3. PAULUS
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN
Paulus yang sebelum menjadi rasul dikenal dengan saulus dari tarsus merupakan
tokoh yang sangat berpengaruh besar dalam dunia rohani kekristenan. Sebelum bertobat
Paulus memiliki latar belakang yang awalnya ia sebagai penganiaya orang Kristen dapat
berubah sedemikian rupa sehingga ia menjadi pelayan Tuhan dalam memberitakan dan
menulis Firman Tuhan ini yang menjadi pembahasan penulis yang sangat menarik di lihat
dari sosok Paulus seorang yang berubah secara drastis dala hidupnya ketika menalami
perjumpaan dengan Tuhan dan sungguh-sungguh menyerahkan hidupnya kepada Tuhan
Yesus dan ini yang menjadi sesuatu yang sangat menantang dalam kehidupan kita sebagai
orang Kristen apakah kita siap merefleksikan sikap hidup tokoh Paulus ini dalam kehidupan
kita.
Dan juga rasul Paulus adalah seorang tokoh Alkitab setelah bertobat yang
mempunyai peran cukup penting dalam sejarah kekristenan. Di lihat dari tulisan-tulisan
(surat-surat) Paulus yang bis dikatakan mendominasi Alkitab perjanjian baru. Dari jumlah
surat terlihat sumbangsih Paulus dalam kepengarangan atau sejarah kekristenan (dalam
bentuk tulisan) sangat besar, jika dibandingkan dengan para penulis perjanjian baru yang lain
hanya 1-2 kitab saja. Dan surat-surat yang ditulis oleh Paulus, bisa dikatakan bahwa teologi
Paulus tentunya sangat berpengaruh dalam perkembangan kekristenan pada saat itu. Sebagai
seorang rasul, Paulus menyadari bahwa tugas terpenting dalam hidupnya adalah
memberitakan injil atau berita perdamaian Allah kepada setiap orang.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 latar belakang kehidupan Paulus
Informasi mengenai riwayat hidup Paulus tidak hanya dapat kita lihat dari tulisan-
tulisan Paulus itu sendiri tetapi harus mencari informasi dari tulisan-tulisan lain seperti tulisan
kisa para rasul ia memperkenalkan dirinya melalui surat-surat yang di tulisnya di dalam roma
11:13 ia memperkenalkan dirinya sebagai rasul bagi bangsa-bangsa dan non-yahudi. Di sana
di catat bahwa sebelum Paulus menjadi rasul ia bernama saulus yang diambil dari bahasa
ibrani Kita dapat lihat di dalam Kis. 22:3, bahwa Paulus dilahirkan di tarsus ditanah kalikia.
Sebuah pusat perdagangan, kebudayaan dan ilmu pengetahuan yunani (Kis. 21:9). Paulus
4. berasal dari suku benyammin dan ia memiliki kewarganegaraan rom. Orang tua Paulus
berlatar belakang yahudi yang memakai bahasa aram dalam kehidupan sehari-hari dan sangat
memegang adat-istiadat yahudi. Sewaktu masih muda, orang tua Paulus memutuskan ia harus
menjadi seorang rabi (guru hukum taurat). Sebagai seorang anak kecil di tarsus sekitar
berumur 15 tahun ia dibawa pimpinan gamaliel golongan kaum farisi Kis. 22:3. Sebagai
seorang anak kecil di tarsus, ia belajar tentang tradisi-tradisi umat yahudi melalui pendidikan
yang teratur disinagoge setempat.
Walaupun Paulus pertama-tama dan terutama adalah seorang Yahudi, ia juga bangga
terhadap Tarsus, yang merupakan kota pendidikan tinggi serta juga pusat pemerintahan dan
perdagangan. Tetapi ia tidak merasa senang dengan kebudayaan di kota itu yang bersifat
Yunani dan kafir. Orangtua Paulus merupakan orang-orang Yahudi dan sekaligus menjadi
warga negara Roma. Walaupun mereka berusaha melindungi Paulus dari pengaruh kafir
sewaktu remaja, tetapi keadaan kota Tarsus membuat setiap anak yang cerdas terpengaruh
oleh bahasa dan ide-ide kebudayaan Yunani yang kafir. Pengaruh itu tampak dalam tiga
rujukan sastra Yunani oleh Paulus, yakni kepada penyair-penyair Epimenides (Kisah Para
Rasul 17:28), Aratus (Titus 1:12) dan Menander (1Korintus 15:33).
idak lama kemudian, Paulus dikirim dari Tarsus ke pusat dunia Yahudi, yakni Yerusalem. Di
Yerusalem ia menjadi murid Rabi Gamaliel, yang merupakan cucu dan pengganti Rabi Hillel
yang kesohor (kira-kira tahun 60 sM-20 M).
Paulus juga merupakan tokoh utama dalam dalam bagian kedua kitab kisa para rasul
ialah Paulus. Bertobat ketika ia secara sombong memusuhi gereja, Paulus mewakili
kebenaran bahwa Allah bisa mengubah hati yang paling bermusuhan sekali pun. Sebagai
pemimpin muda yahudi, dia senang melihat kematian stefanus dan berjuang untuk
menjebloskan orang-orang Kristen kedalam penjara Kis. 7:58-8-3. Paulus mengira bahwa ia
sedang melingungi kehormatan Allah dari penghinaan. Tetapi ironisnya, Allah mengambil
inisiatif lagi dalam Kisa Para Rasul, mengubah rasul Paulus penentang injil ini menjadi
pendukung utamanya. Allah di muliakan oleh saulus dengan cara yang tidak pernah
dibayangkan oleh Paulus. Pertobatan Paulus mengambarkan pembalikan dramatis yang dapat
dihasilkan oleh anugrah Allah. Dan Paulus di kenal saulus dikenal sebagai Paulus dan
berbalik dari penganiyaya menjadi yang dianiaya.
5. 2.2 Pertobatan Paulus
Menurut Kisah Para Rasul, pertobatannya (atau metanoia) terjadi di jalan
menuju Damaskus di mana ia mengalami "pertemuan" dengan Yesus, yang kemudian
menyebabkan ia menjadi buta untuk sementara (Kisah Para Rasul 9:1-31, 22:1-22, 26:9-24).
Pertobatan ini sangat istimewa di mana kemauan untuk Paulus bertobat awalnya datang dari
Tuhan Yesus sendiri setelah itu barulah muncul niatan bertobat dari Paulus sendiri.
Dicatat bahwa "berkobar-kobar hati Saulus (nama Paulus sebelum menjadi murid Yesus)
untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan. Ia menghadap Imam Besar, dan
meminta surat kuasa daripadanya untuk dibawa kepada majelis-majelis Yahudi di damsyik
supaya, jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikuti Jalan Tuhan, ia
menangkap mereka dan membawa mereka ke yerusalem untuk dihukum."
