Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Kasus politik di indonesia
1. KASUS POLITIK DI INDONESIA
Dosen pengampu : Jehan Ridho Izharsyah,S.sos.,M.S.i.
Disusun oleh:
Muhammad Ikhsan 1803110205
Adinda Mutiara 1803110240
Farhan Dwi cahyo 1803110204
Ocha Oliza 1803110206
Rangga Heriandy
ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
2018
2. yang berkaitan dengan warga negara), adalah proses pembentukan dan
pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud
proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Dalam konteks
memahami politik perlu dipahami beberapa kunci, antara lain:
kekuasaan politik, legitimasi, sistem politik, perilaku politik, partisipasi
politik, proses politik, dan juga tidak kalah pentingnya untuk
mengetahui seluk beluk tentang partai politik.
Secara etimologi kata "politik" masih berhubungan dengan polisi,
kebijakan. Kata "politis" berarti hal-hal yang berhubungan dengan
politik. Kata "politisi" berarti orang-orang yang menekuni hal politik.
Politik berasal dari bahasa Yunani yaitu polis yang berarti kota atau
negara kota. Turunan dari kata tersebut yaitu:
· polites berarti warga negara.
· politikos berarti kewarganegaraan.
· politike tehne berarti kemahiran politik.
· politike episteme berarti ilmu politik.
3. Kasus penistaan agama oleh Basuki Tjahaja
Purnama
Kronologis Kejadian Kasus
Jagat media sosial jadi riuh karena pernyataan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama
(Ahok), yang membahas penggunaan surat Al Maidah ayat 51, dalam suasana menjelang
Pemilihan Gubernur DKI 2017.
Sekadar catatan, ayat itu memang kerap menjadi materi kampanye untuk mengarahkan warga
muslim DKI agar tidak memilih Ahok. Semisal ketika dipakai Hizbut Tahrir Indonesia dan
Gema Pembebasan dalam kasus video #TolakPemimpinKafir, beberapa waktu silam.
Adapun pernyataan Ahok yang jadi sorotan termuat dalam pidatonya di hadapan warga
Kepulauan Seribu, pekan lalu (27/9).
Saat itu, Ahok menjelaskan program kerja sama Pemerintah Provinsi DKI dan Sekolah Tinggi
Perikanan (STP) Jakarta dalam bidang perikanan--termasuk memberikan bantuan 4.000 benih
ikan kerapu.
Dalam pidatonya, Ahok menjelaskan bahwa warga tak perlu takut soal kelanjutan program
bantuan itu, bila dirinya tak terpilih dalam Pilgub DKI 2017. Lebih kurang, Ahok menjamin
program itu akan tetap berjalan, apa pun hasil Pilgub kelak.
"Jadi enggak usah pikiran. 'Akh! Nanti kalau enggak kepilih, pasti Ahok programnya bubar'.
Enggak! Saya masih terpilih (menjabat) sampai Oktober 2017," kata Ahok.
Setelahnya, terseliplah pernyataan dia soal penggunaan surat Al Maidah ayat 51 jelang Pilgub
DKI 2017.
"Jadi jangan percaya sama orang, kan bisa aja dalam hati kecil bapak ibu enggak pilih saya.
Dibohongin pakai surat Al Maidah ayat 51, macam-macam itu. Itu hak bapak ibu."
4. Pandangan Bersalah Atas Kasus
Ahok kembali melontarkan pernyataan yang melecehkan Al
Qur'an. Ahok menyebut surat Al Maidah ayat 51 dipakai
membohongi warga untuk tidak memilihnya dengan ancaman
neraka.
"Kalau bapak ibu ga bisa pilih saya, ya kan, dibohongin pakai
surat Al Maidah 51, macem-macem itu. Itu hak bapak ibu. Ya,
jadi kalo bapak ibu merasa, ga milih nih karena saya takut
neraka, dibodohin gitu ya gapapa" kata Ahok sewaktu
berkunjung di Kepulauan Seribu dan diunggah ke Youtube
pada Senin (26/9/2016) lalu.
Pernyataan Ahok ini langsung menuai kecaman keras dari
umat Islam. Sebab Ahok dinilai telah melecehkan Al Quran
dan memusuhi umat Islam.
