Dokumen tersebut membahas berbagai peristiwa heroik di berbagai daerah Indonesia sebelum proklamasi kemerdekaan yang dilakukan untuk mendukung proklamasi, di antaranya pelucutan senjata dan aset Jepang oleh para pemuda, insiden bendera di Surabaya, pertempuran Lima Hari Semarang, pertempuran Ambarawa, pertempuran Surabaya, dan pertempuran Medan Area.
1. PELUCUTAN SENJATA DAN ASET
JEPANG SERTA PERISTIWA
PERISTIWA
HEROIK DARI BERBAGAI DAERAH
2. Latar Belakang
Indonesia memiliki sejarah yang sangat panjang dari mulai masa Prasejarah
sampai dengan masa reformasi. Proses panjang terbentuknya bangsa ini Tidak
dapat dipisahkan dari sejarahnya yan pernah dijajah Belanda maupun Jepang.
Proklamasi merupakan peristiwa yang penting bagi Indonesia. Sebab, proklamasi
menandakan kemerdekaan Indonesia dari penjajah saat masa penjajahan.
Namun sebelum terjadinya proses pembacaan proklamasi pada 17 Agustus 1945,
ada berbagai peristiwa heroik yang terjadi. Peristiwa heroik ini dilakukan sebagai
tindakan untuk mendukung proklamasi. Disetiap daerah mempunyai sejarah
perjuangan yang heroik melawan penjajahan. Setiap daerah mempunyai tokoh
pahlawan yang patut diteledani karena semangatnya melawan ketidakadilan
penjajahan.
3. Pelucutan Senjata dan Aset Jepang
Menyebabkan Munculnya Peristiwa-Peristiwa
Heroik
A. Pelucutan Senjata dan Aset Jepang
Dipelopori para pemuda, bangsa Indonesia melucuti tentara-tentara Jepang, merebut
persenjataannya, serta menguasai gedung-gedung penting yang dikuasai Jepang. Di
Surabaya, misalnya, para pemuda merebut gudang mesiu, markas pertahanan,
pangkalan angkatan laut di Ujung, serta pabrik-pabrik yang tersebar di berbagai kota.
Tujuan dilakukannya pelucutan persenjataan Jepang, diantaranya adalah untuk
mendapatkan modal perang, mencegah senjata Jepang agar tidak jatuh ke tangan
sekutu, dan mencegah agar senjata Jepang tidak digunakan untuk membunuh Rakyat.
Pelucutan senjata dari para tentara Jepang tidak dilakukan di satu tempat saya
melainkan di seluruh kota di Indonesia yang menjadi pusat jajahan Jepang dulu.
Tindakan heroik ini dapat dijumpai di berbagai daerah di Indonesia. Berikut
diantaranya.
4. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 19 September 1945.
Peristiwa ini dilatarbelakangi oleh tindakan orang-orang
Belanda yang sebelumnya menjadi bekas Jepang
menduduki Hotel Yamato (Surabaya) serta mengibarkan
bendera Belanda yang bewarna merah, putih, dan biru di
puncak hotel tersebut. Tindakan ini dibantu oleh
sekelompok tentara sekutu. Rakyat Surabaya yang
menyaksikan berkibarnya bendera tersebut geram. Maka,
untuk menghindari konflik, residen Sudirman meminta
orang-orang Belanda untuk menurunkan bendera tersebut.
Akan tetapi permintaan tersebut ditolak. Para pemuda
kemudian menyerbu hotel tersebut. Dua orang pemuda
bahkan berhasil naik ke puncak hotel dan menurunkan
bendera. Setelah itu, bagian biru bendera tersebut dirobek
sehingga yang tersisa adalah bendera bewarna merah dan
putih. Bendera merah-putih tersebut dikibarkan ditempat
yang sama. Tidak hanya sampai disitu, para pejuang ini
kemudian merebut kompleks penyimpanan senjata dan
pemancar radio di Embong, Malang. Dan pada tanggal 1
Oktober 1945, rakyat merebut Markas Kempetai (polisi
rahasia) yang dianggap sebagai lambang kekejaman
Jepang.
