SlideShare a Scribd company logo
1 of 5
Nama:Lambok Tri Junianto Simanjuntak
Nim:20602009
Kelas:A
Ringkasan
Hans Kelsen berpendapat bahwa norma-norma hukum itu berjenjang- jenjang dan berlapis-lapis dalam suatu hierarki (tata susunan), dalam arti
suatu norma yang lebih rendah berlaku, bersumber, dan berdasar pada norma yang lebih tinggi.
Adolf Merkl berpendapat bahwa suatu norma hukum dan berdasar pada norma yang ada diatasnya. Sementara ke bawah maka norma hukum menjadi sumber dan
dasar bagi norma dibawahnya.
Norma dasar merupakan norma tertinggi dalam suatu sistem norma tersebut tidak lai dibentuk oleh suatu norma yang lebih tinggi lagi, tetapi norma dasar itu
ditetapkan terlebih dahuku oleh masyarakat sebagai norma dasar yang merupakan gantungan bagi norma- norma yang berada di bawahnya,
Benyamin Akzin mengemukakan bahwa pembentukan norma-norma hukum publik itu berbeda dengan pembentukan norma-norma hukum privat. Apabila dilihat
pada struktur norma (norma structure), hukum publik itu berada di atas hukum privat, sedangkan apabila dilihat dari struktur lembaga (institutional structure) maka
lembaga- lembaga negara (public autorities) terletak di atas masyarakat (population).
Hans Nawiasky juga berpendapat bahwa selain norma itu berlapis-lapis dan berjenjang-jenjang, norma hukum dari suatu negara itu juga berkelompok-kelompok,
dan pengelompokan norma hukum dalam suatu negara itu terdiri atas empat kelompokan besar yaitu:
kelompok I: Staatsfundamentalnorm (norma
fundamental negara)
Kelompok II: Staatsgrundgesetz (aturan Dasar
Negara/Aturan Pokok Negara)
Kelompok III: Formell Gesettz (undang-undang
„formal‟)
Kelompok IV: Verordnung & Autinome Satzung
(aturan pelaksanaan & aturan otonom)
1.Norma Fundamental yang merupakan norma tertinggi dalam suatu negara ini merupakan norma yang tidak dibentuk oleh suatu norma yang lebih tinggi lagi,
tetapi bersifat „pre-supposed‟ atau„ditetapkan terlebih dahulu‟ oleh masyarakat dalam suatu negara dan merupakan norma yang menjadi tempat bergantungnya
norma-norma hukum di bawahnya.
2.Menurut Hans Nawiasky, suatu Aturan Dasar Negara/Aturan Pokok Negara dapat dituangkan di dalam suatu dokumen negara yang disebut Staatsverfassung,
atau dapat juga dituangkan dalam beberapa dokumen negara yang tersebar-sebar yang disebut dengan istilah Staatsgrundgesetz. Dalam penjelasan UUD 1945
Staatsgrundgesetz ini disebut dengan istilah Aturan-aturan Pokok yang dirumuskan dalam Penjelasan Umum Angka IV UUD 1945. Konvensi Ketatanegaraan
adalah hukum dasar tidak tertulis yang tumbuh dan terpeliharanya di dalam masyarakat. Diakuinya Hukum tidak tertulis di negara Indonesia dapat dilihat dalam
Penjelasan Umum Angka I UUD 1945.
3.Di Indonesia istilah Formell Gesetz atau Formele Wetten ini seyogyanya
diterjemahkan dengan „undang-undang‟ saja tanpa menambah kata „formal‟ di belakangnya, oleh karena apabila formell Gesetz diterjemahkan dengan „undang-
undang formal‟, hal itu tidak sesuai dengan penyebutan jenis-jenis peraturan perundang-undangan di Indonesia.
Dalam sistem perundang-undangan di Indonesia hanya dikenal satu nama jenis Undang-Undang, yaitu suatu keputusan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan
Rakyat, dengan persetujuan bersama Presiden, dan disahkan oleh Presiden.
4.Selain itu, tidak ada Undang-Undang yang dibentuk oleh lembaga lainnya baik di pusat maupun di daerah, sehingga di Indonesia tidak ada istilah Undang-
Undang Atribusi kewenangan dalam pembentukan peraturan perundang- undangan (attributie van wetgevingsbovoegdheid) ialah pemberian kewenangan
membentuk peraturan perundang-undangan yang diberikan oleh Grondwet (Undang-Undang Dasar) atau wet (undang-undang) kepada suatu lembaga
negara/pemerintahan pusat ataupun Undang-Undang Lokal.
Atribusi kewenangan dalam pembentukan peraturan perundang- undangan (attributie van wetgevingsbovoegdheid) ialah pemberian kewenangan membentuk
peraturan perundang-undangan yang diberikan oleh Grondwet (Undang-Undang Dasar) atau wet (undang-undang) kepada suatu lembaga negara/pemerintahan
)

