SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
Download to read offline
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Flavonoid
Kata dari “flavonoid” merupakan kata yang merujuk pada senyawa bahan alam
yang mengandung dua cincin aromatik benzena yang dihubungkan oleh 3 atom
karbon, atau suatu fenilbenzopiran (C6-C3-C6). Bergantung pada posisi ikatan dari
cincin aromatik benzena pada rantai penghubung tersebut, kelompok flavonoid
dibagi menjadi 3 kelas utama, flavonoid, isoflavonoid, dan neoflavonoid.
Perbedaan struktur kelas utama tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Struktur umum flavonoid, isoflavonoid, dan neoflavonoid
(Grotewold, 2006).
Flavonoid dapat disintesis melalui jalur fenol dengan melibatkan calkon dan
dihidrocalkon sebagai senyawa antaranya. Bahan awal yang direasikan dengan
adanya asam dapat membentuk senyawa flavonoid dengan melibatkan calkon
sebagai senyawa antara, sedangkan apabila direaksikan pada kondisi basa akan
5
membentuk suatu dehidrocalkon dengan adanya proses reduksi terlebih dahulu.
Reaksi sintesis senyawa flavonoid disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2. Mekanisme sintesis Flavonoid dengan melibatkan calkon dan
dehidrocalkon sebagai senyawa antara (Grotewold, 2006)
Flavonoid merupakan senyawa metabolit tumbuhan yang sangat melimpah di
alam. Fungsi senyawa flavonoid sangatlah penting bagi tanaman pada
pertumbuhan dan perkembangannya. Fungsi tersebut seperti penarik perhatian
hewan pada proses penyerbukan dan penyebaran benih, stimulan fiksasi nitrogen
pada bakteri Rhizobium, peningkat pertumbuhan tabung serbuk sari, serta
resorpsi nutrisi dan mineral dari proses penuaan daun.senyawa flavonoid juga
dipercaya memiliki kemampuan untuk pertahanan tanaman dari herbivora dan
penyebab penyakit, serta senyawa ini membentuk dasar untuk melakukan
interaksi alelopati antar tanaman (Andersen dan Markham, 2006). Selain itu,
asam
6
senyawa flavonoid memiliki aktivitas antioksidan yang cukup tinggi (Zuhra dkk.,
2008).
B. Antosianin
Antosianin merupakan senyawa larut dalam air turunan flavonoid yang dhasilkan
dari metabolit sekunder tanaman. Senyawa ini bertanggung jawab untuk warna
biru, jingga, dan merah pada banyak jaringan tumbuhan, termasuk bunga, jenis
berry, dan pada sedikit bahan makanan umum seperti kubis merah, selada merah,
bawang putih, kentang berkulit merah dan ubi jalar ungu. Contoh tanaman yang
mengandung antosianin disajikan pada Tabel 1.
Antosianin merupakan turunan senyawa flavonoid yang bermuatan positif pada
atom oksigennya. Struktur umum antosianin dan turunannya disajikan pada
Gambar 3.
Gambar 3. Struktur umum Antosianin dan turunannya (Markakis, 1982).
7
Tabel 1. Kandungan antosianin dalam berbagai tumbuhan dan buah- buahan
(Giusty dan Wrostald, 2001).
Sumber
Kandungan pigmen
Referensi(mg/100 g berat
segar)
Apel 10 Mazza dan Miniati, 1993
Bilberries 300-320 Mazza dan Miniati, 1993
Blackberries 83-326 Mazza dan Miniati, 1993
Black Currants 130-400 Timberlake, 1988
Blueberries 25-495 Mazza dan Miniati, 1993
Kol merah 25 Timberlake, 1988
Chokeberries
hitam
560
Kreamer-Schafhalter et al.,
1996
Ceri 4-450
Kreamer-Schafhalter et al.,
1996
Cranberries 60-200 Timberlake, 1988
Elderberry 450
Kreamer-Schafhalter et al.,
1996
Anggur 6-600 Mazza dan Miniati, 1993
Kiwi 100
Kreamer-Schafhalter et al.,
1996
Bawang merah 7-21 Mazza dan Miniati, 1993
Plum 2-25 Timberlake, 1988
Radishes merah 11-60 Giusti et al., 1988
Raspberries hitam 300-400 Timberlake, 1988
Raspberries
merah
20-60 Mazza dan Miniati, 1993
Strawberi 15-35 Timberlake, 1988
Tradescantia
palida
120 Shi et al., 1992
(daun)
Di alam, biasanya senyawa antosianin akan membentuk ikatan glikosida pada
karbon 5 dan 5’ cincin A dan C. Glikosida tersebut dapat berupa monosakarida,
disakarida, serta polisakarida (Markakis, 1982). Antosianin dapat ditemukan
dalam plasma tubuh manusia sebagai bentuk utuh dari glukosida, rutinosida,
sambubiosida, sophorosida, dan asam kafeat konjugat dari sophorosida (Andersen
8
dan Markham, 2006). Senyawa antosianin memiliki potensial sebagai suplemen
nutrisi untuk manusia. Konsumsi senyawa antosianin yang terkandung dalam
buah-buahan, sayur-sayuran, anggur, selai dan manisan dapat mengurangi resiko
terkena penyakit yang berbahaya seperti kanker, penyakit jaringan pembuluh
darah, inhibisi virus, dan penyakit alzhemeir. Antosianin dan flavonoid lain
dibutuhkan karena kemampuannya sebagai antioksidan yang berpotensi dapat
menyebabkan pencegahan berbagai penyakit yang berhubungan dengan tekanan
oksidatif (Andersen dan Markham, 2006).
Antosianin akan membentuk keseimbangan bergantung pada pH (derajat
keasaman) dari senyawa tersebut. Pada keadaan sangat asam (pH 1-2) antosianin
akan dominan berbentuk kation flavilium, pada keadaan ini antosianin berada
pada kondisi paling stabil dan paling berwarna. Ketika tingkat keasaman menurun
(pH > 4), senyawa antosianin akan berwarna kuning (bentuk calkon), biru (bentuk
quinouid), atau tidak berwarna (basa karbinol). Kesetimbangan antosianin pada
berbagai pH disajikan pada Gambar 4. Oleh karena itu, senyawa antosianin
sebagai pigmen warna akan lebih stabil pada keadaan asam atau sangat asam (pH
rendah) (Andrawulan dkk., 2012).
C. Isolasi Antosinin
Antosianin dapat diambil dari tanaman maupun buah-buahan menggunakan teknik
maserasi dengan menggunakan pelarut yang bersifat polar . Antosianin dapat
diekstrak dengan menggunakan 0,01% HCl (v/v) dalam aseton berair 70%, 0,01
% HCl (v/v) dalam metanol (Rodriguez-Saona dan Wrostald, 2001), dan etanol
(Braunlich dkk., 2013). Pelarut yang dapat digunakan untuk mengekstraksi
9
antosianin dari daun adam hawa adalah pelarut etanol 95 % (Sitorus dkk., 2011).
Antosianin dalam daun adam hawa dapat juga diekstrak dengan menggunakan air
(Padmaningrum, 2011).
Gambar 4. Kesetimbangan antosianin pada berbagai kondisi pH (Andrawulan
dkk., 2012).
D. Kromatografi
Kromatografi merupakan suatu metode pemisahan senyawa yang didasarkan atas
perbedaan laju perpindahan dari komponen dalam campuran. Pemisahan dengan
metode kromatografi dilakukan dengan memanfaatkan sifat fisik dari komponen
10
campuran tersebut, seperti kelarutan, sampel, adsorbs, dan kepolaran (Skoog,
dkk., 2014). Klasifikasi kromatografi berdasarkan fasa diam dan fasa geraknya
disajikan pada Tabel 2.
