SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
GRAVIMETRI
19.18 No comments
Analisis Gravimetri adalah suatu cara penentuan unsur / senyawa berdasarkan kepada
berat dimana unsur yang kan ditentukan dipisahkan dulu serta diubah menjadi senyawa tertentu
dan murni kemudian baru ditimbang.
Penimbangan hasil reaksi dilakukan dengan menggunakan timbangan analitik agar
diperoleh hasil yang lebih teliti, karena dapat mengukur sanpai berat 0,1 miligram.
Analisis Gravimetri dapat dilakuakan dengan beberapa cara :
1. Cara Evolusi (penguapan)
2. Cara Elektrolisis
3. Cara pengendapan
A. Cara Evolusi (Penguapan)
Cara Evolusi adalah analisis kuantitatif dengan penimbangan hasil reaksi berupa gas, dan
dapat dibedakan menjadi :
1. Secara langsung
Unsur yang akan ditentukan diubah menjadi gas, gas yang terjadi diserap dengan senyawa
tertentu. Metoda ini sulit dilakukan karena gas yang terserap hanya gas yang diinginkan sehingga
metoda ini lebih akurat/sempurna hasilnya.
2. Secara tak langsung
Menimbang bahan sebelum dan sesudah kehilangan analitnya karena penguapan atau
pemanasan. Selisih berat penimbangan = berat gas / analit. Misalnya, penentuan kadar air dalam
suatu bahan atau penentuan kadar karbonat. Cara ini cukup mudah sehingga banyak digunakan
tetapi juga memiliki banyak kelemahan.
B. Cara Elektro Gravimetri
Unsur yang akan ditentukan diendapkan dengan arus listrik. Contoh, menentukan kadar
tembaga dalam kuningan. Kuningan dilarutkan dengan HNO3 sehingga menjadi ion Cu++, ion
Cu++kemudian dielektrolisis dan tembaga mengendap pada katoda, katoda adalah kutub negative
dari listrik. Pertambahan katoda adalah berat tembaga. Maka kadar Cu dapat dicari.
C. Cara Pengendapan
Senyawa/unsur akan ditentukan, direaksikan dengan pereaksi tertentu sehingga terbentuk
senyawa yang mengendap, endapan dipisahkan dan dikeringkan serta ditimbang sampai berat
konstan dan endapan haru memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Dalam bentuk senyawa yang tetap.
2. Mudah dipisahkan.
Untuk endapan yang sangat halus danendapan yang berbentuk gelatin sulit dipisahkan dari
larutannya karena ukuran pori-pori kertas saring yang tertentu.
3. Semurni mungkin
Bebas dari zat atau bahan pengotor yang dapat menyebabkan kesalahan menghitung kadar
unsur yang ada dalam sampel .
4. Tidak mudah larut
Tidak mudah larut sehingga tidak ada yang hilang selama perlakuan selanjutnya, yaitu
penyaringan, pencucian, pengeringan/pemijaran, penimbangan.
D. Pelarutan
Pelarutan adalah Usaha untuk mengubah contoh uang berupa padatan menjadi bentuk
larutan.
Untuk melakukan pelarutan dapat menggunakan 2 macam pelarut, yaitu:
1. Pelarut organic yang digunakan untuk melarutkan senyawa organic. Contoh Pelarut Organik
yaitu, Alkohol, N.Hexane, Eter , Benzen, Cloroform, dll.
2. Pelarut anorganik yang dapat digunakan untuk melarutkan senyawa anorganik. Contoh pelarut
anorganik yaitu Air untuk melarutkan garam-garam, HCl untuk melarutkan senyawa karbonat,
HNO3 untuk melarutkan logam-logam, dan Aquaregia yang terdiri dari HCl + HNO3 (3:1) yang
digunakan untuk melarutkan senyawa silikat.
E. Pengendapan
Pengendapan adalah terbentuknya partikel yang tidak larut dari reaksi kimia dalam
larutan.
1. Syarat endapan pada Gravimetri :
- Endapan mempunyai Kelarutan yang kecil
- Endapan mempunyai rumus kimia tertentu dan murni
- Mudah dipisahkan dengan cara pemijaran atau penyaringan
2. Syarat larutan yang akan diendapkan ;
- Larutan harus encer
- Diendapkan dalam keadaan panas
- Pereaksi pengendap ditambahkan sedikit demi sedikit.
Pengendapan adalah proses membentuk endapan yaitu padatan yang dinyatakan tidak
larut dalam air walaupun endapan tersebut sebenarnya mempunyai kelarutan sekecil apapun.
Prosedur analisis menentukan jumlah pereaksi yang digunakan atau ditambahkan kedalam
sampel/analat agar terbentuk endapan. Dalam kasus dimana jumlah pengendap tidak disebutkan,
biasanya dapat dilakukan estimasi kasar dengan cara perhitungan sederhana yang melibatkan
konsentrasi pereaksi dan perkiraan berat zat/konstituen yang ada. Biasanya disarankan
pemakaian pengendap berlebih karena kelarutan endapan-endapanberkurang atau menurun, yang
disebabkan oleh efek ion yang sama (common – ion effect). Kelebihan pengendap yang banyak
tidak diinginkan, bukan saja karena pemborosan pereaksi tetapi juga karena endapan dapat
cenderung melarut kembali dalam kelebihan pereaksi yang banyak, membentuk ion rangkai
(kompleks). Sebagai contoh, senyawaan perak diendapkan dengan senyawa klorida dan endapan
menjadi lebih, tidak dapat larut bila terdapat cukup kelebihan klorida, tetapi kelebihan klorida
yang besar melarutkan endapan tadi :
Ag Cl + 2Cl¯ ® Ag Cl3
2¯
Secara umum, bila tidak ditentukan, dapat digunakan atau ditambahkan 10% kelebihan
pengendap. Dalam semua hal, cairan supernatan atau saringan (filtrat) harus diuji untuk
mengetahui kesempurnaan endapan dengan menambahkan sedikit penambahan jumlah
pengendap.
Hal yang utama dalam analisis gravimetri ialah pembentukan endapan yang murni dan
mudah disaring .