More Related Content

Similar to IUU.docx

Instrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.docx
Instrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.docxInstrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.docx
Instrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.docxZukét Printing
 
Instrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.pdf
Instrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.pdfInstrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.pdf
Instrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.pdfZukét Printing
 
Paper bab 4 pkn
Paper bab 4 pknPaper bab 4 pkn
Paper bab 4 pknFuad Nasir
 
Kewarganegaraan 2
Kewarganegaraan 2Kewarganegaraan 2
Kewarganegaraan 2Ady Prakoso
 
Analisis Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2021 Tentang Perubahan Atas Undang-Unda...
Analisis Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2021 Tentang Perubahan Atas Undang-Unda...Analisis Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2021 Tentang Perubahan Atas Undang-Unda...
Analisis Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2021 Tentang Perubahan Atas Undang-Unda...Alorka 114114
 
Hukum yang-tak-kunjung-tegak
Hukum yang-tak-kunjung-tegakHukum yang-tak-kunjung-tegak
Hukum yang-tak-kunjung-tegakAbdi Hataramura
 
Hub dasar negara dan konstitusi
Hub dasar negara dan konstitusiHub dasar negara dan konstitusi
Hub dasar negara dan konstitusihayui
 
Materi_1_hakikat_perlindungan_dan_penega.ppt
Materi_1_hakikat_perlindungan_dan_penega.pptMateri_1_hakikat_perlindungan_dan_penega.ppt
Materi_1_hakikat_perlindungan_dan_penega.pptBirdLiricK
 
Bab iv konst hasil
Bab iv konst hasilBab iv konst hasil
Bab iv konst hasilEdi Ison
 
Institusi negara dalam sistem ketatanegaraan indonesia
Institusi negara dalam sistem ketatanegaraan indonesiaInstitusi negara dalam sistem ketatanegaraan indonesia
Institusi negara dalam sistem ketatanegaraan indonesiabiroadm
 
2. POLITIK DAN SISTEM HUKUM-KONFIGURASI POLITIK HUKUM-OK.pptx
2. POLITIK DAN SISTEM HUKUM-KONFIGURASI POLITIK HUKUM-OK.pptx2. POLITIK DAN SISTEM HUKUM-KONFIGURASI POLITIK HUKUM-OK.pptx
2. POLITIK DAN SISTEM HUKUM-KONFIGURASI POLITIK HUKUM-OK.pptxNadnosWolfrider
 
Negara ri belum memiliki hukum nasional
Negara ri belum memiliki hukum nasionalNegara ri belum memiliki hukum nasional
Negara ri belum memiliki hukum nasionallutpimajidi
 

Similar to IUU.docx (20)

Instrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.docx
Instrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.docxInstrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.docx
Instrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.docx
 
Instrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.pdf
Instrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.pdfInstrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.pdf
Instrumen Pemerintah dalam Kebijakan Pemerintah.pdf
 
Paper bab 4 pkn
Paper bab 4 pknPaper bab 4 pkn
Paper bab 4 pkn
 
Makalah konstitusional dan negara
Makalah konstitusional dan negaraMakalah konstitusional dan negara
Makalah konstitusional dan negara
 
PKn
PKnPKn
PKn
 
Kewarganegaraan 2
Kewarganegaraan 2Kewarganegaraan 2
Kewarganegaraan 2
 
Analisis Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2021 Tentang Perubahan Atas Undang-Unda...
Analisis Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2021 Tentang Perubahan Atas Undang-Unda...Analisis Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2021 Tentang Perubahan Atas Undang-Unda...
Analisis Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2021 Tentang Perubahan Atas Undang-Unda...
 