Antosianin dapat dimurnikan dengan metode kromatografi (Rodriguez-Sauna dan
Wrostald, 2001), secara kromatografi kolom menggunakan fasa gerak sefadeks
LH-20 (Lee, 2013), resin AB-8 berpori (Hua dkk., 2013), dan dapat juga
menggunakan HPLC preparatif dengan menggunakan kolom C18 (Syukri dkk.,
2013).
1. Kromatografi Kolom
Kromatografi kolom merupakan jenis kromatografi padat cair berdasarkan
serapan yang dilakukan di dalam kolom (fasa diam), metode ini merupakan
metode yang paling banyak digunakan dan terbaik dalam pemisahan campuran
dalam jumlah besar. Campuran yang akan dipisahkan diletakan pada bagian atas
penyerap (fasa diam) yang berada dalam tabung kaca (kolom). Fasa gerak yang
merupakan campuran pelarut (eluen) dibiarkan mengalir melalui kolom yang
disebabkan oleh gaya gravitasi bumi. Senyawa yang terlarut akan bergerak
melalui kolom dengan laju berbeda, perbedaan laju dikarenakan adanya interaksi
antara senyawa terlarut, penyerap (fasa diam), dan pelarut (fasa gerak). Hasil
pemisahan kemudian dikumpulkan berupa fraksi-fraksi pada saat keluar dari
bawah kolom (Gritter dkk., 1991).
Dalam pemurnian antosianin yang diperoleh dari ekstrak kasar yang telah
dipekatkan dapat menggunakan fasa diam silika gel atau dengan menggunakan
resin sefadeks LH-20. Untuk memperoleh pemisahan yang sempurna, dapat
11
menggunakan sefadeks LH-20 sebagai fasa diamnya dengan menggunakan eluen
metanol (Lee, 2013).
Tabel 2. Klasifikasi kromatografi dan tipe pemisahannya (Skoog, dkk., 2014).
Klasifikasi
Umum
Metode spesifik Fasa Gerak Tipe Pemisahan
Kromatografi
Gas
a. Gas-cair
(GLC)
Adsorben cair atau
terikat pada permukaan
padat
Partisis antara
gas dan cair
b. Gas-padat Padat Adsorpsi
Kromatografi
Cair
a. Cair-cair,
atau partisi
Adsorben cair atau
terikat pada permukaan
padat
Partisi antara
cairan yang tak
bercampur
b. Cair-padat,
atau adsorpsi
Padat adsorpsi
c. Pertukaran
ion
Resin pertukaran ion Pertukaran ion
d. Eksklusi
ukuran
Cair dalam celah
polimer padat
Partisis/penyari
ngan
e. Afinitas Kelompok cairan khusus
yang terikat pada
permukaan padat
Partisi antara
cairan
permukaan dan
cairan bergerak
Supercritical
fluid
chromatography
(SFC) (fasa
diam: cairan
super kritis
Spesi organik yang
terikat pada permukaan
padat
Partisis antara
cairan
superkritis dan
permukaan
yang terikat
2. Kromatografi Lapis Tipis
kromatografi lapis tipis merupakan jenis kromatografi padat cair yang
menggunakan bahan padat sebagai fasa diam dan pelarut sebagai fasa geraknya.
Fasa diam yang terdiri dari bahan berbutir-butir ditempatkan dalam penyangga
12
berupa pelat gelas, logam, atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan
dipisahkan, yang berupa larutan, kemudian ditotolkan pada pelat KLT (fasa
diam). Kemudian pelat diletakan dalam bejana tertutup yang telah terisi larutan
eluen (fasa gerak). Pemisahan terjadi berdasarkan perbedaan laju alir dari
senyawa terhadap fasa diamnya. Selanjutnya, senyawa yang tidak berwarna harus
ditampakan dengan disinari UV atau disemprotkan larutan kromium sulfat (Stahl,
1985). Kromatografi lapis tipis merupakan cara analisis cepat dengan
penggunaan bahan yang relatif sedikit.
Untuk meneliti kandungan flavonoid dan turunannya dari suatu ekstrak, sudah
menjadi kebiasaan umum untuk menggunakan eluen beralkohol pada eluen
pertama kromatografi lapis tipis, misalnya butanol-asam asetat-air (Markham,
1988). Senyawa antosianin akan memisah dengan baik pada penggunakan
kromatografi lapis tipis bila digunakan eluen butanol-asam asetat-air/BAA
(4:1:5) (Sitorus dkk., 2011).
3. Sefadeks LH-20
Sefadeks LH-20 merupakan suatu resin yang biasa digunakan untuk memisahkan
zat-zat terlarut yang terkandung dalam suatu sistem pelarut. Pemisahan
menggunakan sefadeks LH-20 sama seperti pemisahan yang dilakukan pada
kromatografi kolom menggunakan fasa diam silika gel. Namun, sefadeks LH-20
memisahkan berdasarkan berat molekul zat-zat terlarut. Zat-zat dengan berat
molekul besar akan mengelusi (keluar) dari kolom terlebih dahulu. Ini
dikarenakan molekul-molekul kecil akan masuk dalam pori-pori sefadeks LH-20
(Hagerman, 2002). Struktur sefadeks LH-20 Disajikan pada Gambar 6. Senyawa
13
antosianin dapat dimurnikan dengan menggunakan sefadeks LH-20 menggunakan
sistem pelarut 75% aseton dalam air (Lee, 2013).
Gambar 5. Struktur sefadeks LH-20 (Hagerman, 2002).
E. Analisis Menggunakan Spektrofotometri
Spektroskopi/ spektrofotometri merupakan suatu jenis analisis kualitatif dan
kuantitatif terbaru yang berdasarkan interaksi antara radiasi elektromagnetik dan
materi untuk mendapatkan informasi mengenai materi tersebut (Skoog, 2014).
Radiasi elektromagnetik tersebut dapat berupa radiasi sinar γ, sianar-X ( X-ray),
UV-Vis (ultra ungu-tampak), infra merah (IR), gelombang mikro, dan gelombang
radio (Harvey, 2000). Pembagian jenis radiasi elektromagnetik berdasarkan
panjang gelombangnya disajikan pada Gambar 6.
14
Gambar 6. Jenis radiasi elektromagnetik dan panjang gelombangnya (Harvey,
2000).
Gelombang elektromagnetik tersebut dapat digunakan untuk analisis, baik analisis
kualitatif dan kuantitatif. Dalam aplikasinya gelombang elektromagnetik dapat
dihasilkan dengan berbagai sumber radiasi, bergantung pada instrumenasi dan
jenis gelombang elektromagnetik yang akan digunakan. Sumber-sumber radiasi
gelombang elektromagnetik disajikan pada Tabel 3.
Untuk membedakan jenis antosianin yang diperoleh dari ekstrak daun adam hawa
dengan jenis antosianin yang lainnya haruslah dilakukan karakterisasi dengan
menggunakan metode spektroskopi. Metode yang biasa digunakan untuk
karakterisasi senyawa bahan alam adalah spektrofotometri UV-Vis untuk
mengetahui serapan maksimal senyawa antosianin yang diperoleh, spektrometri
IR untuk mengetahui gugus fungsi yang terdapat dalam senyawa antosianin,
spektrometri LC-MS untuk mengetahui fragmentasi senyawa antosianin dan
spektrometri NMR untuk mengetahui letak atom hidrogen dan atom karbon pada
senyawa antosianin.
15
Tabel 3. Sumber radiasi gelombang elektromagnetik untuk spektroskopi optik
(Skoog, 2014).
Sumber
Daerah Panjang
Gelombang (nm)
Jenis Spektroskopi
Lampu arc Xenon 250-600 Molecular fluorescence
Lampu H2 dan D2 160-380 Absorpsi molekuler UV/Vis
Lampu tungsten/halogen 240-2500 Absorpsi molekuler UV/Vis/IR
dekat
Lampu tungsten 350-2200 Absorpsi molekuler Vis/IR dekat