Dalam perjalanannya ke Damsyik, ketika Saulus sudah dekat kota itu, tiba-tiba
cahaya memancar dari langit mengelilingi dia. Waktu itu adalah tengah hari, dan cahaya dari
langit itu menyilaukan. Saulus mengatakan kepada raja Agripa: "Tiba-tiba, ya raja Agripa,
pada tengah hari bolong aku melihat di tengah jalan itu cahaya yang lebih terang
daripada cahaya matahari, turun dari langit meliputi aku dan teman-teman
seperjalananku." Saulus dan teman-temannya semua rebah ke tanah dan kedengaranlah oleh
Saulus suatu suara yang berkata kepadanya: "Saulus, Saulus, mengapakah engkau
menganiaya Aku?" Jawab Saulus: "Siapakah Engkau, Tuhan?" Kata-Nya: "Akulah Yesus
orang Nazaret yang kauaniaya itu." Maka Saulus berkata: "Tuhan, apakah yang harus
kuperbuat?" Kata suara itu (Saulus menyebutnya "Tuhan") kepadanya: "Bangkitlah dan
pergilah ke Damsyik. Di sana akan diberitahukan kepadamu segala sesuatu yang ditugaskan
kepadamu (apa yang harus kauperbuat)." Dalam penuturannya di hadapan Agripa, Saulus
memberitahukan kata-kata selanjutnya dari Tuhan: "Aku menampakkan diri kepadamu untuk
menetapkan engkau menjadi pelayan dan saksi tentang segala sesuatu yang telah kaulihat
daripada-Ku dan tentang apa yang akan Kuperlihatkan kepadamu nanti. Aku akan
mengasingkan engkau dari bangsa ini dan dari bangsa-bangsa lain. Dan Aku akan mengutus
engkau kepada mereka, untuk membuka mata mereka, supaya mereka berbalik dari
kegelapan kepada terang dan dari kuasa Iblis kepada Allah, supaya mereka oleh iman mereka
kepada-Ku memperoleh pengampunan dosa dan mendapat bagian dalam apa yang ditentukan
untuk orang-orang yang dikuduskan." Saulus bangun dan berdiri, lalu membuka matanya,
tetapi ia tidak dapat melihat apa-apa; oleh karena cahaya yang menyilaukan mata itu; Maka
6. kawan-kawan seperjalanannya memegang tangan Saulus dan harus menuntun dia masuk ke
Damsyik.
Tiga hari lamanya Saulus tidak dapat melihat dan tiga hari lamanya ia tidak makan
dan minum, dan terus berdoa. Selama itu ia tinggal di rumah Yudas yang berada di jalan yang
bernama Jalan Lurus. Setelah tiga hari itu, Saulus mendapat suatu penglihatan di mana ia
melihat, bahwa seorang yang bernama Ananias masuk ke dalam dan menumpangkan
tangannya ke atasnya, supaya ia dapat melihat lagi.
Ananias adalah seorang murid Tuhan Yesus yang tinggal di Damsyik. Saulus
menyebutnya "seorang saleh yang menurut hukum Taurat dan terkenal baik di antara semua
orang Yahudi yang ada di situ." Firman Tuhan kepadanya dalam suatu penglihatan:
"Ananias!" Jawabnya: "Ini aku, Tuhan!" Firman Tuhan: "Mari, pergilah ke jalan yang
bernama Jalan Lurus, dan carilah di rumah Yudas seorang dari Tarsus yang bernama Saulus.
Ia sekarang berdoa, dan dalam suatu penglihatan ia melihat, bahwa seorang yang bernama
Ananias masuk ke dalam dan menumpangkan tangannya ke atasnya, supaya ia dapat melihat
lagi." Jawab Ananias: "Tuhan, dari banyak orang telah kudengar tentang orang itu, betapa
banyaknya kejahatan yang dilakukannya terhadap orang-orang kudus-Mu di Yerusalem. Dan
ia datang ke mari dengan kuasa penuh dari imam-imam kepala untuk menangkap semua
orang yang memanggil nama-Mu." Tetapi firman Tuhan kepadanya: "Pergilah, sebab orang
ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain
serta raja-raja dan orang-orang Israel. Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa
banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku."
Pertobatan Paulus diceritakan oleh lukas dalam kisah para rasul 9:1-9, dan kemudia masih
disebut dua kali dalam pidato Paulus (22:6-16;26:12-18). Paulus sendiri juga menyebutnya
dengan lebih jauh sederhana dua teks yang secara cukup luas membicarakan pertobatannya
sendiri, yakni:
a. Galatia 1:11-24
b. Paulus menerima Injilnya dari Kristus sendiri, katanya, yakni dalam
pewahyuan pada perjalanan ke Damsyik (lihat juga 1Korintus 15:8). Dari
pewartaan para murid ia sudah tahu bahwa Yesus diimani sebagai
Kristus. itulah sebabnya bahwa ia menganiaya orang Kristen,
yang dari sudut Yahudi mesti dilihat sebagai orang murtad. Tetapi pada
perjalanan ke Damsyik ia mulai sadar bahwa orang Kristen benar, Yesus
7. sungguh Almasih, Putra Allah. Bagi Paulus ini suatu pengalaman batin.
Tetapi pengalaman iman ini, yang bersumber pada wahyu Allah sendiri,
membuat Paulus menegaskan bahwa ia tidak menerima Injilnya dari
manusia. Berulang kali ia mengatakan hal itu.
c. Filifi 3:4-14
Dalam surat kepada umat di Filipi terdapat cerita lain dari Paulus
mengenai pertobatannya. Di situ ia tidak begitu menyorotinya dari
sudut rahmat Tuhan seperti dalam surat kepada umat di Galatia,
melainkan dari perubahan yang terjadi dalam hidupnya sendiri. Suatu
perubahan yang dahsyat, dan sungguh mempesonakan. Memang bukan perkara
kecil bagi Paulus untuk berubah dari penganiaya jemaat Kristen menjadi
Rasul Kristus. Juga di sini Paulus mulai dengan mengatakan bahwa ia berasal dari
kalangan Yahudi. Ia menggambarkan secara mendetail apa yang
dimaksudkan dengan "hidup secara Yahudi" (lihat Galatia 1:14; 5:3).
Juga penganiayaan jemaat tidak didiamkan olehnya. Paulus tidak
menyangkal asal-usul Yahudinya (lihat juga Roma 11:1; 2Korintus
11:22). Ia juga tidak menyangkal bahwa hukum Taurat pernah menjadi
andalannya. "Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan, sekarang
kuanggap rugi." Dan bukan karena ia menyesal bahwa pernah berusaha
hidup baik sebagai orang Yahudi tetapi "karena Kristus", "karena
pengenalan akan Kristus". Sebab mengenal Kristus itu lebih unggul dari
apa-apa saja. Maka ia juga menyebut Kristus "Tuhanku". Dan inilah
keterangannya: "Siapa yang ada dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru:
Perjumpaan Paulus dengan Yesus memiliki implikasi langsung pada keberaniannya
untuk menjadi pengikut Kristus dan dengan semangat yang berkobar mau mewartakan
Kristus kepada bangsa-bangsa. Suatu kenyataan bahwa Paulus dipilih sebagai alat bagi Allah.
