Similar to Musni Umar: Religius, Adil, Mementingkan Persatuan, Musyawarah dan Toleransi Merupakan Nilai-nilai Luhur Budaya Bangsa yang Amat Penting Diamalkan
Similar to Musni Umar: Religius, Adil, Mementingkan Persatuan, Musyawarah dan Toleransi Merupakan Nilai-nilai Luhur Budaya Bangsa yang Amat Penting Diamalkan (20)
Musni Umar: Tugas Pemimpin dan Pentingnya Membangun Masyarakat Madani
Musni Umar: Religius, Adil, Mementingkan Persatuan, Musyawarah dan Toleransi Merupakan Nilai-nilai Luhur Budaya Bangsa yang Amat Penting Diamalkan
1.
2. Peningkatan Pengamalan NilaiNilai Luhur Budaya Bangsa
untuk Memperkukuh Negara
Kesatuan Republik Indonesia
Oleh Musni Umar
Sociologist and Researcher
3. Bangsa Indonesia dalam membangun, dihadapkan
banyak tantangan. Tantangan itu, ada yang bersifat
fisik dan non fisik. Tantangan nyata yang dihadapi
Bangsa Indonesia yang bersifat non fisik ialah
tantangan budaya. Indonesia dihadapkan pada
pilihan. Pertama, membangun Indonesia
berlandaskan budaya sendiri. Kedua, membangun
Indonesia dengan berpijak pada budaya baru yang
datang dari barat. Ketiga, membangun Indonesia
dengan landasan budaya sendiri dan budaya asing.
Kesbangpol DKI Jakarta memberi judul kepada saya
ialah “Peningkatan Nilai-nilai Luhur Budaya bangsa
untuk Memperkukuh Negara Kesatuan Republik
Indonesia”.
4. Membincangkan Judul tersebut paling tidak harus
diulas 5 (lima) hal. Pertama, apa itu nilai-nilai luhur
budaya bangsa. Kedua, bagaimana memahami nilainilai luhur budaya bangsa. Ketiga, bagaimana
menghayati nilai-nilai luhur budaya bangsa.
Keempat, bagaimana memasyarakatkan nilai-nilai
luhur budaya bangsa. Kelima, bagaimana
mengamalkan nilai-nilai luhur budaya bangsa untuk
memperkukuh NKRI.
Menurut saya, nilai-nilai luhur budaya bangsa ialah
nilai-nilai dasar bangsa Indonesia yang tumbuh dan
berakar di dalam masyarakat Indonesia. Nilai-nilai
luhur budaya itu, ada yang bersumber dari agama,
adat-istiadat, seni dan sebagainya.
5. Nilai-nilai Luhur Budaya Bangsa
Niilai-nilai luhur budaya bangsa Indonesia sangat
banyak, tetapi kita kutip 5 (lima) aspek saja yang
bisa dijadikan pegangan dalam membangun bangsa
dan negara untuk memperkukuh NKRI.
Pertama, religius (agama). Bangsa Indonesia
merupakan bangsa yang beragama dan
mempercayai adanya Tuhan Yang Maha Esa. Nilai
religius yang dipercayai oleh masyarakat, kemudian
digali oleh Bungkarno dan kemudian Ketuhanan
Yang Maha Esa dijadikan sebagai sila pertama dari
Pancasila.
6. Kedua, keadilan, merupakan nilai luhur budaya bangsa.
Menurut M. Quraish Shihab bahwa keadilan adalah kata
jadian dari kata "adil" yang terambil dari bahasa Arab " 'adl".
Kamus-kamus bahasa Arab menginformasikan bahwa kata ini
pada mulanya berarti "sama". Persamaan tersebut sering
dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat imaterial. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata "adil" diartikan: (1) tidak
berat sebelah/tidak memihak, (2) berpihak kepada
kebenaran, dan (3) sepatutnya/tidak sewenang-wenang.
"Persamaan" yang merupakan makna asal kata "adil" itulah
yang menjadikan pelakunya "tidak berpihak", dan pada
dasarnya pula seorang yang adil "berpihak kepada yang
benar" karena baik yang benar maupun yang salah samasama harus memperoleh haknya. Dengan demikian, ia
melakukan sesuatu "yang patut" lagi "tidak sewenangwenang". Menurut Wikipedia Eksiklopedia bebas bahwa
keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral
mengenai sesuatu hal, baik menyangkut benda atau orang.
7. Adil dan keadilan, walaupun berasal dari bahasa
arab, tetapi ia sudah menjadi nilai luhur budaya
Indonesia. Itu sebabnya, sila kedua dari Pancasila
adalah kemanusiaan yang adil dan beradab.
Sementara sila kelima dari Pancasila adalah
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Ketiga, persatuan, dengan sinonim kata pertautan,
pertemuan, union, klub merupakan nilai luhur
budaya bangsa. Nilai luhur budaya bangsa ini,
sekarang suka dilupakan karena lebih
mementingkan kepentingan kelompok, partai, dan
teman. Hampir seluruh bangsa ini suka melupakan
pentingnya persatuan. Pada hal tanpa persatuan,
hampir tidak ada yang bisa dilakukan.