Pengendapan mulai terjadi dengan terbentuknya sejumlah partikel kecil yang disebut inti-
inti (nukla) bila ketetapan hasil kali kelarutan (Ksp) suatu senyawaan dilampaui. Partikel-partikel
kecil ini ukurannya akan membesar dan akan mengendap kedasar wadah. Partikel-partikel yang
relatif besar ini seringkali lebih murni dan lebih mudah disaring. Pada umumnya ukuran partikel
meningkat mencapai ukuran maksimum dan kemudian berkurang bila konsentrasi pereaksi
pereaksi dinaikkan. Diketahui bahwa makin kecil kelarutan suatu endapan maka semakin kecil
ukuran partikelnya. Tetapi ketentuan ini merupakan aturan kasar atau tidak mutlak sebagai
contoh perak klorida (AgCl) dan bariumsulfat (BaSO4) mempunyai kelarutan molar yang sama
(Ksp sekitar 10¯10 tetapi partikel bariumsulfat jauh lebih besar daripada perak klorida bila
digunakan kondisi pengendapan yang serupa. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kelarutan
ialah :
- suhu
- pH
- pemakaian zat pengkompleks
Pengendapan sangat umum dilakukan pada suhu tinggi, dengan alasan bahwa garam dari
asam lemah seperti kalsiumoksalat (CaC2O4) dan seng sulfida (ZnS) lebih baik bila diendapkan
dalam suasana asam lemah daripada suasana basa. Bariumsulfat akan lebih baik diendapkan
dalam larutan asam klorida 0,01 M sampai dengan 0,05 M karena kelarutan akan meningkat
dengan terbentuknya ion hidogensulfat (HSO4
-).
Setelah endapan terbentuk kadang-kadang perlu dilakukan pencernaan (digestion) atau
penuaan (aging) artinya endapan tersebut dibiarkan bersentuhan atau kontak dengan larutan
induk (mother liquor), biasanya pada suhu yang ditinggalkan sebelum penyaringan dilakukan.
Partikel-partikel kecil dari endapan berbentuk kristalin seperti BaSO4, lebih dapat larut
dibandingkan partikel-partikel besarnya yang mengakibatkan larutan tersebut lewat jenuh
terhadap partikel besar. Untuk meningkatkan ukuran partikel dari kecil menjadi besar seperti
pada endapan kristalin BaSO4, dilakukan proses pemasakan (ripening). Pemasakan ini dapat
dilakukan diatas penangas air (water bath) dimana wadah beserta endapan disimpan diatasnya
selama 30 – 60 menit. Endapan selai (gelatin) seperti besi (III) hidroksida tidak dicerna (digest)
karena endapan kecilnya tidak begitu berbeda dengan endapan besarnya sehingga tidak terjadi
peningkatan ukuran yang berarti. Untuk memperoleh endapan dengan partikel berukuran besar,
pengendapan dilakukan dengan menambahkan perlahan-lahan larutan encer pengendap. Endapan
kristalin biasanya dicernakan pada suhu yang dinaikan sebelum penyaringan yang bertujuan
untuk makin meningkatkan ukuran partikel.
Pada waktu proses pengendapan suatu endapan, dapat terjadi suatu zat yang biasanya
dapat larut akan terbawa mengendap dan peristiwa ini disebut kopresipitasi. Sebagai contoh
suatu larutan barium klorida yang mengandung sedikit ion nitrat dan kedalam larutan ini
ditambah pengendap asamsulfat maka endapan bariumsulfat akan mengandung barium nitrat.
Hal ini diistilahkan nitrat tersebut dikopresipitasi bersama sulfat.
Kopresipitasi dapat terjadi karena terbentuknya kristal campuran atau oleh adsorpsi ion-
ion selama proses pengendapan. Kristal campuran ini memasuki kisi kristal endapan, sedangkan
ion-ion yang teradsorpsi ditarik kebawah bersama-sama endapan pada proses koagulasi.
A.1 Endapan Kristalin
Pada waktu pembentukan endapan kristalin seperti bariumsulfat, ketidakmurnian
teradsorpsi sewaktu partikel-partikel endapan masih kecil. Ketika partikel tersebut membesar
dapat terjadi pengotor tersebut berada/masuk dalam kristal. Pengotoran jenis ini
disebut oklusi. Kopresipitasi dapat dikurangi tetapi tidak dapat dihilangkan sama sekali, dengan
cara penambahan kedua pereaksi itu?. Bila diketahui bahwa sampel atau pengendap mengandung
ion pengotor maka larutan ini dapat ditambahkan kepada larutan yang lain. Dengan demikian
konsentrasi pengotor dapat dijaga agar minimum pada tahap-tahap awal presipitasi.
Kemurnian suatu endapan kristalin dapat ditingkatkan dengan jalan disaring, dilarutkan
kembali (ulang) dan kemudian diendapkan kembali. Hal ini dapat dilakukan bila endapan tersbut
mudah dilarutkan. Tetapi endapan bariumsulfat yang tidak mudah dilarutkan kembali,
kemurniannya dapat ditingkatkan engan proses penuaan atau pencernaan.
A.2 Endapan selai/gelatin
Partikel-partikel endapan selai jumlahnya lebih banyak dan jauh lebih kecil ukurannya
dibandingkan partikel endapan kristalin. Karena kecil maka luas permukaan pada larutannya
sangat besar/luar biasa besarnya. Keadaan seperti ini mengakibatkan teradsorpsinya air dalam
jumlah relatif besar. Hal ini menyebabkan endapan tersebut mirip gelatin dan adsorpsi ion-ion
lainnya sangat ekstensif. Partikel-partikel endapan selai tidak mudah tumbuh menjadi besar dan
pengotor tidak akan masuk kedalam endapan tapi akan terikat pada permukaan partikel-partikel
kecil tadi.
Ion-ion hidrogen dan hidroksida mudah teradsorpsi oleh endapan selai seperti
Fe(OH)3 dan Al(OH)3.
Besi (III) hidroksida bermuatan positif pada pH ñ 8,5 tetapi bermuatan negatif pada pH
lebih tinggi dari itu. Untuk meningkatkan kemurnian endapan selai dapat dilakukan dengan
