aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
RISK FAKTOR
1. HALAMAN DEPAN SKRIPSI
DESEMBER 2018
FAKTOR RISIKO TERJADINYA SOLUSIO PLASENTA DI RSUP DR. WAHIDIN
SUDIROHUSODO DAN BEBERAPA RUMAH SAKIT JEJARING DI MAKASSAR
Oleh :
Yasmine Syamimi Bt Shamhani
C11115845
Pembimbing :
Dr dr Elizabet C. Jusuf, M.Kes.,Sp.OG (K)
NIP:
19760208 200604 2005
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
2. ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Proposal penelitian dengan judul:
“FAKTOR RISIKO TERJADINYA SOLUSIO PLASENTA DI RSUP DR WAHIDIN SUDIROHUSODO
DAN BEBERAPA RUMAH SAKIT JEJARING DI MAKASSAR”
Oleh:
Nama : Yasmine Syamimi Bt Shamhani
NIM: C11115845
Telah dibacakan pada seminar proposal di Ruang Pertemuan Sanggar Prof. dr. J. L. Makalew, SpOG- Pelamonia
Makassar, pada:
Hari/Tanggal : Jumaat, 25 Mei 2018
Jam : 7.00 WITA – selesai
Tempat : Ruang Pertemuan Sanggar Prof. dr. J. L. Makalew, SpOG- Pelamonia Makassar.
6. vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan doa yang tulus kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-
Nya, sehingga saya dapat merampungkan skripsi ini, sebagai salah satu syarat dalam penyelesaian
tugas Mata Kuliah Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Keberhasilan penyusunan skripsi ini adalah berkat bimbingan, kerja sama serta bantuan moral
dari berbagai pihak yang telah diterima penulis sehingga segala rintangan yang dihadapi selama
penelitian dan penyusunan ini dapat diselesaikan dengan baik.
Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan secara tulus dan ikhlas
kepada yang terhormat :
1. Dr. dr. Elizabet C. Jusuf, M.Kes.,Sp.OG(K), selaku pembimbing yang dengan kesediaan,
keikhlasan, dan kesabaran meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada
saya mulai dari penyusunan proposal sampai pada penulisan skripsi ini.
2. Prof. dr. John Rambulangi, M.Kes.,Sp.OG(K) dan Dr.dr. Rina Previana A.,SpOG selaku
penguji bermula dari ujian proposal hingga ke ujian akhir yang sudi memberikan tunjuk ajar dan
bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
3. Ketua bagian dan seluruh staf dosen mata kuliah skripsi yang memberikan bimbingan selama
penelitian.
4. Kedua orang tua saya, Shamhani bin Satibi dan Norkamariah binti Othman serta saudara dan
keluarga tercinta yang selalu memberikan dorongan dan bantuan moral maupun material selama
penyusunan skripsi ini.
5. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat saya sebutkan
satu per satu.
7. vii
Saya menyedari bahwa apa yang telah dibuat ini masih jauh dari ksempurnaan sehingga saya
mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak demi penyempurnaan skripsi ini. Saya berharap
semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi semua pembaca.
Amin.
Makassar, 28 November 2018
Penulis
8. viii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI
Yang bertandatangan dibawah ini :
Nama : Yasmine Syamimi Bt Shamhani
NIM : C111 15 845
Program Studi : Pendidikan Dokter Umum
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya tulis yang pernah diajukan
untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali
yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka.
Apabila kemudian hari terbukti bahwa saya melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang
lain sebagai hasil pemikiran saya sendiri, maka gelar dan ijazah yang telah diberikan oleh universitas
batal saya terima.
Makassar, 11 Desember 2018
Yang menyatakan,
Yasmine Syamimi Bt Shamhani
9. ix
FAKTOR RISIKO TERJADINYA SOLUSIO PLASENTA DI RSUP DR. WAHIDIN
SUDIROHUSODO DAN BEBERAPA RUMAH SAKIT JEJARING DI MAKASSAR
Yasmine Syamimi Bt Shamhani1, Elizabet Catherine Jusuf2, John Rambulangi3
, Rina Previana
Amiruddin3
Departmen Obstetri dan Genekologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin
ABSTRAK
Latar belakang: Perdarahan antepartum (APH) merupakan salah satu penyebab utama kematian
perinatal dan maternal di Indonesia.Hasil laporan studi epidemiologi yang terbaru di Italy didapatkan
bahwa angka mortalitas perinatal adalah sebanyak 119 per 1000 kelahiran yang berakibat dari kejadian
solusio plasenta. Risiko berulangnya kejadian solusio plasenta akan meningkat sebanyak 10 kali lipat
pada kehamilan yang berikutnya. Tujuan: Untuk mengetahui apakah faktor risiko yang menyebabkan
terjadinya solusio plasenta di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo dan beberapa rumah sakit jejaring di
Makassar.Metode: Penelitian ini menggunakan teknik analitik observasional dengan pendekatan Case
Control.Sampel yang digunakan adalah sebagian ibu bersalin sebanyak 30 responden yang terdiri dari
kelompok kasus sebanyak 15 orang yang mengalami solusio plasenta dan kelompok kontrol sebanyak
15 orang yang tidak mengalami solusio plasenta. Variabel independen pada penelitian adalah faktor
risiko (paritas, usia, riwayat solusio plasenta, trauma, hipertensi gestasional dan preeklampsia). Data
yang digunakan adalah data sekunder yang diambil dari rekam medis. Data analysis bivariat diolah
menggunakan chi square.Hasil: Dari hasil analisa bivariate didapatkan; preeklampsia OR 281,765 (95%
CI 4,544-17471,358), paritas OR 52,416 (95% CI 2,982-921,392) dan usia ibu hamil OR 0,045 (0,002-
0,926).Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signfikan antara preeklampsia, usia dan paritas dengan angka
kejadian solusio plasenta. Bagi faktor yang paling berperan dalam angka kejadian solusio plasenta adalah faktor
preeklampsia.
Kata Kunci: Solusio Plasenta, Faktor Risiko.
____________________________________________________________________
1. Mahasiswa Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
2. Dosen Pembimbing Skripsi
3.Dosen Penguji Skripsi
10. x
RISK FACTORS OF PLACENTA ABRUPTION IN RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO
AND SEVERAL AFFLIATION HOSPITALS IN MAKASSAR
Yasmine Syamimi Bt Shamhani1, Elizabet Catherine Jusuf2, John Rambulangi3
, Rina Previana
Amiruddin3
Department of Obstetrics and Genecology, Faculty of Medicine, Universitas Hasanuddin
ABSTRACT
Introduction: Antepartum hemorrhage (APH) is one of the major causes of perinatal and maternal
mortality in Indonesia. In recent large epidemiological studies in Italy, perinatal mortality is reported to
be 119 over 1000 births complicated by placenta abruption. The risk of abruption recurring in a
subsequent pregnancy increased as much as 10 fold. The purpose of this study is to analyze the risk
factors associated with the occurrence of placental abruption in the birthing room of RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar, RSIA Sitti Khadijah 1 Muhammadiyah and RSKDIA Pertiwi from January
2016 until August of 2018. Methods: This study used observational analytic studies with case-control
approach. The samples were 30 maternal respondents consisting of a group of cases with 15
respondents and 15 respondents as a control group. The independent variables of study are risk factors
(parity, age, history of placental abruption, history of trauma, history of gestational hypertension and
history of preeclampsia). The data used are secondary data extracted from medical records. Bivariate
data analysis using chi square. Results: Based on bivariate analysis, the data obtained is; preeclampsia
with OR of 281,765 (95% CI 4,544-17471,358), parity with OR of 52,416 (95% CI 2,982-921,392) and
age with OR of 0,045 (0,002-0,926). Conclusion: There was a significant association between the
preeclampsia, age and parity with occurrence of placenta abruption and the most influential factor is
preeclampsia.
Keywords: Placental Abruption, Risk Factor.
