Dokumen tersebut merangkum sejarah berdirinya Gereja Methodist Indonesia (GMI) sejak masuknya Methodisme ke Indonesia pada 1905 hingga perkembangan dan pelayanannya saat ini. GMI merupakan gereja Protestan terbesar di Indonesia yang berawal dari karya para misionaris Amerika di Sumatera dan berkembang hingga memiliki jaringan pelayanan luas di seluruh Indonesia.
2. Bagaimana sejarah berdirinya gereja Methodist
Aliran Methodist muncul di Inggris pada abad ke-18. pemimpinnya
adalah dua orang bersaudara John Wesley dan Charles Wesley (1703-
1791). Mereka memimpin gerakan kebangunan rohani di Inggris dan
kemudian mendirikan gereja Methodist. Aliran Methodist menandai
bangkitnya semangat kebangunan rohani (revival) di Inggris yang
kemudian menyebar ke seluruh dunia. Lahirnya gereja Methodist
dilatarbelakangi oleh semangat pietisme. Pietisme lahir sekitar abad ke-
17 sebagai reaksi atas reaksi atas kondisi gereja” Anglican, Lutheran
dan Calvinis (reformed) yang semakin kaku, dingin, tidak bergairah
dan kurang menghargai manusia sebagai pribadi. Pada waktu itu umat
merindukan sentuhan yang lebih mesra, spontan dan personal. Untuk
mencapai tujuannya, kaum pietis menekankan:
1. Iman yang berpusat pada Alkitab (bukan pada ajaran gereja)
2. Pengalaman khas dalam kehidupan kristiani (rasa berdosa,
pengampunan, pertobatan, kesucian, dan dalam persekutuan)
3.Pengungkapan iman secara bebas melalui nyanyian, kesaksian dan
semangat mengabarkan Injil.
3. Siapakah John Wesley dan Charles Wesley
John dan Charles Wesley adalah anak Samuel Wesley, seorang pendeta
Anglican. Kepribadian John dan Charles Wesley banyak dipengaruhi oleh
ibunya, Susana Annesley. John Wesley menyelesaikan pendidikan teologi di
Oxford College. Pada tahun 1728, John Wesley ditahbiskan menjadi imam
(pendeta) di gereja Anglican. Ia kemudian bergabung dengan “perhimpunan
Kudus” (Holy Club) yang didirikan oleh Charles Wesley di Oxford. Hidup
John Wesley berubah secara dramastis setelah mengalami pertobatan pada
tanggal 24 Mei 1738. saat itu ia sedang mengikuti persekutuan dan secara tiba”
ia merasa hatinya dihangatkan dan ia benar” memercayakan dirinya pada
Kristus. Pengalaman ini menjadi titik balik kehidupan Wesley sekaligus
menyadarkannya bahwa banyak orang Inggris tidak memiliki iman dan
kesucian. Sejak itu ia memulai rangkaian perjalanan penginjilan, menghimbau
orang” agar memiliki iman kepada Kristus dan kesempurnaan sebagai anak”
Allah. ia menjalani hampir seluruh Inggris raya dengan menunggang kuda.
Pada waktu itu banyak rohaniawan Anglican keberatan atas teknik kebangunan
rohani yang digunakan Wesley, lalu tidak mengijinkan dia maupun
pengikutnya berkhotbah di gereja mereka. Karena itulah untuk menghimpun
masyarakat yang tertarik atas pemberian mereka, Wesley sering
menyelenggarakan pertemuan dalam bentuk camp meeting (pertemuan di
perkemahan). Metode dan bentuk pertemuan ini kemudian menjadi tradisi di
lingkungan Methodist.