Glower Nerst 400-20.000 Absorpsi molekuler IR
Kabel Nichrome 750-20.000 Absorpsi molekuler IR
Globar 1200-40.000 Absorpsi molekuler IR
1. Spektrofotometri UV-Vis
Spektrofotometri UV-Vis merupakan instrumen analisis spektroskopi yang
menggunakan gelombang elektromagnetik pada panjang gelombang 190-400
(UV) dan 400-780 (Visible/ tampak). Analisis dengan metode ini didasarkan pada
absorpsi gelombang elektromagnetik yang menyebabkan terjadinya transisi
elektrtronik dari keadaan dasar menjadi keadaan yang tereksitasi. Transisi terkuat
adalah transisi dari σ→σ*
yang menyerap energi elektromagnetik dibawah
panjang gelombang 200 nm. Contoh dari transisi ini adalah transisi pada ikatan C-
C dan C-H, kedua ikatan ini memiliki elektron orbital σ. Senyawa yang tak jenuh
yang memiliki sepasang elektron bebas akan mengalami transisi elektron dari
n→σ*
yang akan menyerap energi pada panjang gelombang 150-250 nm. Pada
analisis spektrofotometri UV-Vis didasarkan pada transisi elektron n→π*
atau
16
π→π*
yang merupakan orbital pada ikatan senyawa tak jenuh (Gauglitz dan Vo-
Dinh, 2003).
Panjang gelombang maksimum untuk setiap senyawa akan berbeda dengan
senyawa lainnya bergantung pada jenis transisi yang terjadi pada senyawa
tersebut. Semakin banyak ikatan rangkap yang terdapat pada zat tersebut, maka
panjang gelombang maksimum zat tersebut akan lebih besar (bergeser ke kanan).
Seperti benzena akan memiliki panjang gelombang maksimum yang lebih rendah
daripada suatu naftalena. Serapan maksimal beberapa senyawa organik disajikan
pada Tabel 4 (Gauglitz, dan Vo-Dinh, 2003).
Antosianin akan menyerap spektra UV-Vis pada panjang gelombang sekitar 500-
560 nm untuk berbagai macam pelarut. Pelarut yang biasa digunakan dalam
analisis antosianin menggunakan UV-Vis adalah 0,1% HCl dalam etanol; 0,1%
HCl dalam metanol; larutan buffer pH 0,9; HCl 0,1 N; serta 0,1 N HCl/etanol
(15:85) (Giusty dan Wrostald, 2001).
F. Uji Aktivitas Antioksidan
Senyawa antioksidan memiliki kapasitas antioksidan yang berbeda-beda.
Kapasitas antioksidan dapat diukur dengan berbagai cara, salah satu yang paling
sering dihunakan adalah dengan metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil).
DPPH merupakan senyawa yang dapat membentuk radikal dan elektron radikal
tersebut akan memberikan serapan maksimal pada panjang gelombang 517 nm
dan akan berwarna ungu. Setelah elektron radikal mengikat hidrogen dari suatu
antioksidan menjadi keadaan tereduksi DPPH-H, akan menyebabkan absortivitas
molar dari senyawa DPPH turun dari 9660 menjadi 1640 dan warna larutan akan
berubah menjadi kuning. Hasil perubahan warna setara dengan banyaknya
17
elektron yang ditangkap. Besarnya nilai dari aktivitas antioksiadan suatu sampel
dinyatakan setara dengan mikromol trolox (TE) per 100g sampel (Prakash dkk.,
2013).
Tabel 4. Panjang gelombang maksimum beberapa senyawa organik (Gauglitz,
dan Vo-Dinh, 2003).
Kromofor Panjang gelombang maksimum
-C=C-
175 nm
195 nm
225 nm
>C=C< 175 nm
>C=O
160 nm
185 nm
280 nm
H
C
O
210 nm
280 nm
184 nm
205 nm
255 nm
220 nm
275 nm
310 nm
R-NO2 205 nm
R-ONO 225 nm
18
Persentasi dari aktivitas antioksidan dapat dilakukan dengan menyiapkan radikal
DPPH yang stabil dalam pelarut etanol. Kemudian 0,5 mL sampel, 3 mL etanol
absolut (> 99%), dan larutan radikal DPPH dalam etanol 0,5 mM dicampurkan.
Dengan bereaksinya radikal DPPH dan antioksidan akan menyebabkan perubahan
warna dari ungu menjadi kuning terang. Kemudian diuji absorbansinya pada
panjang gelombang 517 nm setelah larutan bereaksi selama 100 menit. Campuran
kedua antara 3,3 mL etanol absolut dan 0,5 mL sampel sebagai larutan blanko,
dan campuran ketiga antara 3,5 mL etanol absolut dan 0,3 mL larutan radikal
DPPH dalam etanol sebagai control. Persentase aktivitas antioksidan (AA%)
ditentukan dengan rumus:
(Garcia dkk., 2012).
G. Tanaman Adam Hawa
Tanaman adam hawa (Rhoeo discolor L. Her) atau tumbuhan Nanas Kerang
(Jawa) merupakan sejenis tumbuhan liar yang hidup di hutan atau di pekarangan
rumah. Tumbuhan ini memiliki daun tunggal yang berbentuk panjang melebar,
tepinya merata atau bergigi kasar yang tak teratur, rapuh, meruncing pada bagian
ujungnya, permukaan atas daun berwarna hijau dan merah pada permukaan
bawahnya, serta meliki permukaan yang licin dan berambut.
19
Tanaman ini berbunga pada bagian ketiak daunnya. Tanaman ini juga memiliki
batang yang merambat serta memiliki tinggi sekitar 10-20 cm. Gambar tumbuhan
adam hawa disajikan pada Gambar 7.
Kedudukan tumbuhan adam hawa pada taksonomi tumbuhan adalah sebagai
berikut :
Kingdom : Plantarum
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Rhizophorales
Famili : Rhizophoraceae
Genus : Rhoeo
Spesies : Rhoeo discolor (Kadowangko dkk., 2011)
Gambar 7. Tanaman adam hawa
Ekstrak air dan alkohol dari daun tanaman adam hawa dapat digunakan sebagai
indikator pada titrasi asam basa. Perubahan warna yang terjadi pada senyawa
dalam ekstrak daun tumbuhan adam hawa merupakan indikator dua warna yang
20
berubah warna dari coklat ke hijau atau merah ke hijau. Ekstrak air daun tanaman
adam hawa memiliki trayek pH (derajat keasaman) antara 7,0-8,6, sedangkan
ekstrak alkohol memiliki trayek pH antara 6,3-7,0. Indikator dari ekstrak daun
tumbuhan Adam Hawa memiliki ketepatan dan kecermatan yang cukup tinggi bila
digunakan pada proses titrasi asam cuka dengan natrium hidroksida
(Padmaningrum, 2011).
Daun tanaman adam hawa memiliki kandungan senyawa flavonoid jenis
antosianidin, yang ditunjukkan dengan hasil kromatogram KLT yang dihasilkan
memiliki nilai Rf (retention factor) 0,09 (merah jingga); 0,36 (merah jingga); 0,71
(merah muda); dan 0,64 (kuning). Noda yang berwarna merah pada kromatogram
KLT menunjukan adanya senyawa antosianin (Sitorus, 2011).
Ekstrak daun adam hawa memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan manusia.
Tanaman ini telah digunakan oleh masyarakat Meksiko sebagai tanaman obat
untuk mengatasi berbagai penyakit (Rosales-Reyes dkk., 2007). Ekstrak etanol
daun adam hawa memiliki kemampuan sebagai antigenotoksik, antimutagenik,
dan memiliki aktivitas antioksidan yang mirip dengan α-tokoferol serta lebih
tinggi dari asam askorbat (Gonzalez-Avila, 2002). Sedangkan, ekstrak air dari
daun adam hawa memiliki kemampuan sebagai antikanker pada hati tikus
(Rosales-Reyes, 2007).

