Dokumen tersebut membahas tentang pertemuan 2 yang membahas tentang plat dan rangka beton. Terdapat beberapa jenis plat yang dijelaskan seperti plat satu arah, plat dua arah, sistem pelat dan balok, serta sistem lajur balok. Jenis dan sistem plat ditentukan berdasarkan rasio panjang dan lebar bentangnya. Dokumen juga menjelaskan cara perencanaan plat mulai dari menentukan beban, momen, penulangan, hingga contoh per
2. • Plat struktur planar kaku yang terbuat dari
material monolit dan tingginya relatif kecil
dibandingkan dengan dimensi-dimensi lainnya.
• Beban yang bekerja sifat banyak arah dan
tersebar
• Plat dapat ditumpu di seluruh tepi
• Plat dapat ditumpu pada titik-titik tertentu (mis :
kolom-kolom).
• Kondisi tumpuan sederhana atau jepit
PLAT
3. PLAT
Pelat lantai atau slab merupakan elemen bidang tipis yang
memikul beban transversal melalui aksi lentur ke masing-
masing tumpuan dari pelat.
Beberapa tipe pelat lantai yang banyak
digunakan pada konstruksi diantaranya :
1. Sistem Lantai Flat Slab
2. Sistem Lantai Grid (Waffle System)
3. Sistem Pelat dan Balok
4. Sistem Lajur Balok
4. TIPE PLAT
1. Sistem Lantai Flat Slab
Sistem Flat Slab, merupakan pelat beton
bertulang yang langsung ditumpu oleh kolom-
kolom tanpa adanya balok-balok.
Biasanya digunakan untuk intensitas beban
yang tidak terlalu besar dan bentang yang
kecil.
Pada daerah kritis di sekitar kolom penumpu,
biasanya diberi penebalan (drop panel) untuk
memperkuat pelat terhadap gaya geser, pons
dan lentur. Flat Slab tanpa diberi kepala kolom
(drop panel) disebut flat plate.
5. TIPE PLAT
2. Sistem Lantai Grid (Waffle System)
Sistem lantai Grid (Waffle system) mempunyai
balok-balok yang saling bersilangan dengan jarak
yang relatif rapat, dengan pelat atas yang tipis.
3. Sistem Pelat dan Balok
Sistem pelat lantai ini terdiri dari lantai (slab)
menerus yang ditumpu oleh balok-balok monolit, yang
umumnya ditempatkan pada jarak 3,0m hingga 6,0 m.
Sistem ini banyak dipakai, kokoh dan sering dipakai
untuk menunjang system pelat lantai yang tidak
beraturan.
6. • Tertumpu bebas
Asumsi: apabila tepi pelat menumpu atau tertanam di
dalam tembok bata. Plat dapat berotasi bebas
pada tumpuan.
TUMPUAN
7. • Terjepit elastis
Asumsi : tepi plat merupakan satu kesatuan monolit dengan balok
pemikulnya yang relatif tidak terlalu kaku untuk mencegah rotasi.
TUMPUAN
8. • Terjepit penuh / sempurna
Asumsi : tepi plat merupakan satu kesatuan monolit dengan balok
pemikulnya yang relatif kaku terhadap momen puntir (monolit dengan
balok tebal)
TUMPUAN
9. • Menurut geometri dan arah
tulangan, cara analisis plat
dibagi menjadi dua yaitu:
1. Plat satu arah / one way slab
(sistem perencanaan plat
dengan tulangan pokok satu
arah)
2. Plat dua arah / two way slab
(sistem perencanaan plat
dengan tulangan pokok dua
arah)
KLASIFIKASI PLAT
10. • Jika Lx >=0,4 Ly pelat
dianggap menumpu pada balok
B1, B2, B3 dan B4 pelat
menumpu ke-4 sisinya pelat 2
arah
• Jika Lx < 0,4 Ly pelat
dianggap menumpu pada balok
B1 dan B3 sedangkan balok B2
dan B4 hanya kecil di dalam
memikul beban pelat pelat 1
arah
KLASIFIKASI PLAT
11. Pelat satu arah ;
apabila :
ly/lx > 2,0 (a). Sistem pelat satu arah
Pelat dua arah ;
apabila :
1,0 ≤ ly/lx ≤ 2,0
(b). Sistem pelat dua arah
KLASIFIKASI PLAT
12. Pelat Dua Arah :
pelat yang didukung pada
keempat sisinya, sehingga
lenturan terjadi dalam dua arah.
