Hasil Musyawarah Pemilihan Ketua RW; 2. daftar hadir peserta musyawarah. Pasal 26 (1) Musyawarah pemilihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah peserta yang disahkan panitia pemilihan RW. (2) Apabila dalam pelaksanaan musyawarah pemilihan Ketua RW terdapat jumlah suara yang sama, maka diadakan pemilihan ulang dan apabila masih terdapat suara yang sama penentuan Ketua terpilih ditetapkan oleh Panitia Pemilihan dengan memperhatikan faktor pendidikan, kewibawaan, pengalaman hidup bermasyarakat dan lamanya bertempat tinggal sebagai penduduk setempat. (3) Apabila dalam suatu pelaksanaan musyawarah pemilihan Ketua RW tidak mencapai quorum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), maka atas dasar pertimbangan Panitia Pemilihan dengan pemuka masyarakat dan Lurah, pelaksanaan pemilihan tersebut dapat ditunda dalam waktu 15 (lima belas) hari. (4) Apabila pelaksanaan musyawarah pemilihan Ketua RW sebagaimana dimaksud pada ayat (3), setelah ditunda tetap tidak mencapai quorum, maka panitia pemilihan melaksanakan pemilihan secara musyawarah dan mufakat yang hadir pada saat itu. (5) Musyawarah pemilihan Ketua RW sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menetapkan Ketua RW. (6) Koordinator Seksi ditunjuk oleh Ketua terpilih melalui musyawarah dengan pengurus terpilih lainnya. (7) Susunan pengurus hasil musyawarah pemilihan sebagaimana dimaksud
  • 17. 17 pada ayat (5) dan ayat (6) ditetapkan dengan Berita Acara Hasil Musyawarah Pemilihan, ditandatangani oleh panitia pemilihan dan diketahui Lurah, serta dilampiri dengan : a. daftar hadir peserta; b. susunan pengurus hasil musyawarah pemilihan. Pasal 27 Pengurus RW hasil Pemilihan ditetapkan dengan Keputusan Camat dan dilaporkan kepada Walikota. Bagian Kelima Masa Bakti Ketua Pasal 28 (1) Masa bakti Ketua RT dan RW selama 3 (tiga) tahun dan dapat dipilih kembali satu periode berikutnya. (2) Paling lambat 2 (dua) bulan sebelum berakhir masa baktinya, Ketua RT wajib melaporkan dan memberitahukan kepada Ketua RW guna dilaksanakan pembentukan panitia musyawarah pemilihan Ketua RT periode berikutnya. (3) Paling lambat 2 (dua) bulan sebelum berakhir masa baktinya, Ketua RW wajib melaporkan dan memberitahukan kepada Lurah guna dilaksanakan pembentukan panitia musayawarah pemilihan Ketua RW periode berikutnya. Pasal 29 (1) Ketua RT dan RW dapat berhenti atau diberhentikan sebelum habis masa baktinya karena : a. meninggal dunia; b. mengundurkan diri; c. pindah tempat tinggal keluar dari lingkungan RT atau RW yang bersangkutan; d. melakukan tindakan yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan/atau norma-norma kehidupan masyarakat; dan/atau e. tidak lagi memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada Pasal 16. (2) Dalam hal berhenti atau diberhentikan adalah jabatan Ketua RT dan/atau ketua RW maka Sekretaris RT dan/atau Sekretaris RW yang mengisi kekosongan jabatan ketua.
  • 18. 18 (3) Pengisian pengurus antar waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus dilaksanakan paling lambat 1 (satu) bulan sejak berhenti atau diberhentikan. (4) Pengurus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diisi dengan Pengurus Antar Waktu sampai dengan masa bakti kepengurusan berakhir. (5) Keputusan pemberhentian dan pengangkatan pengurus RT dan pengurus RW sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan melalui rapat Forum Musyawarah. (6) Pemberhentian dan pengangkatan pengurus RT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Lurah melalui pengurus RW untuk ditetapkan dengan Keputusan Lurah. (7) Pemberhentian dan pengangkatan pengurus RW sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Camat melalui Lurah untuk ditetapkan dengan Keputusan Camat. BAB VI KEWAJIBAN DAN HAK WARGA Pasal 30 (1) Setiap warga RT dan RW mempunyai kewajiban sebagai berikut : a. melaksanakan segala keputusan rapat forum musyawarah RT dan RW; b. menunjang terselenggaranya tugas dan kewajiban RT dan RW; c. berperan aktif dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh RT dan RW. (2) Setiap warga RT dan RW mempunyai hak sebagai berikut : a. mendapatkan pelayanan administrasi dan kewilayahan dari RT dan RW sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; b. mengajukan usul dan pendapat dalam rapat forum musyawarah RT dan RW; c. memilih dan dipilih sebagai pengurus RT dan RW; d. turut serta dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh RT dan RW.
