Dokumen tersebut membahas upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia seperti peran guru dan pendidik dalam pembelajaran, serta faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan seperti distribusi guru yang tidak merata.
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
SDGS PENDIDIKAN
1. Nama: Nazwa Syarifah Rahmani
NIM: 1205621016
Prodi: Pendidikan Bahasa Arab
Penugasan 2
Temukan dan analisis dua artikel mengenai capaian SDGs di Indonesia dari berbagai sumber. Lakukan
analisis terhadap kedua artikel tersebut dengan cara mengidentifikasi kesamaan dan perbedaan pada
masing-masing artikel dan antar artikel. Analisis pernyataan-pernyataan pada masing-masing artikel
secara terpisah, lalu tunjukkan informasi yang konsisten, inkonsisten ataupun kontradiktif pada artikel
tersebut. Analisis juga pernyataan pada kedua artikel, lalu tunjukkan informasi yang konsisten,
inkonsisten ataupun kontradiktif antar artikel tersebut. Gunakan lembar kerja untuk membantu
pengerjaan Latihan berikut.
Judul &
Sumber artikel
Informasi tercantum
Temuan
Kesamaan Informasi Perbedaan Informasi
Membangun
Kualitas Pendidikan
di Indonesia dalam
Mewujudkan
Program Sustainable
Development Goals
(SDGs)
(https://jbasic.org/in
dex.php/basicedu/art
icle/view/3183/pdf)
Upaya-upaya yang bisa
dilakukan untuk meningkatkan
kualitas Pendidikan, serta apa
saja factor yang menyebabkan
rendahnya kualitas Pendidikan
Indonesia.
Pada artikel ini
membahas upaya atau
cara yang bisa
diwujudkan dari program
Sustainable Development
Goals (SDGs) untuk bisa
meningkatkan kualitas
Pendidikan di Indonesia.
Pada artikel ini lebih
memfokuskan dengan
menjelaskan seberapa
pentingnya dan apa saja
upaya-upaya yang dapat
dilakukan untuk
meningkatkan kualitas
Pendidikan di Indonesia.
Upaya Peningkatan
Pendidikan
Berkualitas di
Indonesia: Analisis
Pencapaian
Sustainable
Development Goals
(SDGs)
(https://jbasic.org/in
dex.php/basicedu/art
icle/view/3296/pdf)
Bagaimana strategi dari
Sustainable Development
Goals (SDGs) dalam upaya
untuk meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia yang
masih bermasalah dalam
kondisi dan kualitas
pendidikannya yang belum
sepenuhnya memadai dan
merata.
Pada artikel ini
membahas upaya atau
strategi yang bisa
diwujudkan dari program
Sustainable Development
Goals (SDGs) untuk bisa
meningkatkan kualitas
Pendidikan di Indonesia.
Pada artikel ini lebih
memfokuskan dalam
menjelaskan serta
memaparkan apa saja
srategi SDGs yang dapat
dilakukan sebagai upaya
meningkatkan kualitas
Pendidikan di Indonesia
2. Judul &
Sumber artikel
Temuan
Informasi Konsisten Informasi Inkonsisten Informasi Kontradiksi
Membangun Kualitas
Pendidikan di Indonesia
dalam Mewujudkan
Program Sustainable
Development Goals
(SDGs)
(https://jbasic.org/index.p
hp
/basicedu/article/view/31
83/pdf)
“semua indicator dasar
pendukung pencapaian
millennium development
goals telah terpenuhi
pada tahun 2015.”
“namun, masalah
distribusi kualitas masih
menjadi batu sandungan
bagi Indonesia.”
“Secara umum, konsep
Pembangunan
berkelanjutan telah lama
menggelitik minat para
ahli. Namun, konsep
keberlanjutan baru
diperkenalkan beberapa
dekade yang lalu
(Kurniawan, 2013).”
“saat ini standar Pendidikan
di Indonesia masih rendah,
meskipun akses masyarakat
terhadap pendidikan telah
meningkat drastis.”
“guru merupakan pemain
kunci dalam proses belajar
mengajar yang berlangsung
di sekolah. Di Indonesia,
distribusi guru yang tidak
merata menjadi kendala
dalam meningkatkan
kualitas Pendidikan.”
Upaya Peningkatan
Pendidikan Berkualitas di
Indonesia: Analisis
Pencapaian Sustainable
Development Goals
(SDGs)
(https://jbasic.org/index.p
hp
/basicedu/article/view/32
96/pdf)
“strategi pencapaian
SDGs sebagai upaya
peningkatan pendidikan
berkualitas di Indonesia
terdapat pada tujuan ke-4
yakni Pendidikan
berkualitas adil serta
merata dan kesempatan
untuk belajar sepanjang
hidup bagi seluruh usia.”
“namun, di Indonesia
strategi tersebut baru
diterapkan dibeberapa
provinsi saja yang
artinya masih ada
beberapa provinsi yang
belum menerapkan
strategi SDGs sebagai
suatu upaya
peningkatan kualitas
Pendidikan tersebut di
Indonesia.”
“Indonesia sebagai
salah satu Negara
hukum yang menitik
beratkan pendidikan
untuk menjadi landasan
dalam memajukan
bangsa, namun hingga
kini pendidikan di
Indonesia sedang
menghadapi berbagai
hambatan serta
menurunkan
kualitasnya.”
“setiap rakyat Indonesia
berhak untuk mendapatkan
Pendidikan yang layak, tentu
saja dengan memperoleh
Pendidikan dapat
bermanfaat bagi individu
maupun kemajuan suatu
negara di masa mendatang.
Berdasarkan hasil penelitian
(pribadi,2017), di beberpa
daerah yang jauh dari
ibukota masih ada bahkan
masih banyak bangunan-
bangunan sekolah yang
kurang layak digunakan.”
“Tujuan universal dari
program ini merupakan
memesatkan penyelesaian
belajar pembelajaran bawah
9 tahun serta tingkatkan
kualitas pembelajaran
bawah. Sebaliknya tujuan
spesialnya merupakan:
Memperluas layanan
pembelajaran bawah
ataupun tingkatkan energi
tampung SMP pada wilayah
terpencil, terpencar serta
terisolir untuk mendukung
tercapainya penyelesaian
normal pembelajaran bawah
9 tahun.”
3. ARTIKEL 1
JURNAL BASICEDU
Volume 6 Nomor 4 Tahun 2022 Halaman 6145 - 6154 Research &
Learning in Elementary Education https://jbasic.org/index.php/basicedu
Membangun Kualitas Pendidikan di Indonesia dalam Mewujudkan
Program Sustainable
Development Goals (SDGs)
Siti Aisyah Nurfatimah1
, Syofiyah Hasna2, Deti Rostika3 Universitas
Pendidikan Indonesia, Indonesia1,2,3
E-mail: sitiaisyahn18@upi.edu1
, syofiyahhasna@upi.edu2
, derosti@upi.edu3
Abstrak
Pendidikan yang berkualitas pada saat ini sudah menjadi program pemerintahan yang masih terus diupayakan.
Upaya yang dilakukan untuk mencapai pendidikan berkualitas tidak hanya dilakukan oleh pemerintahan saja,
pihak lain juga turut serta dalam mengupayakan peningkatan kualitas pendidikan, diantaranya pihak swasta,
lembaga pendidikan bahkan masyarakat umum turut serta dalam upayanya. Tujuan dilakukannya penelitian
ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai seberapa pentingnya upaya dalam meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonesia, yang masih dikatakan memiliki kualitas yang rendah. Metode penelitian yang
digunakan adalah dengan menggunakan metode kualitatif dengan studi literatur dan menggunakan
pendekatan deskriptif. Pada penelitian ini data diperoleh melalui hasil studi pustaka yang bersumber kepada
jurnal serta artikel. Penelitian ini menghasilkan mengenai upaya apa saja yang bisa dilakukan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, serta faktor apa saja yang menyebabkan masih rendahnya
kualitas pendidikan di Indonesia. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang bermakna di kelas dan
meningkatkan kualitas pendidikan, pendidik harus terlibat dalam kegiatan pengembangan profesional. Di
sinilah perawatan pedagogis datang untuk memberikan kepemimpinan, pengawasan, dan bimbingan untuk
memenuhi standar kualitas yang ditetapkan untuk teknik yang ideal.
Kata Kunci: Pendidikan, SDGs, dan Pendidikan Berkualitas.
Abstract
Quality education has now become a government program that is still being pursued. Efforts made to achieve
quality education are not only carried out by the government, other parties also participate in seeking to
improve the quality of education, including the private sector, educational institutions and even the general
public. The purpose of this research is to provide an overview of how important efforts are to improve the
quality of education in Indonesia, which is still said to have low quality. The research method used is by using
qualitative methods with literature studies and using a descriptive approach. In this study the data were
obtained through the results of a literature study sourced from journals and articles. This research results in
what efforts can be made to improve the quality of education in Indonesia, as well as what factors cause the
low quality of education in Indonesia. To achieve meaningful learning goals in the classroom and improve the
quality of education, educators should be involved in profesional development activities. This is where
pedagogical care comes in to provide leadership, supervision, and guidance to meet the quality standards set
for ideal technique.
4. Keywords: Education, SDGs, and Quality Education.
Copyright (c) 2022 Siti Aisyah Nurfatimah, Syofiyah Hasna, Deti Rostika
Corresponding author :
Email : sitiaisyahn18@upi.edu ISSN 2580-3735 (Media Cetak)
DOI : https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i4.3183 ISSN 2580-1147 (Media Online)
Jurnal Basicedu Vol p-ISSN
2580-
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah kebutuhan dasar manusia. Seorang manusia dapat mempelajari semua yang tidak mereka
ketahui melalui pendidikan. Peran guru dalam proses pendidikan tidak bisa diabaikan. Guru, sebagai salah satu
aktor penting dalam disiplin, berperan aktif dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan pendidikan yang
efektif, seperti yang dijelaskan pada bagian sebelumnya. Guru bertanggung jawab untuk memenuhi semua
kebutuhan siswanya. Akibatnya, guru harus memiliki kemampuan dan kompetensi yang diperlukan untuk
memberikan pelatihan profesional kepada siswa mereka (Risdiany, 2021).
Pendidikan yang berkualitas atau bermutu pada saat ini sudah menjadi program pemerintahan yang masih
terus di upayakan. Upaya yang dilakukan untuk mencapai pendidikan berkualitas tidak hanya dilakukan oleh
pemerintahan saja, pihak lain juga turut serta dalam mengupayakan peningkatan kualitas pendidikan,
diantaranya pihak swasta, lembaga pendidikan bahkan masyarakat umum turut serta dalam upayanya.
Segelintir masyarakat yang sudah memahami mengenai pentingnya pendidikan, mereka akan berusaha
mencarikan sekolah terbaik bagi putra-putrinya. Mereka tidak peduli mengenai mahalnya biaya pendidikan
yang dikeluarkan, asalkan putra-putri mereka mendapatkan pendidikan terbaik dengan fasilitas yang layak dan
menjadi lulusan berkualitas (Alifah, 2021).
Menurut (Alifah, 2021) mengemukakan bahwa kualitas pendidikan masih menjadi bahan diskusi serius di
beberapa waktu belakangan ini. Hal ini terjadi dikarenakan mutu atau kualitas pendidikan akan amat sangat
berpengaruh kepada kualitas atau mutu lulusan dari hasil pendidikannya. Rendahnya pendidikan bermutu
menyebabkan pula kepada kecilnya harapan untuk bisa mendapatkan sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas. Oleh sebab itu, pendidikan yang bermutu dijadikan permulaan yang menjadi fokus utama dari
semua pihak yang terlibat termasuk juga masyarakat.
