1. Kerajaan Islam Di Mataram
Disusun oleh:
Diana Putri R
Livia Agustin H
Lula Minnatulmaula A
M. Naufal A
Rian Setyanto
Kelompok 3
X MIPA 4
2. Setelah berakhirnya kerajaan Demak,
berkembanglah kerajaan Pajang dibawah
pemerintahan Sultan Hadiwijaya dengan baik.
Bahkan dengan bantuan Ki Ageng Pemanahan
(yang kemudian diangkat menjadi adipati di
Mataram) dapat mengalahkan Arya Penangsang
yang berusaha merebut kekuasaannya. Anaknya,
Raden Bagus Sutawijaya pun diangkat menjadi
anak oleh Sultan Hadiwijaya dan dibesarkan di
istana. Sutawijaya dipersaudarakan dengan
putera mahkota yang bernama Pangeran
Benowo.
Did you Know?
3. Setelah meninggalnya Sultan Hadiwijaya pada tahun 1582,
Pangeran Benowo pun naik tahta. Namun, Pangeran
Benowo merupakan raja yang lemah. Sementara, Sutawijaya
yang menggantikan ayahnya, Ki Gede Pemanahan malah
semakin menguat kekuasaannya, sehingga istana Pajang pun
jatuh ketangannya. Setelah itu kekuasaannya dilanjutkan
oleh putranya yang bernama Mas Jolang (1601-1613).
Kemudian Mas Jolang digantikan oleh putranya yang
bernama Mas Rangsang atau yang lebih dikenal dengan
nama Sultan Agung. Pada masa Sultan Agung lah Mataram
mencapai masa keemasan.
4. Dalam bidang politik pemerintahan, Sultan Agung
berhasil memperluas daerah Mataram ke berbagai
wilayah contohnya, Surabaya (1615), Lasem,
Pasuruhan (1617), dan Tuban (1620). Mataram juga
ingin mengusir VOC sehingga diadakan dua kali
serangan tentara Mataram ke Batavia pada tahun
1628 dan 1629
Mataram berkembang menjadi negara agraris.
Dalam bidang pertanian, Mataram
mengembangkan daerah-daerah persawahan yang
luas. Seperti yang dilaporkan oleh Dr. de Han, Jan
Vos, dan Pieter Franssen bahwa Jawa bagian
tengah merupakan wilayah pertanian yang subur
dengan hasil utamanya adalah beras. hasil-hasil
lainnya adalah kayu, kapas, gula, kelapa, dan hasil
palawija
5. Kehidupan masyrakat bersifat feodal
karena raja adalah pemilik tanah beserta
seluruh isinya. Sultan dikenal sebagai
panatagama (pengatur kehidupan
keagamaan). Rakyat sangat
menghormati dan patuh kepada Sultan,
mereka hidup mengabdi pasa Sultan
Bidang kebudayaan juga berkembang dengan pesat.
Kreasi-kreasi para seniman, misalnya terlihat pada
pembuatan gapura-gapura, serta ukiran-ukiran di istana
dan tempat ibadah. Seni tari yang terkenal adalah Tari
Bedoyo Ketawang. Sultan jug memadukan budaya islam
dengan budaya Hindu-Jawa. Contohnya diselenggarakan
perayaan Sekaten untuk memperingati hari kelahiran
Nabi Muhammad SAW dan upacara grebek yang
merupakan sedekah sebagairaasa syukur setiap tiga
tahun sekali.
6. Sultan Agung wafat pada tahun 1645. Ia
dimakamkan di Bukit Imogiri. Ia digantikan oleh
putranya yang bergelar Amangkurat I. Amangkurat I
memiliki pribadi yang jauh berbeda dengan
ayahandanya. Amangkurat I adalah seorang raja
yang lemah, berpandangan sempit, dan sering
bertindak kejam.
Mataram mengalami kemunduran apalagi
adanya pengaruh VOC yang semakin kuat.
Dalam perkembangannya Kerajaan Mataram
akhirnya dibagi berdasarkan ‘Perjanjian
Giyanti’ (1755). Sebelah barat, menjadi
kesultanan Yogyakarta dan sebelah timur
menjadi Kasunanan Surakarta.