pencucian atau pengendapan ulang. Proses pencernaan tidak berguna karena endapan selai
tersebut sedikit sekali dapat larut sehingga partikel-partikelnya tidak terlalu cenderung tumbuh
untuk membesar.
A.3 Pengendap
Pengendap yang digunakan umumnya zat anorganik walaupun pada beberapa penetapan
digunakan zat organik sebagai pengendap.
Pengendap anorganik biasanya berupa basa, asam atau garamnya. Basa yang sering
dipakai adalah amonia (larutan gas amoniak dalam air), NaOH atau KOH. Endapan yang
terbentuk berupa hidroksida yang akan berubah menjadi oksidanya bila bentuk
pertamadipijarkan. Pemakaian pengendap selalu berlebihan untuk mendapatkan pengendapan
sempurna tetapi dapat terjadi bahwa hidroksida yang mengendap mula-mula akan larut dalam
basa pengendap berlebih. Sebagai contoh, endapan Cu(OH)2 dapat larut dalam NH4OH sehingga
yang terakhir ini tidak dapat digunakan sebagai pengendap untuk memperoleh endapan Cu(OH)2.
Pereaksi yang tepat adalah NaOH. Sebaliknya endapan Al(OH)3 akan larut dalam basa kuat,
NaOH atau KOH. Endapan Zn(OH)2 akan larut dalam basa lemah (NH4OH) atau basa kuat
(NaOH/KOH), jadi senyawaan seng harus diendapkan dengan suatu garam misalnya
(NH4)2HPO4. Senyawaan barium dapat diendapkan dengan H2SO4sehingga membentuk endapan
BaSO4. Pengendapan BaSO4 dapat dilakukan dengan memakai Na2SO4 (garam) sebagai
pengganti asam sulfat. Endapan perak klorida juga terbentuk bila pengendap NaCl ditambahkan
kedalam suatu larutan garam perak.
Secara umum endapan yang berbentuk hidroksida akan terurai bila dipijarkan pada suhu
tinggi membentuk oksidanya yang kemudian ditimbang (bobot tetap). Endapan seperti
BaSO4 relatif sukar terurai pada suhu tinggi tetapi akan tereduksi bila ada zat pereduksi seperti C
atau H2. Pereduksi C diperoleh dalam kertas saring yang dipakai sebagai penyaring.
Sejumlah ion logam dapat diendapkan dengan pereaksi organik. Zat organik seperti ¥ -
hidroksi – kuinolina [¥ - kuinolinolina atau oxine (oksina)] membentuk senyawaan yang
mengendap dengan ion-ion logam seperti alumunium, besi, seng, tembaga, zirkonium dan
sebagainya. Zat ini hampir tak dapat larut dalam air dan bila akan dipakai sebagai pengendap
maka harus dilarutkan dalam suatu pelarut organik tertentu seperti asamasetat atau metanol.
Rumus oksina : C9H7OH
Selain oksina, zat organik lainnya yang digunakan sebagai pengendap ialah
dimetilglioksima, yang rumusnya :
CH3 - C = NOH
I
CH3 - C = NOH
Pereaksi ini dengan senyawaan nikel membentuk endapan merah N1(C4H7N2O2)2. Ion-ion
pengganggu misalnya Fe3+, Al3+,B3+yang dapat dicegah dengan menambahkan senyawaan
organik tertentu (sitrat atau tartrat) Dimetilglioksima hanya sedikit larut dalam air, maka
biasanya dipakai larutan 1% dalam etanol. Senyawaan tembaga dapat diendapkan dengan
pereaksi benzoin a - oksina (kupron) yang membentuk endapan hijau
Rumus zat ini :
C6H5 - CH = OH
I
C6H5 - C = NOH
Benzoin a - oksina sangat sedikit dapat larut dalam air tetapi mudah larut dalam etanol.
Pereaksi yang dipakai adalah larutan 2% dalam etanol.
GRAVIMETRI
Gravimetri termasuk analisis jumlah cara konvensional. Sebenarnya ada gravimetri
dengan cara instrumental yaitu elektrogravimetri. Dalam gravimetri (Gravity = berat) penentuan
jumlah zat berdasarkan pada pengukuran berat (penimbangan). Selain penimbangan sampel
dilakukan pula penimbangan hasil reaksi, baik berupa endapan atau gas yang terjadi.
Berdasarkan dasar dan cara pemisahan, gravimetri dibagi menjadi :
1. Cara pengendapan.
Pada cara ini sejumlah sampel dilakukan dengan pereaksi tertentu zat yang akan
ditetapkan (analat) diendapkan.
Endapan yang terjadi kemudian ditetapkan bobotnya, dari kedua bobot dan faktor tertentu kadar
zat dapat dicari. Cara ini paling banyak dilakukan.
2. Cara penguapan.
Pada cara ini sampel direaksikan sehingga dihasilkan suatu gas atau dapat juga
dipanaskan sehingga memecah menghasilkan gas. Penimbangan gas yang keluar dapat secara
langsung yaitu diserap oleh suatu pereaksi terlebih dahulu atau secara tidak langsung yaitu
penimbangan analat sebelum dan sesudah reaksi. Cara ini kadang-kadang dinamakan cara
evolusi.
3. Cara Elektrogravimetri.
Seperti dikatakan diatas, cara ini sebenarnya termasuk cara instrumental. Pada cara ini
sampel diendapkan dengan elektrolisis dengan potensial tertentu. Cara ini banyak digunakan
untuk menentukan kadar logam Cu dan Zn yang akan dibicarakan pada praktikum Kimia Fisika /
Analisis Instrumental.
Tahapan Pengerjaan Analisis Gravimetri secara Umum
Pelaksanaan pengerjaan Analisis Gravimetri di laboratorium merupakan rangkaian
pekerjaan yang dapat dibagi dalam beberapa tahap, yaitu :
1. Persiapan sampel
2. Penimbangan sampel
3. Pelarutan sampel
4. Pengendapan
5. Penyaringan
6. Pencucian
7. Pengabuan
8. Penimbangan sisa pijar
Dalam pelaksanaannya mungkin terjadi pengurangan atau penambahan tahap kerja di atas, misal
pada khromat, barium khromat tidak perlu pemijaran tetapi cukup dengan pengeringan saja.
Sumber: http://yogiekaputra.blogspot.com/2013/11/analisisgravimetri-adalah-suatu-cara.html

