4. • Mengatur simpang tak bersinyal berlengan 3 atau 4
• Kinerja yang diamati:
• Kapasitas
• Derajat kejenuhan
• Tundaan
• Peluang antrian
• Metode ini menganggap simpang jalan berpotongan tegak lurus
dan terletak pada alinyemen datar dan berlaku untuk derajat
kejenuhan kurang dari 0,8
• Bila terdapat pengaturan lalu lintas dengan rambu BERHENTI
atau BERI JALAN atau penegakan aturan hak jalan lebih dulu dari
kiri maka metode ini menjadi kurang sesuai
Perhitungan Kapasitas Dan Fasilitas Lain 4
LINGKUP DAN TUJUAN PENDAHULUAN
5. • Perencanaan
• Untuk mendapatkan denah dan ukuran geometrik yang
memenuhi sasaran
• Masukan data dalam satuan jam puncak
• Perancangan
• Berbeda dengan perencanaan hanya dalam skala waktu.
Pada perancangan, informasi data lalu lintas dalam bentuk
LHRT yang diramalkan, kemudian harus dikonversi ke dalam
jam puncak rencana
• Analisa operasional
• Untuk memperkirakan ukuran kinerja simpang
Perhitungan Kapasitas Dan Fasilitas Lain 5
BERBAGAI PENERAPAN PENDAHULUAN
8. Segmen simpang tak bersinyal yang dipilih untuk diambil videonya dengan
drone adalah 322 dan 422 yang dinilai merupakan variasi yang paling banyak
ditemui, sedangkan untuk jumlah lajur yang lebih tinggi umumnya
persimpangan sudah dilengkapi oleh sinyal lalu lintas.
Kode Keterangan
322 Simpang 3 lengan dengan 2 lajur per pendekat
324
Simpang 3 lengan dengan 2 lajur pada pendekat minor
dan 4 lajur pada pendekat major
422 Simpang 4 lengan dengan 2 lajur per pendekat
424
Simpang 4 lengan dengan 2 lajur pada pendekat minor
dan 4 lajur pada pendekat major
Perhitungan Kapasitas Dan Fasilitas Lain 8
VARIASI SIMPANG TAK BERSINYAL PENDAHULUAN
9. Simpang tak bersinyal 322 ini merupakan mengakomodasi
pergerakan antar kota, walaupun begitu, prinsip
perhitungan kapasitas simpang pada jalan perkotaan dan
luar kota tidak dibedakan dalam MKJI.
9
CONTOH LOKASI SIMPANG
TAK BERSINYAL 322
PENDAHULUAN
Perhitungan Kapasitas Dan Fasilitas Lain
10. Simpang tak bersinyal 422 ini berada di dalam kota, ini merupakan simpang 4 tak bersinyal yang ditemui
dengan volume lalu lintas yang cukup tinggi. Pada simpang ini tidak ditemui 12 pergerakan, karena
beberapa pendekatnya merupakan jalan satu arah.
10
CONTOH LOKASI SIMPANG
TAK BERSINYAL 422
PENDAHULUAN
Perhitungan Kapasitas Dan Fasilitas Lain
11. • Sudut simpang sebaiknya mendekati 90 derajat.
• Fasilitas sebaiknya disediakan agar gerakan belok kiri dapat dilewatkan
dengan konflik minimum terhadap gerakan kendaraan yang lain.
• Lajur terdekat dengan kereb sebaiknya lebih lebar dari biasanya untuk
memberikan ruang bagi kendaraan tak bermotor.
• Lajur belok terpisah sebaiknyaa direncanakan ”di luar” lajur utama lalu
lintas dan lajur belok sebaiknya cukup panjang untuk mencegah antrian
pada arus lalu lintas tinggi yang dapat menghambat lajur menerus.