____________________________________________________________________
1. Medicine Students, Faculty of Universitas Hasanuddin.
2. Supervisor of Reseach Paper
3. Examiner of Research Paper
11. xi
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN...................................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................................ii
ABSTRAK .................................................................................................................ix
DAFTAR ISI..............................................................................................................xi
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Permasalahan ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 3
1.3 Tinjauan Penelitian............................................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................................. 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 6
2.1 Solusio Plasenta.................................................................................................. 6
2.2 Kerangka Konseptual Hipotesis Penelitian...................................................... 14
BAB 3 METODE PENELITIAN............................................................................ 19
3.1 Desain Penelitian.............................................................................................. 19
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................................ 19
12. xii
3.3 Populasi dan Sampel ........................................................................................ 19
3.4 Cara Pengambilan Sampel ............................................................................... 21
3.5 Jenis Data dan Instrumen Penelitian ................................................................ 21
3.6. Manajemen Data ............................................................................................. 22
3.7 Alat Penelitian................................................................................................. 24
3.8 Etika Penelitian ................................................................................................ 25
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS PENELITIAN.......................... 26
BAB 5 PEMBAHASAN........................................................................................... 30
5.1 Hubungan Paritas Ibu Hamil dengan Angka Kejadian Solusio Plasenta......... 31
5.2 Hubungan Usia Ibu Hamil dengan Angka Kejadian Solusio Plasenta............. 31
5.3 Hubungan Hipertensi Gestasional Ibu Hamil dengan Angka Kejadian Solusio Plasenta 32
5.4 Hubungan Preeklampsia Ibu Hamil dengan Angka Kejadian Solusio Plasenta33
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................... 35
6.1 Kesimpulan.................................................................................................. 35
6.2 Saran............................................................................................................ 35
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 37
LAMPIRAN.............................................................................................................. 39
13. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Permasalahan
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia mencapai 359 per 100.000 kelahiran
hidup. Menurut WHO (2015), diperkirakan setiap hari terdapat sekitar 830 kematian
ibu yang disebabkan karena komplikasi kehamilan dan persalinan. Berdasarkan
Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, terjadi peningkatan angka
kematian ibu di Indonesia pada tahun 2007 sebanyak 228 menjadi sebesar 359 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2012.(Prabawati,S.,dan Vinka Indriyawati,2017)
Hasil laporan tahunan bidang kesehatan masyarakat tahun 2010 pula,
menunjukkan jumlah kematian ibu sebanyak 121 orang disebabkan karena
perdarahan sebanyak 63 orang (52,07%), infeksi 2 orang (0,02%) karena penyebab
lain sebanyak 26 orang (21,48%).(Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, 2016)
Perdarahan sebagai penyebab langsung kematian ibu terdiri atas perdarahan
antepartum dan perdarahan postpartum. Perdarahan antepartum merupakan kasus
gawat darurat yang kejadiannya berkisar 3% dari semua persalinan, penyebabnya
antara lain plasenta previa, solusio plasenta, dan perdarahan yang belum jelas
sumbernya. Plasenta previa menjadi penyebab terbanyak dari kasus perdarahan
14. 2
antepartum (25%). Bila mendekati saat persalinan, perdarahan dapat disebabkan oleh
solusio plasenta (40%) atau vasa plasenta (5%) dari keseluruhan kasus perdarahan
antepartum dan perdarahan yang belum jelas penyebabnya (30%). (Anasari,T.2016)
Pada kejadian perdarahan antepartum, kejadian yang berbahaya umumnya
bersumber pada kelainan letak plasenta dan lepasnya plasenta dari tempat
implantasinya menyebabkan sehingga perdarahan, maka persalinan tidak dapat
dihindarkan walaupun umur kehamilan belum cukup bulan. Suatu penelitian
menjelaskan bahwa perdarahan antepartum juga merupakan penyebab persalinan
prematur dengan kejadian sebesar 14,1%. (Sri Yaniarti, R., 2013)
Hasil laporan studi epidemiologi yang terbaru didapatkan jumlah insiden
kejadian solusio plasenta mulai dari 5,9 hingga 6,5 per 1.000 kelahiran tunggal dan
12,2 per 1.000 kelahiran kembar. Mortalitas perinatal dilaporkan terjadi sebanyak
119 per 1000 kasus kelahiran akibat komplikasi dari solusio plasenta. Penyebab
utama kejadian solusio plasenta masih tidak dapat dikenal
pasti.(Rosalba,Alessandra.,et al.2010)
Menurut RCOG, “Kejadian solusio plasenta meningkat pada seseorang dengan
riwayat kejadian solusio plasenta pada kehamilan sebelumnya. Selain itu, faktor
risiko lain adalah, pre-eklampsia, pertumbuhan janin terhambat, malpresentasi,
polihidroamnion, multiparitas, body mass index (BMI) kurang, usia dan trauma
abdominal, merokok dan penggunaan narkoba(kokaine dan amphetamine) selama
tempoh kehamilan”.
15. 3
Walaupun angka kematian maternal telah menurun dengan meningkatnya
pelayanan kesehatan obstetrik, namun kematian ibu akibat perdarahan masih
tetap merupakan faktor utama dalam kematian maternal. (Surtiningsih.2008)
Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi salah satu indikator penting menentukan
derajat kesehatan masyarakat. Oleh itu, peneliti merasa tertarik untuk mencoba
meneliti tentang faktor risiko terjadinya solusio plasenta di RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo dan beberapa rumah sakit jejaring di Makassar.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah dalam penelitian ini adalah,
“Apakah faktor risiko yang menyebabkan terjadinya solusio plasenta di RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo dan beberapa rumah sakit jejaring di Makassar?”
1.3 Tinjauan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menganalisis beberapa faktor yang berisiko menyebabkan terjadinya solusio plasenta
di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo dan beberapa rumah sakit jejaring di Makassar.
2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui hubungan paritas ibu hamil dengan angka kejadian solusio plasenta di
RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar,RSIA Sitti Khadijah 1 Muhammadiyah
dan RSKDIA Pertiwi.
16. 4
b) Mengetahui hubungan usia ibu hamil dengan angka kejadian solusio plasenta di
RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar,RSIA Sitti Khadijah 1 Muhammadiyah
dan RSKDIA Pertiwi.
c) Mengetahui hubungan riwayat solusio plasenta ibu hamil dengan angka kejadian
solusio plasenta di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar,RSIA Sitti Khadijah
1 Muhammadiyah dan RSKDIA Pertiwi.
d) Mengetahui hubungan riwayat trauma ibu hamil dengan angka kejadian solusio
plasenta di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar,RSIA Sitti Khadijah 1
Muhammadiyah dan RSKDIA Pertiwi.
e) Mengetahui hubungan hipertensi gestasional ibu hamil dengan angka kejadian
solusio plasenta di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar,RSIA Sitti Khadijah
1 Muhammadiyah dan RSKDIA Pertiwi.
f) Mengetahui hubungan preeklampsia ibu hamil dengan angka kejadian solusio
plasenta di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar,RSIA Sitti Khadijah 1
Muhammadiyah dan RSKDIA Pertiwi.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan dapat
dijadikan data dasar serta informasi dalam mengenali faktor risiko, khususnya yang
berkaitan dengan solusio plasenta sehingga dapat meningkatkan upaya pencegahan
di kemudian hari.
17. 5
2. Bagi instalasi kesehatan yang bersangkutan merupakan informasi yang berharga
untuk meningkatkan pelayanan ibu dalam upaya mengurangi risiko perdarahan
dengan sebab solusio plasenta melalui pendekatan dini sehingga dapat memberikan
perhatian lebih lanjut.
3. Bagi tingkat masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi
dan pengetahuan di bidang kesehatan khususnya tentang berbagai faktor risiko yang
dapat menyebabkan terjadinya solusio plasenta sebagai pencegahan dini.
4. Sebagai pengalaman berharga bagi peneliti untuk menambah dan mengembangkan
potensi diri dalam bidang penelitian.
18. 6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Solusio Plasenta
2.1.1 Definisi
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan
maternal plasenta dari tempat implitasinya yang normal pada lapisan desidua
endometrium sebelum waktunya yakni sebelum anak lahir. Terdapat beberapa istilah
untuk penyakit ini yaitu solusio plasenta,abruption plasentae,ablation placentae,dan
accidental hemorrhage. Istilah atau nama lain yang lebih deskriptif adalah premature
separation of normally implanted placenta (pelepasan dini uri yang implitasinya
normal).(Prawirohardjo,2016)
Gambar 2.1 Solusio Plasenta
19. 7
2.1.2 Klasfikasi
Plasenta dapat terlepas hanya pada pinggirnya saja (ruptura sinus marginalis),
dapat pula terlepas lebih luas (solusio plasenta parsialis), atau bisa seluruh
permukaan maternal plasenta terlepas (solusio plasenta totalis). Perdarahan yang
terjadi akan merembes antara plasenta dan miometrium untuk seterusnya menyelinap
di bawah selaput ketuban dan akhirnya memperoleh jalan ke kanalis servikalis dan
keluar melalui vagina, menyebabkan perdarahan eksternal (revealed hemorrhage).