More Related Content

What's hot

Laporan Spektrofotometri UV-Visible
Laporan Spektrofotometri UV-VisibleLaporan Spektrofotometri UV-Visible
Laporan Spektrofotometri UV-VisibleDila Adila
 
Spektrofotometer Serapan Atom (AAS)
Spektrofotometer Serapan Atom (AAS)Spektrofotometer Serapan Atom (AAS)
Spektrofotometer Serapan Atom (AAS)yusbarina
 
identifikasi senyawa golongan alkohol ,fenol dan asam karboksilat
identifikasi senyawa golongan alkohol ,fenol dan asam karboksilatidentifikasi senyawa golongan alkohol ,fenol dan asam karboksilat
identifikasi senyawa golongan alkohol ,fenol dan asam karboksilatzakirafi
 
Reaksi substitusi elektrofilik
Reaksi substitusi elektrofilikReaksi substitusi elektrofilik
Reaksi substitusi elektrofilikDwi Karyani
 
Analisis aspirin menggunakan metode titrasi asam-basa
Analisis aspirin menggunakan metode titrasi asam-basaAnalisis aspirin menggunakan metode titrasi asam-basa
Analisis aspirin menggunakan metode titrasi asam-basaMeiseti Awan
 
Laporan Praktikum Spektrofotometri
Laporan Praktikum SpektrofotometriLaporan Praktikum Spektrofotometri
Laporan Praktikum SpektrofotometriRidha Faturachmi
 
KIMIA ORGANIK BAHAN ALAM terpenoid
KIMIA ORGANIK BAHAN ALAM  terpenoidKIMIA ORGANIK BAHAN ALAM  terpenoid
KIMIA ORGANIK BAHAN ALAM terpenoidDarnisyah R
 
Laporan uji ninhidrin
Laporan  uji ninhidrinLaporan  uji ninhidrin
Laporan uji ninhidrinAstri Maulida
 
Laporan praktikum - pengenalan gugus fungsi (lanjutan)
Laporan praktikum - pengenalan gugus fungsi (lanjutan)Laporan praktikum - pengenalan gugus fungsi (lanjutan)
Laporan praktikum - pengenalan gugus fungsi (lanjutan)Firda Shabrina
 
Uji kation anion
Uji kation   anionUji kation   anion
Uji kation anionTillapia
 

What's hot (20)

Laporan Spektrofotometri UV-Visible
Laporan Spektrofotometri UV-VisibleLaporan Spektrofotometri UV-Visible
Laporan Spektrofotometri UV-Visible
 
Kromatografi penukar ion
Kromatografi penukar ionKromatografi penukar ion
Kromatografi penukar ion
 
Spektrofotometer Serapan Atom (AAS)
Spektrofotometer Serapan Atom (AAS)Spektrofotometer Serapan Atom (AAS)
Spektrofotometer Serapan Atom (AAS)
 
identifikasi senyawa golongan alkohol ,fenol dan asam karboksilat
identifikasi senyawa golongan alkohol ,fenol dan asam karboksilatidentifikasi senyawa golongan alkohol ,fenol dan asam karboksilat
identifikasi senyawa golongan alkohol ,fenol dan asam karboksilat
 
Spektro uv-vis-21
Spektro uv-vis-21Spektro uv-vis-21
Spektro uv-vis-21
 
Reaksi substitusi elektrofilik
Reaksi substitusi elektrofilikReaksi substitusi elektrofilik
Reaksi substitusi elektrofilik
 
Analisis aspirin menggunakan metode titrasi asam-basa
Analisis aspirin menggunakan metode titrasi asam-basaAnalisis aspirin menggunakan metode titrasi asam-basa
Analisis aspirin menggunakan metode titrasi asam-basa
 
Spektroskopi NMR
Spektroskopi NMRSpektroskopi NMR
Spektroskopi NMR
 
Argentometri
ArgentometriArgentometri
Argentometri
 
Laporan Praktikum Spektrofotometri
Laporan Praktikum SpektrofotometriLaporan Praktikum Spektrofotometri
Laporan Praktikum Spektrofotometri
 
Kromatografi
KromatografiKromatografi
Kromatografi
 
SKRINNING FITOKIMIA
SKRINNING FITOKIMIA SKRINNING FITOKIMIA
SKRINNING FITOKIMIA
 
KIMIA ORGANIK BAHAN ALAM terpenoid
KIMIA ORGANIK BAHAN ALAM  terpenoidKIMIA ORGANIK BAHAN ALAM  terpenoid
KIMIA ORGANIK BAHAN ALAM terpenoid
 
Laporan uji ninhidrin
Laporan  uji ninhidrinLaporan  uji ninhidrin
Laporan uji ninhidrin
 
Iodometri dan iodimetri
Iodometri dan iodimetriIodometri dan iodimetri
Iodometri dan iodimetri
 
Uji Vitamin B
Uji Vitamin BUji Vitamin B
Uji Vitamin B
 
Asam salisilat
Asam salisilatAsam salisilat
Asam salisilat
 
Laporan praktikum - pengenalan gugus fungsi (lanjutan)
Laporan praktikum - pengenalan gugus fungsi (lanjutan)Laporan praktikum - pengenalan gugus fungsi (lanjutan)
Laporan praktikum - pengenalan gugus fungsi (lanjutan)
 
PP flavonoid
PP flavonoidPP flavonoid
PP flavonoid
 
Uji kation anion
Uji kation   anionUji kation   anion
Uji kation anion
 

Similar to Flavonoid

SESI 10-11 FLAVONOID.pptx
SESI 10-11 FLAVONOID.pptxSESI 10-11 FLAVONOID.pptx
SESI 10-11 FLAVONOID.pptxdiah72
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubiITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubiFransiska Puteri
 
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan glikosida saponin, ...
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan glikosida saponin, ...Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan glikosida saponin, ...
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan glikosida saponin, ...anandajpz
 
FLAVONOID (METABOLIT SEKUNDER)_FARMAKOGNOSI
FLAVONOID (METABOLIT SEKUNDER)_FARMAKOGNOSIFLAVONOID (METABOLIT SEKUNDER)_FARMAKOGNOSI
FLAVONOID (METABOLIT SEKUNDER)_FARMAKOGNOSIBriaRevin
 
Laporan praktikum kromatografi 3 (klt)
Laporan praktikum kromatografi 3 (klt)Laporan praktikum kromatografi 3 (klt)
Laporan praktikum kromatografi 3 (klt)aufia w
 
Laporan praktikum fistanklorofil
Laporan praktikum fistanklorofilLaporan praktikum fistanklorofil
Laporan praktikum fistanklorofilfahmiganteng
 
Isolasi dan Skrining Fitokimia Isoflavon dari Biji Kedelai (Gysine Max.)
Isolasi dan Skrining Fitokimia Isoflavon dari Biji Kedelai (Gysine Max.)Isolasi dan Skrining Fitokimia Isoflavon dari Biji Kedelai (Gysine Max.)
Isolasi dan Skrining Fitokimia Isoflavon dari Biji Kedelai (Gysine Max.)Rahayu Wahyu Ningsih
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWANLaporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWANFransiska Puteri
 
Isolasi dan analisis pigmen dari tumbuhan
Isolasi dan analisis pigmen dari tumbuhanIsolasi dan analisis pigmen dari tumbuhan
Isolasi dan analisis pigmen dari tumbuhanqlp
 