Insiden Bendera
di Surabaya
5. Pertempuran Lima Hari Semarang
Peristiwa ini lebih dikenal dengan “Pertempuran Lima Hari Semarang” karena berlangsung selama 5 hari,
yaitu pada tanggal 14-20 Oktober 1945. Pertempuran ini berawal ketika para pemuda membawa sekitar
400 orang tawanan Jepang dari pabrik gula Cepiring menuju Penjara Bulu di Semarang. Sebelum
sampai di penjara tersebut, sebagian tawanan melarikan diri dan meminta perlindungan ke
Batalyon Kidobutai di Jatingaleh (Jawa Tengah). Tidak lama kemudian muncul desas-desus yang
meresahkan penduduk bahwa Jepang telah meracuni cadangan air minum penduduk di Candi. Untuk
membuktikan hal tersebut, dr. Karyadi sebagai kepala laboratorium pusat melakukan pemeriksaan. Saat
sedang memeriksa sumber air tersebut, ia ditembak mati oleh tentara Jepang. Saat ini, namanya
diabadikan sebagai nama salah satu rumah sakit terkenal di Kota Semarang.
Peristiwa ini memicu kemarahan pada pemuda. Pada tanggal 14 Oktober, mereka menyerbu kantor-
kantor pemerintah serta menangkap dan menawan setiap orang Jepang yang mereka jumpai. Jepang
membalas keesokan harinya. Keluar dari tangsi mereka di Jatingaleh, Jepang mencari dan menyerang
pos-pos para pemuda. Pertempuran berlangsung selama 5 hari, yaitu sejak tanggal 15-20 Oktober.
Korban tewas berjatuhan dari kedua belah pihak adalah 2.000 rakyat semarang dan 100 orang Jepang.
Pertempuran baru berakhir ketika pimpinan TKR (Tentara Keamanan Rakyat) berunding dengan
pasukan Jepang. Upaya perdamaian berhasil dipercepat setelah pasukan Sekutu (Inggri) mendarat di
Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945. Pasukan Sekutu menawan serta melucuti senjata Jepang.
Monumen Tugu Muda di Semarang yang berdiri saat ini dimaksudkan untuk mengenang tindakan heroik
para pemuda Indonesia melawan Jepang.
7. Pertempuran Ambarawa merupakan salah satu peristiwa penting
dalam sejarah bangsa Indonesia setelah kemerdekaan.
Pertempuran Ambarawa dikenal juga sebagai Palagan Ambarawa.
Peristiwa tersebut terjadi pada 20 Oktober sampai 15 Desember
1945 di Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Pertempuran Ambarawa atau disebut juga Palagan Ambarawa
adalah sebuah peristiwa perlawanan rakyat Indonesia terhadap
sekutu atau Inggris dan Belanda yang terjadi di Ambarawa,
sebelah selatan Semarang Jawa Tengah. Pertempuran Ambarawa
dilatarbelakangi oleh kedatangan Sekutu dan NICA setelah
kekalahan Jepang dan dideklarasikannya Kemerdekaan Republik
Indonesia. Dalam kedatangannya tersebut, Sekutu berjanji untuk
tidak mengganggu Kemerdekaan RI. Pihak Sekutu mengirimkan
pasukannya ke Ambarawa untuk mengurus dan merehabilitasi
tawanan perang.
Kedatangan tentara Sekutu yang disambut baik karena dianggap
menghargai Kemerdekaan RI dan hanya mengurus rehabilitasi
tawanan perang ternyata bekerja sama dengan Netherlands Indies
Civil Administration (NICA). Bukannya mengurus tawanan
perang, Sekutu malah membebaskan dan mempersenjatai tawanan
perang tersebut. Hal ini membuat pertempuran antara Tentara
Keamanan Rakyat (TKR) dan dan tentara Sekutu pada 26 Oktober
1945 di Magelang.
Pertempuran
ambarawa
8. Pertempuran
surabaya
Pertempuran ini menjadi pertempuran terberat dalam sejarah
revolusi nasional yang menjadi simbol atas perlawanan Indonesia
terhadap kolonialisme.