Pelat Satu Arah :
pelat yang didukung pada kedua
sisinya, sehingga lenturan
terjadi dalam satu arah.
SISTEM PEMBEBANAN PLAT
13.
14. • Rasio bentang panjang (Ly) terhadap bentang pendek (Lx) ≥ 2,
sehingga beban yang bekerja pada struktur cenderung menyebar
kedua sisi tumpuan terdekat.
• Pelat beton lebih dominan menahan beban lentur pada bentang 1 arah
saja (contoh: pelat kantilever, pelat yang ditumpu oleh 2 tumpuan
PLAT SATU ARAH
16. • Distribusi gaya dalam pada plat satu arah di atas dua atau lebih
tumpuan dapat dianggap sebagai balok di atas dua atau lebih
tumpuan.
• Untuk SST, besar reaksi perletakan dapat ditentukan dengan
persamaan keseimbangan statika.
• Untuk SSTT, dapat ditentukan dengan cara clayperon, cara cross, dll.
PLAT SATU ARAH
17. • Pada SK SNI T15-03-1991 pasal 3.6.6,
mengijinkan untuk menentukan momen
lentur dengan menggunakan koefisien
momen dengan syarat-syarat sbb:
1. Minimum harus ada 3 bentang menerus.
2. Beban yang bekerja adalah beban
terbagi rata.
3. Beban hidup ≤ 3 x beban mati.
PLAT SATU ARAH
20. • Tebal minimum pelat satu arah bila lendutan tidak dihitung
PLAT SATU ARAH
• Untuk selain fy di
tabel maka
dikalikan dengan
factor (0,4+fy/700)
21. • Rasio bentang panjang (Ly) terhadap bentang pendek (Lx) < 2,
sehingga beban yang bekerja pada struktur cenderung menyebar pada
keempat sisi tumpuan .
PLAT DUA ARAH
22. • Momen lentur bekerja pada 2 arah,
yaitu searah dengan bentang (Ix) dan
bentang (Iy), maka tulangan pokok
dipasang pada 2 arah yang saling tegak
lurus, sehingga tidak perlu tulangan
bagi.
• Pada plat di daerah tumpuan hanya
bekerja momen lentur 1 arah saja,
sehingga untuk daerah tumpuan
dipasang tulangan pokok dan bagi.
PLAT DUA ARAH
24. Beberapa metoda dapat digunakan untuk menganalisis pelat
jenis ini, diantaranya :
• metoda koefisien momen,
• metode disain langsung (direct design method),
• metode portal ekivalen (equivalent frame method),
• metoda garis leleh (yield line method).
PLAT DUA ARAH
25. Tebal minimum pelat tanpa balok :
• Pelat tanpa penebalan……………………..120 mm
• Pelat dengan penebalan ...…………………100 mm
PLAT DUA ARAH Tebal minimum plat
26. Tebal minimum pelat dengan balok :
1. Untuk am yang sama atau lebih kecil dari 0,2, harus
menggunakan Tabel 2.2.
2. Untuk am lebih besar dari 0,2 tapi tidak lebih dari 2,0,
ketebalan pelat minimum harus memenuhi
dan tidak boleh kurang dari 120 mm
Tebal minimum plat
PLAT DUA ARAH
27. 3. Untuk am lebih besar dari 2,0,
ketebalan pelat minimum tidak
boleh kurang dari:
dan tidak boleh kurang dari 90 mm
Tebal minimum plat
PLAT DUA ARAH
29. • Setiap panel pelat di analisis sendiri-sendiri (masing-
masing panel dianggap terpisah).
• Momen-momen lentur pelat pada masing-masing arah
(arah x dan arah y) dapat ditentukan dari tabel koefisien
momen
Metode Koefisien Momen
2
.
.
.
001
,
0 x
u l
q
X
M
PLAT DUA ARAH
33. Langkah- langkah perancanaan pelat lantai :
1. Menentukan syarat- syarat batas dan bentang pelat
lantai.
2. Menentukan tebal pelat lantai.
3. Menghitung beban yang bekerja pada pelat lantai
(beban mati dan hidup).
4. Menentukan nilai momen yang bekerja pada pelat
lantai.
5. Menghitung penulangan plat lantai.
PERENCANAAN PLAT