Penentuan Konsentrasi Kritis Misel (CMC) Surfaktan
Penentuan Konsentrasi Kritis Misel (CMC) SurfaktanPenentuan Konsentrasi Kritis Misel (CMC) Surfaktan
Penentuan Konsentrasi Kritis Misel (CMC) SurfaktanAhmad Dzikrullah
 
Jurnal 4-kajian-sifat-fisikokimia-ekstrak-rumput-laut-coklat-sargassum
Jurnal 4-kajian-sifat-fisikokimia-ekstrak-rumput-laut-coklat-sargassumJurnal 4-kajian-sifat-fisikokimia-ekstrak-rumput-laut-coklat-sargassum
Jurnal 4-kajian-sifat-fisikokimia-ekstrak-rumput-laut-coklat-sargassumMarsono Tarmadi
 
133495373 elusidasi
133495373 elusidasi133495373 elusidasi
133495373 elusidasidharma281276
 

Similar to Flavonoid (20)

SESI 10-11 FLAVONOID.pptx
SESI 10-11 FLAVONOID.pptxSESI 10-11 FLAVONOID.pptx
SESI 10-11 FLAVONOID.pptx
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubiITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubi
 
9. FLAVONOID 2021.pptx
9. FLAVONOID 2021.pptx9. FLAVONOID 2021.pptx
9. FLAVONOID 2021.pptx
 
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan glikosida saponin, ...
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan glikosida saponin, ...Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan glikosida saponin, ...
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan glikosida saponin, ...
 
Kromatografi kertas (kk)
Kromatografi kertas (kk)Kromatografi kertas (kk)
Kromatografi kertas (kk)
 
Review materi jurnal kimia
Review materi jurnal kimiaReview materi jurnal kimia
Review materi jurnal kimia
 
FLAVONOID (METABOLIT SEKUNDER)_FARMAKOGNOSI
FLAVONOID (METABOLIT SEKUNDER)_FARMAKOGNOSIFLAVONOID (METABOLIT SEKUNDER)_FARMAKOGNOSI
FLAVONOID (METABOLIT SEKUNDER)_FARMAKOGNOSI
 
9 zat warna alami
9 zat warna alami9 zat warna alami
9 zat warna alami
 
Laporan praktikum kromatografi 3 (klt)
Laporan praktikum kromatografi 3 (klt)Laporan praktikum kromatografi 3 (klt)
Laporan praktikum kromatografi 3 (klt)
 
Fenomena Distribusi
Fenomena DistribusiFenomena Distribusi
Fenomena Distribusi
 
Laporan praktikum fistanklorofil
Laporan praktikum fistanklorofilLaporan praktikum fistanklorofil
Laporan praktikum fistanklorofil
 
Isolasi dan Skrining Fitokimia Isoflavon dari Biji Kedelai (Gysine Max.)
Isolasi dan Skrining Fitokimia Isoflavon dari Biji Kedelai (Gysine Max.)Isolasi dan Skrining Fitokimia Isoflavon dari Biji Kedelai (Gysine Max.)
Isolasi dan Skrining Fitokimia Isoflavon dari Biji Kedelai (Gysine Max.)
 
Estimasi
EstimasiEstimasi
Estimasi
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWANLaporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
 
ikan nila hita,
ikan nila hita,ikan nila hita,
ikan nila hita,
 
Isolasi dan analisis pigmen dari tumbuhan
Isolasi dan analisis pigmen dari tumbuhanIsolasi dan analisis pigmen dari tumbuhan
Isolasi dan analisis pigmen dari tumbuhan
 
Penentuan Konsentrasi Kritis Misel (CMC) Surfaktan
Penentuan Konsentrasi Kritis Misel (CMC) SurfaktanPenentuan Konsentrasi Kritis Misel (CMC) Surfaktan
Penentuan Konsentrasi Kritis Misel (CMC) Surfaktan
 
Loporan amoniak
Loporan amoniakLoporan amoniak
Loporan amoniak
 
Jurnal 4-kajian-sifat-fisikokimia-ekstrak-rumput-laut-coklat-sargassum
Jurnal 4-kajian-sifat-fisikokimia-ekstrak-rumput-laut-coklat-sargassumJurnal 4-kajian-sifat-fisikokimia-ekstrak-rumput-laut-coklat-sargassum
Jurnal 4-kajian-sifat-fisikokimia-ekstrak-rumput-laut-coklat-sargassum
 
133495373 elusidasi
133495373 elusidasi133495373 elusidasi
133495373 elusidasi
 

Recently uploaded

Soal Campuran Asam Basa Kimia kelas XI.pdf
Soal Campuran Asam Basa Kimia kelas XI.pdfSoal Campuran Asam Basa Kimia kelas XI.pdf
Soal Campuran Asam Basa Kimia kelas XI.pdfArfan Syam
 
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...rofinaputri
 
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksiAnalisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksiMemenAzmi1
 
Ruang Lingkup Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank
Ruang Lingkup Lembaga Keuangan Bank dan Non BankRuang Lingkup Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank
Ruang Lingkup Lembaga Keuangan Bank dan Non BankYunitaReykasari
 
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI pptMATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI pptAnggitBetaniaNugraha
 
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...TitinSolikhah2
 
PATROLI dengan BERBASIS MASYARAKAT Kehutananan
PATROLI dengan BERBASIS MASYARAKAT KehutanananPATROLI dengan BERBASIS MASYARAKAT Kehutananan
PATROLI dengan BERBASIS MASYARAKAT Kehutananantrialamsyah
 
Materi Kelas 8 - Unsur, Senyawa dan Campuran.pptx
Materi Kelas 8 - Unsur, Senyawa dan Campuran.pptxMateri Kelas 8 - Unsur, Senyawa dan Campuran.pptx
Materi Kelas 8 - Unsur, Senyawa dan Campuran.pptxRizkya19
 
Uji hipotesis, prosedur hipotesis, dan analisis data
Uji hipotesis, prosedur hipotesis, dan analisis dataUji hipotesis, prosedur hipotesis, dan analisis data
Uji hipotesis, prosedur hipotesis, dan analisis databaiqtryz
 
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampelbagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampelbaiqtryz
 
Dana Setiawan (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
Dana Setiawan   (Paparan terkait Konstruksi Jalan )Dana Setiawan   (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
Dana Setiawan (Paparan terkait Konstruksi Jalan )RifkiAbrar2
 
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024SDNTANAHTINGGI09
 

Recently uploaded (12)

Soal Campuran Asam Basa Kimia kelas XI.pdf
Soal Campuran Asam Basa Kimia kelas XI.pdfSoal Campuran Asam Basa Kimia kelas XI.pdf
Soal Campuran Asam Basa Kimia kelas XI.pdf
 
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
 
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksiAnalisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
 
Ruang Lingkup Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank
Ruang Lingkup Lembaga Keuangan Bank dan Non BankRuang Lingkup Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank
Ruang Lingkup Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank
 
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI pptMATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
 
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
 
PATROLI dengan BERBASIS MASYARAKAT Kehutananan
PATROLI dengan BERBASIS MASYARAKAT KehutanananPATROLI dengan BERBASIS MASYARAKAT Kehutananan
PATROLI dengan BERBASIS MASYARAKAT Kehutananan
 
Materi Kelas 8 - Unsur, Senyawa dan Campuran.pptx
Materi Kelas 8 - Unsur, Senyawa dan Campuran.pptxMateri Kelas 8 - Unsur, Senyawa dan Campuran.pptx
Materi Kelas 8 - Unsur, Senyawa dan Campuran.pptx
 
Uji hipotesis, prosedur hipotesis, dan analisis data
Uji hipotesis, prosedur hipotesis, dan analisis dataUji hipotesis, prosedur hipotesis, dan analisis data
Uji hipotesis, prosedur hipotesis, dan analisis data
 