Pilihan Allah memang bisa amat mengejutkan bagi jemaat perdana waktu itu, tetapi juga bagi
Paulus sendiri. Pengalaman rahmat ini merupakan suatu pembaharuan hidup yang
menakjubkan. Paulus menjadi pilihan Allah dan dia ditentukan untuk mewartakan kasih
karuniaNya kepada bangsa-bangsa (bdk. Gal 1:15). Dan untuk menjalankan karya ini, Paulus
akan banyak menanggung penderitaan. Tetapi bagi Paulus sendiri menderita demi Injil
merupakan kebanggaan baginya, sebab bagi dia salib Kristus itu merupakan suatu
kebijaksanaan Allah dalam menampakan kasihNya yang besar ( bdk. 1 Kor 2:1-6).
8. 2.2. panggilan rahmat rasul Paulus mengalami pertobatan
Namun di atas panggilannya sebagai jembatan kaum Yahudi dan Yunani, pertama-
tama Rasul Paulus menerima bahwa ia dipanggil secara khusus oleh Tuhan dan memperoleh
rahmat-Nya dalam keadaan yang tidak layak. Panggilan Tuhan Yesus atasnya terjadi dalam
perjalanannya ke Damaskus (Damsyik). Sebelum ke Damaskus, ia memberikan diri
sepenuhnya kepada hukum Taurat, dan setelah peristiwa Damaskus, ia memberikan
sepenuhnya kepada Kristus. Lukas melaporkan hal ini sebanyak tiga kali (Kis 9:1-9, 22:6-16,
26:12-18). Rasul Paulus dapat menerapkan perkataan Allah kepada Nabi Yeremia di dalam
kehidupannya sendiri, “Sebelum Aku membentuk engkau di rahim ibumu, Aku telah
mengenal engkau, sebelum engkau dilahirkan Aku telah menentukan engkau, sebagai nabi
bagi bangsa- bangsa yang Kutunjukkan kepadamu.” (Yer 1:5). Apa yang dulu ia pikir
berharga, kemudian ia anggap rugi (lih. Flp 3:7-8) jika dibandingkan dengan pengenalan akan
Kristus.
dikasihi oleh Tuhan ini, Rasul Paulus dapat mengatakan ungkapan yang indah Seseorang
yang sedemikianlah yang kemudian dipanggil oleh Tuhan Yesus untuk menjadi Rasul-Nya,
dan sungguh rahmat Tuhan-lah yang mengubahnya menjadi seorang Rasul yang luar biasa,
yang kita kenal ini, yang juga dapat menjadi ungkapan hati kita semua yang mengimani
Kristus: “namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang
hidup di dengan nama Rasul Paulus. Kasih Tuhan Yesus mengubah seluruh hidup Rasul
Paulus, dan karena pengalaman dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam
daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan
menyerahkan diri-Nya untuk aku.” (Gal 2:20).
Pengalaman rasul Paulus pada saat pertobatannnya yaitu justru karena sebelumnya ia adalah
seorang Yahudi yang sangat taat dan yang karena ketaatannya itu ia menganiaya jemaat
Allah, sebab ia berpikir bahwa dengan melakukannya ia berbuat sesuatu yang benar menurut
hukum taurat: “Sebab kamu telah mendengar tentang hidupku dahulu dalam agama Yahudi:
tanpa batas aku menganiaya jemaat Allah dan berusaha membinasakannya. Dan di dalam
agama Yahudi aku jauh lebih maju dari banyak teman yang sebaya dengan aku di antara
bangsaku, sebagai orang yang sangat rajin memelihara adat istiadat nenek moyangku.” (Gal
1:13-14) “Karena aku adalah yang paling hina dari semua rasul, sebab aku telah menganiaya
Jemaat Allah.” (1Kor 15:9), aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan
seorang ganas, tetapi aku telah dikasihani-Nya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa
pengetahuan yaitu di luar iman.” (1Tim 1:13)” tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku
9. orang Farisi, tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam mentaati
hukum Taurat aku tidak bercacat.” (Flp 3:5-6).
Refleksi: Kalau kita sedikit menengok siapakah Paulus sebelum mengenal Kristus,
kita pasti tak meragukan segala kehebatannya sebagai orang Yahudi. Kepada umat di Filipi
dia katakan:
“…Jika ada orang lain menyangka dapat menaruh percaya pada hal-hal lahiriah, aku lebih
lagi: disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli,
tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi,tentang kegiatan aku penganiaya
jemaat, tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat.” (Flp 3:4b-6)
Apa yang kurang dari Paulus? Sebagai orang Yahudi dia memiliki sejumlah
keistimewaan yang menjadi alasan bagi dia untuk bermegah. Dia seorang ahli kitab yang
brilian dan belajar pada guru yang hebat seperti Gamaliel (Kis 22:3). Dan sebagai orang
Farisi dia mengikuti mazhab yang paling keras dalam agama Yahudi. (Kis 26:5). Dia seorang
Yahudi yang sangat fanatik dalam memegang nilai-nilai dasar yang dihayati dalam agama
Yahudi. (Bdk. Gal 1:14). Namun setelah dia mengenal Yesus, semuanya itu dianggapnya
sampah dan tidak mendatangkan keuntungan baginya.
Dalam diri Paulus terjadi perubahan mutlak dalam cara menilai seluruh dunianya.
Yang tadinya dianggapnya penting, sekarang menjadi nol dan tidak penting sama sekali.
Yang tadinya tak mungkin dilepaskannya, sekarang menjadi sampah, sebab pengenalan akan
Kristus mendapatkan prioritas mutlak dan mampu memenuhi segalanya. Peristiwa Damsyik
akhirnya jauh lebih kompleks dari sekedar pertobatan moral biasa atau perubahan mentalitas
saja.
Suatu yang jelas bahwa peristiwa ini membuat Paulus berubah, dan di balik itu
semua, Allah mempunyai rencana khusus untuk Paulus. Terkadang kita tidak mengerti
rencana Allah. Apa yang sebenarnya kita ragukan tetapi Allah bisa melakukannya. Begitulah
yang terjadi pada Paulus. Bahkan Paulus sendiri merasa bahwa ketika menerima panggilan
ini, dia seperti anak yang lahir sebelum waktunya. (1 Kor 15:8). Di samping itu, dia
sebenarnya merasa tak layak sebab seperti yang diakuinya bahwa dia adalah orang paling
berdosa dari setiap orang yang berdosa. Tetapi Allah menyatakan pilihanNya kepada orang
hina seperti dia. Allah menyatakan kasihNya kepada Paulus, dan bagi dia itu merupakan
sebuah kesaksian bagi mereka yang percaya kepada Kristus. (bdk.1 Tim 1:13-16;1 Kor 15:8-
9). Paulus kemudian menyadari bahwa dia dipilih Tuhan untuk mewartakan Kristus ke segala
bangsa terutama yang bukan Yahudi (bdk. Gal 1:16).