4. Latar belakang Methodist masuk ke indonesia
Gereja Methodist Indonesia (disingkat GMI) adalah
sebuah gereja Protestan di Indonesia yang beraliran
methodis atau Wesleyan. GMI merupakan gereja beraliran
methodis terbesar di Indonesia. Methodisme datang ke
Indonesia pertama kali pada tahun 1905 setelah para
misionaris Amerika mulai bekerja di Malaysia dan
Singapura. Gereja Methodis di Indonesia saat itu adalah
satu-satunya gereja yang tidak dimulai oleh para
misionaris Belanda ataupun Jerman.
Di Indonesia, para misionaris Amerika mulai bekerja di
Jawa, Kalimantan, dan Sumatera. Pada tahun 1913,
setelah datangnya Bishop J. Robinson, konferensi yang
pertama pun diselenggarakan di Sumatera Utara. Pada
saat itu, Gereja Methodist dikenal sebagai gereja yang
unik karena ini adalah satu-satunya gereja Protestan
yang anggota-anggotanya terdiri atas suku Batak dan
suku Tionghoa Indonesia, sementara gereja-gereja
Protestan lainnya saat itu pada umumnya tersegregasi.
5. Sejarah perintisangereja Methodist
1904 : Pdt. GE. Pykett mengunjungi Medan bermaksud membuka pekerjaan Gereja Methodist.
1905 : Mei, Salomon Pakianathan mulai mengajar di sekolah Inggris swasta dan berkhotbah dalam
bahasa melayu.
1906 : Ng Kuan Jin ditetapkan sebagai pengkhotbah di Medan oleh Pdt. GE. Pykett.
1908 : Pekerjaan di Medan oleh Pdt. Dr. JR. Denyes. Superintendent Distrik Neth Indies. Salomon
membuka pekerjaan Methodist di Palembang.
1909 : Pengkhotbah orang Tionghoa dipindahkan dari Medan dan Gereja ditutup.
1910 : Khoc Chian Bie dan Lim Huay membuka kembali sekolah Inggris di Medan dan
melaksanakan kebaktian.
1911 : Medan masuk kembali ke dalam wilayah administrasi Penang.
1911 : Juli, Pdt. WF. Ward ditetapkan sebagai Misionaris yang pertama di Bangka.
1912 : Juli, Pdt. WF. Ward ditetapkan sebagai Misionaris yang pertama di Medan.
1913 : Bishop J.E. Robinson mengunjungi Sumatera. Dia adalah Bishop Gereja Mehodist pertama
yang berkunjung ke Sumatera.
1917 : Pekerjaan di Medan dipindahkan dari Distrik Penang ke Distrik Neth. Indies.
1917 : Februari, Pdt. E.R. Hiebert ditetapkan sebagai Misionaris pertama di Palembang.
1920 : Februari, Sumatera Utara menjadi satu Distrik dan Pdt. Leonard Oechsly ditetapkan sebagai
Pimpinan Distrik.
1920 : Februari, permulaan pekerjaan Mehodist di antara suku Batak Toba di Asahan dan
ditetapkan Pdt. Lamsana Lumbantobing sebagai Pendeta di sana.
6. 1922 : Januari, peletakan batu pertama pembangunan Gereja Methodist di Jl. Nusantara Medan oleh Bishop Kley.
1922 : 13 Februari, Distrik Sumatera Utara ditetapkan menjadi Distrik Mission.
1923 : Maret, Methodist Girl School Medan dibuka.
1923 : 1 Desember, peletakanbatupertama Methodist Boy’s School Medan olehGubernurWestenenk.
1925 : 2 Januari, Mision Sumatera Utara menjadisatukonperensi mission di bawahpimpinan Bishop Titus Lowe.
1929 : 25 Januari, Mission Sumatera Utara menjadisatuKonperensiMision Sumatera, termasukMision Methodist Indies danMision Sumatera
Utara.
1932 : Peresmian Gedung Methodist Girl Medan.
1938 : Peresmian Gedung Baru Methodist School di Palembang.
1939 : Guru Lucius Simamora diutus menjadi misionaris pertama dari Sumatera ke Serawak.
