Dokumen tersebut membahas tentang hak asasi manusia (HAM) dan kekerasan terhadap anak. Secara singkat, dokumen tersebut menjelaskan pengertian HAM, sejarah HAM, implementasi HAM di Indonesia, pengertian kekerasan terhadap anak, dan macam-macam kekerasan terhadap anak seperti penyiksaan fisik, emosi, pelecehan seksual, dan pengabaian.
1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak-hak yang dimiliki manusia
sejak ia dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat
siapapun. Hak – hak ini berisi tentang kesamaan atau keselarasan tanpa
membeda bedakan suku, golongan, keturunanan, jabatan dan lain sebagainya
antara setiap manusia yang hakikatnya adalah sama-sama makhluk ciptaan
Tuhan. Dalam perkembangan perwujudan HAM di Negara ini, masih terdapat
pelanggaran HAM yang dapat kita jumpai, terutama yang memprihatinkan
adalah kekerasan pada anak, anak yang seharusnya diberikan perlindungan,
dan pendidikan yang cukup justru disakati atau dicederai hak – haknya
sebagai manusia. Untuk menyelesaikan masalah ini perlu adanya keseriusan
dari pemerintah menangani pelanggaran pelanggaran yang terjadi dan
menghukum individu atau oknum terbukti melakukan pelanggaran HAM.
Selain itu masyarakat juga perlu mengerti tentang HAM dan turut
menegakkan HAM mulai dari lingkungan sosial tempat mereka tinggal
hingga nantinya akan terbentuk penegakan HAM tingkat nasional.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimanakah pengertian Hak Asasi Manusia?
b. Bagaimanakah sejarah Hak Asasi Manusia?
c. Bagaimanakah ImplementasiHak Asasi Manusia di Indonesia?
d. Apakah pengertian kekerasan terhadap anak?
e. Apakah saja macam – macam kekerasan pada anak?
f. Apakah saja faktor penyebab kekerasan terhadap anak?
g. Apakah dampak dari kekerasan terhadap anak tersebut?
1.3 Tujuan
a. Ingin mengetahui pengertian Hak Asasi Manusia
b. Ingin mengetahui sejarah Hak Asasi Manusia
Pendidikan kewarganegaraan 1
2. c. Ingin mengetahui Implementasi Hak Asasi Manusia di Indonesia
d. Ingin mengetahui pengertian kekerasan terhadap anak
e. Ingin mengetahui saja macam – macam kekerasan pada anak
f. Ingin mengetahui saja faktor penyebab kekerasan terhadap anak
g. Ingin mengetahui dampak dari kekerasan terhadap anak tersebut
Pendidikan kewarganegaraan 2
3. BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)
Secara etimologi, kata “hak‟ merupakan unsur normatif yang berfungsi
sebagai pedoman perilaku, melindungi kebebasan, kekebalan serta menjamin
adanya peluang bagi manusia dalam menjaga harkat dan martabatnya.
Sedangkan kata “asasi‟ berarti yang bersifat paling mendasar yang dimiliki
oleh manusia sebagai fitrah, sehingga tak satupun makhluk dapat
mengintervensinya apalagi mencabutnya. Misalnya hak hidup sebagai hak
paling dasar yang dimiliki manusia, sehingga tak satupun manusia ini
memiliki kewenangan untuk mencabut kehidupan manusia yang lain.
Sedangkan menurut John Locke, seorang ahli pikir di bidang Ilmu
Negara berpendapat bahwa hak-hak asasi manusia adalah hak-hak yang
diberikan langsung oleh Tuhan sebagai hak yang kodrati. Ia memperinci hak
asasi sebagai berikut:
- hak hidup (the right to life);
- hak kemerdekaan (right to liberty);
- hak milik (right to property).
2.2 Sejarah Hak Asasi Manusia
Lahirnya di Eropa HAM dimulai dengan lahirnya Magna Charta pada
tahun 1215 di Inggris. Piagam Magna Charta ini adalah piagam penghargaan
atas pemikiran dan perjuangan HAM yang dilakukan oleh rakyat Inggris
kepada Raja John yang berkuasa pada tahun 1215. Isi Piagam Magna Charta
ini adalah:
(1) Rakyat Inggris menuntut kepada raja agar berlaku adil kepada rakyat.