Tokoh anti PKI Alfian Tanjung melalui akun Facebook
pribadinya mengungkapkan bahwa pernyataan Ahok tersebut
semakin jelas memperlihatkan bahwa Ahok memusuhi Islam.
"Sudah semakin Jelas, Basuki Podomoro ini memang musuh
Islam," tulis Alfian Tanjung, Rabu (5/10/2016), seperti dikutip
Islamedia.
5. Mantan Ketua Umum GPAnsor, Nusron Wahid menyatakan, Gubernur DKI Jakarta Basuki
Tjahaja Purnama (Ahok) tidak melakukan penistaan agama dalam kunjungannya di Kepulauan
Seribu. Nusron, mengaku sudah melihat secara tuntas rekaman video selama kegiatan Ahok di
Pulau Seribu yang berdurasi satu jam. Dari rekaman utuh satu jam itu, tidak ada satu pun
rangkaian kalimat di mana Ahok melakukan penistaan agama.
Salah satu Ketua PBNU ini berdalih justru calon petahana gubernur DKI Jakarta itu
memberikan edukasi kepada rakyat agar memilih secara cerdas. Ahok kata dia, mengedukasi
warga agar jangan mau dibohongi oleh orang yang mempolitisasi agama dalam hal ini dengan
menggunakan ayat Alquran dalam surat Al Maidah. "Jadi, yang dituju atau dimaksud Ahok
adalah orang yang membohongi. Bukan berarti ayat Al Maidah yang bohong. Justru Ahok
menempatkan ayat suci secara sakral. Bukan alat agitasi, dan kampanye yang
mendeskreditkan," kata Nusron, Jumat (7/10/2016). Nusron berpendapat, video yang
disebarkan dan menuduh Ahok telah menistakan Alquran sengaja dipotong sehingga
menimbulkan mispersepsi dan intepretasi yang bias dan dikembangkan di masyarakat. "Cara-
cara seperti ini sungguh picik, tidak fair, dan tidak beradab. Cara-cara ini sangat tidak sesuai
akhlaqul karimah," tegas mantan Ketua Umum PB PMII ini. Menurut Nusron, kalau memang
Ahok melakukan kesalahan dalam statemennya, di dalam acara tersebut dihadiri media massa
yang luas. Logikanya, saat itu juga pasti sudah ada yang memberitakan dan mempersoalkan.
Bahkan, masyarakat Kepulauan Seribu yang hadir juga pasti komplain kalau memang betul
Ahok melakukan seperti apa yang dituduhkan. "Tapi ini sudah lebih dari seminggu berlalu,
baru dimunculkan dengan dipotong secara tidak utuh. Jadi sungguh mengada-ada, dan ada
unsur kesengajaan dengan memotong rekaman untuk dijadikan bahan menyerang Ahok,"
paparnya. Jadi, menurut Nusron, orang yang menuduh Ahok ini dalam bahasa agama masuk
kategori "kalimatu haqqin wa uridu biha al bathil" (ayat Alquran benar, tapi digunakannya
tidak benar karena jadikan alat politisasi). Sebab mereka menggunakannya untuk kepentingan
Pandangan Tidak Bersalah Atas Kasus
6. Tepatnya pada Tanggal 27 September 2016 pada saat beliau kunjungan kerja ke
daerah kepulauan seribu Pak Ahok mengeluarkan statement yang dianggap oleh
sebagian kalangan sebagai penistaan agama.
Ahok dianggap menistakan agama karena bukan hak nya sebagai warga non
muslim mengatakan bahwa alquran berbohong dalam sudut pandang yang kontra
terhadap pak ahok.
Namun ada juga kalangan yang mengatakan bahwa ini bukan sebuah penistaan
agama dilihat dari bahasa yang digunakan dan tafsiran dari ayat yang bersangkutan
yang memang multi tafsir. Walaupun demikian adok di tetapkan sebagai terdakwah
atas kasus penistaan agama
Saran
Sebagai seorang muslim yang mencintai agamanya pasti dimana
ada hal yang menyinggung terhadap agama maupun ajaran yang
dianutnya akan bereaksi terhadap hal tersebut, tetapi juga sebagai
manusia yang berakal kita harus selektif menerima berita
menelusuri kebenarannya serta menkaji dulu permasalahannya
sebelum kita menentukan sikap.
Kesimpulan