• Pulau lalu lintas di tengah sebaiknya digunakan jika lebar jalan lebih dari
10 m untuk memudahkan pejalan kaki menyeberang. Lajur belok kiri
tambahan sebaiknya mempunyai pulau untuk pejalan kaki
• Lebar median di jalan utama sebaiknya paling sedikit 3 – 4 m untuk
memudahkan kendaraan dari jalan minor melewati jalan utama dalam
dua tahap
• Daerah konflik simpang sebaiknya kecil dengan lintasan yang jelas untuk
gerakan konflik
Perhitungan Kapasitas Dan Fasilitas Lain 11
SARAN UMUM UNTUK
PERENCANAAN RINCI
PENDAHULUAN
12. Perhitungan Kapasitas Dan Fasilitas Lain 12
BAGAN ALIR PERANCANGAN
SIMPANG TAK BERSINYAL
PENDAHULUAN
14. 1. Langkah A: Data Masukan
• A-1: Kondisi geometrik
• A-2: Kondisi lalu lintas
• A-3: Kondisi lingkungan
2. Langkah B: Kapasitas
• B-1: Lebar pendekat dan tipe
simpang
• B-2: Kapasitas dasar
• B-3: Faktor penyesuaian lebar
pendekat
• B-4: Faktor penyesuaian median jalan
utama
• B-5: Faktor penyesuaian ukuran kota
• B-6: Faktor penyesuaian tipe
lingkungan, hambatan samping, dan
kendaraan tak bermotor
• B-7: Faktor penyesuaian belok
kiri
• B-8: Faktor penyesuaian belok
kanan
• B-9: Faktor penyesuaian rasio
arus jalan minor
• B-10: Kapasitas
3. Langkah C: Perilaku Lalu Lintas
• C-1: Derajat kejenuhan
• C-2: Tundaan
• C-3: Peluang antrian
• C-4: Penilaian perilaku lalu lintas
Perhitungan Kapasitas Dan Fasilitas Lain 14
PROSEDUR PERHITUNGAN PROSEDUR
PERHITUNGAN
15. • A-1: Kondisi geometrik
• A-2: Kondisi lalu lintas
• A-3: Kondisi lingkungan
Perhitungan Kapasitas Dan Fasilitas Lain 15
LANGKAH A: DATA MASUKAN PROSEDUR
PERHITUNGAN
16. Sketsa ringkasan
• Gambarkan sketsa pola geometrik, lihat contoh pada Gambar A- 1:1.(hal
3-24) yang memuat nama jalan minor dan utama dan nama kota dicatat
pada bagian atas sketsa.
• Untuk orientasi sketsa sebaiknya juga memuat panah penunjuk arah.
• Sketsa sebaiknya memberikan gambaran yang baik dari suatu simpang
mengenai informasi tentang: kereb, lebar jalur, bahu dan median.
• Jika median cukup lebar sehingga memungkinkan melintasi simpang
dalam dua tahap dengan berhenti di tengah (biasanya ? 3 m), kotak di
bagian bawah sketsa dicatat sebagai "Lebar", jika tidak dicatat "Sempit"
atau "Tidak ada" (jika tidak ada).
Perhitungan Kapasitas Dan Fasilitas Lain 16
A. KONDISI GEOMETRIK PROSEDUR
PERHITUNGAN
17. • Jalan utama adalah jalan yang
dipertimbangkan terpenting pada
simpang, misalnya jalan dengan
klasifikasi fungsionil tertinggi.
• Untuk simpang 3-lengan, jalan
yang menerus selalu jalan utama.
• Pendekat jalan minor sebaiknya
diberi notasi A dan C, pendekat
jalan utama diberi notasi B dan D.
• Pemberian notasi dibuat searah
jarum jam.
Perhitungan Kapasitas Dan Fasilitas Lain 17
SKETSA KONDISI GEOMETRIK PROSEDUR
PERHITUNGAN
18. • Situasi lalu-lintas untuk tahun yang dianalisa ditentukan
menurut Arus Jam Rencana, atau Lalulintas Harian Rata-rata
Tahunan (LHRT) dengan faktor-k yang sesuai untuk konversi
dari LHRT menjadi arus per jam (umum untuk perancangan).
• Nama pilihan alternatif lalu-lintas dapat dimasukkan.
• Sketsa arus lalu-lintas memberikan informasi lalu-lintas lebih
rinci dari yang diperlukan untuk analisa simpang tak
bersinyal.
• Jika alternatif pemasangan sinyal pada simpang juga akan
diuji, informasi ini akan diperlukan. Sketsa sebaiknya
menunjukan gerakan lalu-lintas bermotor dan tak bermotor
(kend/jam) pada pendekat ALT, AST, ART dan seterusnya.
Perhitungan Kapasitas Dan Fasilitas Lain 18
B. KONDISI LALU LINTAS PROSEDUR
PERHITUNGAN
19. 1. Data masukan untuk kondisi lalu-lintas terdiri
dari empat bagian, sebagaimana diuraikan di
bawah:
• Periode (alternatif).
• Sketsa arus lalu-lintas menggambarkan
berbagai gerakan dan arus lalu-lintas.
• Arus sebaiknya diberikan dalam
kend/jam.