(2) Menuntut raja apabila melanggar harus dihukum (didenda)
berdasarkan kesamaan dan sesuai dengan pelanggaran yang
dilakukannya.
(3) Menuntut raja menyampaikan pertanggungjawaban kepada rakyat.
Pendidikan kewarganegaraan 3
4. (4) Menuntut raja untuk segera menegakkan hak dan keadilan bagi rakyat.
kemudian diikuti oleh perkembangan yang lebih konkret, dengan lahirnya
“Bill of Rights” di Inggris pada tahun 1689. Bill of Rights adalah piagam
penghargaan atas pemikiran dan perjuangan HAM oleh rakyat kepada
penguasa negara atau pemerintah di Inggris pada tahun 1689. Inti dari tuntutan
yang diperjuangkannya adalah “rakyat Inggris menuntut agar rakyat
diperlakukan sama di muka hukum (equality before the law), sehingga
tercapai kebebasan”. Berikutnya adalah Declaration Des Droits de L‟ homme
et du Citoyen (Deklarasi Hak Asasi Manusia dan Warga Negara Perancis
tahun 1789), Deklarasi ini menyatakan hak asasi manusia dan hak warga
negara Perancis. Isi deklarasi ini sebagai berikut:
1. Manusia dilahirkan merdeka.
2. Hak milik dianggap suci dan tidak boleh diganggu gugat oleh siapa pun.
3. Tidak boleh ada penangkapan dan penahanan dengan semena-mena
atau tanpa alasan yang sah serta surat izin dari pejabat yang berwenang.
Kemudian pada tanggal 6 Januari 1941, F. D. Roosevelt memformulasikan
empat macam hak-hak asasi (the four freedoms) di depan kongres Amerika
Serikat, yaitu:
1. bebas untuk berbicara (freedom of speech).
2. bebas dalam memeluk agama (freedom of religion).
3. bebas dari rasa takut (freedom of fear).
4. bebas terhadap suatu keinginan/kehendak (freedom of from want).
Declaration of Human Right 1948, di mana seluruh umat manusia melalui
wakil-wakilnya dalam organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sepakat
dan bertekad memberikan pengakuan dan perlindungan secara yuridis formal
terhadap hak-hak asasi dan merealisasikannya. Secara teoritis, hak-hak yang
terdapat di dalam The Universal Declaration of Human Rights dapat
dikelompokkan dalam tiga bagian:
1. yang menyangkut hak-hak politik dan yuridis,
2. yang menyangkut hak-hak atas martabat dan integritas manusia,
3. yang menyangkut hak-hak sosial, ekonomi dan budaya
Pendidikan kewarganegaraan 4
5. Di Indonesia HAM sebenarnya telah lama ada. Sebagai contoh, HAM
di Sulawesi Selatan telah dikenal sejak lama, kemudian ditulis dalam buku-
buku adat (Lontarak). Antara lain dinyatakan dalam buku Lontarak
(Tomatindo di Lagana) bahwa apabila raja berselisih paham dengan Dewan
Adat, maka Raja harus mengalah. Tetapi apabila para Dewam Adat sendiri
berselisih, maka rakyatlah yang memustuskan. Sedangkan Pemikiran HAM
dalam periode sebelum kemerdekaan dapat dijumpai dalam organisasi
pergerakan sebagai berikut:
1. Budi Utomo, pemikirannya, “hak kebebasan berserikat dan
mengeluarkan pendapat”;
2. Perhimpunan Indonesia, pemikirannya, “hak untuk menentukan
nasib sendiri (the right of self determination);
3. Sarekat Islam, pemikirannya, “hak penghidupan yang layak dan
bebas dari penindasan dan diskriminasi rasial”;
4. Partai Komunis Indonesia, pemikirannya, “hak sosial dan berkaitan
dengan alat-alat produksi”;
5. Indische Party, pemikirannya, “hak untuk mendapatkan kemerdekaan
dan perlakuan yang sama”;
6. Partai Nasional Indonesia, pemikirannya, “hak untuk memperoleh
kemerdekaan”;
7. Organisasi Pendidikan Nasional Indonesia, pemikirannya meliputi:
o Hak untuk menentukan nasib sendiri,
o Hak untuk mengeluarkan pendapat,
o Hak untuk berserikat dan berkumpul,
o Hak persamaan di muka hukum,
o Hak untuk turut dalam penyelenggaraan negara
Kemudian ditegaskan dalam UU No. 39/1999 tentang hak asasi manusia, yang
mendefinisikan hak asasi manusia sebagai seperangkat hak yang melekat pada
hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan YME. Berdasarkan
beberapa rumusan pengertian HAM di atas, diperoleh kesimpulan bahwa
HAM merupakan hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat kodrati
Pendidikan kewarganegaraan 5
6. dan fundamental sebagai suatu anugerah Tuhan yang harus dihormati, dijaga,
dan dilindungi oleh setiap individu, masyarakat, atau negara.