Akan tetapi, ada kalanya, walaupun jarang, perdarahan tersebut tidak keluar melalui
vagina (concealed haemorrhage) jika:(Prawirohardjo,2016)
1. Bagian plasenta sekitar perdarahan masih melekat pada dinding rahim
2. Selaput ketuban masih melekat pada dinding rahim
3. Perdarahan masuk ke dalam kantong ketuban setelah selaput ketuban pecah
4. Bagian terbawah janin, umumnya kepala, menempel ketat pada segmen bawah
rahim.
Dalam klinis solusio plasenta dibagi ke dalam berat ringannya gambaran klinik
sesuai dengan luasnya permukaan plasenta yang terlepas, yaitu solusio plasenta
ringan, solusio plasenta sedang dan solusio plasenta berat. Yang ringan biasanya
baru diketahui setelah plasenta lahir dengan adanya hematoma yang tidak luas pada
permukaan atau adanya rupture sinus marginalis. Pembagian ssecara klinik ini baru
defnitif bila ditinjau retrospektif karena solusio plasenta sifatnya berkembang secara
progresif yang berarti solusio plasenta ringan bisa berkembang menjadi lebih berat
dari waktu ke waktu. Keadaan umum penderita bisa menjadi buruk apabila
20. 8
perdarahan cukup banyak pada kategori concealed haemorrhage. Berikut klasifikasi
solusio plasenta: (Prawirohardjo,2016)
a) Solusio plasenta ringan
Luas plasenta yang terlepas tidak sampai 25% atau ada yang menyebutkan
kurang dari 1/6 bagian. Jumlah darah yang keluar biasanya kurang dari 250 ml.
Gejala-gejala sukar dibedakan dari plasenta previa kecuali warna darah yang
kehitaman. Komplikasi terhadap ibu dan janin belum ada.
b) Solusio Plasenta Sedang
Luas plasenta yang terlepas telah melebihi 25%, namun belum mencapai
separuhnya (50%). Jumlah darah yang keluar lebih banyak dari 250 ml tetapi belum
mencapai 1000 ml. Gejala-gejala dan tanda-tanda sudah jelas seperti nyeri pada perut
yang terus-menerus, denyut janin menjadi cepat, hipotensi, dan takikardi.
c) Solusio Plasenta Berat
Luas plasenta yang terlepas sudah melebihi 50%, dan jumlah darah yang keluar
melebihi 1000 ml. Gejala dan tanda klinik jelas, keadaan umum disertai syok, dan
hampir semua janinnya telah meninggal. Komplikasi koagulopati dan gagal ginjal
yang ditandai pada oligouri biasanya telah ada.
2.1.3 Etiologi
Sebab yang primer solusio plasenta masih tidak lagi diketahui,tetapi terdapat
beberapa keadaan patologik yang terlihat lebih sering bersama atau menyertai
solusio plasenta dan dianggap sebagai faktor risiko. (Prawirohardjo,2016)
21. 9
Antara faktor risiko tersebut :
1. Multiparitas
Multiparitas merupakan salah satu faktor risiko dari solusio plasenta.
Implikasi antara paritas dan peningkatan kejadian solusio plasenta tidak jelas.
Namun, beberapa penelitian mengemukakan adanya hubungan antara paritas dan
solusio plasenta. Pada multiparitas, keadaan endometrium kurang baik seperti
kurangnya vaskularisasi menyebabkan kerusakan dinding sinus-sinus vena ibu yang
menyuplai jaringan plasenta. Perdarahan meluas dan memisahkan plasenta dengan
derajat yang bervariasi. Kemudian darah mengalir diantara desidua uterus dan
kantong amnion dan keluar melalui vagina atau tertahan dibelakang plasenta.
(Sunarsih, Susanaria, P.2015)
2. Usia
Usia memainkan peranan penting dalam kejadian solusio plasenta. Makin
lanjut usia,maka besar kemungkinan terjadinya perdarahan antepartum karena pada
usia lanjut kemungkinan arteriosclerosis lebih besar menyebabkan aliran darah ke
endometrium tidak merata sehingga plasenta tumbuh lebih lebar dengan luas
permukaan yang lebih besar, untuk mendapat aliran adekuat. (Sunarsih, Susanaria,
P.2015)
Dari hasil penelitian diketahui bahwa wanita di usia muda (<20 tahun) dari
segi biologis perkembangan alat-alat reproduksinya yang belum optimal, dari segi
psikis belum matang dalam menghadapi tuntutan beban moral, dan emosional dan
22. 10
dari segi medis sering mendapat gangguan. Salah satu penyulit persalinan yang erat
kaitannya dengan fase pertumbuhan usia muda yang tidak optimal adalah kesempitan
panggul yang menyebabkan timbulnya disporporsi sefalo-pelvik. Sedangkan pada
usia lebih dari 35 tahun, elastisitas dari otot-otot panggul dan fungsi alat-alat
reproduksinya pada umumnya mengalami penurunan. Rentan usia berisiko yaitu <20
dan >35 tahun karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang risiko kehamian di
usia tersebut. (Sunarsih, Susanaria, P.2015)
3. Riwayat Solusio Plasenta
Kejadian solusio plasenta meningkat pada seseorang dengan riwayat solusio
plasenta pada kehamilan sebelumnya. Hasil studi observasional dari Norway
melaporkan sebanyak 4,4% insiden kejadian solusio plasenta yang berulang.
Pelepasan plasenta berlaku hampir 19-25% pada wanita dengan riwayat kehamilan
dengan komplikasi solusio plasenta. (RCOG,2011)
4. Hipertensi Gestasional
Hipertensi adalah adanya kenaikan tekanan darah melebihi batas normal yaitu
tekanan darah ≥140/90 mmHg. Pengukuran tekanan darah sekurang-kurangnya
dilakukan 2 kali selang 4 jam. Kenaikan tekanan darah sistolik ≥ 30 mmHg dan
kenaikan tekanan darah diastolik ≥ 15 mmHg.1. Pembagian hipertensi dalam
kehamilan ialah Hipertensi kronik, Preeklamsi, Eklamsi, Hipertensi kronik dengan
superimposed preeklamsi, dan hipertensi gestasional. (Sari,Wirda Elya.2016)
23. 11
Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui dengan
jelas. Banyak teori telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam
kehamilan, tetapi tidak adas atu pun teori tersebut yang dianggap mutlak benar.
Teori-teori hipertensi yang banyak dianut oleh kelainan vaskularisasi plasenta, teori
iskemia plasenta, radikal bebas dan disfungsi endotel, teori intoleransi imunolgik
antara intrauterine dan janin, teori adaptasi kardiovaskular genetic, teori defisiensi
gizi dan teori inflamasi. Diagnosa hipertensi gestasional ditegakkan pada ibu hamil
yang memiliki tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih untuk pertama kalinya pada
masa kehamilan namun tidak ditemukan proteinuria. (Sari,Wirda Elya.2016)
Hubungan kausal antara hipertensi dan solusio plasenta masih menjadi isu
kontroversi. Sebagian besar penjelasan yang diberikan melibatkan kelaianan vaskular
atau plasenta, termasuk peningkatan kerapuhan pembuluh darah, malformasi
vaskular,atau kelainan pada plasentasi. (Rosalba,Alessandra.,et al.2010)
5. Riwayat Trauma
Mirza et.al menyatakan bahwa dari 441 kasus trauma tumpul pada
kehamilan, tingkat kelangsungan hidup janin hanya 45%. Kematian janin intruterin
dikenal sebagai komplikasi dari trauma perut. Hal ini terjadi akibat solusio plasenta
atau jenis lain cedera pada plasenta. Beberapa penelitian trauma yang pernah
dilakukan sebelumnya juga menunjukkan sekitar 50% dari kematian janin dengan
etiologi yang diketahui adalah akibat dari solusio plasenta.( Aditya, NR.dkk.2011)
24. 12
Sesungguhnya solusio plasenta merupakan hasil akhir dari suatu proses yang
bermula dari suatu keadaan yang mampu memisahkan vili-vili korialis plasenta dari
tempat implitasinya pada desidua basalis sehingga terjadi perdarahan. Oleh karena
itu patofisiologinya bergantung pada etiologinya. Pada trauma abdomen etiologinya
jelas karena robeknya pembuluh darah di desidua. (Prawirohardjo,2016)
6. Preeklampsia
Preeklampsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi
ante, intra, dan postpartum. Dari gejala-gejala klinik preeklampsia dapat dibagi
menjadi preeklampsia ringan dan preeklampsia berat. Pembagian preeklampsia
menjadi berat dan ringan tidaklah berarti adanya dua penyakit yang jelas berbeda,
sebab seringkali ditemukan ditemukan penderita dengan preeklampsia ringan dapat
mendadak mengalami kejang dan jatuh dalam koma. (Prawirohardjo,2016)
Gambaran klinis preeklampsia bervariasi luas dan sangat individual. Kadang-
kadang sukar untuk menentukan gejala preeklampsia mana yang timbul lebih dahulu.