1940 : Persermonanta diterbitkan untuk pertama kali kalinya oleh Pdt. Ragnar Alm. Tetapi selama pemerintahan Nippon (Jepang) menjajah
Indonesia, Persermonanta tidak diterbitkan.
1940 : Desember, Konperensi Mission Sumatera ditetapkan menjadi Konperensi Tahunan Sumatera Sementara oleh Bishop Elwin F.Lee.
1942 : Pembukaan Sekolah Mehodist di Kisaran.
1942 : Maret s/d Agustus 1945, masa penjajahan Jepang, hanya keluarga Pdt. Egon N. Ostrom dan Pdt. Ragnar Alm dari Swedia yang
meneruskan pekerjaan misi di Indonesia.
1942 : 11 Desember, Pdt. Egon N. Ostrom mati martir di Tebing Tinggi–Sumatera Utara.
1946 : Januari, Pdt. David Hutabarat dan Pdt. Luther Hutabarat ditetapkan menjadi Distrik Superintendent pertama dari Pendeta Indonesia.
1950 : Central Conference Asia Tenggara di Singapura memilih Dr. RL. Archer menjadi Bishop Asia Tenggara.
1955 : Methodist Boy’s School Medan pindahkeGerejabaru Jl. Hang Tuah Medan.
1956 : Central Conference Asia Tenggara di Singapura memilih Dr. Horbart B. Amstutz menjadi Bishop Asia Tenggara.
1957 : Januari, Gereja Methodist berbahasa Batak Jl. Hang Tuah Medan ditahbiskan oleh Bishop Horbart B. Amstutz.
1963 : 11 Januari, Konperensi Tahunan Sumatera Sementara menjadi Konperensi Tahunan Sumatera.
Pada tanggal 20 Januari 1963 pemerintah Indonesia menyatakan sikap bermusuhan dengan Malaysia. Hal ini mempersulit kedudukan Gereja
Methodist di Indonesia yang pada waktu itu berada di bawah kepemimpinan Bishop Malaya. Pada 9 Agustus 1964, Gereja Methodist di Indonesia
dijadikan gereja otonom, dan namanya secara resmi disebut sebagai Gereja Methodist Indonesia (GMI).
7. Pimpinan dan statistik
Gereja Methodist Indonesia ditata dengan sistem episkopal,
yang berarti pucuk pimpinannya terletak di tangan seorang
uskup (bishop). Daerah pelayanan GMI dibagi menjadi dua
wilayah, yaitu Wilayah I yang terdiri atas Aceh sampai
Pekanbaru, dan Wilayah II yang terdiri atas Sumatera Selatan
dan Jawa.
Pimpinan Pusat GMI adalah
Bishop/Pdt Darwis Manurung, STh (Wilayah I)
Bishop Amat Tumino, M.Min (Wilayah II)
Hasil Keputusan Konferensi Agung ke-X pada 16 Oktober 2005
menetapkan Bishop Dr. H. Doloksaribu MTh, sebagai pimpinan
wilayah II sekaligus sebagai Ketua Dewan Bishop.
Jumlah gereja : 790 gereja
Jumlah jemaat : 383 jemaat
Jumlah anggota jemaat : 120.000 orang
Jumlah pendeta : 400 pendeta
Jumlah pelayan lainnya : 1078 pelayan lain (emeritus,
viskaris dan misionaris)
8. Pelayanan dan wilayah pelayanan
Daerah pelayanan Gereja Methodist Indonesia meliputi hampir setengah wilayah Indonesia, dari Banda Aceh di
bagian barat hingga Makassar di bagian timur.
Pelayanan yang diberikan mencakup pelayanan jasmani maupun rohani dalam bentuk pelayanan kesejahteraan,
kesehatan, dan pendidikan.