Hukum yang-tak-kunjung-tegak
Hukum yang-tak-kunjung-tegakHukum yang-tak-kunjung-tegak
Hukum yang-tak-kunjung-tegak
 
Hubungan warga negara(mustina)
Hubungan warga negara(mustina)Hubungan warga negara(mustina)
Hubungan warga negara(mustina)
 
Hub dasar negara dan konstitusi
Hub dasar negara dan konstitusiHub dasar negara dan konstitusi
Hub dasar negara dan konstitusi
 
Materi_1_hakikat_perlindungan_dan_penega.ppt
Materi_1_hakikat_perlindungan_dan_penega.pptMateri_1_hakikat_perlindungan_dan_penega.ppt
Materi_1_hakikat_perlindungan_dan_penega.ppt
 
Rule of Law
Rule of LawRule of Law
Rule of Law
 
Htn
HtnHtn
Htn
 
TEORI HUKUM
TEORI HUKUMTEORI HUKUM
TEORI HUKUM
 
Bab iv konst hasil
Bab iv konst hasilBab iv konst hasil
Bab iv konst hasil
 
Tata urut perundang
Tata urut perundangTata urut perundang
Tata urut perundang
 
Nur Sania Dasopang
Nur Sania DasopangNur Sania Dasopang
Nur Sania Dasopang
 
Institusi negara dalam sistem ketatanegaraan indonesia
Institusi negara dalam sistem ketatanegaraan indonesiaInstitusi negara dalam sistem ketatanegaraan indonesia
Institusi negara dalam sistem ketatanegaraan indonesia
 
2. POLITIK DAN SISTEM HUKUM-KONFIGURASI POLITIK HUKUM-OK.pptx
2. POLITIK DAN SISTEM HUKUM-KONFIGURASI POLITIK HUKUM-OK.pptx2. POLITIK DAN SISTEM HUKUM-KONFIGURASI POLITIK HUKUM-OK.pptx
2. POLITIK DAN SISTEM HUKUM-KONFIGURASI POLITIK HUKUM-OK.pptx
 
Negara ri belum memiliki hukum nasional
Negara ri belum memiliki hukum nasionalNegara ri belum memiliki hukum nasional
Negara ri belum memiliki hukum nasional
 

Recently uploaded

SURAT KEPUTUSAN NO. 942 - STRUKTUR, KOMPOSISI DAN PERSONALIA TIM PEMENANGAN P...
SURAT KEPUTUSAN NO. 942 - STRUKTUR, KOMPOSISI DAN PERSONALIA TIM PEMENANGAN P...SURAT KEPUTUSAN NO. 942 - STRUKTUR, KOMPOSISI DAN PERSONALIA TIM PEMENANGAN P...
SURAT KEPUTUSAN NO. 942 - STRUKTUR, KOMPOSISI DAN PERSONALIA TIM PEMENANGAN P...CI kumparan
 
permendag 36 tenntang regulasi impor terbaru di indonesia
permendag 36 tenntang regulasi impor terbaru di indonesiapermendag 36 tenntang regulasi impor terbaru di indonesia
permendag 36 tenntang regulasi impor terbaru di indonesiavinkylegal
 
Pergub_DKI_93_2021.pdf hahaiahiahiaiahhaaa
Pergub_DKI_93_2021.pdf hahaiahiahiaiahhaaaPergub_DKI_93_2021.pdf hahaiahiahiaiahhaaa
Pergub_DKI_93_2021.pdf hahaiahiahiaiahhaaaRirinMeisa1
 
Salinan PP Nomor 23 Tahun 2024 (Jalan Tol) (1).pdf
Salinan PP Nomor 23 Tahun 2024 (Jalan Tol) (1).pdfSalinan PP Nomor 23 Tahun 2024 (Jalan Tol) (1).pdf
Salinan PP Nomor 23 Tahun 2024 (Jalan Tol) (1).pdfCI kumparan
 
Salinan PP Nomor 22 Tahun 2024 (DHE).pdf
Salinan PP Nomor 22 Tahun 2024 (DHE).pdfSalinan PP Nomor 22 Tahun 2024 (DHE).pdf
Salinan PP Nomor 22 Tahun 2024 (DHE).pdfCI kumparan
 
Salinan Perpres Nomor 61 Tahun 2024 (Neraca Komoditas) (2).pdf
Salinan Perpres Nomor 61 Tahun 2024 (Neraca Komoditas) (2).pdfSalinan Perpres Nomor 61 Tahun 2024 (Neraca Komoditas) (2).pdf
Salinan Perpres Nomor 61 Tahun 2024 (Neraca Komoditas) (2).pdfCI kumparan
 