Secara teoritik urutan-urutan gejala yang timbul pada preeklampsia ialah edema,
hipertensi, dan terakhir proteinuria, sehingga bila gejala-gejala ini timbul tidak dalam
urutan di atas, dapat dianggap bukan preeklampsia. (Prawirohardjo,2016)
Dari semua gejala tersebut, timbulnya hipertensi dan proteinuria merupakan
gejala yang paling penting. Namun, sayangnya penderita seringkali tidak merasakan
perubahan ini. Bila penderita sudah mengeluh adanya gangguan nyeri
25. 13
kepala,gangguan penglihatan atau nyeri epigastrium, maka penyakit ini sudah cukup
lanjut. (Prawirohardjo,2016)
Penyulit yang dapat terjadi pada janin adalah intrauterine fetal growth
restriction, solusio plasenta, prematuritas, sindrom distress napas, kematian janin
intrauterine, kematian neonatal perdarahan intraventrikular, necrotizing enterocolitis,
sepsis dan cerebral palsy. Preeklampsia memberi pengaruh buruk pada kesehatan
janin yang disebabkan oleh menurunnya perfusi utero plasenta, hipovolemia,
vasospasme, dan kerusakan sel endotel pembuluh darah plasenta.
(Prawirohardjo,2016)
2.1.4 Patofisiologi
Dalam banyak kejadian perdarahan berasal dari kematian sel (apoptosis) yang
disebabkan oleh iskemia dan hipoksia. Semua penyakit ibu yang dapat menyebabkan
pembentukan thrombosis dalam pembuluh darah desidua atau dalam vascular vili
dapat berujung dengan iskemia dan hipoksia setempat yang menyebabkan kematian
sejumlah sel dan mengakibatkan perdarahan sebagai hasil. Perdarahan tersebut
menyebabkan desidua terlepaas kecuali selapisan tipis yang tetap melekat pada
miometrium. (Prawirohardjo,2016)
Dengan demikian, pada tingkat permulaan sekali proses terdiri dari
pembentukan hematom yang bisa menyebabkan pelepasan yang lebih luas, kompresi
dan kerusakan pada bagian plasenta sekelilingnya yang berdekatan. Pada awalnya
mungkin belum ada gejala kecuali terdapat beberapa hematom pada bagian belakang
26. 14
plasenta yang belum lahir.Dalam beberapa kejadian pembetukan hematom
retroplasenta disebabkan oleh putusnya arteria spiralis dalam desidua. Hematoma
retroplasenta mempengaruhi penyampaian nutrisi dan oksigen dari maternal/plasenta
ke sirkulasi janin. (Prawirohardjo,2016)
Hematoma yang terbentuk dengan cepat meluas dan melepaskan plasenta
lebih luas/banyak sampai ke pinggirnya hingga darah yang keluar merembes antara
selaput dan ketuban dengan myometrium untuk selanjutnya keluar melalui serviks ke
vagina (revealed haemorrhage). Perdarahan tidak bisa berhenti karena uterus yang
tidak lagi mengandung tidak mampu berkontraksi untuk menjepit pembuluh arteria
spiralis yang terputus. Walaupun jarang, terdapat perdarahan tinggal terperangkap di
dalam uterus (concealed haemorrhage). (Prawirohardjo,2016)
2.2 Kerangka Konseptual Hipotesis Penelitian
2.2.1 Kerangka Teori Penelitian
Paritas Gestasional Hipertensi
Riwayat Trauma
Usia
-Endometrium
kurang subur
<20 tahun >35 tahun
Resiko disporposi
sefalo-pelvik
Gangguan aliran
darah
Vaskularisasi
desidua berkurang
Hipoksia berat
Solusio Plasenta
Perdarahan Antepartum
Riwayat
solusio
plasenta
Preeklampsia
27. 15
Keterangan: = Diteliti = Tidak diteliti
Faktor risiko yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding endometrium
adalah trauma dan gestasional hipertensi. Endometrium yang kurang subur
memungkinkan permukaan plasenta untuk menerima jumlah nutrient dalam darah
yang mencukupi rendah sehingga mengakibatkan atropi desidua. Hasilnya,
vaskularisasi pada endometrium menjadi semakin berkurang sehingga akhirnya
seluruh plasenta terlepas dari dinding uterus.
Faktor lainnya adalah usia ibu yang dikategorikan kepada dua bagian yaitu, di
bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun. Faktor usia di bawah umur 20 tahun berisiko
menimbulkan kejadian disporporsi sefalo-pelvik, manakala di atas umur 35 tahun
meningkatkan risiko terjadinya ketidaksuburan dinding endometrium. Selain itu,
faktor yang berperan terhadap kejadian perdarahan antepartum dengan kejadian
solusio plasenta adalah pada seseorang yang hamil dengan riwayat solusio plasenta
sebelumnya.
2.2.2 Kerangka Konsep
Paritas
Usia
Riwayat Solusio Plasenta
Trauma
Hipertensi Gestasional
Faktor Risiko
Terjadinya Solusio
Plasenta
Preeklampsia
28. 16
2.2.3 Definisi Operasional
Tabel 2.1 Definisi Operasional Faktor Risiko Terjadinya Solusio Plasenta RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar,RSIA Sitti Khadijah 1 Muhammadiyah, dan
RSKDIA Pertiwi.
No Variable Subvariable Definisi
Operasional
Indikator
dan Alat
ukur
Hasil Ukur Skala
1 Dependen:
Perdarahan
Antepartum
akibat
solusio
plasenta
Pendarahan
Antepartum
akibat
solusio
plasenta
Perdarahan
pervaginam
dengan sebab
solusio plasenta
yang tercatat di
rekam medis
Keluarnya
darah merah
segar
disertai
nyeri
Alat ukur:
Rekam
Medis
1) Perdarahan
antepartum
akibat solusio
plasenta
2) Tidak
perdarahan
antepartum
akibat plasenta
previa
Nominal
2 Independen:
Faktor
risiko
terjadinya
solusio
plasenta
Paritas Jumlah janin
yang pernah
dilahirkan
hidup/meninggal
saat didiagnosa
berisiko
mengalami
solusio plasenta
yang tercatat di
rekam medis.
Jumlah janin
yang pernah
dilahirkan
1)1
2)2-4
3)≥ 5
Alat ukur:
Rekam
Medis
1)Multipara
2)Primipara
Nominal
3 Usia Kelompok usia
ibu saat
kehamilan yang
berisiko
terjadinya solusio
plasenta saat
didiagnosa yang
tercatat dalam
Usia ibu
1)<20 tahun
2)20-35
tahun
3)>35 tahun
Alat ukur:
1) Usia
berisiko tinggi
(>35 tahun dan
<20 tahun)
2)Umur
berisiko
rendah (20-35
Nominal
29. 17
rekam medis Rekam
Medis
tahun)
3 Riwayat
solusio
plasenta
Ibu dengan
riwayat saat
kelahirannya
pernah
mengalami
solusio plasenta
yang tercatat di
rekam medis
Riwayat
terjadinya
solusio
plasenta
pada
persalinan
sebelumnya
Alat ukur:
Rekam
Medis
1)Ada riwayat
solusio
plasenta
2)Tidak ada
riwayat solusio
plasenta
Nominal
4 Trauma Ibu yang
memiliki riwayat
trauma pada
daerah perut
selama kehamilan
yang tercatat di
rekam medis
Riwayat
trauma pada
perut baik
secara
langsung
maupun
tidak
langsung
selama
kehamilan
Alat ukur:
Rekam
Medis
1) Ada riwayat
trauma pada
daerah perut
2)Tidak ada
riwayat trauma
pada daerah
perut
Nominal
5 Hipertensi
Gestasional
Wanita dengan
tekanan darah
≥140/90mmHg
atau lebih untuk
pertama kali
selama kehamilan
tetapi belum
mengalami
proteinuria yang
tercatat di rekam
medis.