2.3 Implementasi Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia
Pelaksanaan hak asasi manusia (HAM) di Indonesia baru pada tahap
kebijakan belum menjadi bagian dari sendi-sendi dasar kehidupan berbangsa
untuk menjadi faktor integrasi atau persatuan. Problem dasar HAM yaitu
penghargaan terhadap martabat dan privasi warga negara sebagai pribadi juga
belum ditempatkan sebagaimana mestinya.Dalam diskusi dipersoalkan
bagaimana sebenarnya posisi pemerintah untuk melaksanakan HAM secara
tulus. Sedangkan di Indonesia, HAM baru merupakan satu kebijakan belum
merupakan bagian dari sendi-sendi dasar dari kehidupan berbangsa.
Kondisi HAM di Indonesia menghadapi dua hal dinamis yang terjadi
yaitu realitas empiris di mana masyarakat semakin sadar HAM serta kondisi
politik.Soal hubungan Komnas HAM dengan pemerintah, misalnya seperti
Kasus Marsinah atau Kerusuhan 27 Juli. Komnas HAM sebenarnya menganut
prinsip HAM universal dengan dasar Piagam PBB, Deklarasi HAM serta
Pancasila sebagai falsafah politik dan konsitusi UUD „45. “Paham HAM
universal itu harus disesuaikan dengan nilai budaya yang berlaku,”.Namun
kurangnya pemahaman HAM atau karena kepentingan politik seringkali
disebut-sebut “HAM di Indonesia sebagai HAM yang khas yang berbeda
dengan HAM universal”.
2.4 Pengertian Kekerasan Terhadap Anak
Pada awalnya terminologi tindak kekerasan atau child abuse berasal
dari dunia kedokteran.Sekitar tahun 1946, seorang radiologist Caffey (dalam
Ibnu Anshori, 2007) melaporkan kasus berupa gejala-gejala klinik seperti
patah tulang panjang yang majemuk (multiple fractures) pada anak-anak atau
bayi disertai pendarahan tanpa diketahui sebabnya (unrecognized
trauma).Dalam dunia kedokteran, kasus ini dikenal dengan istilah Caffey
Syndrome (Ranuh dalam Anshori, 2007). Kasus yang ditemukan Caffey
diatas semakin menarik perhatian publik ketika Henry Kempe tahun 1962
Pendidikan kewarganegaraan 6
7. menulis masalah ini di Journal of the American Medical Assosiation, dan
melaporkan bahwa dari 71 Rumah Sakit yang ia teliti, ternyata terjadi 302
kasus tindak kekerasan terhadap anak-anak, dimana 33 anak dilaporkan
meninggal akibat penganiayaan yang dialaminya, dan 85 mengalami
kerusakan otak yang permanen. Henry (dalam Anshori, 2007) menyebut
kasus penelentaran dan penganiayaan yang dialami anak-anak dengan istilah
Battered Child Syndrome, yaitu setiap keadaan yang disebabkan kurangnya
perawatan dan perlindungan terhadap anak oleh orangtua atau pengasuh lain.
Selain Battered Child Syndrome, istilah lain untuk menggambarkan kasus
penganiayaan yang dialami anak-anak adalah Maltreatment Syndrome, yang
meliputi gangguan fisik seperti diatas, juga gangguan emosi anak dan adanya
akibat asuhan yang tidak memadai, ekploitasi seksual dan ekonomi,
pemberian makanan yang tidak layak bagi anak atau makanan kurang gizi,
pengabaian pendidikan dan kesehatan dan kekerasan yang berkaitan dengan
medis (Gelles dalam Anshori, 2007).