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampelbagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
 
Dana Setiawan (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
Dana Setiawan   (Paparan terkait Konstruksi Jalan )Dana Setiawan   (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
Dana Setiawan (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
 
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
 

Flavonoid

  • 1. 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Flavonoid Kata dari “flavonoid” merupakan kata yang merujuk pada senyawa bahan alam yang mengandung dua cincin aromatik benzena yang dihubungkan oleh 3 atom karbon, atau suatu fenilbenzopiran (C6-C3-C6). Bergantung pada posisi ikatan dari cincin aromatik benzena pada rantai penghubung tersebut, kelompok flavonoid dibagi menjadi 3 kelas utama, flavonoid, isoflavonoid, dan neoflavonoid. Perbedaan struktur kelas utama tersebut dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Struktur umum flavonoid, isoflavonoid, dan neoflavonoid (Grotewold, 2006). Flavonoid dapat disintesis melalui jalur fenol dengan melibatkan calkon dan dihidrocalkon sebagai senyawa antaranya. Bahan awal yang direasikan dengan adanya asam dapat membentuk senyawa flavonoid dengan melibatkan calkon sebagai senyawa antara, sedangkan apabila direaksikan pada kondisi basa akan
  • 2. 5 membentuk suatu dehidrocalkon dengan adanya proses reduksi terlebih dahulu. Reaksi sintesis senyawa flavonoid disajikan pada Gambar 2. Gambar 2. Mekanisme sintesis Flavonoid dengan melibatkan calkon dan dehidrocalkon sebagai senyawa antara (Grotewold, 2006) Flavonoid merupakan senyawa metabolit tumbuhan yang sangat melimpah di alam. Fungsi senyawa flavonoid sangatlah penting bagi tanaman pada pertumbuhan dan perkembangannya. Fungsi tersebut seperti penarik perhatian hewan pada proses penyerbukan dan penyebaran benih, stimulan fiksasi nitrogen pada bakteri Rhizobium, peningkat pertumbuhan tabung serbuk sari, serta resorpsi nutrisi dan mineral dari proses penuaan daun.senyawa flavonoid juga dipercaya memiliki kemampuan untuk pertahanan tanaman dari herbivora dan penyebab penyakit, serta senyawa ini membentuk dasar untuk melakukan interaksi alelopati antar tanaman (Andersen dan Markham, 2006). Selain itu, asam
  • 3. 6 senyawa flavonoid memiliki aktivitas antioksidan yang cukup tinggi (Zuhra dkk., 2008). B. Antosianin Antosianin merupakan senyawa larut dalam air turunan flavonoid yang dhasilkan dari metabolit sekunder tanaman. Senyawa ini bertanggung jawab untuk warna biru, jingga, dan merah pada banyak jaringan tumbuhan, termasuk bunga, jenis berry, dan pada sedikit bahan makanan umum seperti kubis merah, selada merah, bawang putih, kentang berkulit merah dan ubi jalar ungu. Contoh tanaman yang mengandung antosianin disajikan pada Tabel 1. Antosianin merupakan turunan senyawa flavonoid yang bermuatan positif pada atom oksigennya. Struktur umum antosianin dan turunannya disajikan pada Gambar 3. Gambar 3. Struktur umum Antosianin dan turunannya (Markakis, 1982).
  • 4. 7 Tabel 1. Kandungan antosianin dalam berbagai tumbuhan dan buah- buahan (Giusty dan Wrostald, 2001). Sumber Kandungan pigmen Referensi(mg/100 g berat segar) Apel 10 Mazza dan Miniati, 1993 Bilberries 300-320 Mazza dan Miniati, 1993 Blackberries 83-326 Mazza dan Miniati, 1993 Black Currants 130-400 Timberlake, 1988 Blueberries 25-495 Mazza dan Miniati, 1993 Kol merah 25 Timberlake, 1988 Chokeberries hitam 560 Kreamer-Schafhalter et al., 1996 Ceri 4-450 Kreamer-Schafhalter et al., 1996 Cranberries 60-200 Timberlake, 1988 Elderberry 450 Kreamer-Schafhalter et al., 1996 Anggur 6-600 Mazza dan Miniati, 1993 Kiwi 100 Kreamer-Schafhalter et al., 1996 Bawang merah 7-21 Mazza dan Miniati, 1993 Plum 2-25 Timberlake, 1988 Radishes merah 11-60 Giusti et al., 1988 Raspberries hitam 300-400 Timberlake, 1988 Raspberries merah 20-60 Mazza dan Miniati, 1993 Strawberi 15-35 Timberlake, 1988 Tradescantia palida 120 Shi et al., 1992 (daun) Di alam, biasanya senyawa antosianin akan membentuk ikatan glikosida pada karbon 5 dan 5’ cincin A dan C. Glikosida tersebut dapat berupa monosakarida, disakarida, serta polisakarida (Markakis, 1982). Antosianin dapat ditemukan dalam plasma tubuh manusia sebagai bentuk utuh dari glukosida, rutinosida, sambubiosida, sophorosida, dan asam kafeat konjugat dari sophorosida (Andersen
  • 5. 8 dan Markham, 2006). Senyawa antosianin memiliki potensial sebagai suplemen nutrisi untuk manusia. Konsumsi senyawa antosianin yang terkandung dalam buah-buahan, sayur-sayuran, anggur, selai dan manisan dapat mengurangi resiko terkena penyakit yang berbahaya seperti kanker, penyakit jaringan pembuluh darah, inhibisi virus, dan penyakit alzhemeir. Antosianin dan flavonoid lain dibutuhkan karena kemampuannya sebagai antioksidan yang berpotensi dapat menyebabkan pencegahan berbagai penyakit yang berhubungan dengan tekanan oksidatif (Andersen dan Markham, 2006). Antosianin akan membentuk keseimbangan bergantung pada pH (derajat keasaman) dari senyawa tersebut. Pada keadaan sangat asam (pH 1-2) antosianin akan dominan berbentuk kation flavilium, pada keadaan ini antosianin berada pada kondisi paling stabil dan paling berwarna. Ketika tingkat keasaman menurun (pH > 4), senyawa antosianin akan berwarna kuning (bentuk calkon), biru (bentuk quinouid), atau tidak berwarna (basa karbinol). Kesetimbangan antosianin pada berbagai pH disajikan pada Gambar 4. Oleh karena itu, senyawa antosianin sebagai pigmen warna akan lebih stabil pada keadaan asam atau sangat asam (pH rendah) (Andrawulan dkk., 2012). C. Isolasi Antosinin Antosianin dapat diambil dari tanaman maupun buah-buahan menggunakan teknik maserasi dengan menggunakan pelarut yang bersifat polar . Antosianin dapat diekstrak dengan menggunakan 0,01% HCl (v/v) dalam aseton berair 70%, 0,01 % HCl (v/v) dalam metanol (Rodriguez-Saona dan Wrostald, 2001), dan etanol (Braunlich dkk., 2013). Pelarut yang dapat digunakan untuk mengekstraksi
  • 6. 9 antosianin dari daun adam hawa adalah pelarut etanol 95 % (Sitorus dkk., 2011). Antosianin dalam daun adam hawa dapat juga diekstrak dengan menggunakan air (Padmaningrum, 2011). Gambar 4. Kesetimbangan antosianin pada berbagai kondisi pH (Andrawulan dkk., 2012). D. Kromatografi Kromatografi merupakan suatu metode pemisahan senyawa yang didasarkan atas perbedaan laju perpindahan dari komponen dalam campuran. Pemisahan dengan metode kromatografi dilakukan dengan memanfaatkan sifat fisik dari komponen