Salinan PP Nomor 21 Tahun 2024 (Tabungan Perumahan Rakyat).pdf
Salinan PP Nomor 21 Tahun 2024 (Tabungan Perumahan Rakyat).pdfSalinan PP Nomor 21 Tahun 2024 (Tabungan Perumahan Rakyat).pdf
Salinan PP Nomor 21 Tahun 2024 (Tabungan Perumahan Rakyat).pdfCI kumparan
 
Paparan TOT eKinerja Kementrian Perhubungan tahun 2023
Paparan TOT eKinerja Kementrian Perhubungan tahun 2023Paparan TOT eKinerja Kementrian Perhubungan tahun 2023
Paparan TOT eKinerja Kementrian Perhubungan tahun 2023VeriPutra
 

Recently uploaded (8)

SURAT KEPUTUSAN NO. 942 - STRUKTUR, KOMPOSISI DAN PERSONALIA TIM PEMENANGAN P...
SURAT KEPUTUSAN NO. 942 - STRUKTUR, KOMPOSISI DAN PERSONALIA TIM PEMENANGAN P...SURAT KEPUTUSAN NO. 942 - STRUKTUR, KOMPOSISI DAN PERSONALIA TIM PEMENANGAN P...
SURAT KEPUTUSAN NO. 942 - STRUKTUR, KOMPOSISI DAN PERSONALIA TIM PEMENANGAN P...
 
permendag 36 tenntang regulasi impor terbaru di indonesia
permendag 36 tenntang regulasi impor terbaru di indonesiapermendag 36 tenntang regulasi impor terbaru di indonesia
permendag 36 tenntang regulasi impor terbaru di indonesia
 
Pergub_DKI_93_2021.pdf hahaiahiahiaiahhaaa
Pergub_DKI_93_2021.pdf hahaiahiahiaiahhaaaPergub_DKI_93_2021.pdf hahaiahiahiaiahhaaa
Pergub_DKI_93_2021.pdf hahaiahiahiaiahhaaa
 
Salinan PP Nomor 23 Tahun 2024 (Jalan Tol) (1).pdf
Salinan PP Nomor 23 Tahun 2024 (Jalan Tol) (1).pdfSalinan PP Nomor 23 Tahun 2024 (Jalan Tol) (1).pdf
Salinan PP Nomor 23 Tahun 2024 (Jalan Tol) (1).pdf
 
Salinan PP Nomor 22 Tahun 2024 (DHE).pdf
Salinan PP Nomor 22 Tahun 2024 (DHE).pdfSalinan PP Nomor 22 Tahun 2024 (DHE).pdf
Salinan PP Nomor 22 Tahun 2024 (DHE).pdf
 
Salinan Perpres Nomor 61 Tahun 2024 (Neraca Komoditas) (2).pdf
Salinan Perpres Nomor 61 Tahun 2024 (Neraca Komoditas) (2).pdfSalinan Perpres Nomor 61 Tahun 2024 (Neraca Komoditas) (2).pdf
Salinan Perpres Nomor 61 Tahun 2024 (Neraca Komoditas) (2).pdf
 
Salinan PP Nomor 21 Tahun 2024 (Tabungan Perumahan Rakyat).pdf
Salinan PP Nomor 21 Tahun 2024 (Tabungan Perumahan Rakyat).pdfSalinan PP Nomor 21 Tahun 2024 (Tabungan Perumahan Rakyat).pdf
Salinan PP Nomor 21 Tahun 2024 (Tabungan Perumahan Rakyat).pdf
 
Paparan TOT eKinerja Kementrian Perhubungan tahun 2023
Paparan TOT eKinerja Kementrian Perhubungan tahun 2023Paparan TOT eKinerja Kementrian Perhubungan tahun 2023
Paparan TOT eKinerja Kementrian Perhubungan tahun 2023
 