More Related Content

What's hot

DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPUR
DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPURDISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPUR
DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPURLinda Rosita
 
Laporan praktikum pemisahan kimia penentuan koefisien distribusi
Laporan praktikum pemisahan kimia penentuan koefisien distribusiLaporan praktikum pemisahan kimia penentuan koefisien distribusi
Laporan praktikum pemisahan kimia penentuan koefisien distribusiRukmana Suharta
 
Laporan praktikum analisis kesadahan air
Laporan praktikum analisis kesadahan airLaporan praktikum analisis kesadahan air
Laporan praktikum analisis kesadahan airDwi Mahardhika
 
Koef distribusi laporan
Koef distribusi laporanKoef distribusi laporan
Koef distribusi laporanChaLim Yoora
 
Pemisahan kation dengan penukar ion
Pemisahan kation dengan penukar ionPemisahan kation dengan penukar ion
Pemisahan kation dengan penukar ionqlp
 
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misel
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misellaporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misel
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis miselqlp
 
Pemurnian air laut
Pemurnian air lautPemurnian air laut
Pemurnian air lautHeriEffendy2
 
laporan praktikum uji anion dan kation
laporan praktikum uji anion dan kationlaporan praktikum uji anion dan kation
laporan praktikum uji anion dan kationwd_amaliah
 
Laporan Praktikum Pemurnian
Laporan Praktikum PemurnianLaporan Praktikum Pemurnian
Laporan Praktikum PemurnianErnalia Rosita
 
Analisis kesadahan air dan pengendapan besi secara gravimetri
Analisis kesadahan air dan pengendapan besi secara gravimetriAnalisis kesadahan air dan pengendapan besi secara gravimetri
Analisis kesadahan air dan pengendapan besi secara gravimetriHesti Radean
 
Laporan Praktikum Permanganometri
Laporan Praktikum PermanganometriLaporan Praktikum Permanganometri
Laporan Praktikum PermanganometriRidha Faturachmi
 
Final acara 2 analisa kualitatif anion
Final acara 2 analisa kualitatif anionFinal acara 2 analisa kualitatif anion
Final acara 2 analisa kualitatif anionAlfian Nopara Saifudin
 
Adsorpsi kimia fisik
Adsorpsi kimia fisikAdsorpsi kimia fisik
Adsorpsi kimia fisikiriadiirwan
 

What's hot (18)

Ekstraksi pelarut
Ekstraksi pelarutEkstraksi pelarut
Ekstraksi pelarut
 
DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPUR
DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPURDISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPUR
DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPUR
 
Laporan praktikum pemisahan kimia penentuan koefisien distribusi
Laporan praktikum pemisahan kimia penentuan koefisien distribusiLaporan praktikum pemisahan kimia penentuan koefisien distribusi
Laporan praktikum pemisahan kimia penentuan koefisien distribusi
 
Laporan praktikum analisis kesadahan air
Laporan praktikum analisis kesadahan airLaporan praktikum analisis kesadahan air
Laporan praktikum analisis kesadahan air
 
Koef distribusi laporan
Koef distribusi laporanKoef distribusi laporan
Koef distribusi laporan
 
Ion exchange
Ion exchangeIon exchange
Ion exchange
 
Pemisahan kation dengan penukar ion
Pemisahan kation dengan penukar ionPemisahan kation dengan penukar ion
Pemisahan kation dengan penukar ion
 
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misel
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misellaporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misel
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misel
 
Pemurnian air laut
Pemurnian air lautPemurnian air laut
Pemurnian air laut
 
Reaksi reaksi kimia laporan
Reaksi reaksi kimia laporanReaksi reaksi kimia laporan
Reaksi reaksi kimia laporan
 
laporan praktikum uji anion dan kation
laporan praktikum uji anion dan kationlaporan praktikum uji anion dan kation
laporan praktikum uji anion dan kation
 
Laporan Praktikum Pemurnian
Laporan Praktikum PemurnianLaporan Praktikum Pemurnian
Laporan Praktikum Pemurnian
 
Analisis kesadahan air dan pengendapan besi secara gravimetri
Analisis kesadahan air dan pengendapan besi secara gravimetriAnalisis kesadahan air dan pengendapan besi secara gravimetri
Analisis kesadahan air dan pengendapan besi secara gravimetri
 
Laporan Praktikum Permanganometri
Laporan Praktikum PermanganometriLaporan Praktikum Permanganometri
Laporan Praktikum Permanganometri
 
Resin anion
Resin anionResin anion
Resin anion
 
Tugas gravimetri
Tugas gravimetriTugas gravimetri
Tugas gravimetri
 
Final acara 2 analisa kualitatif anion
Final acara 2 analisa kualitatif anionFinal acara 2 analisa kualitatif anion
Final acara 2 analisa kualitatif anion
 
Adsorpsi kimia fisik
Adsorpsi kimia fisikAdsorpsi kimia fisik
Adsorpsi kimia fisik
 