10. 2.3. Perjalanan Misi paulus
1. perjalanan misi paulus yang pertama
Wilayah-wilayah yang dilalaui Rasul Paulus dalam misinya sebagai berikut :
Dari Antiokhia di Siria ke saluki dengan kapal ke salamis di Siprus (Kis.13 : 1-5)
Dari Salamis ( Kis. 13 : 5) ke patos ( Kis 13 : 6-11) dan nama Saulus berubahmenjadi
Paulus ( Kis 13 : 9).
Dari Parpos di Siprus ke Perga di Pampilia ( Kis 13 : 13).
Dari Perga ke Pisidia Antiokhia (Kis. 13 : 14) dan Rasul Paulus mengajar diPisidia
Antiokhia ( Kis.13 : 16-48).
Dari Antiokhia ke Ikonium ( Kis. 13 : 50-51), dan orang-orang yang percaya
diIkonium ( Kis. 14 : 1 –5 ).
Dari Ikonium ke Listra ( Kis. 14 : 5-6), dimana orang-orang yahudi danpemimpin
setempat berusaha menyiksa Rasul Paulus dan Bernabas dilemparibatu ( Kis. 14 : 8 –
19 ).
Dari Listra Ke Derbe ( Kis. 14 : 20), rasul Paulus bangkit bersama bernabasmemasuki
kota Derbe dan banyak orang yang percaya ( Kis. 14 : 20-21).8
Rasul Paulus bersama Bernabas kembali lewat Listra, Ikonium, dan
Antiokhiake Perge dan mendirikan beberapa Gereja ( Kis. 14 : 21 –25).
Dari Perge ke Antiokhia, disini Rasul Paulus memberitakan Injil Kristus danlalu pergi
ke Atalia di pantai ( Kis. 14 : 25 ).
Dari Atalia ke Antiokhia di Siria, merupakan titik-titik terakhir dan merekaberlayar ke
Antiokhia, karena darisinilah mereka mulai pekerjaan Tuhandimulai dan mereka
selesaikan dan banyak orang yang percaya kepadaTuhan. Dan setibanya mereka di
Antiokhia di Siria, mereka mengumpulkanorang-orang percaya dan mulai bersaksi
dan bagaimana Tuhan menolongmereka dan kemudian tinggal bersama-sama orang
percaya atau murid-murid Kristus Yesus
Sekitar tahun 45 dan 49 (lihat Kis 13:1-14:28). Dalam pimpinan Roh kudus Paulus
bersama Barnabas dan Markus berangkat melaksanakan misi ini. (Kis 12:24-13:3) Mereka
mengunjungi pulau Siprus daerah kelahiran Barnabas (Kis 13: 4-12). Misi di daerah ini cukup
berhasil, bahkan gubernur pulau ini begitu takjub dan percaya akan ajaran Tuhan. (Kis
13:12). Dari Siprus mereka pergi ke Asia kecil bagian selatan, dan akhirnya tiba di Antiokhia
yang terletak di wilayah Psidia (Kis 13:13-49). Di sini Markus meninggalkan rombongan
11. karena tidak cocok dengan Paulus. Dari Antiokhia, Paulus dan Barnabas pergi ke Ikonium,
Listra dan Derbe yang terletak di pedalaman Pamfilia (Kis 13:50-14:20). Dari Derbe Paulus
dan Barnabas kembali ke Asia kecil lagi kepada jemaat-jemaat yang telah mereka bentuk.
Dari sana mereka kembali ke Antiokhia. Perjalanan misi ini cukup berhasil. Pewartaan Paulus
dan Barnabas diterima dengan baik, walaupun demikian mereka juga meghadapi tantangan-
tantangan terutama dari orang-orang Yahudi yang tidak mau percaya akan pewartaan mereka.
Sebelum melakukan perjalanan misi kedua, Paulus dan Barnabas harus ke
Yerusalem (Kis 15:1-34). Mereka menghadap pimpinan jemaat di sana untuk menyelesaikan
persoalan yang cukup penting dalam perkembangan jemaat Kristen perdana yaitu mengenai
kewajiban orang Kristen non-Yahudi. Bagi orang-orang Kristen Yahudi, setiap orang yang
percaya kepada Kristus harus menaati hukum Taurat dan disunat agar memperoleh
keselamatan, sementara bagi Paulus mereka harus dibebaskan dari kewajiban menaati hukum
Taurat. Karena tidak menemukan titik temu, akhirnya persoalan ini dibawa ke dewan rasuli.
Akhirnya, dalam bimbingan Roh kudus pimpinan jemaat Yerusalem memutuskan supaya
kepada jemaat Kristen yang berasal dari kalangan non-Yahudi jangan ditanggungkan lebih
banyak beban.
2. Misi paulus yang kedua
Antara tahun 49-52 (Kis 15:35-18:23) Perjalanan ini ditandai dengan perselisihan
antara Barnabas dan Paulus yang berbuntut pada berpisahnya mereka dalam perjalanan misi
selanjutnya. (Kis 15:36-41). Pertikaian antara Paulus dan Barnabas menunjukan bagaimana
pada awal kehidupan jemaat perbedaan pikiran, perasaan dan mungkin juga naluri, ikut
menentukan suatu karya misi.
Dalam perjalanan misi ini, Paulus menjelajahi daerah Likaonia, Pisidia, Galatia,
Makedonia (Filipi dan Tesalonika), Atena dan Korintus. Di Listra seorang murid Paulus
bernama Timotius bergabung dengan Paulus. Pewartaan pada misi kedua ini berjalan dengan
baik, banyak orang yang percaya dan dibabtis, tetapi mereka juga banyak mengalami
tantangan dan derita yang tak kalah hebatnya. Misalnya di Filipi banyak orang non-Yahudi
yang percaya dan dibabtis, termasuk Lidia, seorang pedagang Kain yang cukup berpengaruh
dalam masyarakat tersentuh dengan pewartaan Paulus lalu menjadi Kristen. Di kota ini juga
Paulus dan Silas dikejar-kejar karena membebaskan roh jahat dari seorang budak perempuan,
sehingga pemiliknya kehilangan penghasilan. Hal ini berbuntut pada penangkapan dan
pemenjaraan Paulus dan Silas. Namun Tuhan menyertai mereka, sehingga mereka
dibebaskan, bahkan membabtis kepala penjara. Begitu juga dengan kota-kota lain seperti
12. Tesalonika, Atena, dan Korintus. Di Tesalonika pewartaan berjalan dengan baik, tetapi
mereka juga dikejar-kejar oleh orang Yahudi yang tidak senang dengan pewartaan Paulus.