Hipertensi
yang timbul
pada
kehamilan
tanpa
disertai
proteinuria
Alat ukur:
Rekam
Medis
1) Hipertensi
gestasional
2) Tidak ada
riwayat
hipertensi
sebelumnya
Nominal
6 Preeklampsia Suatu sindrom
kehamilan
spesifik yang
ditandai dengan
adanya hipertensi
Hipertensi
yang timbul
pada
kehamilan
disertai
1)Preeklampsia
2)Tidak ada
riwayat
preeklampsia.
Nominal
30. 18
2.2.4 Hipotesis Penelitian
Usia, paritas, riwayat solusio plasenta, trauma, hipertensi gestasional dan
preeklampsia merupakan faktor risiko terjadinya solusio plasenta di RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar,RSIA Sitti Khadijah 1 Muhammadiyah dan
RSKDIA Pertiwi.
iaitu tekanan
darah
≥140/90mmHg
atau lebih dan
mengalami
proteinuria pada
usia kehamilan di
atas 20 minggu
sebagai tanda dari
penurunan perfusi
organ secara
sekunder.
proteinuria.
31. 19
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini adalah studi Case Control yang merupakan penelitian
epidemiologis analitik observasional yang bersifat retrospektif. Penelitian yang
dilakukan dengan tujuan utama mengetahui faktor risiko terjadinya solusio plasenta
di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar,RSIA Sitti Khadijah 1
Muhammadiyah dan RSKDIA Pertiwi.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar,RSIA
Sitti Khadijah 1 Muhammadiyah dan RSKDIA Pertiwi.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dimulai pada 27 Agustus-31 Oktober 2018.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil dan ibu bersalin yang
dirawat di ruang bersalin di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar,RSIA Sitti
Khadijah 1 Muhammadiyah dan RSKDIA Pertiwi.
32. 20
3.3.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 10 responden di RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar,RSIA Sitti Khadijah 1 Muhammadiyah dan
RSKDIA Pertiwi yang diambil pada Januari 2016- Agustus 2018 yang memenuhi
kriteria inklusi yang telah ditetapkan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Suyono, Lulu Gita, Harum, Endang
(2003), frekuensi solusio plasenta di RSUD Dr. Moewardi Surakarta antara tahun
2001-1003 adalah sebesar 0.65% atau 1 : 154 persalinan.(Bintang Jaya
Deman,2010).Anggaran minimal sampel ditentukan berdasarkan Rumus Cochran
(Christopher A. Janicak,2017):
n=
𝑍2 𝑝𝑞
𝑒2
Keterangan:
n= Jumlah sampel minimal yang diperlukan
p= Proporsi yang dianggarkan dalam populasi
q= 1-p
Z= Z-value dari tabel Z
e= Margin error
Jadi,
n=
(1.96)2 (0.65%)(99.35%)
(5%)2
33. 21
n= 10 sampel
3.4 Cara Pengambilan Sampel
Pengumpulan data dilakukan dengan memakai data sekunder yang diperoleh
dari pencatatan rekam medis solusio plasenta yang dirawat inap di RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar,RSIA Sitti Khadijah 1 Muhammadiyah dan
RSKDIA Pertiwi. .
3.4.1 Kriteria Inklusi
1. Ibu dengan umur kehamilan ≥ 28 minggu.
2. Memiliki catatan rekam medis lengkap di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar,RSIA Sitti Khadijah 1 Muhammadiyah dan RSKDIA Pertiwi pada bulan
Januari 2016-August 2018.
3.4.2 Kriteria Ekslusi
1. Ibu hamil dan bersalin dengan atas indikasi plasenta previa.
2. Data rekam medis ibu bersalin tidak lengkap.
3.5 Jenis Data dan Instrumen Penelitian
3.5.1 Jenis Data Penelitian
Data Sekunder data yang penulis peroleh dari rumah sakit yang dijadikan
tempat penelitian serta referensi yang berkaitan dengan penelitian.
34. 22
3.5.2 Instrumen Penelitian
1. Komputer dengan program pengolahan data
2. Alat tulis menulis.
3.6. Manajemen Data
3.6.1 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS 22.0
dan Microsoft Excel untuk memperoleh hasil statistik deskriptif yang diperlukan.
Pengolahan data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Analysing
Memeriksa kembali data yang diperoleh untuk melihat kebenaran data sebelum
dilakukan pengolahan data.
2. Coding
Pengkodean data dengan cara mengubah data dalam bentuk kalimat atau huruf
kemudian dikelompokkan kedalam kategori yang sama sesuai dengan definisi
operasional.
3. Transferring
Penyusunan data setelah pengkodean agar mudah dijumlah, disusun dan didata untuk
disajikan dan dianalisa.
4. Tabulating
35. 23
Memindahkan data yang diperoleh dan dipindahkan ke dalam tabel.
5. Rechecking
Data yang telah dikelompokkan dilakukan pengecekan ulang untuk menghindari
kesalahan pengkodean, kelengkapan data selanjutnya dilakukan koreksi/perbaikan.
3.6.2 Analisis Data
Analisis yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari analisis univariat dan
analisis bivariat dengan menggunakan program komputer untuk analisis data.
Analisis multivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi logistic,
dengan teknik ini dapat dilihat peran masing-masing variable bebas terhadap
kejadian efek.
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen
dan dependen. Analisis bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji Chi square
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan dideskriptifkan dalam bentuk narasi
dengan menggambarkan hubungan antara variabel independen (paritas, usia, riwayat
solusio plasenta, trauma dan hipertensi gestasional) dan dependen(solusio plasenta).
Tingkat kepercayaan pada penelitian ini sebesar 95% dengan nilai α 0,05. Jika p
value > 0,05 maka tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel independen
dan variabel dependen. Sebaliknya jika p value ≤0,05 maka terdapat hubungan yang
signifikan antara variabel independen dan variabel dependen.
36. 24
3.7 Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitan ini berupa alat tulis, komputer, buku
tulis dan dummy table. Dummy table penelitan dapat dilihat pada tabel 3 sebagai
berikut:
Tabel 3.1 Dummy Table Penelitian Multivariat
Variable Kasus Kontrol
F % F %
Paritas
Berisiko (1 atau >4)
Tidak Berisiko (2-4)
Usia
Berisiko (<20 atau >35)
Tidak Berisiko (20-35)
Riwayat Solusio Plasenta
Pernah
Tidak pernah
Trauma
Pernah
Tidak pernah
Hipertensi Gestasional
Dengan riwayat hipertensi
Tanpa riwayat hipetensi
Preeklampsia
Dengan riwayat
preeclampsia
Tanpa riwayat preeclampsia
37. 25
Tabel 3.2 Dummy Table Penelitian Bivariat
Variable P value (a 0,05) OR (95% CI)
Usia
Paritas
Riwayat Solusio Plasenta
Trauma
Hipertesnsi Gestasional
Preeklampsia
3.8 Etika Penelitian
3.8.1 Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan dan privacy sampel dalam penelitian ini,
identitas pasien tidak dicantumkan. Peneliti hanya menulis nomor dan kode pada
masing-masing lembar pengumpul data.
3.7.2 Perijinan
Menyertakan surat pengantar yang ditujukan kepada pihak pemerintah
setempat sebagai permohonan izin untuk melakukan penelitian.
38. 26
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS PENELITIAN
Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 27 Agustus-31 Oktober 2018 bagi
meneliti faktor risiko terjadinya solusio plasenta di beberapa buah rumah sakit di
Makassar.Populasi yang didapatkan untuk penelitian ini adalah seluruh pasien yang
bersalin di kamar bersalin pada ketiga-tiga buah rumah sakit yang diteliti yaitu
sejumlah 585 orang di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, 12,996 orang di
RSIA Sitti Khadijah 1 Muhammadiyah dan 8,580 orang di RSKDIA Pertiwi mulai
periode Januari 2016 hingga Agustus 2018.
Sampel yang digunakan adalah sebagian ibu bersalin dengan jumlah
sebanyak 30 responden yang terdiri dari 15 responden bagi kasus yang mengalami
kejadian solusio plasenta dan 15 responden bagi kontrol yang tidak mengalami
kejadian solusio plasenta. Dari 15 kasus yang didapatkan, 1 kasus kejadian solusio
terjadi di RSIA Sitti Khadijah 1 Muhammadiyah, 4 kasus di RSKDIA Pertiwi dan
10 kasus di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Data yamg telah dikumpulkan melalui lembar pengumpul data, diteliti
kelengkapannya dan dinilai berdasarkan kriteria sampel yang meliputi kriteria inklusi
dan kriteria eksklusi,bagi menentukan dapat atau tidaknya sampel tersebut
digunakan. Setelah itu, data dianalisis secara komputerisasi dalam program SPSS.