Similar to Cu dengan gravimetri

Laporan rekristalisasi
Laporan rekristalisasiLaporan rekristalisasi
Laporan rekristalisasiwd_amaliah
 
10 gravimetri-130204191037-phpapp02
10 gravimetri-130204191037-phpapp0210 gravimetri-130204191037-phpapp02
10 gravimetri-130204191037-phpapp02Indriati Dewi
 
20354210 pengendapan-dan-gravimetri
20354210 pengendapan-dan-gravimetri20354210 pengendapan-dan-gravimetri
20354210 pengendapan-dan-gravimetriIndriati Dewi
 
Gravimetri ppt
Gravimetri pptGravimetri ppt
Gravimetri pptBillqis yh
 
GRAVIMETRI_ppt.ppt
GRAVIMETRI_ppt.pptGRAVIMETRI_ppt.ppt
GRAVIMETRI_ppt.pptssuser2fadc9
 
Pembuatan koloid
Pembuatan koloidPembuatan koloid
Pembuatan koloidzaffiani
 
Makalah kimia teknik
Makalah kimia teknikMakalah kimia teknik
Makalah kimia teknikJuleha Usmad
 
Analisis Gravimetri untuk jurusan kesehatan
Analisis Gravimetri untuk jurusan kesehatanAnalisis Gravimetri untuk jurusan kesehatan
Analisis Gravimetri untuk jurusan kesehatanJunartin
 
Laporan reaksi saponifikasi serta pengujian sifat surfaktan sabun dan deterjen
Laporan reaksi saponifikasi serta pengujian sifat surfaktan sabun dan deterjenLaporan reaksi saponifikasi serta pengujian sifat surfaktan sabun dan deterjen
Laporan reaksi saponifikasi serta pengujian sifat surfaktan sabun dan deterjenqlp
 
Kimia analitik 1 - Part I (pengantar kimia analitik)
Kimia analitik 1 - Part I (pengantar kimia analitik)Kimia analitik 1 - Part I (pengantar kimia analitik)
Kimia analitik 1 - Part I (pengantar kimia analitik)Dwi Mirda
 
Laporan praktikum 6 - persiapan koloid
Laporan praktikum 6 - persiapan koloidLaporan praktikum 6 - persiapan koloid
Laporan praktikum 6 - persiapan koloidFirda Shabrina
 
Pemisahan dan pemurnian zat cair
Pemisahan dan pemurnian zat cairPemisahan dan pemurnian zat cair
Pemisahan dan pemurnian zat cairrikayulliyani
 

Similar to Cu dengan gravimetri (20)

Laporan rekristalisasi
Laporan rekristalisasiLaporan rekristalisasi
Laporan rekristalisasi
 
10 gravimetri
10 gravimetri10 gravimetri
10 gravimetri
 
10 gravimetri-130204191037-phpapp02
10 gravimetri-130204191037-phpapp0210 gravimetri-130204191037-phpapp02
10 gravimetri-130204191037-phpapp02
 
20354210 pengendapan-dan-gravimetri
20354210 pengendapan-dan-gravimetri20354210 pengendapan-dan-gravimetri
20354210 pengendapan-dan-gravimetri
 
kimia koloid
kimia koloidkimia koloid
kimia koloid
 
Gravimetri ppt
Gravimetri pptGravimetri ppt
Gravimetri ppt
 
GRAVIMETRI_ppt.ppt
GRAVIMETRI_ppt.pptGRAVIMETRI_ppt.ppt
GRAVIMETRI_ppt.ppt
 
Laporan hasil percobaan
Laporan hasil percobaanLaporan hasil percobaan
Laporan hasil percobaan
 
Laporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutLaporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarut
 
Pembuatan koloid
Pembuatan koloidPembuatan koloid
Pembuatan koloid
 
Makalah kimia teknik
Makalah kimia teknikMakalah kimia teknik
Makalah kimia teknik
 
Sistem koloid
Sistem koloidSistem koloid
Sistem koloid
 
10 gravimetri
10 gravimetri10 gravimetri
10 gravimetri
 
Analisis Gravimetri untuk jurusan kesehatan
Analisis Gravimetri untuk jurusan kesehatanAnalisis Gravimetri untuk jurusan kesehatan
Analisis Gravimetri untuk jurusan kesehatan
 
Laporan reaksi saponifikasi serta pengujian sifat surfaktan sabun dan deterjen
Laporan reaksi saponifikasi serta pengujian sifat surfaktan sabun dan deterjenLaporan reaksi saponifikasi serta pengujian sifat surfaktan sabun dan deterjen
Laporan reaksi saponifikasi serta pengujian sifat surfaktan sabun dan deterjen
 
Kimia analitik 1 - Part I (pengantar kimia analitik)
Kimia analitik 1 - Part I (pengantar kimia analitik)Kimia analitik 1 - Part I (pengantar kimia analitik)
Kimia analitik 1 - Part I (pengantar kimia analitik)
 
Laporan praktikum 6 - persiapan koloid
Laporan praktikum 6 - persiapan koloidLaporan praktikum 6 - persiapan koloid
Laporan praktikum 6 - persiapan koloid
 
Handout kimia
Handout kimiaHandout kimia
Handout kimia
 
Sistem Koloid
Sistem KoloidSistem Koloid
Sistem Koloid
 
Pemisahan dan pemurnian zat cair
Pemisahan dan pemurnian zat cairPemisahan dan pemurnian zat cair
Pemisahan dan pemurnian zat cair
 

Recently uploaded

alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024budimoko2
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 