Melihat hasil data yang diperoleh UNESCO dalam Global Education Monitoring (GEM) Report yang dilakukan
pada tahun 2016, mutu atau kualitas pendidikan di Indonesia menduduki tingkat 10 dari 14 negara
berkembang yang ada di dunia (Utami, 2019). Sementara itu, merujuk kepada hasil survey Programme for
International Student Assessment (PISA) yang merupakan sebuah organisasi yang menilai mutu pendidikan di
dunia, pada tahun 2018 peringkat kualitas pendidikan di indonesia masih berada di kedudukan golongan
rendah, yaitu dengan menduduki peringkat 72 dari 78 negara. Hasil data tersebut cenderung stagnan di dalam
kurun waktu 10-15 tahun terakhir (Susiani, 2021).
Alhasil yang kita rasakan saat ini adalah adanya sebuah ketertinggalan di dalam kualitas pendidikan, baik di
dalam pendidikan formal maupun informal. Hal ini kita rasakan setelah kita membandingkannya dengan
beberapa negara lainnya. Pendidikan sudah menjadi dasar dalam upaya meningkatkan SDM di dunia terkhusus
di Indonesia dalam pembangunan bangsa (Pribadi, 2017).
5. Setelah kita amati, terlihat jelas bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih kurang dan tertinggal oleh
negara-negara lain yang ada di dunia, sehingga rendahnya kualitas pendidikan dapat menghambat tersedianya
SDM yang berkualitas dengan berbagai kemampuan untuk bisa memenuhi pembangunan bangsa di dalam
berbagai macam bidang. Oleh sebab itu, kita harus berusaha untuk mengupayakan peningkatkan sumber daya
manusia di Indonesia yang tidak akan kalah saing dengan SDM di negara-negara lain dengan upaya tercapainya
pendidikan berkualitas.
METODE PENELITIAN
Selama penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan tinjauan pustaka, yang dikumpulkan dari berbagai
buku dan artikel tentang literatur yang akan dibahas selama membaca dan menulis. Menurut (Rusliwa, 2005),
penelitian kualitatif dilakukan melalui pengumpulan data daripada angka. Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif berdasarkan tinjauan kepustakaan. Penelitian dilakukan secara bertahap dengan mengumpulkan
sumber pustaka primer dan sekunder. Kajian ini mengkategorikan data berdasarkan rumusan penelitian. Pada
tahap selanjutnya dilakukan pengolahan data dan kutipan referensi agar hasil penelitian dapat dipamerkan,
dirangkum untuk memperoleh informasi yang lengkap, dan diolah untuk sekedar memberikan informasi
hingga disimpulkan.
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Definisi Pendidikan dan Pendidikan Berkualitas
Kata pendidikan memiliki asal kata dari bahasa Latin, yaitu “educare”. Secara harfiah kata tersebut memiliki
sebuah arti “menarik ke luar dari”, sehingga pendidikan merupakan sebuah aksi dalam membawa peserta didik
keluar dari keadaan atau situasi yang tidak merdeka, tidak dewasa, dan tidak mandiri serta peserta didik
tersebut dapat bergantung kepada kondisi merdeka, dewasa, bisa menentukan dan mengenal dirinya serta
memiliki rasa tanggung jawab. Tujuan pendidikan adalah untuk mempersiapkan generasi masa depan. Sebagai
penerus, generasi muda dapat menghayati, memahami, dan menerapkan nilai atau norma tersebut dengan
membekali mereka dengan segala pengalaman, pengetahuan, keterampilan, dan bakat sebagai landasan nilai
dan standar hidup dan aktivitas (Herlambang, 2016).
Definisi pendidikan berdasarkan kepada Undang-Undang SISDIKNAS No.20 Tahun 2003 memuat isi sebagai
berikut, “Pendidikan merupakan upaya yang terencana dan sadar dalam membantu mewujudkan kondisi
belajar dan proses pembelajaran sedemikian rupa agar peserta didik atau siswa mampu untuk
mengembangkan potensi dalam dirinya dengan aktif dan mempunyai pengendalian diri, kecerdasan,
keterampilan di rmasyarakat, kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian serta akhlak mulia. Dalam KBBI atau
Kamus Besar Bahasa Indonesia mengatakan bahwa kata pendidikan berdasar dari sebuah kata “didik” dan
mendapatkan imbuhan berawalan ‘pe’ dan berakhiran ‘an’ yang memiliki arti sebagai suatu proses atau cara
dalam mendidik. Sehingga, pendidikan dalam artian bahasa yaitu sebagai perubahan sikap dan tingkah laku
individu maupun kelompok dalam upayanya menuju pendewasaan diri melalui pelatihan serta pengajaran
(Vito, 2015).
Pendidikan adalah sebuah ujung tombak bagi kemajuan di suatu negara, yang mana dalam hal ini pendidikan
merupakan sebuah kepentingan bagi suatu negara yang memiliki keinginan untuk berkembang, maju dan
memiliki kelayakan dalam bersaing di tatanan global. Pendidikan yang berkualitas merupakan pilarpilar
penting dalam pembangunan ekonomi suatu bangsa (Kinanti, 2021).
Menurut (Ahmad, 2013) menyampaikan bahwa kualitas atau mutu merupakan sebuah gambaran umum dan
ciri menyeluruh dari sebuah barang maupun jasa yang menujukkan keterampilannya dalam memenuhi
6. kepuasan kebutuhan yang sesuai dengan harapan atau yang tersirat, karena kualitas pendidikan yang
diinginkan tidak akan terjadi atau tecapai begitu saja.
Kemudian, menurut (Azzuhri, 2009) berpendapat bahwa kualitas mempunyai dua konsep yang berbeda, yaitu
antara konsep absolut dan relatif. Dalam konsep absolut suatu barang yang dikatakan berkualitas apabila
memenuhi standar maksimal serta sempurna. absolut disini memiliki arti bahwa barang tersebut sudah tidak
ada yang bisa menandinginya. Kualitas menurut kepada arti absolut merupakan yang terbaik, terpercaya dan
tercantik. Apabila diterapkan ke dalam sebuah pendidikan, kualitas konsep absolut ini memiliki sifat elistis
karena tidak banyak lembaga pendidikan yang bisa menawarkan kualitas yang tinggi kepada siswanya dan
sedikit pula peserta didik yang bisa membayarnya.
Pendidikan di Indonesia atau Pendidikan Nasional sudah memiliki tujuan untuk bisa menghasilkan SDM yang
cerdas dan juga bisa menghasilkan kepribadian berkarakter, mempunyai akhlak yang baik, kreatif, mempunyai
sebuah visi serta misi, bertanggung jawab dan bisa menjadi warga negara yang baik. Untuk bisa menghasilkan
sumber manusia yang berkualitas diperlukan adanya proses yang terintegrasi dengan usaha peningkatan
kualitas mutu pendidikan.
Sehingga, dalam hal ini upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan sangat ditekankan kepada pentingnya
peran lembaga pendidikan yaitu sekolah selaku peranan pokok yang otonom, peranan orang tua siswa serta
masyarakat dalam upaya untuk pengembangkan dan peningkatkan mutu atau kualitas pendidikan.
B. Sustainable Development Goals (SDGs)
SDGs merupakan dokumen Kesepakatan Pembangunan Global yang mencita-citakan tercapainya
pembangunan berkelanjutan dalam menghadapi permasalahan pembangunan. Secara umum, konsep
pembangunan berkelanjutan telah lama menggelitik minat para ahli. Namun, konsep keberlanjutan baru
diperkenalkan beberapa dekade yang lalu (Kurniawan, 2013). Ada juga gagasan bahwa tujuan pembangunan
berkelanjutan merupakan jalan baru dalam proses pembangunan. Tujuan pembangunan berkelanjutan dibagi
menjadi empat kategori: pembangunan ekonomi, sosial, ekonomi, kelembagaan, dan lingkungan. Ada 17
tujuan utama dalam Sustainable Development Goals.
Tidak mungkin melebih-lebihkan nilai pendidikan dalam mendukung pembangunan sosial (masyarakat) jangka
panjang. Karena berupaya mendidik generasi muda untuk pengembangan pribadi, keluarga, dan ekonomi,
pendidikan yang berkualitas dapat menjadi investasi yang signifikan dalam pembangunan ekonomi
(Simanjuntak, 2018). Sangat penting untuk memastikan pemerataan pendidikan berkualitas, memperluas
kesempatan belajar untuk semua, dan mendorong pemerataan pendidikan untuk memastikan bahwa semua
orang memiliki akses ke pendidikan dan kesempatan untuk belajar sepanjang hayat untuk mencapai
pendidikan yang berkualitas (Turistiati, 2016). Pendidikan yang berkualitas bagi penduduk suatu negara dapat
berkontribusi dalam pembangunannya. Oleh sebab itu, koordinasi yang baik antara pemerintah dan aparat
pemerintah masyarakat sangat penting, baik bagi mereka yang terlibat langsung di bidang pendidikan maupun
yang tidak.
C. Kondisi Pendidikan di Indonesia Saat Ini
Saat ini standar pendidikan di Indonesia masih rendah, meskipun akses masyarakat terhadap pendidikan telah
meningkat drastis. Sejak 2002, Indonesia telah mengusulkan agenda reformasi pendidikan 15 tahun. Tingkat
pendidikan di Indonesia dinilai masih rendah, terbukti dengan Indonesia yang memiliki angka buta huruf
tertinggi jika dibandingkan dengan negara lainnya (Kurniawan, 2013). Di negara Indonesia 15% anak di bawah
usia 15 tahun mengalami buta huruf, dan di negara lain hanya kurang dari 10% anak muda buta huruf.
7. Citra Indonesia saat ini menunjukkan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih jauh di bawah apa yang
direncanakan dalam SDGs. Akibatnya, dalam skenario ini, kesenjangan pendidikan merupakan hambatan
utama untuk mencapai pendidikan yang berkualitas. Situasi pendidikan di kota-kota besar jauh lebih unggul
daripada di daerah unggulan, luar provinsi, dan daerah miskin (3T). Artinya, pertumbuhan di Indonesia
terfokus pada pulau Jawa dan Sumatra selama satu dekade terakhir, sementara pulau-pulau lain, seperti
Kalimantan, Bali, NTT, NTB, Sulawesi, Maluku, dan Papua jauh tertinggal. Dalam hal pemerataan pedagogis,
indikator disparitas pedagogis yang muncul di Indonesia antara lain sarana dan prasarana pedagogik serta
sumber daya pengajaran yang tersedia.
Kesenjangan pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesaan adalah topik yang menarik untuk
diperdebatkan. Hal ini karena sekolah perkotaan jauh lebih unggul daripada sekolah pedesaan dalam hal
kualitas. Hal ini dapat dilihat pada infrastruktur kota dan fasilitas sekolah yang berkembang dengan baik, tetapi
di daerah pedesaan, banyak infrastruktur yang tidak sesuai lagi dengan peruntukannya. Salah satu penyebab
rendahnya kualitas pendidikan adalah kurangnya infrastruktur pedagogis. 760.000, atau sekitar 59%, dari
1.300.000 kelas kapal yang ada masih beroperasi, dengan 299.000, atau sekitar 23 %, rusak berat dan 242.000
sisanya, atau sekitar 18%, rusak berat. Hal ini sesuai dengan pengamatan peneliti sebelumnya, bahwa sekolah
umum dan pedesaan serta daerah terpencil masih terkendala masalah sarana dan prasarana (Nasution, 2008).
Masalah kualitas dan kuantitas guru terus menjadi masalah. Kesenjangan distribusi tenaga pengajar
ditunjukkan dengan minimnya jumlah pengajar. Di pedesaan, perbatasan, dan lokasi terpencil, kekurangan
guru tersebar luas. Hanya ada 3 sampai 4 guru di staf. Sementara itu, di kota-kota dengan infrastruktur yang
memadai, jumlah pengajar semakin bertambah (Nasution, 2008).
Dari segi akses pendidikan, jumlah siswa yang bersekolah meningkat pesat. Untuk menjamin kesiapan siswa,
cara yang lebih baik adalah dengan meningkatkan pembiayaan, meningkatkan keterlibatan organisasi lokal
dalam administrasi pendidikan, dan meningkatkan tanggung jawab dan kualitas guru. Namun, kualitas
pendidikan di Indonesia tidak membaik sebagai akibat dari temuan ini. Akibatnya, pemerintah harus
memastikan bahwa pendidikan tersedia untuk semua warga negara dengan cara yang lebih adil dan sesuai
dengan standar pendidikan di seluruh dunia.