8. Dalam realitas hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, masalah persatuan sering diabaikan
karena lebih mengedepankan ego, keakuan dan
mau menang sendiri. Dalam kehidupan demokrasi
misalnya , sangat banyak yang hanya mau menang
dan tidak mau kalah. Kasus rusuh di MK
(15/11/2013) yang dilakukan para pendukung salah
satu calon kepala daerah di Maluku Utara,
merupakan bukti bahwa para elit dan
pendukungnya tidak memperdulikan persatuan
sehingga masuk ke ruang sidang MK dan melakukan
anarkis dan perusakan terhadap berbagai peralatan
sidang MK. Mereka itu harus dihukum dengan
seberat-beratnya.
9. Keempat, musyawarah. Kata musyawarah berasal
dari kata syawara yang berarti dalam Bahasa Arab
berunding, urun rembuk atau mengatakan dan
mengajukan sesuatu.
Akan tetapi, dalam kehidupan sehari-hari,
musyawarah sebagai nilai luhur budaya bangsa,
sering tidak diamalkan. Buktinya, dalam perjuangan
mewujudkan yang diinginkan, bukan
bermusyawarah atau menunjuk juru runding untuk
bermusyawarah, tetapi dalam banyak hal, justeru
mengerahkan massa yang besar untuk menekan
(pressure), sehingga keluar keputusan yang
diharapkan menguntungkan yang bersangkutan,
tanpa melalui proses musyawarah mufakat.
10. Kelima, toleransi, merupakan sikap yang muncul
secara sadar, tidak sadar dan tanpa direncanakan
yang memaklumi keadaan orang lain sehingga
terhindar dari perselisihan. Misalnya, saat sedang
bermain musik, tetangga disebelah rumah
meninggal dunia, secara spontan menghentikan
permainan musik dan langsung melayat. Toleransi,
juga bermakna “tenggang rasa, tepo seliro, dalam
arti menjaga perasaan orang lain terhadap
perbuatan yang dilakukan.
Jadi hakikat toleransi merupakan sikap saling
menghargai dan menghormati orang lain, sehingga
terjalin hubungan sosial yang harmonis, damai,
tenang dan tenteram.
11. selain lima hal yang dikemukanan, ada pula nilai-nilai
luhur budaya bangsa Indonesia yang dikemukakan
seperti: ketaqwaan, ketulusan, kebersamaan,
pengabdian, keikhlasan, pengorbanan dan
sebagainya. Singkat kata, nilai luhur budaya bangsa
banyak sekali yang harus terus digali, dipelajari,
dihayati dan diamalkan.
Memahami Budaya Bangsa
Rakyat Indonesia sangat penting memahami nilai-nilai
luhur budaya bangsa. Sejak kecil perlu diperkenalkan
dan diajarkan nilai-nilai budaya bangsa. Dengan
memperkenalkan sejak dini, maka setiap rakyat
Indonesia memahami nilai-nilai luhur budaya
bangsanya.
12. Untuk memberi pemahaman terhadap nilai-nilai
luhur budaya bangsa, maka bisa diajarkan mulai di
rumah, kemudian berlanjut di sekolah dan di
masyarakat.
Sarasehan yang dilakukan Kesbangpol DKI saat ini
merupakan upaya menanamkan pemahaman
terhadap nilai-nilai luhur budaya bangsa.
Penanamanan nilai-nilai luhur budaya bangsa
penting dilakukan secara terus-menerus dan
berkesinambungan supaya rakyat memahami dan
mengajarkan kepada lingkungannya yang dimulai
di rumah, di sekolah, dan di lingkungan tempat
tinggal supaya dipahami, dihayati dan diamalkan
dalam kehidupan sehari-hari.
13. Penting Menghayati Nilai-nilai Luhur Budaya
Nilai-nilai luhur budaya bangsa tidak cukup hanya
dipelajari dan dipahami. Diperlukan penghayatan
dan pengamalan dalam kehidupan sehari-hari.
Persaoalannya, bagaimana menghayati nilai-nilai
luhur budaya bangsa?
Menurut saya, untuk bisa menghayati nilai-nilai
luhur budaya bangsa, diperlukan. Pertama,
pemahamanan. Kedua, pemasyarakatan. Ketiga,
pengamalan. Keempat, perenungan. Kelima, ada
dampak positif yang diperoleh yang mengamalkan
dan masyarakat luas.
14. Peningkatan pengamalan nilai-nilai luhur budaya
bangsa sangat diperlukan untuk memperkuat jati diri
dan budaya bangsa serta negara kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Selain itu, secara tidak langsung,
pasti memberi manfaat ekonomi, sosial, budaya, politik
dan pertahanan keamanan bagi yang mengamalkan,
masyarakat, bangsa dan negara.
Hakikat dalam pengamalan nilai-nilai luhur budaya
bangsa, adalah melipat-gandakan kebaikan kepada
Tuhan dan terhadap sesama manusia. Dengan begitu,
bangsa Indonesia akan semakin kukuh dan kuat karena
berpijak pada budaya bangsa Indonesia sendiri.
* Tulisan singkat ini untuk dipresentasikan dalam
program Kesbangpol DKI Jakarta, 18 Nov. 2013 di Hotel
Griya Astuti, Bogor, Jawa Barat