3. Misi ketiga
Kis 18:24-21:26). Dalam perjalanan misi ketiga ini, Paulus ingin ke Yerusalem.
Walaupun ada yang melarang Paulus untuk pergi karena hidupnya terancam, tetapi Paulus
tetap ingin pergi. Paulus berangkat dari Antiokia dan pergi lagi ke Asia kecil, menuju Efesus.
Pewartaannya di sini menimbulkan huru-hara yang disebabkan oleh tukang perak. Ia
menggerakan tukang-tukangnya untuk mengacau kota dan melawan Paulus. (Kis 19:23-41).
Di Efesus Paulus tinggal cukup lama. Dan dari Efesus Paulus melanjutkan perjalanan ke
wilayah Makedonia dan Yunani lalu kembali ke Siria atau Antiokhia (Kis 20:1-3). Dalam
perjalanan ke Antiokhia Paulus singgah di Troas. Dari sana Ia ke Miletus dan dia
mengumpulkan tua-tua jemaat untuk memberikan pesan perpisahan kepada mereka yang
intinya supaya mereka menjadi gembala yang baik dan menjaga kawanan yang ada pada
mereka. Dari Miletus Paulus melanjutkan perjalanannya ke Yerusalem dan sempat singgah di
Tirus.(Kis 21:1-6).
Paulus tiba di Yerusalem sekitar tahun 58. Di Yerusalem orang-orang Yahudi dari
Asia menghasut orang banyak untuk menentang Paulus. Mereka menuduh Paulus sebagai
seorang pengkhianat yang menentang bangsa Israel, Taurat dan Bait Allah. Hal ini berujung
pada penangkapan Paulus dan mereka mau membunuhnya. Untungnya ia diselamatkan oleh
tentara Roma. (baca Kis 21:17-40). Lalu Paulus ditangkap dan dipenjarakan. Lalu kemudian
dipindahkan ke penjara Kaisarea. (lihat Kis 23 dan 24). Karena mengalami pengadilan tidak
adil, Paulus naik banding ke Roma. Lalu pergilah ia ke Roma dan setelah melalui perjalanan
yang panjang dan berbahaya, tibalah Paulus di Roma. Di kota ini dia ditahan dalam tahanan
rumah, tetapi walaupun demikian ia tetap melakukan pewartaan. Akhirnya di kota ini, Paulus
diadili dan wafat sebagai martir.
2.4. Misi Paulus Ketika Mengalami Pertobatan Atau Perjumpaan Dengan Kristus Yang
Membuat Ia Bertobat
Kel 25:30 Dan, kamu harus selalu menaruh roti sajian di atas meja itu di hadapan-
Ku." Kel 25:30 Dan, kamu harus selalu menaruh roti sajian di atas meja itu di hadapan-
Ku."Paulus adalah pilihan Allah untuk mewartakan kasih karuniaNya kepada semua orang
(Gal 1:15). Suatu yang menakjubkan bahwa seorang Saulus yang tadinya penganiaya
pengikut Kristus, sekarang dengan semangat bergelora mau mewartakan Kristus. Perjalanan
misi Paulus bukanlah sesuatu yang mudah, tetapi dia berani mengambil resiko untuk
13. menderita, menghadapi tantangan untuk Kristus. Sebenarnya kenapa dia berani melakukan
hal ini? Perjumpaannya dengan Yesus sebenarnya menjadi titik balik dari semuanya. Hidup
Paulus mengalami perubahan ketika berjumpa dengan Yesus. Peristiwa Damsyik menjadi
titik balik hidup Paulus. Peristiwa ini sering disebut sebagai pertobatan Paulus. Namun
pertobatan di sini jangan dimengerti sebagai pertobatan moral artinya setelah melakukan dosa
besar, lalu Paulus bertobat. Pertobatan di sini lebih dilihat sebagai perubahan cara pandang
atau cara berpikir. Perjumpaan dengan Yesus telah membuka pewahyuan ilahi mengenai
keselamatan manusia. Sebagai orang Yahudi, Paulus mengakui bahwa keselamatan diperoleh
dengan mentaati hukum Taurat. Namun setelah perjumpaannya dengan Yesus, dia yakin
bahwa Yesus Kristus yang bangkit itulah yang mampu menyelamatkan manusia. Manusia
diselamatkan bukan karena mentaati hukum Taurat melainkan karena percaya kepada Kristus
(Flp 3:9). Inilah pengalaman yang merubah hidup Paulus, yang menjadi titik balik hidupnya.
Pengalaman ini membuat dia dengan berani memilih menjadi pengikut Kristus dan
mewartakanNya ke seluruh dunia, bahkan rela menderita untukNya. Kepada jemaat di Filipi
dia dengan bangga berkata: “Apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang
kuanggap rugi karena Kristus” (Flp 3:8).
Perjumpaan Paulus dengan Yesus memiliki implikasi langsung pada keberaniannya
untuk menjadi pengikut Kristus dan dengan semangat yang berkobar mau mewartakan
Kristus kepada bangsa-bangsa. Suatu kenyataan bahwa Paulus dipilih sebagai alat bagi Allah.
Pilihan Allah memang bisa amat mengejutkan bagi jemaat perdana waktu itu, tetapi juga bagi
Paulus sendiri. Pengalaman rahmat ini merupakan suatu pembaharuan hidup yang
menakjubkan. Paulus menjadi pilihan Allah dan dia ditentukan untuk mewartakan kasih
karuniaNya kepada bangsa-bangsa (bdk. Gal 1:15). Dan untuk menjalankan karya ini, Paulus
akan banyak menanggung penderitaan. Tetapi bagi Paulus sendiri menderita demi Injil
merupakan kebanggaan baginya, sebab bagi dia salib Kristus itu merupakan suatu
kebijaksanaan Allah dalam menampakan kasihNya yang besar ( bdk. 1 Kor 2:1-6).
Perjalanan misi Paulus merupakan sebuah perjalanan yang panjang. Perjalanan misi
Paulus tidaklah semuda sekarang. Dia tidak menggunakan mobil, pesawat, kapal laut yang
bagus, tetapi Paulus pergi dengan berjalan kaki atau terkadang berlayar dengan kapal yang
tidak sebagus saat ini. Dalam kesempatan ini, kita akan melihat secara sepintas perjalanan
misinya. Dalam kisah Para Rasul, Lukas menulis bahwa Paulus mengadakan tiga misi
pewartaan Injil
14. BAB III
TEOLOGI MISI PAULUS
A. Paulus: Antara Yahudi dan Non-Yahudi
Pandangan Paulus tentang Taurat dapat dikatakan rumit. Di satu pihak ia memuji
Taurat; akan tetapi pada pihak lain ia tampak mengutuknya. Baginya, Taurat adalah “hukum
Allah” (Rm. 7:22). Ia juga mengatakan bahwa “hukum Taurat adalah kudus” (Rm. 7:12),
“hukum Taurat itu baik” (Rm. 7:16). Di antara anugerah-anugerah yang diterima oleh orang
Israel juga disebut hukum Taurat (Rm. 9:4).