GMI mempunyai sebuah rumah sakit Methodist (Rumah Sakit Methodist di Medan), sejumlah klinik, dan sejumlah
sekolah dari tingkat playgroup hingga universitas. GMI juga memiliki dua sekolah tinggi teologi, yaitu untuk
KONTA Wilayah I : Sekolah Tinggi Theologia - Gereja Methodist Indonesia (STT-GMI) di Bandarbaru, Sumatera
Utara, dan
KONTA Wilayah II : Sekolah Tinggi Theologia - Wesley (Institut Wesley Jakarta) di Jakarta.
Pada tahun 2012 GMI mempunyai 276 gereja, 248 pos pelayanan, 157 pendeta yang ditahbiskan, serta ratusan
pelayan awam yang melayani 40.183 anggota penuh serta 49.913 calon anggota. Sekitar 80% dari jemaat-jemaat
GMI tinggal di daerah-daerah pedesaan.
Anggota-anggota GMI terdiri dari berbagai suku bangsa dan bahasa. Kebaktian-kebaktiannya diselenggarakan
dalam bahasa Indonesia, Inggris, Mandarin, Batak, dan sejumlah bahasa setempat lainnya.
Wilayah Pelayanan
Wilayah pelayanan GMI terdiri atas 2 wilayah berbeda yaitu:
Wilayah I meliputi: Aceh, Sumatera Utara, Riau, Singapura dan Kepri. Kantor pusat berkedudukan di Medan.
Wilayah II meliputi: Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Jawa, Bali, Kalimantan dan Papua. Kantor
pusat berkedudukan di Jakarta.
GMI atau gereja Methodis Indonesia merupakan anggota ke-4 dan sekaligus pendiri persekutuan gereja-gereja
di indonesia (PGI). GMI masuk PGI secara resmi pada 25 Mei 1950.
9. Isi ajaran gereja methodist
Sebagai aliran yang berakar pada semangat revival, gereja”
Methodis ataupun yang berlatar belakang Methodist tetap
memlihara suasana kebangunan rohani. Adapun ajaran
Methodisme didasarkan pada teologi Wesley yang berpusat pada
anugerah keselamatan. Beberapa pokok ajarannya, antara lain:
a. Dosa Warisan
Wesley mengajarkan adanya dosa warisan namun
kerusakan manusia sebagai gambar Allah tidak total (bandingkan
dengan ajaran Calvin yang mengatakan bahwa manusia sebagai
gambar Allah telah rusak total). Pada waktu manusia jatuh ke
dalam dosa, yang rusak adalah moral image (kebenaran, kesucian,
kasih) sedangkan natural image (spiritualitas, intelektualitas,
kebebasan kehendak, ketidakfanaan dan kemampuan menguasai
ciptaan) tidak hilang. Menurut Wesley, keselamatan adalah
restorasi moral image yang hilang.
10. b. Keselamatan
keselamatan adalah anugerah Allah (sola gratia).
Keselamatan diterima oleh manusia karena anugerah
pembenaran Allah yang mengamouni dosa manusia dan
diterima oleh iman, bukan karena perbuatan manusia.
Anugerah pembenaran ini menjadikan manusia memasuki
lembaran hidup baru yaitu bertobat, percaya dan berbalik
dari dosa masuk ke dalam hidup bersama Allah.
c. Kelahiran kembali (lahir baru)
ini adalah tindakan Allah yang melaluinya seseorang
dibawa masuk ke dalam kerajaan-Nya dan mengalami
perubahan di dalam hati. Hanya dengan mengalami kelahiran
kembali inilah seseorang bisa menjadi kristen yang sungguh-
sungguh. Hal menjadi kristen bukanlah sesuatu yang bisa
dilakukan orang untuk dirinya, melainkan dikerjakan Allah
baginya. Karenanya setiap orang harus bekerjasama dengan
Allah dengan cara bertobat dari dosa-dosa di masa lalu dan
dengan sungguh” bertekad menjalani hidup baru.