D. Faktor Yang Menyebabkan Kondisi Pendidikan di Indonesia Rendah
Faktor yang menyebabkan rendahnya pendidikan di Indonesia diantaranya, sebagai berikut:
1. Efektifitas Pendidikan di Indonesia
Menurut (Utami, 2019) mengemukakan bahwa kurangnya efektifitas pendidikan di Indonesia disebabkan oleh
tidak menentunya tujuan pendidikan yang jelas. Hal ini mengakibatkan pendidikan yang memiliki kesan tidak
efektif.
Pendidikan dapat dikatakan efektif apabila pendidikan tersebut memungkinkan bagi peserta didiknya bisa
belajar dengan mudah, dan menyenangkan serta bisa mencapai harapan yang sesuai dengan tujuannya. Oleh
karena itu, pendidik atau siapa saja yang terlibat dalam pendidikan ditekankan untuk bisa meningkatkan
keefektifan pembelajaran supaya pembelajaranya bisa lebih bermakna dan memiliki kebermanfaatan.
2. Efisiensi Pengajaran di Indonesia
Efisiensi merupakan bagaimana cara mengolah keefektifitasan suatu tujuan melalui cara yang lebih mudah
untuk dilakukan. Dalam mengolah pendidikan hendaknya kita bisa mempertimbangkan dengan teliti
bagaimana bisa mendapatkan hasil yang baik tanpa harus melupakan cara yang baik pula. Hal inilah yang
menyebabkan rendahnya pendidikan di Indonesia, karena minim dalam memperhitungkan suatu proses dan
lebih memikirkan bagaimana upaya dalam mendapatkan standarisasi hasil yang telah disetujui.
8. 3. Rendahnya Kualitas Sarana dan Prasarana
Dalam segi sarana dan prasarana pendidikan di Indonesia dapat dikatakan masih jauh kondisinya dari kata
cukup, hal ini dapat kita rasakan dan lihat terhadap sekolah-sekolah yang berada di pelosok desa yang letak
tempatnya jauh dari perkotaan atau pusat kota. Sehingga, dalam hal sarana dan prasarana pendidikan di
Indonesia masih mengalami kesenjangan antara daerah yang terletak di pelosok desa dengan perkotaan.
Menurut (Agustang, 2021) menyampaikan bahwa di Indonesia masih adanya gedung-gedung sekolah yang
sudah rusak dan tak layak pakai, memiliki dan menggunakan media untuk belajar masih kurang, perpustakaan
tidak memadai, banyak laboratorium belum memiliki standard operasional, penggunaan teknologi informasi
belum memadai dan lain sebagainya.
Hal-hal seperti ini memiliki pengaruh yang besar terhadap rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia. Oleh
karena itu, atas adanya permasalahan tersebut pemerintahan di Indonesia diharapkan bisa meningkatkan
sarana dan prasana supaya pembelajaran bisa berjalan dengan baik, dan kualitas pendidikan di Indonesia juga
turut meningkat sedikit demi sedikit.
4. Rendahnya Kualitas Guru
Kondisi guru di Indonesia masih berada pada situasi memprihatinkan. Faktor yang menyebabkan hal ini,
dikarenakan masih banyaknya guru yang tidak memiliki profesionalisme yang mumpuni dalam menjalankan
tugas sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 29 yaitu mampu menyusun
pembelajaran, melakukan bimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian
kepada masyarakat. Selain minimnya profesionalitas seorang pendidik atau guru, faktor lain yang menjadi
penyebab rendahnya pendidikan di Indonesia menurut (Nasution, 2008) adalah kesenjangan yang terjadi
antara jumlah guru di desa dan di kota. Jumlah guru yang belum memadai masih banyak terjadi di wilayah 3T
dan biasanya jumlah guru yang tersedia hanya 3-4 orang. Sedangkan, di daerah perkotaan seringkali terjadi
penumpukkan pada jumlah pendidiknya.
Kemudian, kesejahteraan seorang guru juga dapat menyebabkan rendahnya kualitas dari seorang pendidik.
Untuk membantu meningkatkan pendidikan di Indonesia maka hal yang terlebih dahulu bisa dilakukan adalah
dengan mensejahterakan dulu para pendidik atau gurunya. Dalam hal ini guru atau pendidik bukanlah satu-
satunya penentu dalam kesuksesan pendidikan, namun dalam hal pengajaran seorang pendidik merupakan
titik sentral yang bisa menentukan kualitas pembelajaranya.
5. Rendahnya Prestasi Siswa
Dengan begitu banyaknya permasalahan mengenai rendahnya sarana dan prasana, kualitas pendidik dan
kesejahteraan pendidik, hal ini berimbas kepada prestasi peserta didik yang tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan atau tidak memuaskan.
6. Mahalnya Biaya Pendidikan
Mahalnya biaya atau tagihan pendidikan di Indonesia menyebabkan menurunnya kualitas pendidikan yang
ada. Menurut (Agustang, 2021) menyampaikan bahwa pendidikan yang bermutu tentu saja memiliki biaya
yang lebih dari biasanya atau mahal. Kalimat ini seringkali terdengar untuk menunjukkan protes bahwa tagihan
pendidikan yang harus dibayar oleh masyarakat dirasa tidak sebanding dengan jumlah rata-rata penghasilan
warga negara di Indonesia.
E. Upaya Meningkatkan Pendidikan yang Berkualitas
Sektor pendidikan merupakan bidang penting yang perlu mendapat perhatian dalam upaya peningkatan
kualitas sumber daya manusia, khususnya di Indonesia. Pembangunan negara Indonesia dapat dilakukan
dengan meningkatkan fungsi pendidikan yang optimal, di mana produktivitas sumber daya manusia dapat
dimaksimalkan. Lebih lanjut, ketersediaan sumber daya manusia yang terdidik dinilai menjadi sumber
9. kekuatan yang signifikan dalam menghadapi perubahan yang terjadi di segala aspek kehidupan. Oleh karena
itu, Indonesia harus terus fokus dan memperhatikan kualitas pendidikan. Sarana dan prasarana pendidikan,
serta jumlah guru yang tersedia, akan menjadi faktor utama yang perlu dipertimbangkan karena kedua faktor
tersebut berkontribusi terhadap keberhasilan pendidikan yang unggul di Indonesia.
Berkenaan dengan itu, Dewan Perwakilan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang bertemu di New
York, secara resmi mengukuhkan pembentukan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau dikenal juga dengan
SDGs (Sustainable Development Goals). Wakil Presiden Yusuf Kalla mengadopsi Agenda Kelestarian
Lingkungan untuk diikuti di Indonesia dalam Sidang Umum yang dihadiri oleh 193 kepala negara (Pribadi,
2017). SDGs memiliki tiga tujuan utama: mengentaskan kemiskinan, membangun kesetaraan, dan memerangi
perubahan iklim (Handrian, 2020). Memaksimalkan peran pendidikan, sebagaimana direncanakan Indonesia
sejak awal, dalam mencapai tiga tujuan terkait dengan pendidikan unggul, salah satu dari 17 tujuan global
SDGs. Atas dasar ini, pencapaian pendidikan yang berkualitas akan menjadi tujuan utama pemerintah dalam
menyelesaikan kesulitan tujuan dan sasaran pembangunan hijau dalam periode tujuan pembangunan
berkelanjutan. Menurut kami, dengan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, dapat mendorong
pencapaian tujuan dan sasaran lain dalam 17 SDGs global, termasuk penguatan indeks kualitas kegiatan
manusia khusus di negara berkembang.
Untuk mencapai tujuan penilaian mutu, sistem pendidikan yang ada harus diciptakan dengan lingkungan dan
proses belajar yang menyenangkan yang mendorong siswa untuk mengembangkan keterampilannya secara
maksimal. Lebih lanjut, peningkatan sarana dan prasarana pendidikan merupakan komponen yang dapat
membantu suatu negara mencapai pendidikan yang berkualitas (Salim, 2015). Dalam hal ini, pemerintah dapat
menerapkan berbagai langkah untuk mengembangkan sistem pendidikan berkualitas tinggi yang dapat
diterapkan di kemudian hari. Siswa didorong untuk mengejar bakat dan minat mereka, terutama dengan
menyediakan fasilitas pendidikan yang memadai dan memungkinkan mereka untuk menikmati kegiatan
belajar dan belajar di lingkungan yang bebas stres dan bebas kecemasan. Kedua, bertujuan untuk memberikan
lingkungan belajar yang dinamis agar siswa tertarik pada kegiatan belajar dan tidak mudah bosan, sekaligus
mendorong motivasi belajar yang berkelanjutan agar hasil belajarnya meningkat nantinya. Namun mengingat
pentingnya kedua komponen tersebut dalam kelangsungan kegiatan pembelajaran dan pendidikan, maka
kelengkapan perpustakaan dan laboratorium juga menjadi masalah.
Guru merupakan pemain kunci dalam proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah. Di Indonesia,
distribusi guru yang tidak merata menjadi kendala dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Pemerintah Kota
Makassar, Sulawesi Selatan, misalnya lebih suka menempatkan 80 persen guru di perkotaan dan 20 persen di
perdesaan. Kualitas pengajar sebagai pendidik masih menjadi persoalan, dengan jumlah guru yang tersedia
relatif sedikit dibandingkan jumlah anak asuh. Tujuan dari pelatihan pengembangan profesional adalah untuk
meningkatkan kualitas pendidikan. Pendidikan akan kehilangan tujuannya, juga materialitas dan karakternya,
jika pengajar tidak berpartisipasi secara aktif. Lebih jauh lagi, memiliki kelompok guru besar yang kreatif yang
dapat mendukung sistem yang baik dapat meningkatkan kualitas suatu lembaga pendidikan. Selanjutnya,
seorang guru harus memiliki empat keterampilan: pedagogik, pribadi, sosial, dan profesional jika ia tidak
menguasai materi, kurikulum, dan konten professional (Febriany, 2021). Di sisi lain, kondisi akses yang sulit di
daerah perbatasan, ekstra provinsi, dan daerah tertinggal (3T) menuntut perhatian guru lokal. Hal inilah yang
menyebabkan terjadinya kesenjangan dalam pemerataan alokasi guru di Indonesia.
Tujuan belajar mengajar, menurut Yushak Baharuddin adalah untuk meningkatkan proses pembelajaran
dengan membimbing guru dan meningkatkan profesi guru, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas belajar
mengajar. Pengendalian di sekolah melalui strategi pedagogis. sesuai dengan kaidah dan prinsip yang telah
ditetapkan. Strategi pemantauan, pemahaman budaya perusahaan, dan kegiatan pelatihan adalah semua
pilihan untuk meningkatkan profesionalisme guru dan pemimpin. Untuk mencapai tujuan, gaya guru harus
10. direktif, kolaboratif, atau non-direktif, tergantung pada tingkat kematangan konseptual dan dedikasinya.
Akses ke budaya organisasi guru dapat diperoleh dengan mendorong siswa untuk berpartisipasi dalam
organisasi dan akses ke pendidikan guru dapat diperoleh melalui strategi pelatihan guru, baik secara individu
ataupun kelompok.
F. Menerapkan Sustainable Development Goals (SDGs) Dalam Meningkatkan Kualitas di Indonesia
Pendidikan sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup di Indonesia masih terus dikaji oleh para
pengambil keputusan, khususnya pemerintah sebagai pengayom masyarakat. Sektor pendidikan di Indonesia
menunjukkan bahwa pengajaran dan dosen mendapat kompensasi yang buruk. Bahkan di Jerman profesi guru
ini adalah profesi yang sangat bergengsi. Akibat dari berbagai krisis yang terjadi di tanah air, pendidikan tidak
dapat dilaksanakan dengan benar untuk menopang merosotnya kualitas negara Indonesia (Muhardi, 2004).
