3. PENDAHULUAN
Perjuangan heroik rakyat Indonesia dalam
mempertahankan kemerdekaan sungguh tidak bisa
diabaikan begitu saja, mereka bahu-membahu dengan
segala golongan tanpa mengenal rasa lelah, takut serta
kelaparan. Berjuang menghadapi desingan peluru dan
gerombolan persenjataan modern milik para penjajah.
Sungguh perjuangan yang sangat menguras tenaga
dan air mata, mengorbankan segalanya baik nyawa
ataupun harta. Beribu bahkan berjuta nyawa rakyat
Indonesia melayang demi kemerdekaan bangsa ini,
mereka rela menyerahkan nyawanya demi anak cucunya.
Namun saat setelah Indonesia memproklamirkan
kemerdekaan, terdapat pihak-pihak yang berusaha untuk
mengembalikan Indonesia sebagai jajahan Belanda. Hal
ini dikarenakan pemerintah Belanda merasa masih
mempunyai historiesch recht (hak sejarah) untuk
meneruskan pemerintahan kolonialnya.
4. Aggreement pada tanggal 24 Agustus 1945 yang mengatur
pemindahan kekuasaan di Indonesia dari British Military
Administration kepada NICA (Netherlands Indies Civil
Administration). Oleh sebab itu, Belanda dengan organisasi
pemerintahannya, NICA, membonceng tentara Sekutu
kembali ke Indonesia.
Maksud kedatangan Sekutu ke Indonesia adalah 1)
Menerima penyerahan kekuasaan dari tangan Jepang. 2)
Membebaskan para tawanan perang dan inteniran Sekutu.
3) Melucuti dan mengumpulkan orang Jepang untuk
kemudian dipulangkan. 4) Menegakkan dan
mempertahankan keadaan damai untuk kemudian
diserahkan kepada pemerintah sipil. 5) Menghimpun
informasi dan menuntut penjahat perang. Oleh sebab itu, RI
menerima kedatangan Sekutu dengan sambutan yang baik.
Hanya saja tujuan mereka ternyata ujung-ujungnya ingin
merebut kembali Indonesia sehingga menyebabkan
terjadinya KONFLIK ANTARA INDONESIA DAN BELANDA
5. KONFLIK ANTARA INDONESIA DAN BELANDA
PADA TAHUN 1945-1949
PERTEMPURAN
SURABAYA
10 NOPEMBER 1945
BANDUNG
LAUTAN
API
PERTEMPURAN
AMBARAWA
6. PERTEMPURAN SURABAYA
10 NOPEMBER 1945
Pada tanggal 25 Oktober 1945 Brigade 29 dari Divisi India Kedua
dibawah pimpinan Brigadir Jendral Mallaby mendarat di Surabaya.
Pemerintah daerah melarang mereka masuk kota, namun setelah berjanji
hanya akan melaksanakan tugas kemanusiaan, pemerintah daerah
mengizinkan.
Akan tetapi dalam kenyataannya pasukan Sekutu langsung
merebut bangunan-bangunan penting. Sementara itu tersebar pamflet
yang berisi perintah kepada rakyat Surabaya untuk menyerahkan senjata
yang dirampas dari Jepang. Perintah itu dipandang oleh TKR dan rakyat
Indonesia sebagai intervensi terhadap kedaulatan kemerdekaan karena
berarti Indonesia tidak diperkenankan untuk melindungi diri sendiri.
Apalagi ada gelagat Belanda ingin menggunakan perintah penyerahan
senjata itu sebagai cara melemahkan pertahanan Indonesia demi
keinginannya untuk kembali menjajah Indonesia. Pada malam hari,
tanggal 27 Oktober 1945, pemuda Surabaya menyerang dan memporak-
porandakan kekuatan Sekutu.
Pimpinan AFNEI Jakarta meminta bantuan Presiden Soekarno
untuk memerintahkan penghentian serangan. Maka Presiden Soekarno,
Moh. Hatta dan Menteri Penerangan Amir Syarifuddin terbang ke
Surabaya. Kemudian diadakan perundingan yang menyepakati
7. Biro mulai bekerja, pada tanggal 30 Oktober 1945 pecah
Insiden Jembatan Merah. Brigadir Jendral Mallaby tewas dalam
insiden tersebut. Oleh karena itu Mayor E.C. Mansergh, panglima
AFNEI Jawa Timur mengeluarkan ultimatum yang isinya :
“Para pemilik senjata harus menyerahkan senjatanya kepada
Sekutu sampai dengan tanggal 10 Nopember 1945 pukul
06.00. WIB. Jika tidak dipatuhi, Surabaya akan digempur”.
Rakyat Surabaya bahkan Jawa Timur menolak ultimatum
itu. Sehingga pukul 06.00 WIB, tanggal 10 Nopember 1945
Surabaya digempur dari laut dan udara yang disusul serbuan
pasukan daratnya. "Arek-arek Suroboyo" dibawah komando
Sungkono menyusun kekuatan dan melakukan perlawanan.