Namun demikian Paulus mengatakan, “dosa tidak diperhitungkan kalau tidak ada hukum
Taurat” (Rm. 5:13). Sebab baginya, “oleh hukum Taurat manusia mengenal dosa” (Rm.
3:20). Malahan dikatakannya, “Tetapi dalam perintah itu dosa mendapat kesempatan untuk
membangkitkan di dalam diriku rupa-rupa keinginan; sebab tanpa hukum Taurat dosa mati.
Dahulu aku hidup tanpa hukum Taurat. Akan tetapi sesudah datang perintah itu, dosa mulai
hidup” (Rm. 7:8-9); “kuasa dosa ialah hukum Taurat” (I Kor. 15:56). Yang lebih lagi, Paulus
mengatakan bahwa hukum Taurat adalah kutuk (Gal. 3:10, “Karena semua orang, yang hidup
dari pekerjaan hukum Taurat, berada di bawah kutuk. Sebab ada tertulis: Terkutuklah orang
yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum Taurat.”).
Sehubungan dengan serangan Paulus terhadap Torah, Bosch memberikan tiga argumen,
yaitu:
a. Paulus mengritik orang Yahudi yang memaksa orang non Yahudi untuk melakukan
ritual-ritual yang kelihatan daripada menekankan esensi dari Taurat.
b. Paulus menegaskan bahwa Injil keselamatan Kristus tidak boleh dibelokkan oleh
ketentuan-ketentuan Taurat.
c. Paulus menganggap bahwa hukum Taurat menyebabkan semakin menguatnya
eksklusivitas Yahudi.
Dalam kaitan dengan hal yang terakhir ini, Bosch kembali menjelaskan bahwa, bagi Paulus,
Taurat telah menjadi lambang perbedaan sekaligus pembedaan antara orang Yahudi dan non
Yahudi. Hal ini semakin membuat orang Yahudi semakin partikular dan membanggakan diri
sebagai yang terpilih. Mereka telah melupakan bahwa Taurat merupakan “kebenaran yang
datang dari Allah”, sehingga mereka memisahkan diri dari manusia yang lain dan telah
membuat kebenaran dari Allah itu menjadi kebenaran mereka sendiri. Sifat memecah belah
inilah yang ditolak oleh Paulus. Karena itu setelah ia berjumpa dengan Kristus, ia
menganggap bahwa Taurat telah tidak memadai. Kristuslah jawaban untuk keselamatan.
15. Dengan demikian Paulus sampai pada kesimpulan bahwa melalui Yesus, yang mati dan
bangkit, Allah menawarkan keselamatan bagi semua orang.
Sehubungan dengan pandangan tentang pembenaran oleh iman, Paulus dengan
sangat baik menafsirkan kembali perjanjian Allah dengan Abraham, nenek moyang orang
Israel, dalam Galatia 3:1-29 dalam kaitan dengan misi kepada bangsa-bangsa. Paulus
menjelaskan bahwa Abraham dibenarkan karena percayanya. Karena itu Allah berjanji
sekaligus pemberitaan Injil kepada Abraham: “olehmu segala bangsa akan diberkati” (bnd.
Kej. 3:12). Oleh karena itu barangsiapa yang hidup oleh iman, maka ia akan diberkati
bersama-sama dengan Abraham. Dalam hal ini berlaku: “orang benar akan hidup oleh iman”
(bnd. Hab. 2:4).
Paulus kemudian menarik hubungan antara janji Allah kepada Abraham dengan
Kristus. Allah mengucapkan janji itu kepada Abraham dan keturunannya (tunggal), bukan
keturunan-keturunannya (jamak). Keturunan Abraham itulah Kristus (Gal. 3:16). Oleh karena
itu barangsiapa yang percaya kepada Kristus, ia menjadi anak-anak Allah karena imannya.
“Setiap orang yang dibaptis dalam Kristus telah mengenakan Kristus. Dalam hal ini tidak ada
orang Yahudi atau orang Yunani…karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus
Yesus. Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham
dan berhak menerima janji Allah” (Gal. 3:27-29).
B. Pertama-tama Orang Yahudi Dan Juga Orang Non Yahudi
Walaupun Paulus mengritik partikularitas bangsanya, ia menerima dan mengakui
bahwa, “Injil…menyelamatkan…pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani”
(Rm. 1:16). Paulus tidak menyangkal klaim orang Yahudi sehubungan dengan pemilihan
Allah atas mereka. Ia pun mengetahui bahwa “Kristus telah menjadi pelayan orang-orang
bersunat” (Rm. 15:8) dan Petrus diutus kepada orang-orang yang bersunat (Gal. 2:7-9).
Paulus meyakini bahwa Israel tetap menjadi prioritas sejarah keselamatan, walau Injil
keselamatan itu telah sampai kepada bangsa-banga lain (Rm. 3:1-4a, “Jika demikian, apakah
kelebihan orang Yahudi dan apakah gunanya sunat? Banyak sekali, dan di dalam segala hal.
Pertama-tama: sebab kepada merekalah dipercayakan firman Allah. Jadi bagaimana, jika di
antara mereka ada yang tidak setia, dapatkah ketidaksetiaan itu membatalkan kesetiaan
Allah? Sekali-kali tidak!”). Baginya, Allah mempercayakan janji-janji-Nya terlebih dahulu
kepada orang Yahudi (dalam Perjanjian Lama) dan Kristus adalah kegenapan dari janji Allah.
Dengan demikian Injil yang diberitakan oleh Paulus bukanlah agama baru, tapi jawaban
Allah atas kerinduan Israel yang mengharapkan zaman mesianis.
16. Oleh karena ketegaran Israel dengan menolak Yesus, maka janji keselamatan Allah
itu dilanjutkan kepada banagsa-bangsa lain. Benar bahwa orang Yahudi pertama menerima
keselamatan itu, tetapi juga berlaku bagi orang-orang non Yahudi yang percaya kepada
Kristus. Sebab dalam Kristus Yesus tidak ada lagi pembedaan antara orang Yahudi dan orang
non Yahudi (Gal. 3:28; Rm. 10:12). Paulus mengatakan bahwa mereka semua “telah
kehilangan kemuliaan Allah” (Rm. 3:23). Akan tetapi kematian dan kebangkitan Yesus telah
membuka jalan bagi perdamaian antara Allah dan manusia; Allah menerima manusia tanpa
syarat karena kasih karunia-Nya melalui penebusan Yesus Kristus. Oleh karena itu Allah
bukan hanya milik orang Yahudi, tapi juga milik orang non Yahudi (Rm. 3:29); kasih
karunia-Nya pun bukan hanya untuk orang Yahudi, tapi juga untuk orang non Yahudi.