Hoesin (2006) melihat kekerasan terhadap anak sebagai bentuk
pelanggaran terhadap hak-hak anak.dan dibanyak negara dikategorikan
sebagai kejahatan sehingga mencegahnya dapat dilakukan oleh para petugas
penegak hukum. Sedangkan Patilima (2003) menganggap kekerasan
merupakan perlakuan yang salah orang tua.Patilima mendefinisikan
perlakuan salah pada anak adalah segala perlakuan terhadap anak yang
akibat-akibatnya mengancam kesejahteraan dan tumbuh kembang anak, baik
secara fisik, psikologi sosial, maupun mental.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kekerasan terhadap
anak adalah segala bentuk perlakuan baik secara fisik maupun psikis yang
berakibat penderitaan terhadap anak.
2.5 Macam-macam kekerasan terhadap anak
Penyiksaan terhadap anak dapat digolongkan menjadi: penyiksaan fisik
(physical abuse), penyiksaan emosi (psychological/emotional abuse),
pelecehan seksual (sexual abuse), dan pengabaian (child neglect).
a) Penyiksaan Fisik (Physical Abuse)
Pendidikan kewarganegaraan 7
8. Segala bentuk penyiksaan secara fisik, dapat berupa cubitan, pukulan,
tendangan, menyundut dengan rokok, membakar, dan tindakan-tindakan
lain yang dapat membahayakan anak. Banyak orangtua yang menyiksa
anaknya mengaku bahwa perilaku yang mereka lakukan adalah semata-
mata suatu bentuk pendisiplinan anak, suatu cara untuk membuat anak
mereka belajar bagaimana berperilaku baik.
b) Penyiksaan Emosi (Psychological/ Emotional Abuse)
Penyiksaan emosi adalah semua tindakan merendahkan atau meremehkan
anak, selanjutnya konsep diri anak terganggu, anak merasa tidak berharga
untuk dicintai dan dikasihi. Jenis-jenis penyiksaan emosi adalah:
penolakan, tidakdiperhatikan, ancaman, dan isolasi.
c) PelecehanSeksual(Sexual Abuse)
Pelecehan seksual pada anak adalah kondisi dimana anak terlibat dalam
aktivitas seksual, anak sama sekali tidak menyadari, dan tidak mampu
mengkomunikasikannya, atau bahkan tidak tahu arti tindakan yang
diterimanya. Jenis-jenis penyiksaan seksual adalah:
1. Pelecehan seksual tanpa sentuhan: anak melihat pornografi, atau
exhibisionisme, dsb.
2. Pelecehan seksual dengan sentuhan. Semua tindakan pelecehan
orang dewasa terhadap organ seksual anak. Seperti adanya
penetrasi ke dalam vagina atau anak dengan benda apapun yang
tidak mempunyai tujuan medis.
3. Eksploitasi seksual. Meliputi semua tindakan yang menyebabkan
anak masuk dalam tujuan prostitusi, atau menggunakan anak
sebagai model foto atau film porno.
d) Pengabaian (Child Neglect).
Pengabaian terhadap anak termasuk penyiksaan secara pasif, yaitu segala
ketiadaan perhatian yang memadai, baik fisik, emosi maupun sosial.
Jenis-jenis pengabaian anak:
1. Pengabaian fisik, misalnya keterlambatan mencari bantuan medis,
pengawasan yang kurang memadai, serta tidak tersedianya
kebutuhan akan rasa aman dalam keluarga.
Pendidikan kewarganegaraan 8
9. 2. Pengabaian pendidikan misalnya orang tua seringkali tidak
memberikan fasilitas pendidikan yang sesuai dengan bakat dan
kemampuan anak.
3. Pengabaian secara emosi dapat terjadi misalnya ketika orang tua
tidak menyadari kehadiran anak ketika sedang bertengkar.
Pembedaan perlakuan dan kasih sayang orang tua terhadap anak-
anaknya.
4. Pengabaian fasilitas medis, misalnya orang tua tidak menyediakan
layanan medis untuk anak meskipun secara finansial memadai.
5. Mempekerjakan anak dibawah umur, hal ini melanggar hak anak
untuk memperoleh pendidikan, dapat membahayakan kesehatan,
serta melanggar hak mereka sebagai manusia.
Anak yang dicurigai telah mengalami penyiksaan fisik perlu di lakukan
penyelidikan lebih lanjut yang melibatkan: Pekerja Sosial, Dokter Anak dan
Pihak yang berwajib (Polisi).