39. 27
Agar mudah dipahami,data yang telah diolah kemudian disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi dan dikarakteristikkan dalam bentuk narasi.
Tabel 4.1 Karakteristik Hasil Penelitian Faktor Risiko Terjadinya Solusio Plasenta
No. Variabel Kasus Kontrol
n % n %
1
2
Paritas
Berisiko (1 dan >4)
Tidak Berisiko (2-4)
Usia
Berisiko (<20 dan >35)
Tidak Berisiko (20-35)
Riwayat Solusio Plasenta
Pernah
Tidak pernah
Trauma
Pernah
Tidak pernah
Hipertensi Gestasional
Dengan riwayat hipertensi
Tanpa riwayat hipetensi
Preeklampsia
Dengan riwayat preeklampsia
Tanpa riwayat preeklampsia
8
7
6
9
0
15
0
15
1
14
8
7
53,3%
46,7%
40%
60%
0
100,0
0
100,0
6,7
93,3
53,3
46,7
2
13
0
15
0
15
0
15
1
14
1
14
13,3
86,7
0
100,0
0
100,0
0
100,0
6,7
93,3
6,7
93,3
3
4
5
6
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa berdasarkan jumlah paritas, responden
tertinggi pada kasus terjadinya solusio plasenta terdiri dari ibu hamil dengan paritas
1 dan >4, yaitu sebanyak 53,3%. Bagi responden kontrol pula, majoriti dengan
paritas 2-4 yaitu dengan sebanyak 86,7%.
Berdasarkan penilaian mengikut usia, jumlah kasus terbanyak menunjukkan
bahwa sejumlah 60% berlaku pada responden berusia 20-35 tahun. Pada penelitian
ini masih terdapat ibu hamil dengan usia berisiko yaitu ibu dengan usia >35 tahun
40. 28
atau <20 tahun yaitu sekitar 40%. Bagi responden kontrol pula, 100% terdiri dari
usia 20-35 tahun.
Berdasarkan variabel hipertensi gestasional, 93,3% dari keseluruhan kasus
dan kontrol tidak mempunyai riwayat penyakit tersebut sebelumnya.Sedangkan
menurut preeklampsia, responden yang mempunyai riwayat preeklampsia adalah
sebanyak 53,3% dari keseluruhan kasus dan hanya 6,7% pada kontrol.
Analisis Bivariat
Hasil penilaian yang digunakan pada variabel usia dan paritas dikategorikan
menjadi dua yaitu pada usia dikatakan risiko tinggi jika <20 tahun atau >35 tahun
dan pada paritas, risiko tinggi jika melahirkan 1 kali atau lebih dari 4 kali, dan risiko
rendah jika melahirkan di antara 2 hingga 4 kali.
Tabel 4.2.1 Hasil Analisis Bivariat Faktor Risiko Terjadinya Solusio Plasenta
No Variabel P value
(a 0,05)
OR (95% CI)
1
2
3
4
Paritas
Usia
0.020
0.006
0.135(0.22-0.816)
0.00(-)
Hipertensi Gestational
Preeklampsia
1.000
0.005
1(0.057-17.621)
16.0(1.656-154.595)
Dari hasil analisis chi-square, tiga dari enam variabel yaitu paritas, usia, dan
preeklampsia memiliki p value < nilai a 0,05, manakala hipertensi gestasional
memiliki p value > nilai a 0,05 Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
41. 29
bermakna antara faktor risiko paritas, usia dan preeklampsia dengan angka kejadian
solusio plasenta di RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo dan beberapa buah rumah sakit
jejaring di Makassar.
Preeklampsia merupakan faktor risiko yang paling berperan dalam terjadinya
solusio plasenta diketahui melalui nilai Odds Ratio (OR) yaitu sebesar 16 kali lipat
dengan Confidence Interval (1.656-154.595). Ini menunjukkan bahwa sekurang-
kurangnya seseorang yang memiliki preeklampsia akan mempunyai risiko sebesar 16
kali lipat untuk mengalami kejadian solusio plasenta dibanding dengan seseorang
tanpa preeklampsia. Bagi variabel paritas dan usia pula merupakan faktor proteksi
terjadinya solusio plasenta ( nilai OR < 1).
42. 30
BAB 5
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan dengan bertujuan untuk mengetahui faktor yang
berisiko terhadap angka kejadian solusio plasenta di beberapa buah sakit di Makassar
yang terdiri dari RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar,RSIA Sitti Khadijah 1
Muhammadiyah dan RSKDIA Pertiwi. Antara faktor risiko yang diteliti adalah usia
ibu hamil, jumlah paritas, riwayat solusio plasenta, hipertensi gestasional, trauma
dan preeklampsia.
Penelitian ini dilaksanakan dengan mengambil data sekunder yaitu rekam
medis berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi yang telah ditetapkan. Antara kriteria
inklusi yang harus dipenuhi adalah ibu dengan usia kehamilan ≥28 minggu dan
memiliki data rekam medis yang lengkap. Bagi kriteria eklusi pula adalah, ibu hamil
dan bersalin dengan indikasi plasenta previa dan mempunyai data rekam medis yang
tidak lengkap.
Dari hasil data yang telah berjaya dikumpulkan dan diolah, terdapat
beberapa faktor risiko yang mempunyai hubungan dengan kejadian solusio plasenta.
Antaranya adalah:
43. 31
5.1 Hubungan Paritas Ibu Hamil dengan Angka Kejadian Solusio Plasenta
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kejadian solusio plasenta lebih
banyak terdiri dari ibu dengan paritas yang berisiko tinggi yaitu paritas 1 dan >4
yaitu sebesar 53,3%. Hasil uji antara paritas dengan kejadian solusio plasenta
didapatkan nilai p sebesar 0,02 < a 0.05 yang menunjukkan bahwa adanya hubungan
signifikan antara paritas dengan kejadian solusio plasenta.
Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan Sunarsih (2015) menunjukkan
bahwa, meningkatnya paritas ibu dengan kejadian perdarahan antepartum disebabkan
oleh vaskularisasi yang berkurang dan perubahan atrofi pada desidua akibat
persalinan masa lampau. Perdarahan yang meluas akibat kerusakan dinding sinus-
sinus vena ibu yang menyuplai jaringan plasenta secara tidak langsung memisahkan
plasenta dari dinding desidua endometrium.Selain itu, respon inflamasi juga berperan
dalam pengaruh paritas terhadap kejadian solusio plasenta.
Bagi primipara secara fisiologis perpanjangan segmen bawah rahim
terjadinya jauh pada hari sebelum persalinan sedangkan pada multipara
perkembangan segmen bawah rahim dan penipisan serviks mungkin tertunda sampai
pada proses persalinan. Hal ini karena, uterus pada primipara umumnya masih belum
bekerja secara efisien.
5.2 Hubungan Usia Ibu Hamil dengan Angka Kejadian Solusio Plasenta
Hasil penelitian ini menunjukkan angka kejadian solusio plasenta paling
tinggi pada usia tidak berisiko, yaitu pada usia di antara 20 tahun hingga 35 tahun.
Hal ini tidak selari dengan penelitian Sunarsih (2015) yang menyatakan bahwa
44. 32
kejadian solusio plasenta lebih sering terjadi pada usia yang berisiko (<20 tahun dan
>35 tahun). Berdasarkan hasil analisis chi-square, didapatkan nilai p = 0,006< a 0.05
artinya ada hubungan signifikan antara usia ibu dengan kejadian solusio plasenta.
Wanita di bawah usia 20 tahun dari segi biologis mempunyai sistem
perkembangan alat-alat reproduksi yang belum berfungsi secara optimal. Merujuk
pada hasil penelitian Sunarsih tahun 2015,didapatkan bahwa salah satu penyulit
persalinan pada ibu hamil usia muda adalah akibat kesempitan panggul yang dapat
menyebabkan timbulnya disporposi sefalo-pelvik.Sedangkan, di atas usia 35 tahun
berakibat dari berkurangnya elastisitas otot-otot panggul dan menurunnya kondisi
endometrium.