Sehubungan dengan hal ini, Paulus mengatakan bahwa orang-orang non Yahudi ibarat pohon
zaitun liar yang dicangkokkkan pada pohon zaitun sejati, Israel (Rm. 11:24). Dengan
demikian Paulus mencegah agar orang-orang non Yahudi tidak menjadi sombong dengan Inji
yang telah mereka terima dalam kaitan dengan bangsa Israel (Rm. 11:25).
Teologinya tentang Injil pertama kali sampai kepada orang Yahudi dan kemudian
kepada orang-orang non Yahudi coba dijelaskannya dalam Roma 9-11. Inti dari tiga pasal ini
mungkin dapat ditemukan dalam Roma 11:25-27, “Sebab, saudara-saudara, supaya kamu
jangan menganggap dirimu pandai, aku mau agar kamu mengetahui rahasia ini: Sebagian dari
Israel telah menjadi tegar sampai jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain telah masuk.
Dengan jalan demikian seluruh Israel akan diselamatkan, seperti ada tertulis: ‘Dari Sion akan
datang Penebus, Ia akan menyingkirkan segala kefasikan dari pada Yakub. Dan inilah
perjanjian-Ku dengan mereka, apabila Aku menghapuskan dosa mereka’”). Argumen Paulus
ini ditempatkannya dalam bingkai apokaliptik, bahwa misi kepada orang non Yahudi akan
berlaku sampai pada kedatangan Yesus kali yang kedua (parousia). Dengan menggunakan
kutipan dari Perjanjian Lama (Ul. 29:4 dan Yes. 29:10), Paulus mengatakan, “seperti ada
tertulis: ‘Allah membuat mereka tidur nyenyak, memberikan mata untuk tidak melihat dan
telinga untuk tidak mendengar, sampai kepada hari sekarang ini.’ Dan Daud berkata: ‘Biarlah
jamuan mereka menjadi jerat dan perangkap, penyesatan dan pembalasan bagi mereka. Dan
biarlah mata mereka menjadi gelap, sehingga mereka tidak melihat, dan buatlah punggung
mereka terus-menerus membungkuk’.” Allah membiarkan ketegaran sebagian bangsa Israel
yang menolak Yesus agar supaya bangsa-bangsa lain menerima janji keselamatan Allah.
Ketegaran sebagian Israel telah menciptakan ruang misi bagi bangsa-bangsa non Yahudi dan
mempermudah masuknya “jumlah yang penuh” dari orang-orang non Yahudi sampai
kedatangan Penebus (Yesus Kristus) kembali. Dengan hal ini maka Paulus henda mengkritik
17. dua kelompok, baik Yahudi maupun non Yahudi. Bagi orang Yahudi, bahwa mereka harus
belajar untuk memperluas janji kasih karunia Allah yang menerima semua bangsa tanpa
syarat. Bagi orang non Yahudi, bahwa mereka tidak boleh sombong, sebab Injil yang
diberitakan oleh Paulus adalah perluasan janji Allah kepada bangsa Israel.
C. TEOLOGI PAULUS TENTANG AllAH DALAM SURAT TITUS
Pokok-pokok teologi Paulus dalam surat Titus diringkasan secara khusus pada dua
bagian yaitu pasal 2:11-14 yang berbunyi: Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan
semua manusia sudah nyata. Ia mendidik kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-
keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia
sekarang ini dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan
penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang telah
menyerahkan diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin berbuat baik.14 Serta
pasal 3:4-7 yang berkata: Tetapi ketika nyata kemurahan Allah, Juru Selamat kita, dan kasih-
Nya kepada manusia, pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukankarena perbuatan
baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh pemandian kelahiran kembali
dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus, yang sudah dilimpahkan-Nya
kepada kita oleh Yesus Kristus, Juruselamat kita, supaya kita sebagai orang yang dibenarkan
oleh kasih karunia-Nya, berhak menerima hidup yang kekal sesuai dengan pengharapan kita.
Ajaran tentang Allah
Paulus sebagai seorang teolog sejati adalah seorang Yahudi yang mempercayai
adanya Allah sebagai pribadi yang agung dan mulia, sehingga ia menaruh perhatian yang
amat besar kepada Allah. Paulus mempergunakan nama Allah ( dengan amat sering
dibanding penulis PB lainnya. Hampir 40% acuan pada Allah dalam PB berasal dari Paulus.
Dalam surat Titus yang singkat 11 kali Paulus memakai kata Allah (Tit. 1:1a,1b; 1:2; 1:3;
1:4; 1:7; 1:16; 2:5; 2:10; 2:11; dan 2:13). Bagi Paulus Allah itu penting, sehingga ia selalu
berbicara tentang Allah yang menjadi pusat pikirannya. Paulus mengajarkan bahwa Allah
berdaulat atas kehidupan manusia dalam segala aspek, sehingga tidak ada satu bagian pun
dari pengalaman manusia yang dianggap tidak ada hubungannya dengan Allah.
Penggungkapan keberadaan Allah dan sifat-sifatNya dalam surat Titus yaitu: Allah sebagai
pemilik; Allah sebagai Juruselamat dan Allah sebagai Bapa. Dan dihubungkan dengan garis
besar isi surat Titus, keberadaan Allah ini merupakan sumber dari ajaran yang sehat.
18. Allah sebagai juruselamat
Meskipun gelar “Juruselamat” umumnya diterapkan kepada Yesus Kristus, namun
gelar ini juga digunakan bagi Allah, sesuai dengan tindakan Allah yang menonjol dalam PL.
Meskipun jarang disebut, namun karya penyelamatan yang terkandung dalam gelar ini
menjiwai PB terutama dalam surat-surat pastoral secara khusus dalam surat Titus. Paulus
menyebutkan bahwa Allah adalah Juruselamat sebanyak 4 kali dalam surat Titus yang pendek
ini (1:3; 2:10,11; 3:4). Seluruh teologi dan pengalaman religius Paulus sepenuhnya
didasarkan pada apa yang telah dikerjakan Allah di dalam Kristus demi keselamatan manusia.