Terdapat dua hal yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.
Langkah pertama adalah membangkitkan kembali budaya tanah air. Artinya, negara harus kembali mengikuti
Pembukaan UUD 1945. Tanggung jawab esensial untuk mendidik negara yang budayanya beriman kepada
Tuhan Yang Maha Esa adalah pendidikan. Semangat juang yang gagah berani, serta daya cipta pribadi yang
luar biasa. Dan yang kedua, tentang administrasi pendidikan atau manajeman pendidikan, yang sebelumnya
sudah dirancang dan disahkan oleh Sistem Pendidikan Nasional pada tahun 2003. Baik di tingkat global
maupun mikro, tindakan harus dilakukan dengan manajemen yang tepat dan profesional (Tabroni, 2013).
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, pemerintah telah merancang dan mencanangkan
sejumlah program untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, seperti yang telah ditetapkan oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa. Sustainable Development Goals (SDGs) adalah sekumpulan tujuan yang
digunakan untuk mencapai berbagai program pemerintah. Program Satu Atap (SATAP), Program Sarjana di
Bidang tertinggal dan terluar (SM3T), Kurikulum Bahasa Indonesia, program membaca, menulis, dan
aritmatika, dan Kurikulum Bahasa Indonesia termasuk di antara program (Calistung). Pada titik tertentu,
program-program ini akan dibahas.
Program Manajemen Berbasis Sekolah (SATAP) yang diselenggarakan oleh pemerintah Indonesia di Sekolah
Satu Atap bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa yang kurang mampu atau kurang mampu
untuk mendapatkan manfaat dari pendidikan dasar, terutama di tingkat dasar atau menengah pertama.
Tujuan keseluruhan dari proyek ini adalah untuk mempercepat penyelesaian kurikulum wajib belajar 9 tahun
sekaligus meningkatkan kualitas pendidikan dasar. Tujuan khususnya adalah untuk memperluas layanan
pendidikan dasar atau meningkatkan kemampuan sekolah menengah pertama dan daerah pedesaan dan
terpencil untuk membantu penyelesaian seluruh program pendidikan dasar 9 tahun. Penguatan pelibatan
masyarakat dan mendekatkan sekolah menengah ke sekolah dasar guna menciptakan kondisi dan kesempatan
bagi anak-anak untuk melanjutkan sekolah (Perdana, 2018).
Program Sarjana Unggulan, di daerah tertinggal, terluar, terdalam (SM3T) merupakan program Kementerian
Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi yang terhubung dengan Program Profesi Guru (PPG) dan dilakukan
secara langsung oleh masing-masing individu. Kontributor SM3main T, terima kasih atas keinginan Anda untuk
membantu mendidik kehidupan di alam liar., berangkat. Selain pelatihan di ruang kelas, profesor SM3T
mengadakan sesi kalibrasi satu jam kemudian, yang dapat berlangsung di pameran dagang atau di rumah
profesor SM3T. Diharapkan para guru SM3T mampu memberikan ilmu yang segar kepada masyarakat dengan
tetap menjaga bakat akademik yang dimiliki saat ini.
Guru-guru ini tidak hanya dapat mengajarkan pendidikan formal atau akademik, tetapi juga pengetahuan
keterampilan hidup sehari-hari seperti cara menggunakan alat-alat kebersihan, memelihara hewan ternak,
komputer, pertanian, dan berbagai kemampuan lain yang dapat diturunkan ke generasi berikutnya. Lalu
11. program yang terakhir yaitu ada calistung. Calistung ini adalah akronim untuk membaca, menulis, dan
berhitung; dalam hal ini mengacu pada tingkat dasar pengenalan huruf dan angka. Kalibrasi digunakan dalam
pendidikan formal, dan banyak ahli percaya bahwa kalibrasi sangat penting untuk memungkinkan membaca,
menulis, dan komunikasi digital.
KESIMPULAN
Di tingkat nasional, keberhasilan sementara SDGs di peringkat keempat pendidikan sudah cukup baik.
Semua indikator dasar pendukung pencapaian Millenium Development Goals telah terpenuhi pada tahun
2015. Namun, masalah distribusi kualitas masih menjadi batu sandungan bagi Indonesia. Dibandingkan dengan
negara tetangga lainnya, tingkat pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Ilmu pengetahuan,
teknologi, masyarakat, budaya, dan ekonomi semuanya membutuhkan pendidikan untuk maju secara
beriringan. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang bermakna di kelas dan meningkatkan kualitas
pendidikan, pendidik harus terlibat dalam kegiatan pengembangan profesional. Di sinilah perawatan
pedagogis datang untuk memberikan kepemimpinan, pengawasan, dan bimbingan untuk memenuhi standar
kualitas yang ditetapkan untuk teknik yang ideal. Strategi pemantauan, pemahaman budaya perusahaan, dan
kegiatan pelatihan adalah semua metode untuk meningkatkan profesionalisme guru dan pemimpin.
DAFTAR PUSTAKA
Agustang, A., Mutiara, I. A., & Asrifan, A. (2021). Masalah Pendidikan Di Indonesia. OSF Preprints, 0–19.
Ahmad, S. (2013). Perluasan dan Pemerataan Akses Kependidikan Daerah 3T. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1689–1699. https://doi.org/10.12928/psikopedagogia.v1i2.4603.154
Alifah, S. (2021). Peningkatan Kualitas Pendidikan Di Indonesia Untuk Mengejar Ketertinggalan Dari Negara
Lain. CERMIN: Jurnal Penelitian, 5(1), 113. https://doi.org/10.36841/cermin_unars.v5i1.968
Azzuhri, M. (2009). Pendidikan Berkualitas ( Upaya Menuju Perwujudan Civil Society ). Jurnal Forum
Tarbiyah, 7(2), 143–156. https://media.neliti.com/media/publications/69319-ID-pendidikan-
berkualitasupaya-menuju-perw.pdf
Febriany, F. S., Risdiany, H., Dewi, D. A., & Furnamasari, Y. F. (2021). Implikasi Model Pembelajaran VCT
(Value Clarification Technique) dalam Meningkatkan Kesadaran Nilai Moral pada Pembelajaran PKn
di SD. 5(6), 5050–5057. https://jbasic.org/index.php/basicedu
Handrian, E., & Andry, H. (2020). Sustainable Development Goals: Tinjauan Percepatan Pencapaian di
Provinsi Riau. Publika : Jurnal Ilmu Administrasi Publik, 6(1), 77–87. https://doi.org/10.25299/jiap.
2020.vol6(1).4995
Herlambang, Y. T. (2016). Pendidikan Kearifan Etnik dalam Mengembangkan Karakter. EduHumaniora |
Jurnal Pendidikan Dasar Kampus Cibiru, 7(1). https://doi.org/10.17509/eh.v7i1.2789
Kinanti, D. A., & Trihantoyo, S. (2021). Urgensi Partisipasi Orang Tua Siswa Dalam Penyelenggaraan
Pendidikan Bermutu. Ejournal.Unesa.Ac.Id, 09(02), 256–264.
Kurniawan, M. I. (2013). Integrasi Pendidikan Karakter Ke Dalam Pembelajaran Kewarganegaraan Di Sekolah
Dasar. Jurnal Pemikiran Dan Pengembangan Sekolah Dasar (JP2SD), 1(1), 37.
https://doi.org/10.22219/jp2sd.v1i1.1528
12. Muhardi. (2004). Kontribusi Pendidikan dalam Meningkatkan Kualitas Bangsa Indonesia. Mimbar, XX(4),
478–492. https://media.neliti.com/media/publications/156226-ID-kontribusi-pendidikan-
dalammeningkatkan.pdf
Nasution, E. (2008). Problematika Pendidikan di Indonesia. Urnal Fakultas Ushuluddin Dan Dakwah IAIN
Ambon, 1–10.
Perdana, N. S. (2018). Implementasi Peranan Ekosistem Pendidikan Dalam Penguatan Pendidikan Karakter
Peserta Didik. Refleksi Edukatika : Jurnal Ilmiah Kependidikan, 8(2). https://doi.org/10.24176/re.v8i2.
2358
Pribadi, R. E. (2017). Implementasi Sustainable Development Goals (SDGs) Dalam Meningkatkan Kualitas
Pendidikan Di Papua. EJournal Ilmu Hubungan Internasional, 5(3), 917–932.
ejournal.hi.fisipunmul.ac.id
Risdiany, H., & Herlambang, Y. T. (2021). Pengembangan Profesionalisme Guru Dalam Mewujudkan
Kualitas Pendidikan Di Indonesia. Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan,
3(3), 817–823. https://edukatif.org/index.php/edukatif/article/view/434
Rusliwa Somantri, G. (2005). Memahami Metode Kualitatif. Makara Human Behavior Studies in Asia, 9(2),
57–65.
Salim Ahmad. (2015). Manajemen Pendidikan Karakter di Madrasah (Sebuah Konsep dan Penerapannya).
Tarbawi, 1(02), 1–16.
Simanjuntak, F. N. (2018). Pendidikan Untuk Pembangunan Berkelanjutan. Jurnal Dinamika Pendidikan,
10(3), 304. https://doi.org/10.33541/jdp.v10i3.634 Susiani, I. R., & Abadiah, N. D. (n.d.). Indonesia.
Tabroni, T. (2013). Upaya Menyiapkan Pendidikan Yang Berkualitas. Jurnal Kependidikan Islam IAIN Sulthan
Thaha Saifuddin, 6(5), 54–67.
Turistiati, A. T. (2016). Pentingnya Komunikasi Efektif Dalam Mensosialisasikan dan Mewujudkan Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan. Prosiding Seminar STIAMI, III(01), 103–111. http://www.unpad.ac.id/
2015/09/isu-
Utami, S. (2019). Meningkatkan Mutu Pendidikan Indonesia Melalui Peningkatan Kualitas Personal,
Profesional, Dan Strategi Rekrutmen Guru. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP, 2(1), 518– 527.
Vito, B., & Krisnani, H. (2015). Kesenjangan Pendidikan Desa Dan Kota. Prosiding Penelitian Dan Pengabdian
Kepada Masyarakat, 2(2), 247–251. https://doi.org/10.24198/jppm.v2i2.13533
ARTIKEL 2
JURNAL BASICEDU
Volume 6 Nomor 4 Tahun 2022 Halaman 7096 - 7106 Research
& Learning in Elementary Education https://jbasic.org/index.php/basicedu
Upaya Peningkatan Pendidikan Berkualitas di Indonesia: Analisis
Pencapaian Sustainable
Development Goals (SDGs)
Alvira Oktavia Safitri1
, Vioreza Dwi Yunianti2, Deti Rostika3
Universitas Pendidikan Indonesia, Indonesia1,2,3
E-mail: alviraoktavia049@upi.edu1
, viozdwyn23@upi.edu2
, derosti@upi.edu3
13. Abstrak
Penulisan ini adalah untuk mengetahui serta memaparkan mengenai Strategi Pencapaian Sustainable
Development Goals (SDGs) Sebagai Upaya Peningkatan Pendidikan Berkualitas di Indonesia. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kajian kualitatif atau menggunakan pendekatan secara
deskriptif yang dimana dasar dari pembahasannya yaitu dari hasil studi literature melalui beberapa sumber
buku, artikel ilmiah dari sumber jurnal yang relevan dari hasil penelitian sebelumnya yang sesuai dengan topik
pembahasan. Penulisan pada penelitian ini menjelaskan tentang bagaimana strategi dari Sustainable
Development Goals (SDGs) dalam upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia yang merupakan
suatu negara berkembang yang masih memiliki beberapa masalah dalam kondisi dan kualitas pendidikannya
yang belum sepenuhnya memadai dan merata. Lalu melihat bagaimana kondisi pendidikan saat ini dan
bagaimana pula peran pemerintah dalam mengatasi hambatan-hambatan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonesia. Diharapkan dengan adanya program SDGs dapat mengatasi permasalahan
pendidikan yang masih belum merata serta dapat meningkatkan kualitasnya demi menjadikan bangsa
Indonesia lebih maju. Kata Kunci: Sustainable Development Goals (SDGs), Kualitas Pendidikan, Indonesia.