Namun, berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, berlakunya
peningkatan kejadian solusio plasenta pada usia yang tidak berisiko. Ini
berkemungkinan akibat dari usia tersebut merupakan usia produktif bagi seorang
wanita untuk hamil.Oleh itu, deteksi dini kelainan pada ibu dan janin melalui
perawatan ANC dapat membantu mengurangi masalah yang timbul sewaktu
persalianan.
5.3 Hubungan Hipertensi Gestasional Ibu Hamil dengan Angka Kejadian
Solusio Plasenta
Hasil penelitian menunjukkan hanya 1 responden yang mempunyai riwayat
hipertensi gestasional yang mengalami kejadian solusio plasenta. Dari analisis chi
square, nilai p yang didapatkan adalah 1,00 > nilai a 0,05. Hal ini menunjukkan
45. 33
bahwa tiada hubungan antara variabel hipetensi gestasional dengan kejadian solusio
plasenta.
Menurut hasil penelitian Sari,Wirda Elya (2016), terdapat pelbagai teori
hipertensi yang dipakai antaranya; kelainan vaskularisasi plasenta, disfungsi endotel,
radikal bebas dan teori intoleransi imnulogik antara intrauterine dan janin. Namun
begitu, hubungan kausal antara hipertensi dengan solusio plasenta masih menjadi isu
kontroversi.
5.4 Hubungan Preeklampsia Ibu Hamil dengan Angka Kejadian Solusio
Plasenta
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 53,5% responden yaitu sejumlah 8
dari 15 orang responden kasus yang mempunyai riwayat preeklampsia dan
mengalami kejadian solusio plasenta. Bagi jumlah responden kontrol dengan riwayat
preeklampsia pula hanyalah sejumlah 1 orang (6,7%) dari 15 orang responden. Dari
hasil analisis chi square, p-value variabel preeklampsia adalah sebesar 0.005 = a
0.05 yang menunjukkan bahwa terdapatnya hubungan significant antara
preeklampsia dengan kejadian solusio plasenta.
Pada preeklampsia, antara etiologi yang berperan adalah prostasiklin dan
tromboksan.Didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler, sehingga menyebabkan
terjadinya penurunan produksi prostasiklin (PGI 2) yang pada kehamilan normal
meningkat, aktivasi penggumpalan dan fibrinolysis, yang kemudian akan diganti
thrombin dan plasmin. Trombin akan mengkonsumsi antitrombin III, sehingga
46. 34
terjadi deposit fibrin.Aktivasi trombosit menyebabkan pelepasan tromboksan
(TXA2) dan serotonin, sehingga terjadinya vasospasme dan kerusakan endotel.
Menurut hasil penelitian Riris (2011), sebesar 2,7% pasien dengan
preeklampsia-eklamsia mempunyai komplikasi solusio plasenta di RSUD dr.
Soedarso Pontianak.Preklampsia-eklamsia memberi pengaruh buruk pada kesehatan
janin yang disebabkan oleh menurunnya perfusi utero-plasenta, hipovolemia,
vasospasme, dan kerusakan sel pembuluh darah plasenta.Maka, diperlukan ketelitian
dan kecekapan dalam manajemen penanganan pasien preeklampsia untuk
mempertimbangkan risiko yang terjadi pada ibu dan neonates.
47. 35
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan maka simpulan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Angka kejadian solusio plasenta berdasarkan penelitian ini didapatkan sebanyak
15 kasus dari 22,161 persalinan mulai periode Januari 2016 hingga Agustus
2018.
2. Faktor risiko terjadinya kejadian solusio plasenta adalah ibu yang memiliki
paritas 1 dan >4, ibu dengan usia 20-35 tahun dan ibu dengan riwayat
preeklampsia.
3. Faktor risiko utama terjadinya solusio plasenta berdasarkan penelitian ini adalah
preeklampsia.
6.2 Saran
1. Bagi RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, RSIA Sitti Khadijah
Muhammadiyah dan RSKDIA Pertiwi
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi Rumah Sakit untuk
memberikan perhatian lebih lanjut terhadap kejadian solusio plasenta melalui
pendekatan faktor risiko seperti usia, paritas, riwayat hipertensi gestasional, dan
riwayat preeklampsia agar sentiasa bersiap sedia dalam penanganan medis serta
48. 36
dapat mengelakkan kematian maternal dan perinatal yang disebabkan oleh solusio
plasenta.
2. Bagi Masyarakat
Ibu sebaiknya melakukan pemeriksaan rutin kehamilan sejak dini untuk
mengenal berbagai faktor risiko yang dapat menyebabkan kejadian solusio
plasenta.Selain itu, diharapkan bagi instalasi kesehatan yang bersangkutan dapat
memberikan informasi yang berharga untuk meningkatkan pelayanan ibu dalam
upaya mengurangi risiko perdarahan dengan sebab solusio plasenta melalui
pendekatan dini sehingga dapat memberikan perhatian lebih lanjut.
3. Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini dapat digunakan sebagai dapat dijadikan sebagai data dasar
serta informasi dalam mengenali faktor risiko, khususnya yang berkaitan dengan
solusio plasenta sehingga dapat meningkatkan upaya pencegahan di kemudian hari.
49. 37
DAFTAR PUSTAKA
1. Prabawati, S., & Indriyawati , V. (2017). Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang
Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi di Puskesmas Kalasan
Sleman. Jurnal Kesehantan "Samodra Ilmu".8(1): 80-81
2. BPS Sulawesi Selatan. (2016). Statistik Daerah Provinsi Sulawesi Selatan
2016.Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan.
3. Anasari,T.2016. Determinan Penyebab Perdarahan Antepartum Sebagai Penyebab
Kematian Ibu di RSUD Prof.Dr.MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO.Jurnal
Ilmiah Kebidanan.7(2):115-117
4. Yanniarti S, R., 2013. Hubungan Perdarahan Antepartum Dan Karakteristik Ibu
Bersalin Dengan Kejadian Partus Prematur Di RSUD M. Yunus. Jurnal Kesehatan
Poltekkes Provinsi Bengkulu, 1(2):128-129
5. Rosalba,Alessandra.,et al.2010.Antepartum Hemorrhage.Journal of Prenatal
Medicine.4(1):12
6. Royal College of Obstetricians and Gynaecologists.(2011).Antepartum
Haemorrhage.Green-top Guideline No.63.
7. Surtiningsih.2008.Karakteristik Kejadian Solusio Plasenta di RSUD Purbalingga
Periode Tahun 2001-2006.Viva Medika.1(1):66-68.
8. Prawirohardjo, Sarwono.2016.Perdarahan Pada Kehamilan Lanjut dan Persalinan;
Bagian Ketiga: Patologi Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan Bayi Baru Lahir
(Masalah Ibu); Dalam: Ilmu Kebidanan, edisi ke-4.Cetakan Kelima.Jakarta: Penerbit
P.T. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. h.503-513.
50. 38
9. Sunarsih, Susanaria,P.2015.Hubungan Usia dan Paritas Ibu Hamil Dengan Kejadian
Perdarahan Antepartum di RSUD Abdoel Moeloek Bandar Lampung Tahun
2013.Jurnal Kebidanan.1(1):13-17
10. Sari,Wirda Elya.2016.Kehamilan dengan Hipertensi Gestasional.Jurnal Medula
Unila.4(3):145-146
11. Aditya, NR.dkk.2011.Hubungan Riwayat Trauma Terhadap Kejadian Abortus Di
RSUD Ulin Banjarmasin Tahun 2011.Gambaran Riwayat Trauma Terhadap Berkala
Kedokteran.9(1):67-73.
12. Christopher A. Janicak.2017.Applied Statistics In Occupational Safety and Health,
3rd
edition,USA: Bernam Press,page:94.
13. Bintang Jaya Deman.2010. Gambaran Kejadian Solusio Plasenta.1(2): 2-3
14. Riris Putri,MS.dkk.2011.Gambaran Luaran Hasil Persalinan pada Pasien
Preeklampsia-Eklamsi di RSUD dr Soedarso Periode 1 Januari 2011-31 Desember
2011.Jurnal Mahasiswa Kedokteran Untan (1) : 5-15.