Sesungguhnya, teologi Kristen berpusat pada tema mengenai Allah yang menyelamatkan
umat-Nya. Allah sebagai Juruselamat yang dinyatakan Paulus dalam salam pembuka surat
Titus ini merupakan sumber ajaran sehat atau pengetahuan akan kebenaran
(Istilah kebenaran biasanya dipakai dalam arti kebaikan etika,
sebagaimana yang digunakan orang Yunani. Akan tetapi orang Yahudi memakai istilah
tersebut dalam arti status hukum. Kadang-kadang kebenaran dan keselamatan dikaitkan satu
sama lain dalam PL, seperti ketika Allah berfirman,”KeselamatanKU akan tetap untuk
selama-lamanya, kebenaranKU tidak pernah akan berakhir” (Yes. 51:6) demikian juga
pemazmur ketika menulis, “Tuhan telah memperkenalkan keselamatanNya dan menyatakan
kebenaranNya kepada bangsa-bangsa” (Maz. 98:2). Disini perlu menangkap maksud Paulus
bahwa jika Allah menyelamatkan, Ia menyelamatkan dengan cara yang sesuai dengan
kebenaran. Paulus kadang juga memakai ungkapan ini untuk menyatakan suatu sifat Allah.
Allah pada hekekatnya adalah benar dan dapat diandalkan untuk bertindak dalam kebenaran.
Akan tetapi secara khusus ungkapan ini berarti suatu keadaan benar yang berasal dari Allah
dan yang merupakan anugerah Allah.
Tindakan Allah menyelamatkan manusia dalam surat Paulus kepada Titus,
dinyatakan secara jelas sebagai tindakan dari pribadi Allah Tritunggal (Tit. 3:4-6). Paulus
menyebut oknum Allah Tritunggal secara bersama-sama, tetapi diungkapkan dalam struktur
yang jelas. Allah Bapa menyatakan kemurahanNya dan kasihNya kepada manusia karena
rahmatNya oleh pemandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh
Roh Kudus, yang sudah dilimpahkan kepada kita oleh Yesus Kristus, Juruselamat kita.
Anugerah/kasih karunia Allah yang dinyatakan Paulus dalam Surat Titus pasal 2:11-14 dan
pasal 3:4-7 menjadi inti berita dari ajaran sehat. Paulus mengungkapkan bahwa kasih karunia
Allah adalah kemurahan hati Allah yang tidak pantas diterima oleh orang yang layak
dihukum. Istilah ini dalam Titus 3:7 dipakai untuk mengungkapkan sikap Allah yang
19. menyediakan keselamatan bagi manusia terutama dalam misi Yesus. Kasih karunia Allah
merupakan sikap yang Allah perlihatkan, yang bertentangan dengan “karya yang manusia
lakukan” Seluruh rencana keselamatan dipandang sebagai penampakan kasih karunia Allah
sebagai pilihan Allah yang penuh anugerah. Dalam perikop Titus 2:11-14, kasih karunia
Allah dipaparkan sebagai anugerah Allah yang tak terhingga bagi manusia yang menanggapi
kasihNya yang abadi. Paulus menggunakan bentuk kata kerja perfek untuk menyatakan
bahwa kasih karunia Allah “sudah nyata” . Kasih karunia Allah itu “menyelamatkan” yaitu
dengan cara Kristus telah menyerahkan diriNya untuk membebaskan dari segala kejahatan.
Kasih karunia Allah itu diberikan bagi semua orang. Selanjutnya Paulus menyebutkan tujuan
dan akibat dari pemberian kasih karunia Allah waktu ini kepada orang percaya. Tujuan kasih
karunia Allah adalah bekerja dalam kehidupan orang percaya untuk mendidik/mengajar
supaya meninggalkan kefasikan, meninggalkan keinginan-kenginan duniawi dan mendidik
untuk hidup bijaksana, adil dan saleh/beribadah di dalam dunia sekarang ini. Juga agar orang
percaya dikhususkan/dikuduskan menjadi umat yang rajin berbuat baik. Sedangkan akibat
langsung yang dapat dialami saat ini adalah menerima hidup yang kekal. Akibat dimasa
depan dari kasih karunia Allah itu adalah pengharapan akan penyataan kemuliaan Allah yang
Mahabesar yaitu Juruselamat Yesus Kristus. Ini merupakan penantiaan penggenapan
pengharapan yang penuh bahagia. Akibat dari ini jemaat yang mula-mula lebih memikirkan
kedatangan Tuhan Yesus kedua kali daripada memikirkan kematian.
BAB IV
KESIMPULAN
Jadi kesimpulannya rasul paulus adalah seorang tokoh dalam Alkitab yang
mengalami hidup baru dalam hidupnya, dari kehidupan yang menganiyaya orang kristen pada
waktu itu. Dalam diri Paulus terjadi perubahan mutlak dalam cara menilai seluruh dunianya.
Yang tadinya dianggapnya penting, sekarang menjadi nol dan tidak penting sama sekali.
Yang tadinya tak mungkin dilepaskannya, sekarang menjadi sampah, sebab pengenalan akan
Kristus mendapatkan prioritas mutlak dan mampu memenuhi segalanya. Perjumpaannya
dengan Yesus sebenarnya menjadi titik balik dari semuanya. Hidup Paulus mengalami
perubahan ketika berjumpa dengan Yesus. Peristiwa Damsyik menjadi titik balik hidup
Paulus. Peristiwa ini sering disebut sebagai pertobatan Paulus. Namun pertobatan di sini
jangan dimengerti sebagai pertobatan moral artinya setelah melakukan dosa besar, lalu Paulus
bertobat. Pertobatan di sini lebih dilihat sebagai perubahan cara pandang atau cara berpikir.
Perjumpaan dengan Yesus telah membuka pewahyuan ilahi mengenai keselamatan manusia.
20. dikasihi oleh Tuhan ini, Rasul Paulus dapat mengatakan ungkapan yang indah Seseorang
yang sedemikianlah yang kemudian dipanggil oleh Tuhan Yesus untuk menjadi Rasul-Nya,
dan sungguh rahmat Tuhan-lah yang mengubahnya menjadi seorang Rasul yang luar biasa,
yang kita kenal ini, yang juga dapat menjadi ungkapan hati kita semua yang mengimani
Kristus: “namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang
hidup di dengan nama Rasul Paulus. Kasih Tuhan Yesus mengubah seluruh hidup Rasul
Paulus, dan karena pengalaman dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam
daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan
menyerahkan diri-Nya untuk aku.” (Gal 2:20).
Sebagai orang Yahudi, Paulus mengakui bahwa keselamatan diperoleh dengan
mentaati hukum Taurat. Namun setelah perjumpaannya dengan Yesus, dia yakin bahwa
Yesus Kristus yang bangkit itulah yang mampu menyelamatkan manusia. Manusia
diselamatkan bukan karena mentaati hukum Taurat melainkan karena percaya kepada Kristus
(Flp 3:9). Dan pengenalan akan Tuhanlah yang membuat rasul paulus menyadari
kehidupannya dari yang tidak berarti menjadi berarti bagi Tuhan dan akhir dari pengenalan
dia akan Tuhan dia benar-benar hidup didalam Tuhan dan ia menjadi seorang tokoh dalam
Alkitab yang rela mati dalam memberitakan Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan juruselamat
dunia.