Recently uploaded (20)

alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 

Cu dengan gravimetri

  • 1. GRAVIMETRI 19.18 No comments Analisis Gravimetri adalah suatu cara penentuan unsur / senyawa berdasarkan kepada berat dimana unsur yang kan ditentukan dipisahkan dulu serta diubah menjadi senyawa tertentu dan murni kemudian baru ditimbang. Penimbangan hasil reaksi dilakukan dengan menggunakan timbangan analitik agar diperoleh hasil yang lebih teliti, karena dapat mengukur sanpai berat 0,1 miligram. Analisis Gravimetri dapat dilakuakan dengan beberapa cara : 1. Cara Evolusi (penguapan) 2. Cara Elektrolisis 3. Cara pengendapan A. Cara Evolusi (Penguapan) Cara Evolusi adalah analisis kuantitatif dengan penimbangan hasil reaksi berupa gas, dan dapat dibedakan menjadi : 1. Secara langsung Unsur yang akan ditentukan diubah menjadi gas, gas yang terjadi diserap dengan senyawa tertentu. Metoda ini sulit dilakukan karena gas yang terserap hanya gas yang diinginkan sehingga metoda ini lebih akurat/sempurna hasilnya. 2. Secara tak langsung Menimbang bahan sebelum dan sesudah kehilangan analitnya karena penguapan atau pemanasan. Selisih berat penimbangan = berat gas / analit. Misalnya, penentuan kadar air dalam suatu bahan atau penentuan kadar karbonat. Cara ini cukup mudah sehingga banyak digunakan tetapi juga memiliki banyak kelemahan. B. Cara Elektro Gravimetri Unsur yang akan ditentukan diendapkan dengan arus listrik. Contoh, menentukan kadar tembaga dalam kuningan. Kuningan dilarutkan dengan HNO3 sehingga menjadi ion Cu++, ion Cu++kemudian dielektrolisis dan tembaga mengendap pada katoda, katoda adalah kutub negative dari listrik. Pertambahan katoda adalah berat tembaga. Maka kadar Cu dapat dicari. C. Cara Pengendapan Senyawa/unsur akan ditentukan, direaksikan dengan pereaksi tertentu sehingga terbentuk senyawa yang mengendap, endapan dipisahkan dan dikeringkan serta ditimbang sampai berat konstan dan endapan haru memenuhi syarat sebagai berikut : 1. Dalam bentuk senyawa yang tetap. 2. Mudah dipisahkan. Untuk endapan yang sangat halus danendapan yang berbentuk gelatin sulit dipisahkan dari larutannya karena ukuran pori-pori kertas saring yang tertentu. 3. Semurni mungkin
  • 2. Bebas dari zat atau bahan pengotor yang dapat menyebabkan kesalahan menghitung kadar unsur yang ada dalam sampel . 4. Tidak mudah larut Tidak mudah larut sehingga tidak ada yang hilang selama perlakuan selanjutnya, yaitu penyaringan, pencucian, pengeringan/pemijaran, penimbangan. D. Pelarutan Pelarutan adalah Usaha untuk mengubah contoh uang berupa padatan menjadi bentuk larutan. Untuk melakukan pelarutan dapat menggunakan 2 macam pelarut, yaitu: 1. Pelarut organic yang digunakan untuk melarutkan senyawa organic. Contoh Pelarut Organik yaitu, Alkohol, N.Hexane, Eter , Benzen, Cloroform, dll. 2. Pelarut anorganik yang dapat digunakan untuk melarutkan senyawa anorganik. Contoh pelarut anorganik yaitu Air untuk melarutkan garam-garam, HCl untuk melarutkan senyawa karbonat, HNO3 untuk melarutkan logam-logam, dan Aquaregia yang terdiri dari HCl + HNO3 (3:1) yang digunakan untuk melarutkan senyawa silikat. E. Pengendapan Pengendapan adalah terbentuknya partikel yang tidak larut dari reaksi kimia dalam larutan. 1. Syarat endapan pada Gravimetri : - Endapan mempunyai Kelarutan yang kecil - Endapan mempunyai rumus kimia tertentu dan murni - Mudah dipisahkan dengan cara pemijaran atau penyaringan 2. Syarat larutan yang akan diendapkan ; - Larutan harus encer - Diendapkan dalam keadaan panas - Pereaksi pengendap ditambahkan sedikit demi sedikit. Pengendapan adalah proses membentuk endapan yaitu padatan yang dinyatakan tidak larut dalam air walaupun endapan tersebut sebenarnya mempunyai kelarutan sekecil apapun. Prosedur analisis menentukan jumlah pereaksi yang digunakan atau ditambahkan kedalam sampel/analat agar terbentuk endapan. Dalam kasus dimana jumlah pengendap tidak disebutkan, biasanya dapat dilakukan estimasi kasar dengan cara perhitungan sederhana yang melibatkan
  • 3. konsentrasi pereaksi dan perkiraan berat zat/konstituen yang ada. Biasanya disarankan pemakaian pengendap berlebih karena kelarutan endapan-endapanberkurang atau menurun, yang disebabkan oleh efek ion yang sama (common – ion effect). Kelebihan pengendap yang banyak tidak diinginkan, bukan saja karena pemborosan pereaksi tetapi juga karena endapan dapat cenderung melarut kembali dalam kelebihan pereaksi yang banyak, membentuk ion rangkai (kompleks). Sebagai contoh, senyawaan perak diendapkan dengan senyawa klorida dan endapan menjadi lebih, tidak dapat larut bila terdapat cukup kelebihan klorida, tetapi kelebihan klorida yang besar melarutkan endapan tadi : Ag Cl + 2Cl¯ ® Ag Cl3 2¯ Secara umum, bila tidak ditentukan, dapat digunakan atau ditambahkan 10% kelebihan pengendap. Dalam semua hal, cairan supernatan atau saringan (filtrat) harus diuji untuk mengetahui kesempurnaan endapan dengan menambahkan sedikit penambahan jumlah pengendap. Hal yang utama dalam analisis gravimetri ialah pembentukan endapan yang