• Jika arus diberikan dalam LHRT faktor-k
• Komposisi lalu-lintas (%)
• Arus kendaraan tak-bermotor
2. Satuan arus, kend/jam atau LHRT, diberi tanda
dalam formulir, seperti contoh gambar A-2: 1
di samping.
Perhitungan Kapasitas Dan Fasilitas Lain 19
SKETSA KONDISI LALU LINTAS PROSEDUR
PERHITUNGAN
20. a) Data arus lalu-lintas klasifikasi per jam tersedia untuk
masing-masing gerakan.
• Jika data arus lalu-lintas klasifikasi tersedia untuk masing-
masing gerakan, data tersebut dapat dimasukkan pada
formulir dalam satuan kend/jam.
• Arus total (kend/jam) untuk masing-masing gerakan lalu-
lintas dan data arus kendaraan tak bermotor tersedia,
angkanya dimasukkan tabel yang sesuai..
• Konversi ke dalam smp/jam dilakukan dengan mengalikan
emp yang sesuai dengan jenis kendaraannya.
Perhitungan Kapasitas Dan Fasilitas Lain 20
PROSEDUR PERHITUNGAN ARUS
(SMP) (1)
PROSEDUR
PERHITUNGAN
21. b)Data arus lalu-lintas per jam (bukan klasifikasi) tersedia untuk masing-masing
gerakan, beserta informasi tentang komposisi lalu-lintas keseluruhan dalam %.
• Masukkan arus lalu-lintas untuk masing-masing gerakan dalam kend/jam.
• Hitung faktor smp FSMP dari emp yang diberikan dan data komposisi arus lalu-lintas
kendaraan bermotor
• Fsmp = (empLV x LV% + empHV x HV% + empMc x MC%) / 100
• Hitung arus total dalam smp/jam untuk masing-masing gerakan dengan mengalikan arus
dalam kend/jam dengan Fsmp.
c) Data arus lalu-lintas hanya tersedia dalam LHRT (Lalu-lintas Harian Rata-rata
Tahunan)
• Konversikan nilai arus lalu-lintas yang diberikan dalam LHRT melalui perkalian dengan
faktor-k
• QDH = k x LHRT
• Konversikan arus lalu-lintas dari kend/jam menjadi smp/jam melalui perkalian dengan
faktor-smp (Fsmp) sebagaimana diuraikan diatas
Perhitungan Kapasitas Dan Fasilitas Lain 21
PROSEDUR PERHITUNGAN ARUS
(SMP) (2)
PROSEDUR
PERHITUNGAN
22. • Data lalu-lintas sering
tidak ada atau
kualitasnya kurang
baik.
• Nilai normal yang
diberikan pada Tabel
A-2: 1, 2 dan 3 (hal 3-
27) dapat digunakan
untuk keperluan
perancangan sampai
data yang lebih baik
tersedia.
Perhitungan Kapasitas Dan Fasilitas Lain 22
NILAI NORMAL VARIABEL UMUM
LALU LINTAS
PROSEDUR
PERHITUNGAN
23. • Hitung arus jalan utama totalQMA yaitu jumlah seluruh arus pada pendekat B dan D dalam smp/jam
• Hitung arus jalan minor + utama total untuk masing-masing gerakan (Belok kiri QLT , Lurus, QST dan
Belok-kanan QRT) demikian juga QTOT secara keseluruhan
• Hitung rasio arus jalan minorPMI yaitu arus jalan minor dibagi dengan arus total, PMI = QMI/ QTOT
• Hitung rasio arus belok-kiri dan kanan total (PLT, ,PRT) PLT = QLT/QTOT dan PRT = QRT / QTOT
• Hitung rasio antara arus kendaraan tak bermotor dengan kendaraan bermotor dinyatakan dalam
kend/jam,
• PUM = QUM / QTOT
Perhitungan Kapasitas Dan Fasilitas Lain 23
• Data lalu-lintas berikut
diperlukan untuk perhitungan
dan harus diisikan ke dalam
bagian lalu-lintas lihat juga
Gambar A-2:2 (hal 3-28)
• Hitung arus jalan minor total
QMI yaitu jumlah seluruh arus
pada pendekat A dan C dalam
smp/jam
PERHITUNGAN RASIO BELOK DAN
RASIO ARUS JALAN
PROSEDUR
PERHITUNGAN
24. • Kelas ukuran kota
• Tipe Lingkungan jalan
• diklasifikasikan dalam kelas menurut tata guna tanah dan aksesibilitas jalan tersebut dari aktivitas
sekitarnya. Hal ini ditetapkan secara kualitatif dari pertimbangan teknik lalu-lintas dengan bantuan
Tabel A-3:2 di atas
• Kelas hambatan samping
• Hambatan samping menunjukkan pengaruh aktivitas samping jalan di daerah simpang pada arus
berangkat lalu-lintas, misalnya pejalan kaki berjalan atau menyeberangi jalur, angkutan kota dan bis
berhenti untuk menaikkan dan menurunkan penumpang, kendaraan masuk dan keluar halaman dan
tempat parkir di luar jalur.