  • 19. 19 BAB VII FORUM MUSYAWARAH RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA Bagian Kesatu Pengurus Rukun Tetangga Pasal 31 (1) Forum Musyawarah RT dan RW merupakan wadah musyawarah tertinggi warga. (2) Musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi untuk : a. memilih dan memberhentikan pengurus; b. menentukan dan merumuskan program kerja; c. menerima dan mengesahkan pertanggungjawaban pengurus; d. membantu memecahkan permasalahan bertetangga dan bermasyarakat. (3) Rapat RT dan RW dilaksanakan secara rutin setiap 1 (satu) bulan sekali dan atau sesuai kebutuhan. (4) Setiap keputusan yang ditetapkan dalam musyawarah RT dinyatakan sah apabila dihadiri paling sedikit 2/3 (dua pertiga) dari jumlah warga. (5) Setiap keputusan yang ditetapkan dalam musyawarah RW dinyatakan sah apabila dihadiri paling sedikit 2/3 (dua pertiga) dari jumlah Pengurus RT dan RW. BAB VIII HUBUNGAN KERJA (1) Hubungan kerja RT dan RW dengan Kelurahan bersifat konsultatif dan koordinatif. (2) Hubungan kerja RT dan RW dengan Lembaga Kemasyarakatan lainnya di Kelurahan bersifat konsultatif dan koordinatif. (3) Hubungan kerja RT dan RW dengan pihak ketiga di Kelurahan bersifat kemitraan.
  • 20. 20 BAB IX PENDANAAN Pasal 33 Pendanaan RT dan RW bersumber dari: a. swadaya masyarakat; b. bantuan Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah; c. bantuan lain yang sah dan tidak mengikat. BAB X PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KEKAYAAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA Pasal 34 Pengelolaan keuangan yang diperoleh diadministrasikan secara tertib, transparan, akuntabel dan dapat dipertanggungjawabkan pada forum musyawarah. Pasal 35 Kekayaan RT dan RW yang berupa barang-barang inventaris dikelola secara tertib, transparan, akuntabel dan dapat dipertanggungjawabkan pada forum musyawarah. BAB XI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 36 Pemerintah Daerah wajib membina dan mengawasi RT dan RW. Pasal 37 Pembinaan dan pengawasan Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada Pasal 36, terdiri dari : a. memberikan pedoman teknis pelaksanaan dan pengembangan RT dan RW; b. memberikan pedoman penyusunan perencanaan pembangunan partisipatif; c. menetapkan bantuan pembiayaan alokasi dana untuk pembinaan dan pengembangan RT dan RW; d. memberikan bimbingan, supervisi dan konsultasi pelaksanaan serta pemberdayaan RT dan RW;
  • 21. 21 e. melakukan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan RT dan RW; f. menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi RT dan RW; g. memberikan penghargaan atas prestasi yang dilaksanakan RT dan RW; h. Lurah sebagai penentu kebijakan atas terjadinya sengketa pemilihan RT; i. Camat sebagai penentu kebijakan atas terjadinya sengketa pemilihan RW. BAB XII KELENGKAPAN LEMBAGA Pasal 39 (1) Kelengkapan Lembaga RT dan RW meliputi : a. sekretariat; b. papan nama; c. bagan struktur pengurus; d. kop surat; e. stempel; f. buku administrasi. (2) Bentuk, isi dan format kelengkapan kelembagaan sebagaimana dimaksud ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota. BAB XIII SANKSI ADMINISTRASI Pasal 40 RT dan RW yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana ditentukan dalam Peraturan Daerah ini dapat dikenakan sanksi administratif berupa : a. peringatan tertulis; b. tidak mendapatkan bantuan operasional dari Pemerintah; c. pembatalan Keputusan Lurah dan Keputusan Camat; d. pencabutan Keputusan Lurah dan Keputusan Camat. BAB XIV KETENTUAN PERALIHAN Pasal 41 (1) RT dan RW yang telah terbentuk sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini, dinyatakan masih tetap berlaku dan wajib menyesuaikan dengan Peraturan Daerah ini dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun.
  • 22. 22 (2) Pengurus RT dan RW yang sudah ada pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini, tetap menjalankan tugas sampai dengan habis masa baktinya berakhir. BAB XIV KETENTUAN PENUTUP Pasal 42 Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka Pasal 2 sampai dengan Pasal 20 dan Pasal 34, Pasal 35 Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 04 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembentukan Rukun Tetangga, Rukun Warga dan LPM di Kota Bekasi (Lembaran Daerah Kota Bekasi Tahun 2005 Nomor 4 Seri E) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 43 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Bekasi. Ditetapkan di Bekasi pada tanggal 14 Juli 2015 WALIKOTA BEKASI, Ttd/Cap RAHMAT EFFENDI Diundangkan di Bekasi pada tanggal 14 Juli 2015 SEKRETARIS DAERAH KOTA BEKASI, Ttd/Cap RAYENDRA SUKARMADJI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2015 NOMOR 5 SERI E NOREG PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT : ( 111 /2015)
  • 23. 23