  • 7. 10 campuran tersebut, seperti kelarutan, sampel, adsorbs, dan kepolaran (Skoog, dkk., 2014). Klasifikasi kromatografi berdasarkan fasa diam dan fasa geraknya disajikan pada Tabel 2. Antosianin dapat dimurnikan dengan metode kromatografi (Rodriguez-Sauna dan Wrostald, 2001), secara kromatografi kolom menggunakan fasa gerak sefadeks LH-20 (Lee, 2013), resin AB-8 berpori (Hua dkk., 2013), dan dapat juga menggunakan HPLC preparatif dengan menggunakan kolom C18 (Syukri dkk., 2013). 1. Kromatografi Kolom Kromatografi kolom merupakan jenis kromatografi padat cair berdasarkan serapan yang dilakukan di dalam kolom (fasa diam), metode ini merupakan metode yang paling banyak digunakan dan terbaik dalam pemisahan campuran dalam jumlah besar. Campuran yang akan dipisahkan diletakan pada bagian atas penyerap (fasa diam) yang berada dalam tabung kaca (kolom). Fasa gerak yang merupakan campuran pelarut (eluen) dibiarkan mengalir melalui kolom yang disebabkan oleh gaya gravitasi bumi. Senyawa yang terlarut akan bergerak melalui kolom dengan laju berbeda, perbedaan laju dikarenakan adanya interaksi antara senyawa terlarut, penyerap (fasa diam), dan pelarut (fasa gerak). Hasil pemisahan kemudian dikumpulkan berupa fraksi-fraksi pada saat keluar dari bawah kolom (Gritter dkk., 1991). Dalam pemurnian antosianin yang diperoleh dari ekstrak kasar yang telah dipekatkan dapat menggunakan fasa diam silika gel atau dengan menggunakan resin sefadeks LH-20. Untuk memperoleh pemisahan yang sempurna, dapat
  • 8. 11 menggunakan sefadeks LH-20 sebagai fasa diamnya dengan menggunakan eluen metanol (Lee, 2013). Tabel 2. Klasifikasi kromatografi dan tipe pemisahannya (Skoog, dkk., 2014). Klasifikasi Umum Metode spesifik Fasa Gerak Tipe Pemisahan Kromatografi Gas a. Gas-cair (GLC) Adsorben cair atau terikat pada permukaan padat Partisis antara gas dan cair b. Gas-padat Padat Adsorpsi Kromatografi Cair a. Cair-cair, atau partisi Adsorben cair atau terikat pada permukaan padat Partisi antara cairan yang tak bercampur b. Cair-padat, atau adsorpsi Padat adsorpsi c. Pertukaran ion Resin pertukaran ion Pertukaran ion d. Eksklusi ukuran Cair dalam celah polimer padat Partisis/penyari ngan e. Afinitas Kelompok cairan khusus yang terikat pada permukaan padat Partisi antara cairan permukaan dan cairan bergerak Supercritical fluid chromatography (SFC) (fasa diam: cairan super kritis Spesi organik yang terikat pada permukaan padat Partisis antara cairan superkritis dan permukaan yang terikat 2. Kromatografi Lapis Tipis kromatografi lapis tipis merupakan jenis kromatografi padat cair yang menggunakan bahan padat sebagai fasa diam dan pelarut sebagai fasa geraknya. Fasa diam yang terdiri dari bahan berbutir-butir ditempatkan dalam penyangga
  • 9. 12 berupa pelat gelas, logam, atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisahkan, yang berupa larutan, kemudian ditotolkan pada pelat KLT (fasa diam). Kemudian pelat diletakan dalam bejana tertutup yang telah terisi larutan eluen (fasa gerak). Pemisahan terjadi berdasarkan perbedaan laju alir dari senyawa terhadap fasa diamnya. Selanjutnya, senyawa yang tidak berwarna harus ditampakan dengan disinari UV atau disemprotkan larutan kromium sulfat (Stahl, 1985). Kromatografi lapis tipis merupakan cara analisis cepat dengan penggunaan bahan yang relatif sedikit. Untuk meneliti kandungan flavonoid dan turunannya dari suatu ekstrak, sudah menjadi kebiasaan umum untuk menggunakan eluen beralkohol pada eluen pertama kromatografi lapis tipis, misalnya butanol-asam asetat-air (Markham, 1988). Senyawa antosianin akan memisah dengan baik pada penggunakan kromatografi lapis tipis bila digunakan eluen butanol-asam asetat-air/BAA (4:1:5) (Sitorus dkk., 2011). 3. Sefadeks LH-20 Sefadeks LH-20 merupakan suatu resin yang biasa digunakan untuk memisahkan zat-zat terlarut yang terkandung dalam suatu sistem pelarut. Pemisahan menggunakan sefadeks LH-20 sama seperti pemisahan yang dilakukan pada kromatografi kolom menggunakan fasa diam silika gel. Namun, sefadeks LH-20 memisahkan berdasarkan berat molekul zat-zat terlarut. Zat-zat dengan berat molekul besar akan mengelusi (keluar) dari kolom terlebih dahulu. Ini dikarenakan molekul-molekul kecil akan masuk dalam pori-pori sefadeks LH-20 (Hagerman, 2002). Struktur sefadeks LH-20 Disajikan pada Gambar 6. Senyawa
  • 10. 13 antosianin dapat dimurnikan dengan menggunakan sefadeks LH-20 menggunakan sistem pelarut 75% aseton dalam air (Lee, 2013). Gambar 5. Struktur sefadeks LH-20 (Hagerman, 2002). E. Analisis Menggunakan Spektrofotometri Spektroskopi/ spektrofotometri merupakan suatu jenis analisis kualitatif dan kuantitatif terbaru yang berdasarkan interaksi antara radiasi elektromagnetik dan materi untuk mendapatkan informasi mengenai materi tersebut (Skoog, 2014). Radiasi elektromagnetik tersebut dapat berupa radiasi sinar γ, sianar-X ( X-ray), UV-Vis (ultra ungu-tampak), infra merah (IR), gelombang mikro, dan gelombang radio (Harvey, 2000). Pembagian jenis radiasi elektromagnetik berdasarkan panjang gelombangnya disajikan pada Gambar 6.
  • 11. 14 Gambar 6. Jenis radiasi elektromagnetik dan panjang gelombangnya (Harvey, 2000). Gelombang elektromagnetik tersebut dapat digunakan untuk analisis, baik analisis kualitatif dan kuantitatif. Dalam aplikasinya gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan dengan berbagai sumber radiasi, bergantung pada instrumenasi dan jenis gelombang elektromagnetik yang akan digunakan. Sumber-sumber radiasi gelombang elektromagnetik disajikan pada Tabel 3. Untuk membedakan jenis antosianin yang diperoleh dari ekstrak daun adam hawa dengan jenis antosianin yang lainnya haruslah dilakukan karakterisasi dengan menggunakan metode spektroskopi. Metode yang biasa digunakan untuk karakterisasi senyawa bahan alam adalah spektrofotometri UV-Vis untuk mengetahui serapan maksimal senyawa antosianin yang diperoleh, spektrometri IR untuk mengetahui gugus fungsi yang terdapat dalam senyawa antosianin, spektrometri LC-MS untuk mengetahui fragmentasi senyawa antosianin dan spektrometri NMR untuk mengetahui letak atom hidrogen dan atom karbon pada senyawa antosianin.