2.6 Faktor penyebab kekerasan terhadap anak
Ada banyak faktor yang sangat berpengaruh untuk mengarahkan
seseorang kepada penyiksaan anak terhadap anak. Faktor-faktor yang paling
umum adalah sebagai berikut:
1. Lingkaran kekerasan, seseorang yang mengalami kekerasan semasa
kecilnya mempunyai kecenderungan untuk melakukan hal yang
pernah dilakukan terhadap dirinya pada orang lain.
2. Stres dan kurangnya dukungan. Menjadi orangtua maupun
pengasuh dapat menjadi sebuah pekerjaan yang menyita waktu dan
sulit.Orangtua yang mengasuh anak tanpa dukungan dari keluarga,
teman atau masyarakat dapat mengalami stress berat.
3. Pecandu alkohol atau narkoba. Para pecandu alkohol dan narkoba
seringkali tidak dapat mengontrol emosi dengan baik, sehingga
kecenderungan melakukan penyiksaan lebih besar.
Pendidikan kewarganegaraan 9
10. 4. Menjadi saksi kekerasan dalam rumah tangga adalah sebuah bentuk
penyiksaan anak secara emosional dan mengakibatkan penyiksaan
anak secara fisik.
5. Kemiskinan dan akses yang terbatas ke pusat ekonomi dan sosial
saat masa-masa krisis.
6. Peningkatan krisis dan jumlah kekerasan di lingkungan sekitar
mereka.
2.7 Dampak kekerasan terhadap anak
Anak-anak korban kekerasan umumnya menjadi sakit hati, dendam, dan
menampilkan perilaku menyimpang di kemudian hari.Bahkan, Komnas PA
(dalam Nataliani, 2004) mencatat, seorang anak yang berumur 9 tahun yang
menjadi korban kekerasan, memiliki keinginan untuk membunuh ibunya.
Berikut ini adalah dampak-dampak yang ditimbulkan kekerasan terhadap
anak (child abuse), antara lain;
1) Dampak kekerasan fisik. Anak yang mendapat perlakuan kejam
dari orang tuanya akan menjadi sangat agresif, dan setelah menjadi
orang tua akan berlaku kejam kepada anak-anaknya.
2) Dampak kekerasan psikis.Jenis kekerasan ini meninggalkan bekas
yang tersembunyi yang termanifestasikan dalam beberapa bentuk,
seperti kurangnya rasa percaya diri, kesulitan membina persahabatan,
perilaku merusak, menarik diri dari lingkungan, penyalahgunaan obat
dan alkohol, ataupun kecenderungan bunuh diri.
3) Dampak kekerasan seksual. Eksploitasi seksual yang dialami
semasa masih anak-anak banyak ditengarai sebagai penyebab
keterlibatan dalam prostitusi.Jika kekerasan seksual terjadi pada anak
yang masih kecil pengaruh buruk yang ditimbulkan antara takut
bergaul, menutup diri, dan trauma untuk menjalani pernikahan karena
masih dibayangitrauma masa lalu.
Pendidikan kewarganegaraan 10
11. 4) Dampak penelantaran anak. Pengaruh yang paling terlihat jika anak
mengalami hal ini adalah kurangnya perhatian dan kasih sayang orang
tua terhadap anak, Hurlock (1990) mengatakan jika anak kurang
kasih sayang dari orang tua menyebabkan berkembangnya perasaan
tidak aman, gagal mengembangkan perilaku akrab, dan selanjutnya
akan mengalami masalah penyesuaian diri pada sa yang akan datang.
2.8 Upaya mengurangi kekerasan terhadap anak
Untuk mencegah dan menghentikan kekerasan pada anak dibutuhkan
beberapa pendekatan diantaranya:
1. Pendekatan individu, yaitu dengan cara menambah pemahaman
agama, karena tentunya seorang yang mempunyai pemahaman agama
yang kuat akan lebih tegar menghadapi situasi-situasiyang menjadi
factor terjadinya kekerasan.
2. Pendekatan sosial, melingkupi pendekatan partisipasi masyarakat
dalam melaporkan dan waspada setiap tindakan kejahatan, terutama
human trafficking.
3. Pendekatan medis, untuk memberikan pelayanan dan perawatan baik
secara fisik atau kejiwaan, juga memberikan penyuluhan terhadap orang
tua tentang bagaimana mengasuh anak dengan baik dan benar.