Abstract
This writing is to know and explain the strategy of achieving Sustainable Development Goals (SDGs) as an
effort to improve quality education in Indonesia. The method used in this study is a qualitative study approach
or using a descriptive approach where the basis of the discussion is from the results of literature studies through
several sources of books, scientific articles from relevant Journal sources from previous research results in
accordance with the topic of discussion. The writing in this study explains how the strategy of the Sustainable
Development Goals (SDGs) in an effort to improve the quality of education in Indonesia which is a developing
country that still has some problems in the condition and quality of education that is not fully adequate and
evenly. Then see how the current state of education and how the role of the government in overcoming obstacles
to improve the quality of education in Indonesia. It is hoped that the SDGs program can overcome education
problems that are still uneven and can improve its quality to make the Indonesian nation more advanced.
Keywords: Sustainable Development Goals (SDGs), Quality of Education, Indonesia
Copyright (c) 2022 Alvira Oktavia Safitri, Vioreza Dwi Yunianti, Deti Rostika
Corresponding author :
Email : alviraoktavia049@upi.edu
DOI : https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i4.3296
ISSN
2580-3735
(Media
Cetak)
ISSN
2580-1147
(Media
Online)
14. Jurnal
Basicedu
Vol 6 No
4 Tahun
2022 p-
ISSN
2580-
3735 e-
ISSN
2580-
1147
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan manusia tentu saja membutuhkan pendidikan, karena pendidikan merupakan suatu proses
berkembangnya seseorang dalam bentuk pola pikir, sikap, karakter, bahasa, dan juga bagaimana kontribusinya
dalam kehidupan bermasyarakat tentu saja ditentukan oleh pendidikannya. Pendidikan merupakan sebuah
upaya yang dilakukan secara sistematis dan sadar untuki mengembangkan potensi individu, dengan
pendidikan dapat mempersiapkan diri setiap individu dalam kemampuannya untuk berperan dalam suatu
lingkungan masyarakat (Pratomo, Imam Catur. & Herlambang, 2021). Sejalan dengan pendapat (Darman,
2017) pendidikan untuk seseorang itu sangatlah penting, dengan pendidikan dapat menghasilkan manusia
yang cerdas secara intelektual dan dapat berpikir secara saintifik serta mampu mengembangkan sifat
spiritualnya.
Tingkat kualitas suatu Negara juga ditentukan oleh bagaimana peran masyarakat membangun negerinya. Pada
tantangan abad 21 yang merupakan suatu rintangan yang bisa merubah alur kehidupan dunia hingga ideologi
yang rentan mengalami reduksi, pendidikan sebagai salah satu hal yang menjadi syarat dalam suatu
pembangunan negara, untuk menghasilkan manusia berkualitas tentu saja harus melalui pendidikan yang
berkualitas (Herlambang, 2015). Keadaan pendidikan di Indonesia dewasa ini masih sangat memprihatinkan
mengingat masih kurangnya tenaga kependidikan serta sistem pendidikan nasional yang belum berfungsi
secara merata di seluruh Indonesia.
Mengingat peranan pendidikan yang begitu pentingnya baik bagi individu maupun golongan untuk
meningkatkan sumber daya manusia (SDM), karena dapat berpengaruh secara full untuk pertumbuhan bangsa
dan Negara tidak hanya berpengaruh pada produktifitas melainkan juga berpengaruh pada fasilitas di
masyarakat. Sejalan dengan pendapat (Arwildayanto, 2018) pendidikan merupakan salah satu bagian dari
kehidupan seluruh manusia untuk kehidupan sosial. Indonesia sebagai salah satu Negara hukum yang menitik
beratkan pendidikan untuk menjadi landasan dalam memajukan bangsa, namun hingga kini pendidikan di
Indonesia sedang menghadapi berbagai hambatan serta menurunkan kualitasnya.
Dewasa ini pendidikan menjadi salah satu hak mendasar bagi seluruh umat manusia. dalam peranannya
pendidikan dapat membantu kelancaran kehidupan individu, karena pada landasannya manusia dalam
menjalani hidupnya tak terlepas dari yang namanya pendidikan. Penerapan dan kemajuan pendidikan tentu
saja perlu penyesuaian dengan situasi dan keadaan sosial di masyarakat. Hal ini memiliki alasan yaitu karena
pendidikan merupakan salah satu bentuk dan bagian dari kebudayaan dalam kehidupan masyarakat sehingga
jika pendidikan sesuai dengan kondisi masyarakat akan memiliki potensi yang inovatif serta kreatif sesuai
dengan pembawaan karakter dan budaya masyarakat.
Pendidikan yang berkualitas tentu saja diharapkan untuk kemajuan suatu bangsa, pendidikan tidak sekedar
sebagai sarana ‘agent of change’ bagi generasi muda yang akan menjadi penerus suatu bangsa, tapi juga harus
menjadi ‘agent of producer’ agar dapat menciptakan suatu transformasi yang nyata. Pendidikan yang menjadi
15. patokan tidak semata-mata dalam pendidikan formal, tetapi yang dimaksudkan ialah pendidikan yang juga
harus bisa merubah pola fikir serta sudut pandang dari anak bangsa yang akan menjadi penerus suatu saat
nanti. Pendidikan yang inovatif serta berkualitas akan mendorong kreativitas seseorang terutama generasi
muda untuk mengasah jiwa ingin tahunya selaku agen inovasi yang nantinya akan memberikan peranan
penting serta menerapkan konsep dari pembangunan berkelanjutan.
Berdasarkan hasil laporan UNESCO, Indonesia saat ini kualitas pendidikannya dalam dunia International
berada pada peringkat ke-64 dari 120 negara. Sementara menurut Indeks Perkembangan Pendidikan
Indonesia menempati peringkat ke-57 dari 115 negara di tahun 2015. Kualitas pendidikan di Indonesia masih
sangat terbelakang jika dibandingkan dari Negara ASEAN lainnya seperti Singapura yang berada di peringkat
11.
Untuk mengatasi hal tersebut diberlakukannya program Sustainable Development Goal (SDGs) termasuk di
Indonesia sebagai upaya untuk meningkatkan dan memajukan kesejahteraan masyarakat yang salah satunya
untuk meningkatkan kualitas pada bidang pendidikan (Humaida et al., 2020). SDGs merupakan program
lanjutan dari MDGs atau Millenium Development Goals yang melibatkan lebih banyak Negara maju,
berkembang, ataupun Negara kurang maju. Salah satu strategi dalam penerapannya pada SDGs pendidikan
berada pada tujuan yang ke 4 yaitu “memastikan pendidikan yang berkualitas setara, inklusif serta mendukung
kesempatan belajar seumur hidup bagi semuanya”. Dengan demikian diharapkan dengan diadakannya
program ini bisa meningkatkan kualitas atau mutu pendidikan di Indonesia.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya oleh (Pribadi, 2017) yaitu mengenai implementasi SDGs di Papua
telah banyak dibahas mengenai bagaimana kondisi pendidikan di Papua dan bagaimana implementasi dari
program SDGs tersebut. Untuk penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian tersebut, yang mana
penelitian sebelumnya membahas bagaimana Implementasi SDGs di Papua dan upaya untuk meningkatkan
kualitas pendidikan di daerah Papua, sementara pada penelitian ini membahas mengenai hasil analisis
pencapaian dari program SDGs sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Penelitian
ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat agar mengetahui apa upaya dari program SDGs
untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan
informasi dan pengetahuan mengenai program SDGs dalam bidang pendidikan.
METODE
Penelitian ini memakai metode pendekatan dengan kajian kualitatif atau menggunakan pendekatan secara
deskriptif yang di mana dasar dari pembahasannya yaitu dari hasil studi literature melalui beberapa sumber
buku, artikel ilmiah dari sumber jurnal yang relavan dari hasil penelitian sebelumnya yang sesuai dengan topik
pembahasan. Pendekatan deskriptif menurut (Safitri, 2021) adalah penelitian yang hasil datanya berupa
uraian mengenai permasalahan yang dibahasa pada suatu topik dengan memberikan deskripsi yang terjadi di
kehidupan nyata. Pelaksanaan penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi serta data yang tepat
dengan terfokus kepada kajian pustaka, untuk memperoleh data, serta sumber dan bukti pendukung yang
berkaitan dengan permasalahan yang sedang dibahas. Teknik yang digunakan dalam penelitian yaitu study
literatur berdasar pada data-data dari penelitian yang telah ada sebelumnya dari berbagai jurnal bereputasi
serta hsilnya dikaji dan dianalisis sebagai bahan pendukung. Setelah data terkumpul maka diperoleh
kesimpulan sebagai jawaban dari hasil pembahasan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Pendidikan di Indonesia Saat Ini
Pendidikan termasuk hal yang penting bagi kehidupan setiap individu terutama di era perkembangan
teknologi dan globalisasi seperti saat ini. Karena dengan pendidikan dapat mengubah pribadi dan karakter
seseorang, pendidikan pula yang dapat mengubah suatu Negara menjadi lebih baik, lebih maju, dan lebih
berkualias serta dapat memperbaiki kualitas SDM (Sumber Daya Manusia). Berdasarkan pendapat
16. (Herlambang et al., n.d.) pendidikan merupakan sebuah sektor esensial pada kehidupan manusia terutama di
Indonesia yang menjadi salah satu syarat untuk membangun bangsa. Pendidikan juga merupakan salah satu
fasilitas dalam membangun sebuah peradaban yang berdasar kepada nilai-nilai kebudayaan dari bangsa
Indonesia.
Saat ini kualitas SDM di Indonesia dapat dikatakan masih cukup rendah dibandingkan Negara lainnya. Melihat
pendidikan di Indonesia dewasa ini juga masih sedikit mengkhawatirkan baik itu dari segi sarana ataupun dari
segi prasarananya. Sebagian warganya belum memenuhi haknya untuk memperoleh pendidikan yang layak
seperti yang termaktub pada UUD 1945 pasal 31 ayat 1 yakni “Setiap warga Negara berhak untuk
mendapatkan pendidikan” berdasarkan hal tersebut sudah sangat jelas bahwa setiap rakyat Indonesia berhak
untuk mendapatkan pendidikan yang layak, tentu saja dengan memperoleh pendidikan dapat bermanfaat bagi
individu maupun kemajuan suatu Negara di masa mendatang. (Fadia & Fitri, 2021).
Berdasarkan hasil penelitian (Pribadi, 2017) di beberapa daerah yang jauh dari Ibukota masih ada bahkan
masih banyak bangunan-bangunan sekolah yang kurang layak digunakan. Tidak sedikit pula dibeberapa daerah
diIndonesia masih banyak sekolah yang sama sekali tidak layak digunakan untuk melangsungkan kegiatan
belajar mengajar. Masih banyak kerusakan-kerusakan pada bangunan dan kurangnya fasilitas untuk belajar
seperti buku serta tenaga pendidik di daerah-daerah tertentu. Biaya sekolah di beberapa daerah pun masih
terbilang mahal sehingga bagi masyarakat yang kurang mampu, masih belum bisa mengeyam bangku
pendidikan hingga tingkat menengah atas atau bahkan ada yang tidak bersekolah sama sekali. Hal tersebut
terjadi dikarenakan sistem pendidikan di Indonesia masih belum merata dan berfungsi dengan maksimal.