11. d. Kesaksian Roh
Roh Kudus di dalam hati orang beriman dapat dan memang
memberinya jaminan yang pasti bahwa ia adalah anak Allah. inilah
yang disebut John Wesley dengan kesaksian Roh.
e. Penebusan Universal
berbeda dari Calvin yang menyatakan bahwa melalui
penebusan Kristus hanya menyelamatkan orang-orang yang telah
lebih dahulu ditetapkan dan dipilih-Nya, Wesley dan umat
Methodist menegaskan bahwa penebusan dan keselamatan
disediakan Allah bagi semua orang yang mau menerimanya.
Kristus mati untuk semua orang. Pengharapan dan janji bukanlah
hanya untuk seklompok orang, melainkan untuk setiap orang.
f. Jatuh dan kehilangan kasih karunia
kendati penebusan dan keselamatan disediakan bagi
semua orang dan kendati seseorang telah menerimanya, bisa saja
bahwa pada akhirnya ia kehilangan kasih karunia Allah itu, sebab
bisa saja pada akhir hidupnya ia murtad. Dengan ini sekaligus
ditolak pandangan Calvin, bahwa bila seseorang telah ditetapkan
dan dipilih Allah sejak semula untuk selamat, ia tidak mungkin
kehilangan keselamatan itu. Karena adanya kemungkinan untuk
jatuh dan kehilangan kasih karunia ini, maka gereja Methodist
selalu mengingatkan umat beriman agar waspada dan berdoa,
agar jangan jatuh ke dalam pencobaan.
12. g. Kesucian dan kesempurnaan hidup kristiani
kesucian dan kesempurnaan hidup harus dikejar terus
menerus sepanjang hidup ini, sebab kesucian dan kesempurnaan
itu suatu proses. Kesucian dan kesempurnaan hidup lebih
ditekankan pada kesempurnaan motivasi dan kerinduan.
h. Penginjilan dan semangat injil
gereja Methodist mendorong umatnya agar memiliki
semangat penginjilan. Setiap jemaat lokal harus punya perhatian
dan upaya konkret di bidang ini. Tujuan terutama adalah
menjangkau orang yang belum mendengar Injil agar pada akhirnya
sebanyak mungkin orang mendapat tempat di dalam Kerajaan Allah
yang dipenuhi dengan damai sejahtera. Metode penginjilan bisa
bermacam-macam tetapi prinsipnya tetap sama;
mengkomunikasikan kebenaran Allah kepada manusia. Diantara
sekian banyak metode, yang sering digunakan adalah khotbah
kebangunan rohani (revival preaching) dan perkunjungan penginjilan
(visitation evangelism)
i. Izin untuk mengangkat sumpah
Wesley dan umat Methodist menegaskan bahwa orang
kristen dapat mengangkat sumpah. Mereka yakin bahwa Alkitab
tidak melarang orang kristen melakukan hal itu di hadapan
pemerintah dan pengadilan, asalkan sumpah itu sesuai dengan
iman, kasih di dalam keadilan dan kebenaran.
13. sistemorganisasi atausistempemerintahan gerejaMethodist
GMI menganut sistem episkopal. Dalam
organisasinya, lembaga tertinggi adalah
Konferensi Agung sedangkan pimpinan
eksekutif tertinggi adalah seorang Bishop.
Bishop bersama para pimpinan Distrik
membentuk kabinet, dan untuk pekerjaan di
kantor pusat didampingi sejumlah staf. Di
lapangan, secara hierarkhis terdapat
Konferensi Distrik yang dipimpin Distrik,
Konferensi Resort yang dipimpin pendeta
Resort dan Konferensi Jemaat yang dipimpin
14. Perlu diketahui pula bahwa aliran
Methodist masuk dalam kategori arus
utama di lingkungan Protestan, karena
memelihara dan mempertahankan
sebagian besar ajaran para reformator.
Sejak awal gereja Methodist aktif
dalam gerakan oikumene sedunia.
Demikianlah perkenalan kita dengan
gereja Methodist, semoga semakin
memperkaya khasanah pengenalan
kita pada keanekaragaman gereja.