IUU.docx

  • 1. Nama:Lambok Tri Junianto Simanjuntak Nim:20602009 Kelas:A Ringkasan Hans Kelsen berpendapat bahwa norma-norma hukum itu berjenjang- jenjang dan berlapis-lapis dalam suatu hierarki (tata susunan), dalam arti suatu norma yang lebih rendah berlaku, bersumber, dan berdasar pada norma yang lebih tinggi. Adolf Merkl berpendapat bahwa suatu norma hukum dan berdasar pada norma yang ada diatasnya. Sementara ke bawah maka norma hukum menjadi sumber dan dasar bagi norma dibawahnya. Norma dasar merupakan norma tertinggi dalam suatu sistem norma tersebut tidak lai dibentuk oleh suatu norma yang lebih tinggi lagi, tetapi norma dasar itu ditetapkan terlebih dahuku oleh masyarakat sebagai norma dasar yang merupakan gantungan bagi norma- norma yang berada di bawahnya, Benyamin Akzin mengemukakan bahwa pembentukan norma-norma hukum publik itu berbeda dengan pembentukan norma-norma hukum privat. Apabila dilihat pada struktur norma (norma structure), hukum publik itu berada di atas hukum privat, sedangkan apabila dilihat dari struktur lembaga (institutional structure) maka lembaga- lembaga negara (public autorities) terletak di atas masyarakat (population). Hans Nawiasky juga berpendapat bahwa selain norma itu berlapis-lapis dan berjenjang-jenjang, norma hukum dari suatu negara itu juga berkelompok-kelompok, dan pengelompokan norma hukum dalam suatu negara itu terdiri atas empat kelompokan besar yaitu: kelompok I: Staatsfundamentalnorm (norma fundamental negara) Kelompok II: Staatsgrundgesetz (aturan Dasar Negara/Aturan Pokok Negara) Kelompok III: Formell Gesettz (undang-undang „formal‟) Kelompok IV: Verordnung & Autinome Satzung
  • 2. (aturan pelaksanaan & aturan otonom) 1.Norma Fundamental yang merupakan norma tertinggi dalam suatu negara ini merupakan norma yang tidak dibentuk oleh suatu norma yang lebih tinggi lagi, tetapi bersifat „pre-supposed‟ atau„ditetapkan terlebih dahulu‟ oleh masyarakat dalam suatu negara dan merupakan norma yang menjadi tempat bergantungnya norma-norma hukum di bawahnya. 2.Menurut Hans Nawiasky, suatu Aturan Dasar Negara/Aturan Pokok Negara dapat dituangkan di dalam suatu dokumen negara yang disebut Staatsverfassung, atau dapat juga dituangkan dalam beberapa dokumen negara yang tersebar-sebar yang disebut dengan istilah Staatsgrundgesetz. Dalam penjelasan UUD 1945 Staatsgrundgesetz ini disebut dengan istilah Aturan-aturan Pokok yang dirumuskan dalam Penjelasan Umum Angka IV UUD 1945. Konvensi Ketatanegaraan adalah hukum dasar tidak tertulis yang tumbuh dan terpeliharanya di dalam masyarakat. Diakuinya Hukum tidak tertulis di negara Indonesia dapat dilihat dalam Penjelasan Umum Angka I UUD 1945. 3.Di Indonesia istilah Formell Gesetz atau Formele Wetten ini seyogyanya diterjemahkan dengan „undang-undang‟ saja tanpa menambah kata „formal‟ di belakangnya, oleh karena apabila formell Gesetz diterjemahkan dengan „undang- undang formal‟, hal itu tidak sesuai dengan penyebutan jenis-jenis peraturan perundang-undangan di Indonesia. Dalam sistem perundang-undangan di Indonesia hanya dikenal satu nama jenis Undang-Undang, yaitu suatu keputusan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat, dengan persetujuan bersama Presiden, dan disahkan oleh Presiden. 4.Selain itu, tidak ada Undang-Undang yang dibentuk oleh lembaga lainnya baik di pusat maupun di daerah, sehingga di Indonesia tidak ada istilah Undang- Undang Atribusi kewenangan dalam pembentukan peraturan perundang- undangan (attributie van wetgevingsbovoegdheid) ialah pemberian kewenangan membentuk peraturan perundang-undangan yang diberikan oleh Grondwet (Undang-Undang Dasar) atau wet (undang-undang) kepada suatu lembaga negara/pemerintahan pusat ataupun Undang-Undang Lokal. Atribusi kewenangan dalam pembentukan peraturan perundang- undangan (attributie van wetgevingsbovoegdheid) ialah pemberian kewenangan membentuk peraturan perundang-undangan yang diberikan oleh Grondwet (Undang-Undang Dasar) atau wet (undang-undang) kepada suatu lembaga negara/pemerintahan
  • 3.
  • 4.
  • 5. )