  • 12. 15 Tabel 3. Sumber radiasi gelombang elektromagnetik untuk spektroskopi optik (Skoog, 2014). Sumber Daerah Panjang Gelombang (nm) Jenis Spektroskopi Lampu arc Xenon 250-600 Molecular fluorescence Lampu H2 dan D2 160-380 Absorpsi molekuler UV/Vis Lampu tungsten/halogen 240-2500 Absorpsi molekuler UV/Vis/IR dekat Lampu tungsten 350-2200 Absorpsi molekuler Vis/IR dekat Glower Nerst 400-20.000 Absorpsi molekuler IR Kabel Nichrome 750-20.000 Absorpsi molekuler IR Globar 1200-40.000 Absorpsi molekuler IR 1. Spektrofotometri UV-Vis Spektrofotometri UV-Vis merupakan instrumen analisis spektroskopi yang menggunakan gelombang elektromagnetik pada panjang gelombang 190-400 (UV) dan 400-780 (Visible/ tampak). Analisis dengan metode ini didasarkan pada absorpsi gelombang elektromagnetik yang menyebabkan terjadinya transisi elektrtronik dari keadaan dasar menjadi keadaan yang tereksitasi. Transisi terkuat adalah transisi dari σ→σ* yang menyerap energi elektromagnetik dibawah panjang gelombang 200 nm. Contoh dari transisi ini adalah transisi pada ikatan C- C dan C-H, kedua ikatan ini memiliki elektron orbital σ. Senyawa yang tak jenuh yang memiliki sepasang elektron bebas akan mengalami transisi elektron dari n→σ* yang akan menyerap energi pada panjang gelombang 150-250 nm. Pada analisis spektrofotometri UV-Vis didasarkan pada transisi elektron n→π* atau
  • 13. 16 π→π* yang merupakan orbital pada ikatan senyawa tak jenuh (Gauglitz dan Vo- Dinh, 2003). Panjang gelombang maksimum untuk setiap senyawa akan berbeda dengan senyawa lainnya bergantung pada jenis transisi yang terjadi pada senyawa tersebut. Semakin banyak ikatan rangkap yang terdapat pada zat tersebut, maka panjang gelombang maksimum zat tersebut akan lebih besar (bergeser ke kanan). Seperti benzena akan memiliki panjang gelombang maksimum yang lebih rendah daripada suatu naftalena. Serapan maksimal beberapa senyawa organik disajikan pada Tabel 4 (Gauglitz, dan Vo-Dinh, 2003). Antosianin akan menyerap spektra UV-Vis pada panjang gelombang sekitar 500- 560 nm untuk berbagai macam pelarut. Pelarut yang biasa digunakan dalam analisis antosianin menggunakan UV-Vis adalah 0,1% HCl dalam etanol; 0,1% HCl dalam metanol; larutan buffer pH 0,9; HCl 0,1 N; serta 0,1 N HCl/etanol (15:85) (Giusty dan Wrostald, 2001). F. Uji Aktivitas Antioksidan Senyawa antioksidan memiliki kapasitas antioksidan yang berbeda-beda. Kapasitas antioksidan dapat diukur dengan berbagai cara, salah satu yang paling sering dihunakan adalah dengan metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil). DPPH merupakan senyawa yang dapat membentuk radikal dan elektron radikal tersebut akan memberikan serapan maksimal pada panjang gelombang 517 nm dan akan berwarna ungu. Setelah elektron radikal mengikat hidrogen dari suatu antioksidan menjadi keadaan tereduksi DPPH-H, akan menyebabkan absortivitas molar dari senyawa DPPH turun dari 9660 menjadi 1640 dan warna larutan akan berubah menjadi kuning. Hasil perubahan warna setara dengan banyaknya
  • 14. 17 elektron yang ditangkap. Besarnya nilai dari aktivitas antioksiadan suatu sampel dinyatakan setara dengan mikromol trolox (TE) per 100g sampel (Prakash dkk., 2013). Tabel 4. Panjang gelombang maksimum beberapa senyawa organik (Gauglitz, dan Vo-Dinh, 2003). Kromofor Panjang gelombang maksimum -C=C- 175 nm 195 nm 225 nm >C=C< 175 nm >C=O 160 nm 185 nm 280 nm H C O 210 nm 280 nm 184 nm 205 nm 255 nm 220 nm 275 nm 310 nm R-NO2 205 nm R-ONO 225 nm
  • 15. 18 Persentasi dari aktivitas antioksidan dapat dilakukan dengan menyiapkan radikal DPPH yang stabil dalam pelarut etanol. Kemudian 0,5 mL sampel, 3 mL etanol absolut (> 99%), dan larutan radikal DPPH dalam etanol 0,5 mM dicampurkan. Dengan bereaksinya radikal DPPH dan antioksidan akan menyebabkan perubahan warna dari ungu menjadi kuning terang. Kemudian diuji absorbansinya pada panjang gelombang 517 nm setelah larutan bereaksi selama 100 menit. Campuran kedua antara 3,3 mL etanol absolut dan 0,5 mL sampel sebagai larutan blanko, dan campuran ketiga antara 3,5 mL etanol absolut dan 0,3 mL larutan radikal DPPH dalam etanol sebagai control. Persentase aktivitas antioksidan (AA%) ditentukan dengan rumus: (Garcia dkk., 2012). G. Tanaman Adam Hawa Tanaman adam hawa (Rhoeo discolor L. Her) atau tumbuhan Nanas Kerang (Jawa) merupakan sejenis tumbuhan liar yang hidup di hutan atau di pekarangan rumah. Tumbuhan ini memiliki daun tunggal yang berbentuk panjang melebar, tepinya merata atau bergigi kasar yang tak teratur, rapuh, meruncing pada bagian ujungnya, permukaan atas daun berwarna hijau dan merah pada permukaan bawahnya, serta meliki permukaan yang licin dan berambut.
  • 16. 19 Tanaman ini berbunga pada bagian ketiak daunnya. Tanaman ini juga memiliki batang yang merambat serta memiliki tinggi sekitar 10-20 cm. Gambar tumbuhan adam hawa disajikan pada Gambar 7. Kedudukan tumbuhan adam hawa pada taksonomi tumbuhan adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantarum Divisio : Spermatophyta Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Rhizophorales Famili : Rhizophoraceae Genus : Rhoeo Spesies : Rhoeo discolor (Kadowangko dkk., 2011) Gambar 7. Tanaman adam hawa Ekstrak air dan alkohol dari daun tanaman adam hawa dapat digunakan sebagai indikator pada titrasi asam basa. Perubahan warna yang terjadi pada senyawa dalam ekstrak daun tumbuhan adam hawa merupakan indikator dua warna yang
  • 17. 20 berubah warna dari coklat ke hijau atau merah ke hijau. Ekstrak air daun tanaman adam hawa memiliki trayek pH (derajat keasaman) antara 7,0-8,6, sedangkan ekstrak alkohol memiliki trayek pH antara 6,3-7,0. Indikator dari ekstrak daun tumbuhan Adam Hawa memiliki ketepatan dan kecermatan yang cukup tinggi bila digunakan pada proses titrasi asam cuka dengan natrium hidroksida (Padmaningrum, 2011). Daun tanaman adam hawa memiliki kandungan senyawa flavonoid jenis antosianidin, yang ditunjukkan dengan hasil kromatogram KLT yang dihasilkan memiliki nilai Rf (retention factor) 0,09 (merah jingga); 0,36 (merah jingga); 0,71 (merah muda); dan 0,64 (kuning). Noda yang berwarna merah pada kromatogram KLT menunjukan adanya senyawa antosianin (Sitorus, 2011). Ekstrak daun adam hawa memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan manusia. Tanaman ini telah digunakan oleh masyarakat Meksiko sebagai tanaman obat untuk mengatasi berbagai penyakit (Rosales-Reyes dkk., 2007). Ekstrak etanol daun adam hawa memiliki kemampuan sebagai antigenotoksik, antimutagenik, dan memiliki aktivitas antioksidan yang mirip dengan α-tokoferol serta lebih tinggi dari asam askorbat (Gonzalez-Avila, 2002). Sedangkan, ekstrak air dari daun adam hawa memiliki kemampuan sebagai antikanker pada hati tikus (Rosales-Reyes, 2007).