murni dan mudah disaring . Pengendapan mulai terjadi dengan terbentuknya sejumlah partikel kecil yang disebut inti- inti (nukla) bila ketetapan hasil kali kelarutan (Ksp) suatu senyawaan dilampaui. Partikel-partikel kecil ini ukurannya akan membesar dan akan mengendap kedasar wadah. Partikel-partikel yang relatif besar ini seringkali lebih murni dan lebih mudah disaring. Pada umumnya ukuran partikel meningkat mencapai ukuran maksimum dan kemudian berkurang bila konsentrasi pereaksi pereaksi dinaikkan. Diketahui bahwa makin kecil kelarutan suatu endapan maka semakin kecil ukuran partikelnya. Tetapi ketentuan ini merupakan aturan kasar atau tidak mutlak sebagai contoh perak klorida (AgCl) dan bariumsulfat (BaSO4) mempunyai kelarutan molar yang sama (Ksp sekitar 10¯10 tetapi partikel bariumsulfat jauh lebih besar daripada perak klorida bila digunakan kondisi pengendapan yang serupa. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kelarutan ialah : - suhu - pH - pemakaian zat pengkompleks Pengendapan sangat umum dilakukan pada suhu tinggi, dengan alasan bahwa garam dari asam lemah seperti kalsiumoksalat (CaC2O4) dan seng sulfida (ZnS) lebih baik bila diendapkan dalam suasana asam lemah daripada suasana basa. Bariumsulfat akan lebih baik diendapkan dalam larutan asam klorida 0,01 M sampai dengan 0,05 M karena kelarutan akan meningkat dengan terbentuknya ion hidogensulfat (HSO4 -). Setelah endapan terbentuk kadang-kadang perlu dilakukan pencernaan (digestion) atau penuaan (aging) artinya endapan tersebut dibiarkan bersentuhan atau kontak dengan larutan induk (mother liquor), biasanya pada suhu yang ditinggalkan sebelum penyaringan dilakukan. Partikel-partikel kecil dari endapan berbentuk kristalin seperti BaSO4, lebih dapat larut dibandingkan partikel-partikel besarnya yang mengakibatkan larutan tersebut lewat jenuh terhadap partikel besar. Untuk meningkatkan ukuran partikel dari kecil menjadi besar seperti pada endapan kristalin BaSO4, dilakukan proses pemasakan (ripening). Pemasakan ini dapat dilakukan diatas penangas air (water bath) dimana wadah beserta endapan disimpan diatasnya selama 30 – 60 menit. Endapan selai (gelatin) seperti besi (III) hidroksida tidak dicerna (digest) karena endapan kecilnya tidak begitu berbeda dengan endapan besarnya sehingga tidak terjadi peningkatan ukuran yang berarti. Untuk memperoleh endapan dengan partikel berukuran besar, pengendapan dilakukan dengan menambahkan perlahan-lahan larutan encer pengendap. Endapan
  • 4. kristalin biasanya dicernakan pada suhu yang dinaikan sebelum penyaringan yang bertujuan untuk makin meningkatkan ukuran partikel. Pada waktu proses pengendapan suatu endapan, dapat terjadi suatu zat yang biasanya dapat larut akan terbawa mengendap dan peristiwa ini disebut kopresipitasi. Sebagai contoh suatu larutan barium klorida yang mengandung sedikit ion nitrat dan kedalam larutan ini ditambah pengendap asamsulfat maka endapan bariumsulfat akan mengandung barium nitrat. Hal ini diistilahkan nitrat tersebut dikopresipitasi bersama sulfat. Kopresipitasi dapat terjadi karena terbentuknya kristal campuran atau oleh adsorpsi ion- ion selama proses pengendapan. Kristal campuran ini memasuki kisi kristal endapan, sedangkan ion-ion yang teradsorpsi ditarik kebawah bersama-sama endapan pada proses koagulasi. A.1 Endapan Kristalin Pada waktu pembentukan endapan kristalin seperti bariumsulfat, ketidakmurnian teradsorpsi sewaktu partikel-partikel endapan masih kecil. Ketika partikel tersebut membesar dapat terjadi pengotor tersebut berada/masuk dalam kristal. Pengotoran jenis ini disebut oklusi. Kopresipitasi dapat dikurangi tetapi tidak dapat dihilangkan sama sekali, dengan cara penambahan kedua pereaksi itu?. Bila diketahui bahwa sampel atau pengendap mengandung ion pengotor maka larutan ini dapat ditambahkan kepada larutan yang lain. Dengan demikian konsentrasi pengotor dapat dijaga agar minimum pada tahap-tahap awal presipitasi. Kemurnian suatu endapan kristalin dapat ditingkatkan dengan jalan disaring, dilarutkan kembali (ulang) dan kemudian diendapkan kembali. Hal ini dapat dilakukan bila endapan tersbut mudah dilarutkan. Tetapi endapan bariumsulfat yang tidak mudah dilarutkan kembali, kemurniannya dapat ditingkatkan engan proses penuaan atau pencernaan. A.2 Endapan selai/gelatin Partikel-partikel endapan selai jumlahnya lebih banyak dan jauh lebih kecil ukurannya dibandingkan partikel endapan kristalin. Karena kecil maka luas permukaan pada larutannya sangat besar/luar biasa besarnya. Keadaan seperti ini mengakibatkan teradsorpsinya air dalam jumlah relatif besar. Hal ini menyebabkan endapan tersebut mirip gelatin dan adsorpsi ion-ion lainnya sangat ekstensif. Partikel-partikel endapan selai tidak mudah tumbuh menjadi besar dan pengotor tidak akan masuk kedalam endapan tapi akan terikat pada permukaan partikel-partikel kecil tadi. Ion-ion hidrogen dan hidroksida mudah teradsorpsi oleh endapan selai seperti Fe(OH)3 dan Al(OH)3. Besi (III) hidroksida bermuatan positif pada pH ñ 8,5 tetapi bermuatan negatif pada pH lebih tinggi dari itu. Untuk meningkatkan kemurnian endapan selai dapat dilakukan dengan pencucian atau pengendapan ulang. Proses pencernaan tidak berguna karena endapan selai tersebut sedikit sekali dapat larut sehingga partikel-partikelnya tidak terlalu cenderung tumbuh untuk membesar. A.3 Pengendap Pengendap yang digunakan umumnya zat anorganik walaupun pada beberapa penetapan digunakan zat organik sebagai pengendap. Pengendap anorganik biasanya berupa basa, asam atau garamnya. Basa yang sering dipakai adalah amonia (larutan gas amoniak dalam air), NaOH atau KOH. Endapan yang terbentuk berupa hidroksida yang akan berubah menjadi oksidanya bila bentuk
