Dalam 3 kalimat:
Buku ini berisi 14 cerpen klasik dari berbagai penulis dunia yang diangkat ke bahasa Indonesia, salah satunya adalah cerita "Pemberian Sang Magi" karya O. Henry yang menceritakan tentang sepasang suami istri miskin yang saling memberi hadiah Natal dengan menjual barang berharga mereka. Buku ini menawarkan cerita-cerita klasik yang dapat dinikmati dan dijadikan perenungan tentang kehidupan.
1. RESENSI: Teratai dari Masa Lalu
Judul Buku : Fiksi Lotus,
Kumpulan Cerita Pendek
Klasik Dunia, Vol.1
Penerjemah : Maggie Tiojakin
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbit : 2012
Halaman : x + 184 halaman
Dalam Fiksi Lotus Vol.1 ini terdapat 14 cerpen
dari 14 penulis dunia yang berbeda. Di antaranya:
Teka-teki(Walter De La Mare), Ramuan Cinta(John
Collier), Sang Ayah(Bjornstjerne Bjornson),
Pemberian Sang Magi(O.Henry), Menembus
Batas(Saki), Dilema Sang Komandan(Stephen Crane), Persinggahan Malam(Ernest
Hemingway), Gegap Gempita(Anton Chekhov), Charles(Shirley Jackson), Dering
Telepon(Dorothy Parker), Pesan Sang Kaisar(Frans Kafka), Republick(Naguib Mahfouz),
Menjelang Fajar(Jean-Paul Sartre), dan Kalung Mutiara(W. Somerset Maugham).
Teratai, begitulah kira-kira analogi sederhana untuk cerpen-cerpen dalam Fiksi Lotus
ini. Jika anda membuka jendela kamar pada malam hari, kemudian menyaksikan warna-warni
teratai mengapung pada kolam halaman rumah anda—beraneka warna bunga, bermacam
bentuk daun, bermekaran dengan menawan—tentunya malam yang biasa saja akan menjadi
sangat berkesan dan anda perlu mengerti bahwa teratai itu usianya melebihi usia anda sendiri.
Seperti cerita-cerita pendek dalam Fiksi Lotus ini, diisi sederetan karya dari penulis-penulis
dunia—dengan teknik penceritaan yang khas masing-masing penulis, tema yang berbeda,
namun sama-sama menawarkan cerita yang mengesankan tanpa mengenal batasan waktu—
yang akan membuat anda tetap merasa jenak membacanya sekarang, atau bahkan seribu
tahun lagi.
Misalnya saja dalam cerpen Pemberian Sang Magi. Cerpen ini mengisahkan tentang
sepasang suami istri sederhana—bahkan agak miskin—yang sama-sama ingin memberi kado
istimewa ketika Natal. Namun malang, tak ada cukup uang untuk membeli kado murahan,
2. apalagi kado istimewa. Della tak memiliki apapun untuk di jual, selain rambutnya yang
sangat panjang. Maka Della mendatangi salon, menjual rambutnya. Ia sangat senang ketika
rambutnya dihargai tinggi, ia kemudian teringat jam emas—jam tangan warisan keluarga—
suaminya yang jarang dipakai karena talinya usang, maka Della membeli tali jam mahal
berbentuk rantai dan membungkusnya kado. Akhirnya suaminya pulang, menatap Della
dengan lemas dan terus menerus menanyakan rambut panjangnya. Della takut, ia pun segera
minta maaf dan menceritakan bahwa rambutnya ia jual untuk membeli kado. Jim tidak
marah, ia hanya lemas melihat rambut Della menjadi pendek, ia pun menyuruh Della segera
membuka kado darinya. Dari kado itu, dilihatnya ada satu set hiasan rambut dari tempurung
penyu dengan beberapa butir permata di sekelilingnya, dan itu hanya bisa dipasangkan pada
rambut yang sangat panjang. Mereka sama-sama kecewa, namun Della mencoba menghibur
Jim dengan perkataan bahwa rambutnya akan cepat tumbuh panjang, lalu Della buru-buru
mengambilkan kado untuk suaminya. Dibukanya kado itu, Jim tersenyum lebar kemudian
meminta agar Della menyimpan semua kado itu untuk sementara sebab Jim sudah menjual
jam tangannya untuk dibelikan satu set penghias rambut.
Cerita di atas hanyalah inti cerita dari salah satu cerpen dalam Fiksi Lotus ini yang
tentunya tidak dapat menggambarkan seluruh detail keindahan dan pesan dari cerita—yang
sebenarnya akan jauh lebih menarik jika anda membacanya sendiri. Dari rangkuman cerita di
atas, sebenarnya tak hanya menyinggung masalah cinta-kasih, pengorbanan, dan
kebijaksanaan, namun juga memiliki sisi religus yang kuat. Karena di samping berlatar
“Natal”, cerita tersebut juga dikaitkan dengan tradisi umat Kristiani, yaitu tentang Sang Magi
—yang merupakan perwujudan Tiga Orang Bijak, Tiga Raja, atau Raja-raja Timur yang
datang membawa hadiah pada saat Yesus lahir di Betlehem pada tanggal 25 Desember
(Natal). Cerita-cerita seperti inilah yang akan selalu teringat, memberi kesan tersendiri, dan
menjadi perenungan kembali atas kehidupan yang kita jalani.
Seperti halnya menikmati keindahan teratai—mengabadikannya dalam pikiran, dalam
perasaan, serta merefleksikannya sebagai perenungan-perenungan mengenai kehidupan—
setelah membaca cerita-cerita klasik pilihan ini, mungkin anda akan lebih menggaris bawahi
bahwa cerita itu sesungguhnya tidak semata-mata perwujudan imaji, namun dapat berfungsi
sebagai pengabdian budaya hidup. Dan kalimat yang bergaris bawah tersebut, hampir selalu
benar.
Muhammad Qadhafi, 10 September 2012