Meski pada 29 Oktober 1945 gencatan senjata antara kedua pihak
sudah ditandatangani, namun bentrokan bersenjata masih saja
terjadi. Puncak bentrokan itu terjadi sejak Brigadir Jenderal
Mallaby terbunuh. Saat itu, dia merupakan pimpinan tentara Inggris
untuk Jawa Timur.
Kematiannya menyebabkan bangsa Inggris mengamuk. Akibatnya,
Jenderal Eric Carden Robert Mansergh menggantikan posisi
Mallaby. Dia pun mengeluarkan Ultimatum 10 November 1945
yang meminta pihak Indonesia menyerahkan senjata,
menghentikan perlawanan terhadap tentara AFNEI dan
administrasi NICA, serta ancaman akan menggempur kota
Surabaya. Ancaman ini dilakukan kalau Indonesia tidak mematuhi
perintah Inggris.
Mereka juga memerintahkan pimpinan bangsa Indonesia dan
pemuda di Surabaya datang ke tempat yang telah ditentukan,
selambat-lambatnya 10 November 1945 pukul 06.00 pagi. Namun
bangsa Indonesia melanggar Ultimatum tersebut. Saat itu pun
terjadi pertempuran yang cukup dahsyat selama kurang lebih tiga
minggu.
9. Pertempuran Medan Area
Peristiwa Medan Area merupakan salah satu strategi perjuangan bangsa Indonesia secara
fisik dalam mepertahankan kemerdekaan. Pemicu awalnya pertempuran ini adalah
kedatangan pasukan Sekutu di Sumatera Utara pada 9 Oktober 1945. Tujuan kedatangan
Sekutu adalah untuk melucuti senjata tentara Jepang dan membebaskan tawanan perang
Sekutu. Meski demikian, hadirnya Netherlands Indies Civil Administration atau NCIA dalam
barisan Sekutu membuat kecurigaan terhadap penjajahan Belanda kembali semakin
membesar. Selain itu, pemicu utama Pertempuran Medan Area adalah diinjaknya lencara
Merah Putih yang dikenakan oleh para Barisan Pemuda di Medan pada 13 Oktober 1945.
Insiden tersebut memicu pecahnya perang di Medan. Di dalam pertempuran yang
berlangsung akibat insiden 13 Oktober 1945, pihak Republik berhasil melumpuhkan hampir
100 orang serdadu Belanda. Melihat situasi yang demikian, Sekutu dan NICA geram sehingga
menegaskan bahwa tidak boleh ada rakyat Medan yang membawa senjata, jika ada yang
membawa diharuskan menyerahkan kepada pihak Belanda atau Sekutu, sehingga pada 1
Desmber 1945 penegasan itu diwujudkan dalam bentuk papan yang bertuliskan, "Fixed
Boundaries Medan Area" (batas resmi wilayah Medan). Akibat dengan adanya papan
bertuliskan batas wilayah Medan membuat Barisan Pemuda di Medan kian murka dan
melancarkan pertempuran besar-besaran terhadap Sekutu dan NICA di bawah pimpinan
Komando Abdul Karim pada 10 Desember 1945, di Deli Tua.
10. Setelah menghadapi kesatuan tentara Sekutu dan
NICA di Medan, akhirnya pada April 1946 Medan
berhasil diduduki sementara oleh Sekutu dan NICA.
Namun, perjuangan rakyat Medan tidak berhenti
atas itu. Perjuangan rakyat Medan dipindahkan ke
luar Medan dan membentuk Barisan Pemuda
Indonesia (BPI) pada 19 Agustus 1946 di
Kabanjahe. Belakangan diketahui BPI merupakan
salah satu unsur Badan Keamanan Rakyat (BKR)
yang kelak menjadi kesatuan Tentara Nasional
Indonesia (TNI). Dengan kata lain, perjuangan
menghadapi Sekutu dan NICA tetap berlangsung
meskipun Kota Medan sendiri telah diduduki,
perjuangan bahkan menggelora ke daerah-daerah
lain di Sumatera seperti Aceh, Bukittingi, dan
Padang. Jadi, Peristiwa atau Pertempuran Medan
Area terjadi pada 13 Oktober 1945 karena
dilatarbelakangi penginjakan lencana Merah Putih
milik Barisan Pemuda di Medan oleh Sekutu dan
NICA.