Sistem pendidikan di Indonesia mengalami beberapa masalah yang mengakibatkan kualitas pendidikan
tersebut menjadi rendah. Rendahnya sistem pendidikan di Indonesia bisa dilihat dari lemahnya sektor
manajemen pendidikan, terjadinya ketidakseimbangan sarana serta prasarana pendidikan di beberapa daerah
kota serta daerah desa, rendahnya dukungan dari pemerintah, serta standar evaluasi pembelajaran juga masih
sangat rendah. Sejalan dengan pendapat (Herlambang, 2018) sistem pendidikan nasional di Indonesia sedang
di hadapkan oleh berbagai masalah hingga akhirnya pendidikan di Indonesia tidak bisa memberikan
penyelesaian terhadap permasalahan mengenai perkembangan pendidikan, pembentukan keterampilan
hidup, institusi pendidikan di Indonesia juga masih sangat ketergantungan terhadap Negara-negara maju dan
belum tentu sesuai atau relevan dengan latar belakang budaya di Indonesia. Sehingga hal tersebut
mengakibatkan kondisi pendidikan di Indonesia berdampak kurang menguntungkan bagi masyarakat
Indonesia itu sendiri.
Menurut pendapat (Arkiang, 2021) Indonesia termasuk salah satu Negara kepulauan yang mempunyai banyak
tantangan agar dapat mencapai pendidikan yang merata terlebih semenjak pandemi Covid-19 masuk ke
Indonesia. Pendidikan di saat ini terutama di Indonesia di masa pandemi sangat berdampak terhadap kondisi
pendidikan di Indonesia, untuk beberapa pelajar mengalami keterbatasan penguasaan teknolgi informasi.
Kendala tersebut benar-benar berpengaruh terhadap aktivitas belajar mengajar, sebab tak sedikit juga guru
maupun siswa yang mengalami keterbatasan perangkat seperti handphone ataupun laptop untuk mengikuti
pembelajaran secara daring, belum lagi akses internet di beberapa daerah di Indonesia belum cukup memadai
karena masih terbatas. Sejalan dengan pendapat (Aji, 2020) jaringan internet pada pelosok di negeri ini masih
belum meluas dan merata, tidak semua lembaga pendidikan baik sekolah dasar ataupun sekolah menengah
yang mampu memanfaatkan jaringan internet. Hal ini tentu saja semakin membuat kondisi pendidikan di
Indonesia saat ini menurun, terlebih lagi bagi sebagian masyarakat kurang mampu lebih memilih untuk putus
sekolah dan terpaksa harus bekerja demi mencukupi kebutuhan hidup selama masa pandemi.
Keadaan pendidikan di Indonesia hingga kini masih harus ditingkatkan agar menghasilkan pendidikan yang
berkualitas bagi seluruh warga masyarakat. Pemerintah juga harus siap dalam meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonesia, harus meningkatkan kualitas pembelajaran, fasilitas memadai, kualitas guru,
17. pemberlakuan kurikulum yang sesuai dengan perkembangan jaman karena mengingat kurikulum di Indonesia
masih ketinggalan jauh dengan Negara lainnya. Dalam meningkatkan kualitas serta mutu pendidikan
diIndonesia, peserta didik juag memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan selaras dengan minat dan
bakatnya supaya siswa bisa melaksanakan pendidikan yang bernilai. Berdasarkan hal itu guru juga memiliki
peranan untuk meningkatkan kualitas di Indonesia karena siswa yang berkualits lahir dari guru yang
berkualitas pula. Maka peranan guru professional sangat diperlukan saat ini terutama untuk meningkatkan
kualitas pendidikan di daerah-daerah pelosok yang kurangnya akses teknologi.
Dikutip dari (Baswedan, 2014) jumlah institusi di Indonesia pada pendidikan sekolah dasar & pendidikan
menengah terus mengalami peningkatan semenjak kemerdekaan akan tetapi 75% sekolah di beberapa daerah
di Indonesia belum memenuhi kriteria layanan minim pendidikan dan juga masuk kedalam peringkat 10 negara
berkinerja terendah pada meta The Learning Curve pada tahun 2013. Di peringkat dunia pun kualitas dan
mutu pendidikan di Negara Indonesia ada di posisi ke-64 dari 120 negara, hal ini berdasarkan laporan dari
UNESCO. Masih sangat tinggi pula kekerasan fisik di lingkungan pendidikan, kekerasan fisik terhadap yang
dilakukan oleh pelajar terhadap sesama pelajar, maraknya terjadi kekerasan seksual terlebih sering terjadi di
lingkungan sekolah. Untuk mengatasi kondisi tersebut pada Program Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (SDGs) akan menjadi landasan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan di dunia yang dimana Indonesia jadi salah satu Negara yang ikut berpartisipasi. Peningkatan
pendidikan untuk rakyat Indonesia akan memacu pencapaian dari tujuan SDGs yang salah satunya untuk
meningkatkan kualitas indeks dari pembangunan manusia di Indonesia.
Sustainable Development Goals dalam Bidang Pendidikan
Konsep awal dari Sustainable Development Goals mulanya berasal dari definisi “Our Common Future” tahun
1987 oleh seorang perdana mentri dari Norwegia yang bernama Harlem Brundtland dalam laporannya. Beliau
mengungkapkan bahwa masalah pertumbuhan pada masyarakat mengenai keterbatasan sumber daya
manusia serta distribusinya. Sustainable Development Goals atau SDGs adalah porgam lanjutan dari
Millinnium Development Goals (MDGs) yang sudah disepakati oleh beberapa negara dalam anggota PBB
tanggal 25
September 2015 yang bertempat pada markas PBB bersama para pemerintah, dengan resmi mengesahkan
Sustainable Development Goals atau tujuan pembangunan berkelanjutan sebagai persetujuan untuk
pembangunan global. Dengan mengambil tema “Merubah Dunia Kita: Agenda di tahun 2030 untuk
pembangunan berkelanjutan” (Panuluh & Fitri, 2016).
Pada tanggung jawabnya MDGs memberikan pencapaian target besar bagi pembangunan di Negara maju dan
Negara berkembang. MDGs dalam tujuannya dibidang pendidikan yaitu untuk memastikan bahwa seluruh
anak mendapatkan pendidikan dasar, dari hasilnya sebanyak 94,7% terwujud pada target anak yang menerima
pendidikan di sekolah dasar. Menurut pendapat (Salam et al., 2022) dengan berakhirnya program MDGs pada
tahun 2015, kini program yang menggantikannya adalah Sustainabe Development Goals (SDGs) untuk
meneruskan pencapaian dari program MDGs agar terus mengalami peningkatan.
Pada program SDGs ini berisi 17 tujuan yaitu (1) mengatasi dan mengakhiri kemiskinan yang terjadi
dimanapun, (2) Menyudahi kelaparan dan memenuhi kebutuhan pangan dalam meningkatkan sumber gizi, (3)
Menjamin hidup yang sehat dan sejahtera untuk seluruh umur, (4) Pendidikan Berkualitas, adil, merata dan
peluang belajar untuk sepanjang hayat bagi seluruh usia, (5) ekualitas gender, (6) memastikan tersedianya air
bersih serta sanitasi kelanjutan bagi semua, (7) akses terjangkau, dan modern bagi semua, (8)
memperkenalkan perkembangan ekonomi yang berkelanjutan, pekerjaan produktif, inklusif, dan memastikan
pekerjaan yang layak bagi semua, (9) inovasi industry serta infrastruktur, (10) mengurangi tidak setaranya
pada Negara, (11) menjadikan perkotaan serta pemukiman yang ditinggali manusia aman, nyaman, (12)
konsumsi dan produksi berkelanjutan, (13) untuk mengatasi perubahan iklim serta dampaknya, (14)
18. melestarikan perairan (laut), (15) memulihkan, memberika perlindungan, pada ekosistem dan mengelola
hutan, membalikkan degradasi lahan serta menghentikan hilangnya beberapa keanekaragaman, (16)
menyediakan akses keadikan bagi semua, (17) merevitalisasi pada kemitraan global serta memperkuat cara
pengimplementasiannya, serta 169 target yang merupakan target untuk program gerakan global selama 15
tahun ke depan yang berlaku dari tahun 2016 hingga 2030 mendatang, untuk mengatasi kemiskinan,
melindungi lingkungan, mingkatkan kualitas pendidikan, dan mengurangi kesenjangan.
Sejalan dengan pendapat (Annur, 2018) SDGs lebih inklusif melibatkan berbagai pihak serta masyarakat karena
program ini berlaku secara universal sehingga semua Negara mempunyai kewajiban moral dalam mencapai
tujuan dan juga target dari SDGs ini. SDGs sebagai kelanjutan dari program MDGs adalah menyediakan
masalah dari pembangunan secara baik. SDGs memiliki peran seimbang terhadap seluruh Negara maju,
berkembang, maupun Negara kurang berkembang. Sustainable Development Goals (SDGs) ialah suatu
program dalam upaya pembangunan untuk menjaga peningkatan kesejahteraan ekonomi dan kualitas hidup
masyarakat secara berhubungan termasuk dalam bidang Pendidikan. Pendidikan dapat berpengaruh terhadap
pencapaian pembangunan berkelanjutan. Tujuan pendidikan dijadikan pijakan untuk mendorong sasaran
serta target dari program SDGs ini, peningkatan pendidikan di Indonesia akan memacu tercapainya sasaran
dari 17 poin SDGs yang salah satunya yaitu upaya untuk membangun Negara yang berkualits melalui
pendidikan yang berkualitas dan layak.
Upaya Peningkatan Kualitas Pendidikan di Indonesia berdasarkan hasil Analisis Pencapaian Sustainable
Development Goals (SDGs)
Pada era revolusi industri 4.0 serba modern seperti sekarang ini, penyelenggaraan pendidikan jadi suatu
tantangan bagi beberapa Negara di dunia termasuk Indonesia untuk membangun sistem pendidikan yang
berkualitas, memanusiakan manusia, mudah diakses, serta merata mengingat sistem pendidikan di Indonesia
hingga saat ini masih kurang meluas dan masih banyak masyarakat yang tidak dapat memenuhi haknya dalam
memperoleh pendidikan dan kehidupan yang layak. Revolusi industri 4.0 di bidang pendidikan merupakan
sebuah respon untuk menghasilkan pribadi yang kreatif serta inovatif (Sasikirana, & Herlambang. 2020).
Dengan hadirnya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) yang telah
ditetapkan pada United Nations General Assembly pada agenda Development tahun 2030 diharapkan dapat
mengatasi permasalahan dalam bidang pendidikan di Indonesia. Indonesia masih mengalami beberapa
masalah dalam penyelenggaraan pendidikan sehingga menyebabkan terpuruknya sistem pendidikan nasional.
Menurut pendapat (Amedi, 2018) ada beberapa penyebab terpuruknya pendidikan di Negara Indonesia
seperti, (1) kurangnya niat serta kesungguhan pemerintah dalam menangani pendidikan hingga pelaksanaan
kurikulum tidak aktif (stagnasi), (2) campur tangan politik pada dunia pendidikan yang akan memiliki pengaruh
pada netralitas ruang akademi dan objektifitas ilmu, (3) orientasi bidang pendidikan berfokus terhadap fungsi
pelayanan hingga dianggap saat telah ada sistem serta fasilitas pendidikan maka dianggap kewajiban suatu
Negara sudah selesai dalam memenuhi hak-hak rakyat, (4) lemahnya Sumber Daya Manusia (sdm) pengelola
pendidikan bisa diakibatkan karena ketiga sebab sebelumnya.
Untuk mencapai tujuan dan strategi Sustainable Development Goals serta memecahkan permasalahan
pendidikan di Indonesia, Indonesia harus memperhatikan beberapa hal pada pelaksanaan pendidikan sejalan
dengan pendapat (Polinter et al., 2019) pada peraturan presiden RI No 59 di tahun 2017 mengenai
Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, ada beberapa poin penting yang harus
diperhatikan dalam pendidikan di Indonesia untuk menciptakan pendidikan yang bermutu dan berkualitas
serta membangun perspektif pendidikan yang bermutu. Hal tersebut terdapat dalam Tujuan Global no 4 yakni
menjamin dan memastikan pendidikan berkualitas, setara, serta inklusif serta memberikan kesempatan
belajar selama hidup bagi tiap orang.