Sedangkan Bung Tomo mengobarkan semangat perlawanan
melalui siaran radio dengan slogan "Merdeka atau Mati”.
Dalam waktu 3 hari, tentara Inggris memang berhasil
menguasai kota Surabaya, tetapi serangan-serangan dari TKR
dan rakyat di Surabaya berlangsung selama sekitar 3 minggu.
Tentara Inggris sangat kewalahan menghadapi pertempuran itu
sampai harus mendatangkan bala bantuan dan memborbardir kota
Surabaya dengan pesawat terbang dan kapal perangnya.
8. Walaupun akhirnya tentara Inggris berhasil
menguasai kota Surabaya, namun pertempuran itu
menjadi sebuah bukti bahwa Indonesia sudah menjadi
suatu negara yang berdaulat dan rakyat Indonesia
sepenuhnya mendukung kemerdekaan itu sampai rela
berjuang mati-matian demi mempertahankan kedaulatan
dan kemerdekaan itu. Pertempuran itu juga menjadi
semacam pembangkit semangat seluruh rakyat
Indonesia untuk tetap mempertahankan kemerdekaan
yang diproklamirkan 17 Agustus 1945.
Pemerintah Indonesia akhirnya menetapkan
tanggal 10 November 1945 sebagai Hari Pahlawan demi
menghormati semangat juang arek-arek Suroboyo
(sebutan untuk rakyat di Surabaya) yang berjuang
mempertahankan kedaulatan sampai gugur di medan
perang.
9.
10. BANDUNG LAUTAN API
Pasukan Sekutu masuk kota Bandung pada tanggal 12
Oktober 1945 dengan kereta api dari Jakarta atas Izin pemerintah
Rl. Masuknya tentara Sekutu dimanfaatkan NICA untuk
mengembalikan kekuasaannya di Indonsia. Tentara Sekutu juga
menuntut agar rakyat menyerahkan senjata yang diperoleh dari
Jepang. Namun semangat juang rakyat dan para pemuda Bandung
tetap berkobar. Pertempuran pun tidak dapat dielakkan demi
mempertahankan keutuhan NKRI yang baru saja didirikan.
Selanjutnya pada tanggal 21 Nopember 1945 Sekutu mengeluarkan
ultimatum bahwa selambat-lambatnya tanggal 29 Nopember 1945
kota Bandung bagian utara harus dikosongkan.
Perintah tersebut ditolak, sehingga insiden dengan pasukan
Sekutu sering terjadi. Untuk yang kedua kalinya, 23 Maret 1946
pasukan sekutu mengeluarkan ultimatum agar seluruh kota Bandung
dikosongkan.
Karena merasa terancam keselamatannya, pasukan Sekutu
meminta tolong pemerintah Rl agar memerintahkan pengosongan
kota Bandung atau mundur ke luar kota sejauh 11 km. Sehingga
11. Sementara itu dari Panglima Sudirman di markas TRI Yogyakarta
memberi instruksi agar kota Bandung tetap dipertahankan. Akhirnya TRI
di bawah pimpinan Kolonel Abd. Haris Nasution mematuhi perintah dari
Jakarta, namun sebelum meninggalkan kota, mereka menyerang pos-pos
Sekutu dan melakukan pembumihangusan kota Bandung bagian selatan.
Bandung terbakar hebat dari batas timur Cicadas sampai ke batas barat
Andir. Bandung pun seketika menjadi lautan api.
Bandung sengaja dibakar oleh TRI dan rakyat dengan maksud
agar Sekutu tidak dapat menggunakannya lagi. Pertempuran yang paling
seru terjadi di Desa Dayeuhkolot, sebelah selatan Bandung, di mana
terdapat pabrik mesiu yang besar milik Sekutu. TRI bermaksud
menghancurkan gudang mesiu tersebut. Untuk itu diutuslah pemuda
Muhammad Toha dan Ramdan. Kedua pemuda itu berhasil meledakkan
gudang tersebut dengan granat tangan. Gudang besar itu meledak dan
terbakar, tetapi kedua pemuda itu pun ikut terbakar di dalamnya. Sejak
saat itu, kurang lebih pukul 24.00 Bandung Selatan telah kosong dari
penduduk dan TRI. Tetapi api masih membubung membakar kota.
Pembumihangusan Bandung tersebut merupakan tindakan yang
tepat, karena kekuatan TRI dan rakyat tidak akan sanggup melawan pihak
musuh yang berkekuatan besar. Selanjutnya TRI bersama rakyat
melakukan perlawanan secara gerilya dari luar Bandung. Peristiwa ini
12.