  • 5. pertamadipijarkan. Pemakaian pengendap selalu berlebihan untuk mendapatkan pengendapan sempurna tetapi dapat terjadi bahwa hidroksida yang mengendap mula-mula akan larut dalam basa pengendap berlebih. Sebagai contoh, endapan Cu(OH)2 dapat larut dalam NH4OH sehingga yang terakhir ini tidak dapat digunakan sebagai pengendap untuk memperoleh endapan Cu(OH)2. Pereaksi yang tepat adalah NaOH. Sebaliknya endapan Al(OH)3 akan larut dalam basa kuat, NaOH atau KOH. Endapan Zn(OH)2 akan larut dalam basa lemah (NH4OH) atau basa kuat (NaOH/KOH), jadi senyawaan seng harus diendapkan dengan suatu garam misalnya (NH4)2HPO4. Senyawaan barium dapat diendapkan dengan H2SO4sehingga membentuk endapan BaSO4. Pengendapan BaSO4 dapat dilakukan dengan memakai Na2SO4 (garam) sebagai pengganti asam sulfat. Endapan perak klorida juga terbentuk bila pengendap NaCl ditambahkan kedalam suatu larutan garam perak. Secara umum endapan yang berbentuk hidroksida akan terurai bila dipijarkan pada suhu tinggi membentuk oksidanya yang kemudian ditimbang (bobot tetap). Endapan seperti BaSO4 relatif sukar terurai pada suhu tinggi tetapi akan tereduksi bila ada zat pereduksi seperti C atau H2. Pereduksi C diperoleh dalam kertas saring yang dipakai sebagai penyaring. Sejumlah ion logam dapat diendapkan dengan pereaksi organik. Zat organik seperti ¥ - hidroksi – kuinolina [¥ - kuinolinolina atau oxine (oksina)] membentuk senyawaan yang mengendap dengan ion-ion logam seperti alumunium, besi, seng, tembaga, zirkonium dan sebagainya. Zat ini hampir tak dapat larut dalam air dan bila akan dipakai sebagai pengendap maka harus dilarutkan dalam suatu pelarut organik tertentu seperti asamasetat atau metanol. Rumus oksina : C9H7OH Selain oksina, zat organik lainnya yang digunakan sebagai pengendap ialah dimetilglioksima, yang rumusnya : CH3 - C = NOH I CH3 - C = NOH Pereaksi ini dengan senyawaan nikel membentuk endapan merah N1(C4H7N2O2)2. Ion-ion pengganggu misalnya Fe3+, Al3+,B3+yang dapat dicegah dengan menambahkan senyawaan organik tertentu (sitrat atau tartrat) Dimetilglioksima hanya sedikit larut dalam air, maka biasanya dipakai larutan 1% dalam etanol. Senyawaan tembaga dapat diendapkan dengan pereaksi benzoin a - oksina (kupron) yang membentuk endapan hijau Rumus zat ini : C6H5 - CH = OH I C6H5 - C = NOH Benzoin a - oksina sangat sedikit dapat larut dalam air tetapi mudah larut dalam etanol. Pereaksi yang dipakai adalah larutan 2% dalam etanol.
  • 6. GRAVIMETRI Gravimetri termasuk analisis jumlah cara konvensional. Sebenarnya ada gravimetri dengan cara instrumental yaitu elektrogravimetri. Dalam gravimetri (Gravity = berat) penentuan jumlah zat berdasarkan pada pengukuran berat (penimbangan). Selain penimbangan sampel dilakukan pula penimbangan hasil reaksi, baik berupa endapan atau gas yang terjadi. Berdasarkan dasar dan cara pemisahan, gravimetri dibagi menjadi : 1. Cara pengendapan. Pada cara ini sejumlah sampel dilakukan dengan pereaksi tertentu zat yang akan ditetapkan (analat) diendapkan. Endapan yang terjadi kemudian ditetapkan bobotnya, dari kedua bobot dan faktor tertentu kadar zat dapat dicari. Cara ini paling banyak dilakukan. 2. Cara penguapan. Pada cara ini sampel direaksikan sehingga dihasilkan suatu gas atau dapat juga dipanaskan sehingga memecah menghasilkan gas. Penimbangan gas yang keluar dapat secara langsung yaitu diserap oleh suatu pereaksi terlebih dahulu atau secara tidak langsung yaitu penimbangan analat sebelum dan sesudah reaksi. Cara ini kadang-kadang dinamakan cara evolusi. 3. Cara Elektrogravimetri. Seperti dikatakan diatas, cara ini sebenarnya termasuk cara instrumental. Pada cara ini sampel diendapkan dengan elektrolisis dengan potensial tertentu. Cara ini banyak digunakan untuk menentukan kadar logam Cu dan Zn yang akan dibicarakan pada praktikum Kimia Fisika / Analisis Instrumental. Tahapan Pengerjaan Analisis Gravimetri secara Umum Pelaksanaan pengerjaan Analisis Gravimetri di laboratorium merupakan rangkaian pekerjaan yang dapat dibagi dalam beberapa tahap, yaitu : 1. Persiapan sampel 2. Penimbangan sampel 3. Pelarutan sampel 4. Pengendapan 5. Penyaringan 6. Pencucian 7. Pengabuan 8. Penimbangan sisa pijar Dalam pelaksanaannya mungkin terjadi pengurangan atau penambahan tahap kerja di atas, misal pada khromat, barium khromat tidak perlu pemijaran tetapi cukup dengan pengeringan saja.