4. Pendekatan hukum, tentunya yang bertanggung jawab masalah ini
adalah pemerintah untuk selalu mencari dan menanggapi secara sigap
terhadap setiap laporan atau penemuan kasus kekerasan dan kejahatan
dan menghukumnya dengan ketentuan hukum yang berlaku.
Pendidikan kewarganegaraan 11
12. BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Hak Asasi Manusia merupakan hak yang melekat pada diri manusia yang
bersifat kodrati dan fundamental sebagai suatu anugerah Tuhan yang harus
dihormati, dijaga, dan dilindungi oleh setiap individu, masyarakat, atau
negara.
2. Sejarah lahirnya HAM dimulai dari piagam magna charta pada tahun 1215
dan selanjutnya diakui secara resmi oleh PBB melalui declaration of
human right pada 10 Desember 1948.
3. Pelaksanaan hak asasi manusia di Indonesia masih belum bisa dikatakan
berhasil. Di satu sisi terlihat kemajuan, namun di sisi lain juga terjadi
kemunduran yang cukup berarti. Kemajuan terlihat dengan adanya regulasi
hukum HAM melalui peraturan perundang-undangan serta dibentuknya
Pengadilan HAM dalam upaya menyelesaikan berbagai kasus pelanggaran
HAM berat yang terjadi. Namun masih banyak pelanggaran yaitu masih
banyak kasus pelanggaran HAM di Indonesia yang hingga saat ini para
pelakunya tidak dijerat hukum sama sekali.
4. Kekerasan terhadap anak adalah segala bentuk perlakuan baik secara fisik
maupun psikis yang berakibat penderitaan terhadap anak.Macam-macam
kekerasan terhadap anak antara lain: penyiksaan fisik, penyiksaan Emosi,
pelecehan seksual, dan pengabaian.
5. Faktor penyebab terjadinya kekerasan:Lingkaran kekerasan, Stres dan
kurangnya dukungan, Pecandu alkohol atau narkoba, Menjadi saksi
kekerasan dalam rumah tangga, kemiskinan dan akses yang terbatas ke
pusat ekonomi dan sosial saat masa-masa krisis, peningkatan krisis dan
jumlah kekerasan di lingkungan sekitar mereka.
6. Dampak dari kekerasan terhadap anak antara lain: 1) Kerusakan fisik atau
luka fisik; 2) Anak akan menjadi individu yang kurang percaya diri,
pendendam dan agresif; 3) Memiliki perilaku menyimpang, seperti,
menarik diri dari lingkungan, penyalahgunaan obat dan alkohol, sampai
Pendidikan kewarganegaraan 12
13. dengan kecenderungan bunuh diri; 4) Jika anak mengalami kekerasan
seksual maka akan menimbulkan trauma mendalam pada anak, takut
menikah, merasa rendah diri.
3.2 Saran
1. Diperlukan sinergi yang baik antara segala pihak untuk
menanggulangi kekerasan ham.
2. Diperlukannya pendidikan karakter sejak dini agar pemahaman ham
dapat berkembang sejak awal (sebagai tindakan preventif).
3. Perlunya pendidikan HAM di kalangan masyarakat agar nantinya
masyarakat bisa menentukan sikap-sikap yang merupakan
pelanggaran HAM dan yang bukan.
4. Semua orang harus mampu menghormati dan menghargai Hak Asasi
Manusia karena HAM merupakan anugrah dari Tuhan.
Pendidikan kewarganegaraan 13
14. DAFTAR PUSTAKA
Abu Huraerah. (2006). Kekerasan Terhadap Anak Jakarta :Penerbit
Nuansa,Emmy
Adnan Buyung Nasution (a), The Aspiration for Constitutional Government in
Indonesia:A Socio-legal Study of the Indonesian Konstituante, Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta, 1992.
Adnan Buyung Nasution, Aspirasi Pemerintahan Konstitusional di Indonesia:
StudiSosio-Legal atas Konstituante 1956-1959, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta,
1995.
Antonio Cassesse, Hak Asasi Manusia di Dunia yang Berubah, Yayasan Obor
Indonesia,Jakarta, 1994.
Soekresno S. Pd.(2007). Mengenali Dan Mencegah Terjadinya TindakKekerasan
Terhadap Anak.
UU PA No. 23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak
Pendidikan kewarganegaraan 14