13. PERTEMPURAN AMBARAWA
Pada tanggal 20 Oktober 1945, tentara Sekutu di bawah
pimpinan Brigadir Bethell mendarat di Semarang dengan
maksud mengurus tawanan perang dan tentara Jepang yang
berada di Jawa Tengah. Kedatangan sekutu ini diboncengi oleh
NICA. Kedatangan Sekutu ini mulanya disambut baik. Namun,
ketika pasukan Sekutu dan NICA telah sampai di Ambarawa dan
Magelang untuk membebaskan para tawanan tentara Belanda,
para tawanan tersebut malah dipersenjatai sehingga
menimbulkan kemarahan pihak Indonesia. Insiden bersenjata
timbul di kota Magelang, hingga terjadi pertempuran. Di
Magelang, tentara Sekutu bertindak sebagai penguasa yang
mencoba melucuti TKR dan membuat kekacauan. TKR Resimen
Magelang pimpinan Letkol. M. Sarbini membalas tindakan
tersebut dengan mengepung tentara Sekutu dari segala penjuru.
Namun mereka selamat dari kehancuran berkat campur tangan
Presiden Soekarno yang berhasil menenangkan suasana.
Kemudian pasukan Sekutu secara diam-diam meninggalkan
14. Akibat peristiwa tersebut, Resimen Kedu Tengah di bawah pimpinan
Letkol. M.Sarbini segera mengadakan pengejaran terhadap mereka. Gerakan
mundur tentara Sekutu tertahan di Desa Jambu karena dihadang oleh pasukan
Angkatan Muda di bawah pimpinan Oni Sastrodihardjo yang diperkuat oleh
pasukan gabungan dari Ambarawa, Suruh dan Surakarta.
Tentara Sekutu kembali dihadang oleh Batalyon I Soerjosoempeno di
Ngipik. Pada saat pengunduran, tentara Sekutu mencoba menduduki dua desa di
sekitar Ambarawa. Pasukan Indonesia di bawah pimpinan Letkol.Isdiman
berusaha membebaskan kedua desa tersebut, namun ia gugur terlebih dahulu.
Sejak gugurnya Letkol. Isdiman, Komandan Divisi V Banyumas, Kol. Soedirman
langsung turun ke lapangan untuk memimpin pertempuran. Koordinasi diadakan
di antara komando-komando sektor dan pengepungan terhadap musuh semakin
ketat. Siasat yang diterapkan adalah serangan dadakan serentak di semua sektor.
Bala bantuan terus mengalir dari Yogyakarta, Solo, Salatiga, Purwokerto,
Magelang, Semarang, dan lain-lain. Pada tanggal 23 November 1945
ketika matahari mulaiterbit, mulailah tembak-menembak antarpasukan. Tentara
Sekutu mengerahkan tawanan-tawanan Jepang dengan diperkuat tankernya,
menyusup ke tempat kedudukan Indonesia dari arah belakang, karena itu
pasukan Indonesia pindah ke Bedono. Perjuangan Tentara Keamanan Rakyat
(TKR) yang dipimpin Kolonel Soedirman pada pertengahan Desember 1945,
15. Pada tanggal 12 Desember 1945 jam 04.30 pagi,serangan
mulai dilancarkan. Pertempuran berkobar seketika, dan segala
penjuru Ambarawa penuh suara riuh desingan peluru, dentuman
meriam, dan ledakan granat.
Satu setengah jam kemudian, jalan raya Semarang-
Ambarawa dikuasai oleh kesatuan-kesatuan TKR. Pertempuran
Ambarawa berlangsung sengit. Kol. Soedirman langsung
memimpin pasukannya yang menggunakan taktik gelar supit
urang, atau pengepungan rangkap dari kedua sisi sehingga musuh
benar-benar terkurung. Sekitar pukul 16.00 WIB, TKR berhasil
menguasai Jalan Raya Ambarawa Semarang, dan pengepungan
musuh dalam kota Ambarawa berjalan dengan sempurna.
Terjadilah pertempuran jarak dekat. Musuh mulai mundur pada
tanggal 14 Desember 1945. Persediaan logistik maupun amunisi
musuh sudah jauh berkurang.
Setelah bertempur selama 4 hari, pada tanggal 15
Desember 1945 pertempuran berakhir dan Indonesia berhasil
merebut Ambarawa dan Sekutu dibuat mundur ke Semarang
sambil melancarkan aksi bumi hangus pada 15 Desember1945,
pukul 17.30 WIB. Pertempuran berakhir dengan kemenangan
gemilang pada pihak TKR. Pasukan TKR berhasil merebut
benteng pertahanan sekutu yang tangguh. Pertempuran ini kini