19. Mengutip dari (Asasi, n.d.) SDGs pada tujuan ke-4 yaitu memastikan pendidikan yang memiliki kualitas, setara,
menyeluruh serta memberikan peluang belajar seumur hidup untuk semua dengan menargetkan beberapa
target pada tahun 2030 sebagai strategi untuk meningkatkan kualitas pada bidang pendidikan yaitu:
1. Di tahun 2030, akan terjamin seluruh anak pria dan juga anak wanita memperoleh serta menuntaskan
pendidikan dasar serta menengah dengan tidak dipungut anggaran, berkualitas, setara dengan yang
tertuju pada pencapaian dari pembelajaran yang efektif & relevan.
2. Di tahun 2030, akan terjamin seluruh anak pria dan wanita untuk memperoleh peluang dari
perkembangan beserta pengasuhan anak balita, juga pendidikan sebelum masuk sd yang berkualitas,
sehingga anak-anak akan siap saat menempuh pada pendidikan dasar
3. Di tahun 2030, terjamin semua anak wanita juga pria memiliki kesempatan yang sama ats pendidikan
teknik, kejuruan, termasuk univeritas yang berkualitas juga terjangkau.
4. Di tahun 2030, menaikkan secara substansial dengan jumlah para pemuda juga dewasa yang mempunyai
keahlian yang sesuai, termasuk pada bidang kemahiran teknik beserta kejuruan, serta pekerjaan yang
layak & kewirausahaan.
5. Di tahun 2030, meniadakan disimilaritas gender pada bidang pendidikan, serta mendukung portal yang
sama bagi seuruh tingkat pendidikan, kejuruan, pelatihan, untuk masyarakat yang rentan seperti
penyandang disabilitas, warga asli, serta kanak-kanak pada kondisi yang lemah.
6. Di tahun 2030, terjamin bagi seluruh remaja dan kelompok-kelompok dewasa tertentu, laki-laki ataupun
perempuan mempunyai kemampuan literasi dan juga numerasi
7. Di tahun 2030, terjamin seluruh siswa mendapatkan ilmu pengetahuan & keterampilan yang diperlukan
untuk meningkatkan program pembangunan berkelanjutan ini melalui pendidikan untuk pembangunan
berkelanjutan, HAM, kesertaraan gender, promosi untuk budaya yang damai serta tidak ada kekerasan,
penghargaan pada keanekaragaman budaya beserta kewarganegaraan global serta partisipasi budaya
pada pembangunan berkelanjutan.
8. Mendirikan serta memajukan fasilitas untuk pendidikan yang baik dan ramah untuk anak-anak, ramah
terhadap penyandang disabilitas dan gender, mempersiapkan lingkungan belajar yang nyaman, aman,
efektif, anti kekerasan untuk semuanya
9. Di tahun 2030, secara substansi pada global memperbanyak jumlah beasiswa bagi negara-negara
berkembang, terutama negara-negara yang kurang berkembang, Negara yang masih berkembang di pulau
kecil, serta Negara Afrika agar terdaftar pada pendidikan tinggi, termasuk pelatihan kejuruan, teknologi
informasi komunikasi, program rekayasa serta ilmiah, program teknik, di beberapa Negara maju ataupun
berkembang.
10. Di tahun 2030, secara substansial akan meningkatkan jumlah guru yang memiliki kualitas termasuk pada
kerjasama international untuk pelatihan guru di berbagai Negara berkembang maupun kurang
berkembang dan juga kepulauan yang kecil.
Berdasarkan hasil penelitian (Muslim, 2021) dari Strategi Penerapan SDGs untuk meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonesia sudah terlihat di beberapa daerah, untuk mencapai strategi SDGs tersebut dalam
meningkatkan kualitas pendidikan pada poin ke 4 yaitu sudah disusun beberapa target seperti: (1) terjaminnya
akses pengasuhan bagi anak yang belum masuk usia sekolah dasar, pendidikan dasar serta pendidikan
menengah, dan pendidikan kejuruan yang termasuk juga universitas yang dapat terjangkau serta berbobot;
(2) kesetaraan gender dan mentiadakan disimilaritas gender; (3) mendirikan dan meningkatkan fasilitas-
fasilitas bagi pendidikan yang aman serta bagi anak; (4) meningkatkan guru-guru yang berkualitas; (5)
peningkatan kualitas dan aksebilitas pendidikn; (6) peningkatan kualitas guru serta berbagai sarana yang
mendukung proses pendidikan dan pembelajaran; (7) meningkatkan layanan khusus untuk pendidikan; (8)
mengutamakan dan memperkuat pendidikan karakter.
20. Berdasarkan hal tersebut, untuk kebijakan pendidikan di Indonesia dalam rangka mencapai tujuan dari SDGs
untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang baru terjadi beberapa provinsi sebaiknya pemerintah di
beberapa provinsi lain mengikuti jejak tersebut agar pendidikan di Indonesia dapat merata dari segi
kualitasnya. Provinsi lain dapat menerapkan dengan mencontoh kebijakan-kebijakan dari strategi SDGs di
Negara lain. Mengingat kualitas pendidikan di Indonesia sepenuhnya belum merata dan masih banyak
beberapa permasalahan yang terjadi.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, sangat di sarankan untuk beberapa provinsi lain agar ikut
mensukseskan program SDGs untuk mencapai strateginya terutama di bidang pendidikan agar Negara
Indonesia lebih maju, baik dari segi pendidikan maupun ekonominya. Karena manusia yang berpendidikan
dapat mengubah dan membangun suatu Negara menjadi lebih baik di kemudian hari. Negara yang berkualitas
lahir dari pendidikan yang berkualitas dan SDM yang tinggi.
Hambatan Penerapan Strategi SDGs dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan di Indonesia Sesuai
Undang-Undang No.20 mengenai Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa "pembelajaran ialah upaya
yang disengaja serta terencana untuk menggapai atmosfer pendidikan serta proses pendidikan sehingga
paeserta didik secara aktif meningkatkan potensinya dalam mendapatkan kekuatan agama, pengendalian
pada diri, kepribadian, kecerdasan, karakter yang baik, keahlian yang dibutuhkan oleh diri sendiri, para warga,
bangsa & negeri". Bersumber pada uraian ini, bisa dimengerti jika pembelajaran wajib sadar akan pentingnya,
terencana secara sistematis, sehingga atmosfer pendidikan serta proses pendidikan bekerja secara efisien
(Raharjo, 2012).
Pemerintah senantiasa berupaya tingkatkan mutu pembelajaran lewat bermacam kebijakan, antara lain
dorongan operasional ke sekolah, kebijakan sertifikasi guru serta dosen, pemberian hibah kelompok serta
pengembangan standar nasional yang diatur dalam ayat 19 tahun 2005 mengenai standar nasional
pembelajaran. Standar pembelajaran melingkupi konten, proses, tenaga kerja, fasilitas, infrastruktur,
manajemen, evaluasi, keuangan, serta standar efisiensi lulusan.
Pembelajaran bekualitas memanglah jadi tujuan dari Sustainable Development Goals (SDGs). Namun dalam
menggapai pembelajaran yang bermutu tersebut mempunyai sebagian hambatan- hambatan yang mana
dalam perihal ini penulis memandang terdapat 3 hambatan dalam tingkatkan mutu pembelajaran di wilayah
terpencil merupakan akses, kualitas serta Adat Istiadat (Pribadi, 2017).
1. Akses Keadaan geografis yang terdapat di wilayah pelosok amat sulit dimana para siswa maupun guru
perlu menempuh jarak yang lumayan bahkan sangat jauh dengan jalan kaki semacam yang dicoba guru
maupun anak didik yang terdapat di pegunungan tengah wilayah tersebut.
2. Kualitas Kompetensi mutu dan kualitas guru di wilayah pelosok sama sekali tidak menggembirakan
terhadap pembangunan infrastruktur penunjang pembelajaran serta kesejahteraan guru. Dari segi
infrastruktur nyaris segala bangunan gedung di sekolah ialah bangunan warisan dari era kolonial belanda.
3. Adat Budaya
Bagian budaya serta adat dapat saja jadi batu sandungan dalam upaya mengimplementasikan program SDGs.
Sebagai contoh didaerah Papua dimana anak pria harus membantu orangtua di kebun serta anak wanita yang
kerjanya hanya di dapur dan terdapat dalam hukum adat yang mana cuma anak kepala suku saja yang
diperbolehkan untuk bersekolah serta mendapatkan pembelajaran.
Upaya Pemerintah dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan di Indonesia
Tugas pemerintah dalam meningkatan mutu dan kualitas pendidikan di Indonesia adalah bagaimana kualitas
pendidikan di Indonesia menjadi merata, tiap daerah mempunyai kualitas sama dengan daerah lain. Tiap
daerah di Indonesia mempnyai kekhasan tersendiri yang perlu menjadi tolak ukur keberhasilan pemerataan
pendidikan (Alifah, 2021). Kearifan lokal daerah serta karakter menjadi kunci keberhasilan dan kekhasan
21. pendidikan di Indonesia. Indonesia melalui kearifan lokal yang dimiliki oleh setiap daerah diharapkan mampu
menjadi primadona dalam mewujudkan pendidikan yang berorientasi global dan berbasis kearifan lokal.
Pembelajaran yang terintegral dengan adanya mulok (muatan lokal) dapat mempermudah siswa dalam
mencerna materi pembelajaran melalui lingkungan disekitarnya (Asriati, 2012).
Jika dibanding dengan negera maju yang lain, kualitas pembelajaran di Indonesia terkategori masih rendah,
sebab belum menggapai mutu yang optimal, serta tujuan pendidikan sebelumnya pula belum tercapai (Kadi
et al., 2017). Perihal tersebut disebabkan oleh keterbatasan dalam penyesuaian pertumbuhan ilmu
pengetahuan serta teknologi, dan sosial, ekonomi, budaya, serta warga. Oleh sebab itu butuh diadakannya
pemerataan pembelajaran di indonesia, semacam fasilitas serta prasarana yang mencukupi, contohnya saja di
desa- desa terpencil mereka jauh ketinggalan dibanding dengan anak yang berasal dari kota. Bila tidak dicoba
pemerataan sarana, fasilitas, serta prasarana dalam proses pembelajaran ataupun belajar mengajar, hingga
hendak berakibat pada prestasi belajar siswa, yang dapat merendahkan atensi serta semangat belajar siswa,
sehingga kemampuan yang dipunyai oleh siswa tersebut tidak tersalurkan serta dibesarkan dengan
sebagaimana mestinya.
Menurut (Goetsch, David L & Davis, 2006) definisi tentang mutu merupakan selaku berikut.“ Quality is
dynamic state associate with product, service, people, process, and environments that metts or exceeds
expectations”. Mutu ialah statment yang dinamis yang terpaut dengan pelayanan, produk, proses, orang, serta
area yang bisa penuhi ataupun melebihi yang di harapkan. Bagi Yushak Baharuddin, tujuan supervisi akademik
ialah dalam rangka meningkatkan proses belajar mengajar jadi lebih baik dengan melaksanakan pembinaan
kepada guru serta tingkatkan profesi mengajarnya, seperti : 1. Tingkatkan efektifitas serta efisiensi belajar
mengajar,
2. Mengatur pengelolaan dalam bidang teknis edukatif disekolah yang sinkron dengan syarat serta kebijakan
yang sudah diresmikan,
3. Menjamin supaya aktivitas sekolah berlangsung sesuai dengan syarat yang berlaku, sehingga berlangsung
dengan mudah dan optimal
4. Memperhitungkan keberhasilan sekolah dalam penerapan tugasnya, 5. Membagikan tutorial langsung
buat membetulkan kesalahan.