51. 39
LAMPIRAN
Frequencies
Frequency Table
PARITAS
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 9 30.0 30.0 30.0
2-4 20 66.7 66.7 96.7
>4 1 3.3 3.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
USIA
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid <20 1 3.3 3.3 3.3
20-35 24 80.0 80.0 83.3
>35 5 16.7 16.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
RIWAYAT_SOLUSIO_PLASENTA
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid TIDAK PERNAH 30 100.0 100.0 100.0
TRAUMA
Statistics
PARITAS USIA
RIWAYAT_SOL
USIO_PLASENT
A TRAUMA
HIPERTENSI_G
ESTASIONAL
PREEKLAMPSI
A
N Valid 30 30 30 30 30 30
Missing 0 0 0 0 0 0
52. 40
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid TIDAK PERNAH 30 100.0 100.0 100.0
HIPERTENSI_GESTASIONAL
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid DENGAN RIWAYAT
HIPERTENSI
2 6.7 6.7 6.7
TANPA RIWAYAT
HIPERTENSI
28 93.3 93.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
PREEKLAMPSIA
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid DENGAN RIWAYAT
PREEKLAMPSIA
9 30.0 30.0 30.0
TANPA RIWAYAT
PREEKLAMPSIA
21 70.0 70.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
53. 41
Crosstabs
KEJADIAN_SOLUSIO_PLASENTA * HIPERTENSI_GESTASIONAL
Crosstab
HIPERTENSI_GESTASIONAL
Total
DENGAN
RIWAYAT
HIPERTENSI
TANPA
RIWAYAT
HIPERTENSI
KEJADIAN_SOLUSIO_P
LASENTA
TERJADI SOLUSIO
PLASENTA
Count 1 14 15
% within
KEJADIAN_SOLUSIO_P
LASENTA
6.7% 93.3% 100.0%
% of Total 3.3% 46.7% 50.0%
TIDAK TERJADINYA
SOLUSIO PLASENTA
Count 1 14 15
% within
KEJADIAN_SOLUSIO_P
LASENTA
6.7% 93.3% 100.0%
% of Total 3.3% 46.7% 50.0%
Total Count 2 28 30
% within
KEJADIAN_SOLUSIO_P
LASENTA
6.7% 93.3% 100.0%
% of Total 6.7% 93.3% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .000a
1 1.000
Continuity Correctionb
.000 1 1.000
Likelihood Ratio .000 1 1.000
Fisher's Exact Test 1.000 .759
Linear-by-Linear Association .000 1 1.000
N of Valid Cases 30
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.00.
b. Computed only for a 2x2 table
54. 42
Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate
Estimate 1.000
ln(Estimate) .000
Std. Error of ln(Estimate) 1.464
Asymp. Sig. (2-sided) 1.000
Asymp. 95% Confidence
Interval
Common Odds Ratio Lower Bound .057
Upper Bound 17.621
ln(Common Odds Ratio) Lower Bound -2.869
Upper Bound 2.869
The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed
under the common odds ratio of 1.000 assumption. So is the natural log of the estimate.
KEJADIAN_SOLUSIO_PLASENTA * PREEKLAMPSIA
Crosstab
PREEKLAMPSIA
Total
DENGAN
RIWAYAT
PREEKLAM
PSIA
TANPA
RIWAYAT
PREEKLAM
PSIA
KEJADIAN_SOLUSIO_
PLASENTA
TERJADI SOLUSIO
PLASENTA
Count 8 7 15
% within
KEJADIAN_SOLUSIO_
PLASENTA
53.3% 46.7% 100.0%
% of Total 26.7% 23.3% 50.0%
TIDAK TERJADINYA
SOLUSIO PLASENTA
Count 1 14 15
% within
KEJADIAN_SOLUSIO_
PLASENTA
6.7% 93.3% 100.0%
% of Total 3.3% 46.7% 50.0%
Total Count 9 21 30
% within
KEJADIAN_SOLUSIO_
PLASENTA
30.0% 70.0% 100.0%
% of Total 30.0% 70.0% 100.0%
55. 43
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 7.778a
1 .005
Continuity Correctionb
5.714 1 .017
Likelihood Ratio 8.576 1 .003
Fisher's Exact Test .014 .007
Linear-by-Linear Association 7.519 1 .006
N of Valid Cases 30
Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate
Estimate 16.000
ln(Estimate) 2.773
Std. Error of ln(Estimate) 1.157
Asymp. Sig. (2-sided) .017
Asymp. 95% Confidence
Interval
Common Odds Ratio Lower Bound 1.656
Upper Bound 154.595
ln(Common Odds Ratio) Lower Bound .504
Upper Bound 5.041
The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed
under the common odds ratio of 1.000 assumption. So is the natural log of the estimate.
56. 44
KEJADIAN_SOLUSIO_PLASENTA * UMUR
Crosstab
UMUR
Total
TIDAK
BERISIKO
(20-35
TAHUN)
BERISIKO
(<20->35
TAHUN)
KEJADIAN_SOLUSIO
_PLASENTA
TERJADI SOLUSIO
PLASENTA
Count 9 6 15
% within
KEJADIAN_SOLUSIO
_PLASENTA
60.0% 40.0% 100.0%
% of Total 30.0% 20.0% 50.0%
TIDAK TERJADINYA
SOLUSIO PLASENTA
Count 15 0 15
% within
KEJADIAN_SOLUSIO
_PLASENTA
100.0% 0.0% 100.0%
% of Total 50.0% 0.0% 50.0%
Total Count 24 6 30
% within
KEJADIAN_SOLUSIO
_PLASENTA
80.0% 20.0% 100.0%
% of Total 80.0% 20.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 7.500a
1 .006
Continuity Correctionb
5.208 1 .022
Likelihood Ratio 9.834 1 .002
Fisher's Exact Test .017 .008
Linear-by-Linear Association 7.250 1 .007
N of Valid Cases 30
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.00.
b. Computed only for a 2x2 table
57. 45
Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate
Estimate .000
ln(Estimate) .
Std. Error of ln(Estimate) .
Asymp. Sig. (2-sided) .
Asymp. 95% Confidence
Interval
Common Odds Ratio Lower Bound .
Upper Bound .
ln(Common Odds Ratio) Lower Bound .
Upper Bound .
The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed
under the common odds ratio of 1.000 assumption. So is the natural log of the estimate.
KEJADIAN_SOLUSIO_PLASENTA * JUMLAH_PARITAS
Crosstab
JUMLAH_PARITAS
Total
TIDAK
BERISIKO
(2-4)
BERISIKO
(1 DAN >4)
KEJADIAN_SOLUSIO_
PLASENTA
TERJADI SOLUSIO
PLASENTA
Count 7 8 15
% within
KEJADIAN_SOLUSIO_
PLASENTA
46.7% 53.3% 100.0%
% of Total 23.3% 26.7% 50.0%
TIDAK TERJADINYA
SOLUSIO PLASENTA
Count 13 2 15
% within
KEJADIAN_SOLUSIO_
PLASENTA
86.7% 13.3% 100.0%
% of Total 43.3% 6.7% 50.0%
Total Count 20 10 30
% within
KEJADIAN_SOLUSIO_
PLASENTA
66.7% 33.3% 100.0%
% of Total 66.7% 33.3% 100.0%
Chi-Square Tests
58. 46
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 5.400a
1 .020
Continuity Correctionb
3.750 1 .053
Likelihood Ratio 5.683 1 .017
Fisher's Exact Test .050 .025
Linear-by-Linear Association 5.220 1 .022
N of Valid Cases 30
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate
Estimate .135
ln(Estimate) -2.005
Std. Error of ln(Estimate) .919
Asymp. Sig. (2-sided) .029
Asymp. 95% Confidence
Interval
Common Odds Ratio Lower Bound .022
Upper Bound .816
ln(Common Odds Ratio) Lower Bound -3.807
Upper Bound -.204
The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed
under the common odds ratio of 1.000 assumption. So is the natural log of the estimate.
59. 47
BIODATA LENGKAP PENELITI UTAMA
I. Data Pribadi
Nama : Yasmine Syamimi Bt Shamhani
Tempat/tgl.lahir :Malaysia, 30 September 1996
NIM : C 111 15 845
Email : yasmineshamhani@gmail.com
No. HP : 087816060595
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : A307, Rusunawa Unhas
Status : Belum Menikah
II. Riwayat Pendidikan :
No. Jenjang
Pendidikan
Institusi Tempat Tahun lulus
1. SD SK Indera
Mahkota
MALAYSIA 2008
2. SMP - SMA SM Sains
Dungun
MALAYSIA 2013
4 ASASI UITM Puncak
Alam
MALAYSIA 2015
5 S1 Fakultas
Kedokteran
Universitas
Hasanuddin
MAKASSAR Penyusunan
Tugas Akhir