Pendekatan yang dapat dicoba dalam upaya tingkatkan profesionalitas guru dengan supervisor antara lain
ialah metode supervisi, budaya organisasi pendidikan, serta aktivitas pelatihan (Indra, 2019). Untuk
menggapai tujuannnya, pendekatan tersebut wajib dicoba secara direktif, kolaboratif, ataupun nondirektif,
dengan memikirkan tingkatan kematangan konseptual dan komitmen seseorang guru. Pendekatan budaya
organisasi pembelajaaran bisa dikukan dengan metode mengajak siswa buat aktif dalam berorganisasi,
pendekatan kepelatihan guru bisa dicoba dengan metode kepelatihan guru baik secara orang ataupun
kelompok.
Dalam upaya tingkatkan mutu pembelajaran di Indonesia, pemerintah telah melaksanakan serta menyusun
sebagian program dalam tingkatkan mutu pendidikian dalam upaya menggapai program yang d iturunkan dari
PBB ialah Sustainable Development Goals (SDGs) yang mana dalam usaha tesebut terdapat sebagian program
yang dirintis oleh pemerintah dalam menggapai sasaran dari SDGs tersebut hingga 2030. Latar belakang
diciptakannya SDGs yaitu untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi seluruh dunia tanpa terkecuali.
Contohnya yaitu menghapuskan tindakan diskriminasi pada pengentasan kemiskinan, mejaga lingkungan agar
tetap terawat, dan pendidikan yang merata (Juniadi, 2021). Program tersebut merupakan Program SATAP
(Satu Atap), program SM3T (Sarjana Mendidik di wilayah terdepan terluar tertinggal, dan program Indonesia
mengajar Calistung (baca, tulis, hitung) yang akan dibahas dalam sebagian poin yang sudah di jabarkan.
1. Program SATAP (Satu Atap)
22. Program manajemen berbasis sekolah yang di implementasikan disekolah Satu Atap (SATAP) ialah program
yang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia dalam memberikan kesempatan untuk kanak- kanak yang
kurang beruntung ataupun kurang sanggup buat bisa mengecap pembelajaran dasar ialah sekolah dasar
maupun sekolah menengah awal. Tujuan universal dari program ini merupakan memesatkan penyelesaian
belajar pembelajaran bawah 9 tahun serta tingkatkan kualitas pembelajaran bawah. Sebaliknya tujuan
spesialnya merupakan: Memperluas layanan pembelajaran bawah ataupun tingkatkan energi tampung SMP
pada wilayah terpencil, terpencar serta terisolir untuk mendukung tercapainya penyelesaian normal
pembelajaran bawah 9 tahun. Mendekatkan SMP dengan SD pendukungnya, dan membagikan peluang serta
kesempatan untuk anak dalam meneruskan pendidikannya, dan meningkatkan partisipasi masyarakat.
UNICEF pula dikala ini sedang melakukan Program SATAP yang tersebar di 120 sekolah di segala Tanah Papua
dalam pencapain Sustainable Development Goals (SDGs). Program ini merupakan program kolaborasi antara
UNICEF dan Pemerintah Indonesia selama 2011- 2015 yang dibiayai oleh Kementerian Luar Negara serta
Perdagangan dari Pemerintah Implementasi SDGs dalam pembelajaran Di Papua. Tujuannya merupakan buat
menguji efisien serta pendekatan yang berkepanjangan buat tingkatkan hasil belajar keaksaraan di kelas dini.
Ini hendak menolong menghasilkan area belajar yang lebih baik di mana kanak- kanak senantiasa serta sukses
dalam riset mereka
2. Program SM3T (Sarjana Mendidik di Wilayah Terdepan Terluar Tertinggal)
Program SM3T adalah program yang dicetuskan oleh Kemenristek Dikti dimana program ini diselaraskan
dengan Program Profesi Guru (PPG), sebab PPG hendak langsung oleh masing- masing partisipan SM3T selaku
bonus dedikasi dalam menolong mencerdaskan kehidupan di wilayah terdepan, terluar, tertinggal. Tidak
hanya mendidik didalam dikelas, guru- guru dari SM3T ini pula membuka kelas calistung sehabis jam pelajaran
selesai serta kelas calistung diadakan di mess maupun rumah pribadi dari guru SM3T tersebut. Dalam perihal
ini, kerja keras tenaga pendidik menjadi tombak utama dalam mencerdaskan kehidupan di wilayah pelosok
dan jadi aktor dari pembelajaran bermutu untuk warga dalam menggapai Sustainable Development Goals.
Dengan keahlian akademis yang terdapat pada guru-guru SM3T diharapkan membagikan pengetahuan baru
untuk warga itu sendiri, bukan cuma pembelajaran resmi maupun akademis bisa di ajarkan oleh guru- guru ini
melainkan pengetahuan mengenai kehidupan sehari-hari semacam mengarahkan tentang pemakaian sabun,
pasta gigi, beternak, pertanian serta bermacam berbagai keahlian yang lain yang bisa di bagikan kepada warga
didaerah pelosok paling utama yang didaerah pegunungan yang mana sangat jauh dari kata sejahtera.
3. Program Calistung (Membaca, Menulis, Berhitung)
Calistung ialah akronim dari membaca, menulis, serta berhitung yang mana calistung ialah bawah strata orang
dapat memahami huruf serta angka. Banyak ahli menyangka pentingya calistung buat memudahkan
komunikasi dalam wujud baca, tulis, serta angka disebabkan calistung ini lebih banyak diperoleht dalam
pembelajaran resmi.
KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahawa kondisi pendidikan di Indonesia masih memprihatinkan dan belum sepenuhnya
merata di berbagai daerah. Strategi pencapaian SDGs sebagai upaya peningkatan pendidikan berkualitas di
Indonesia terdapat pada tujuan ke 4 yakni Pendidikan Berkualitas adil serta merata dan kesempatan untuk
belajar sepanjang hidup bagi seluruh usia. Namun, di Indonesia strategi tersebut baru diterapkan di beberapa
provinsi saja yang artinya masih ada beberapa provinsi yang belum menerapkan strategi SDGs sebagai suatu
upaya peningkatan kualitas pendidikan tersebut di Indonesia. Dalam penerapannya pun masih mengalami
berbagai hambatan seperti sulitnya akses ke sekolah, perbedaan adat istiadat, kualitas kompetensi mutu serta
kualitas tenaga pengajar di wilayah pelosok sama sekali tidak menggembirakan. Adapun upaya pemerintah
dalam menangani hal tersebut diantaranya adalah: (1) Program Satu Atap (SATAP); (2) Program mendidik di
wilayah 3T; (3) Program Baca, Tulis, Hitung (Calistung).
23. DAFTAR PUSTAKA
Aji, S. H. R. (2020). Dampak Covid-19 pada Pendidikan di Indonesia: Sekolah, Keterampilan, dan Proses
Pembelajaran. Salam; Jurnal Sosial & Budaya Syar’i, 7, 395–402.
Alifah, S. (2021). Peningkatan Kualitas Pendidikan di Indonesia untuk Mengejar Ketertinggalan dari Negara
Lain. CERMIN: Jurnal Penelitian, 5 (1), 113–123.
Amedi, A. M. (2018). Analisis Politik Hukum Pendidikan Dasar di Indonesia Demi Menyongsong Era Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs). Padjadjaran Law Review, 6, 43–
58.
Annur, S. (2018). Sustainable Development Goals (SDGs) dan Peningkatan Kualitas Pendidikan. Seminar
Nasional Pendidikan, 251–255.
Arkiang, F. (2021). Jurnal Pendidikan Analisis Pembelajaran Daring Selama Pandemi Covid-19 di Daerah 3T
( Nusa Tenggara Timur ). 12(1), 57–64.
Arwildayanto. (2018). Analisis Kebijakan Pendidikan Kajian Teoretis, Eksploratif, dan Aplikatif (E. Kuswandi
(ed.)). CV Cendikia Press.
Asasi, H. (n.d.). Tujuan 4 : Memastikan kualitas pendidikan yang inklusif dan merata serta mempromosikan
kesempatan belajar sepanjang hayat bagi semua Target Nasional untuk Pendidikan. 1, 1–10.
Asriati, N. (2012). Mengembangkan Karakter Peserta Didik Berbasis Kearifan Lokal Melalui Pembelajaran di
Sekolah. Jurnal Pendidikan Sosiologi Dan Humaniora, 3 (2), 107–119.
Baswedan, A. R. (2014). Gawat Darurat Pendidikan di Indonesia. Mentri Pendidikan Dan Kebudayaan.
Darman, R. A. (2017). Mempersiapkan Generasi Emas Indonesia Tahun 2045 Melalui Pendidikan Berkualitas.
Jurnal Edik Informatika, 3 (2), 73–87.
Fadia, S., & Fitri, N. (2021). Problematika Kualitas Pendidikan di Indonesia. 5, 1617–1620.
Goetsch, David L & Davis, S. (2006). Quality Management: Introduction to Total Quality Management for
Production, Processing, and Services. Prentice Hall.
Herlambang, Y. T. (2015). Pendidikan Kearifan Etnik Dalam Mengembangkan Karakter. EduHumaniora Jurnal
Pendidikan Dasar Kampus Cibiru, 7 (1).
Herlambang, Y. T. (2018). PEDAGOGIK Telaah Kritis Ilmu Pendidikan Dalam Multiperspektif (Y. Abidin
(ed.)). Bumi Aksara.
Herlambang, Y. T., Etnik, K., & Pendahuluan, A. (n.d.). Pendidikan kearifan etnik dalam mengembangkan
karakter.
Humaida, N., Aula, M., Nida, N. H., Islam, U., & Antasari, N. (2020). Pembangunan berkelanjutan berwawasan
lingkungan dalam perspektif islam. 18(1), 131–154. https://doi.org/10.18592/khazanah.
v18i1.3483
Indra, N. P. (2019). Meningkatkan Mutu Pendidikan di Indonesia Melalui Supervisi Pendidikan. INA-Rxiv.
Juniadi, M. (2021). Strategi Perpustakaan Umum dalam Mendukung Program Sustainable Development
Goals. 5(4), 569–578.
Kadi, T., Awwaliyah, R., Nurul, U., & Paiton, J. (2017). Inovasi Pendidikan : Upaya Penyelesaian. 01(02), 144–
155.
Muslim, A. Q. (2021). Analisis Kebijakan Pendidikan di Jepang, Finlandia, China, dan Indonesia dalam
Mendukung Sustainable Development Goals. Adi Widya: Jurnal Pendidikan Dasar, 6 (2), 170–186.
24. Panuluh, S., & Fitri, M. R. (2016). Briefing Paper 02 Perkembangan Pelaksanaan Sustainable Development
Goals ( SDGs ) di Indonesia. September.
Polinter, J., Ilmu, P., Fisip, P., & Vol, J. (2019). Jurnal Polinter Prodi Ilmu Politik FISIP UTA’45 Jakarta Vol. 5
No. 1 (Maret-Agustus 2019).
Pratomo, Imam Catur. & Herlambang, Y. T. (2021). Pentingnya Peran Keluarga dalam Pendidikan Karakter.
JPPD: Jurnal Pedagogik Pendidikan Dasar, 8 (1), 7–15.
Pribadi, R. E. (2017). Implementasi Sustainable Development Goals ( SDGs ) dalam Meningkatkan Kualitas
Pendidikan di Papua. 5(3), 917–932.
Raharjo, S. B. (2012). Evaluasi Trend Kualitas Pendidikan di Indonesia. Jurnal Penelitian Dan Evaluasi
Pendidikan, 16 (2), 511–532.
Safitri, A. O. (2021). Peran Pendidikan Kewarganegaraan dalam Membentuk Pribadi yang Berkarakter pada
Anak Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 5 (6).
Salam, A., Hamdu, G., & Nur, L. (2022). Pedadidaktika : Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Penerapan Education for Sustainable Development ( ESD ) dalam Media Pembelajaran Elektronik di
Kelas V Sekolah Dasar : Perspektif Guru Berkelanjutan atau Sustainable Development. 9(1), 242–253.
Sasikirana, V., & Herlambang, Y. T. (2020). Urgensi Merdeka Belajar di Era Revolusi Industri 4.0 dan
Tantangan Society 5.0. E-Tech, 8 (2), 1–8.