• Hambatan samping ditentukan secara kualitatif dengan pertimbangan teknik lalu-lintas sebagai
Tinggi, Sedang atau Rendah.
Perhitungan Kapasitas Dan Fasilitas Lain 24
C. KONDISI LINGKUNGAN PROSEDUR
PERHITUNGAN
25. • B-1: Lebar pendekat dan tipe simpang
• B-2: Kapasitas dasar
• B-3: Faktor penyesuaian lebar pendekat
• B-4: Faktor penyesuaian median jalan utama
• B-5: Faktor penyesuaian ukuran kota
• B-6: Faktor penyesuaian tipe lingkungan, hambatan samping, dan kendaraan tak
bermotor
• B-7: Faktor penyesuaian belok kiri
• B-8: Faktor penyesuaian belok kanan
• B-9: Faktor penyesuaian rasio arus jalan minor
• B-10: Kapasitas
Perhitungan Kapasitas Dan Fasilitas Lain 25
LANGKAH B: KAPASITAS PROSEDUR
PERHITUNGAN
26. a. Lebar rata-rata pendekat minor dan utama WAC dan WBD
dan lebar rata-rata pendekat WI
• Masukkan lebar pendekat untuk semua pendekat yang diukur
pada jarak 10 m dari garis imajiner yang menghubungkan tepi
perkerasan dari jalan berpotongan, yang dianggap mewakili
lebar pendekat efektif
• Untuk pendekat yang sering digunakan parkir pada jarak kurang
dari 20 m dari garis imajiner yang menghubungkan tepi
perkerasan dari jalan berpotongan, lebar pendekat tersebut
harus dikurangi 2 m
• Hitung lebar rata-rata pendekat pada jalan minor dan jalan
utama
• Hitung lebar rata-rata pendekat
Perhitungan Kapasitas Dan Fasilitas Lain 26
B-1: LEBAR PENDEKAT DAN TIPE SIMPANG (1) PROSEDUR
PERHITUNGAN
27. Perhitungan Kapasitas Dan Fasilitas Lain 27
B-1: LEBAR PENDEKAT DAN TIPE SIMPANG (2) PROSEDUR
PERHITUNGAN
28. b. Jumlah Lajur
Perhitungan Kapasitas Dan Fasilitas Lain 28
B-1: LEBAR PENDEKAT DAN TIPE SIMPANG (3) PROSEDUR
PERHITUNGAN
29. c. Tipe Simpang
Perhitungan Kapasitas Dan Fasilitas Lain 29
Simpang tipe 344 dan 444 dianggap sebagai simpang
tipe 324 dan 424
B-1: LEBAR PENDEKAT DAN TIPE SIMPANG (4) PROSEDUR
PERHITUNGAN
Kode IT
Jumlah lengan
simpang
Jumlah lajur
jalan minor
Jumlah lajur
jalan utama
322 3 2 2
324 3 2 4
342 3 4 2
422 4 2 2
424 4 2 4
30. Perhitungan Kapasitas Dan Fasilitas Lain 30
Kapasitas dasar (C0) berdasarkan tipe simpang
B-2: KAPASITAS DASAR (C0) PROSEDUR
PERHITUNGAN
Tipe simpang IT
Kapasitas dasar
(smp/jam)
322 2700
342 2900
324 atau 344 3200
422 2900
424 atau 444 3400
31. Perhitungan Kapasitas Dan Fasilitas Lain 31
Faktor penyesuaian lebar pendekat (FW) berdasarkan tipe simpang dan WI
B-3: FAKTOR PENYESUAIAN
LEBAR PENDEKAT (FW)
PROSEDUR
PERHITUNGAN
32. Perhitungan Kapasitas Dan Fasilitas Lain 32
Faktor penyesuaian median jalan utama (FM) berdasarkan median jalan utama, hanya digunakan untuk
jalan utama dengan 4 lajur
Lebar: 3 meter atau lebih
Sempit: di bawah 3 meter
B-4: FAKTOR PENYESUAIAN
MEDIAN JALAN UTAMA (FM)
PROSEDUR
PERHITUNGAN
Uraian Tipe M
Faktor
penyesuaian
media (FM)
Tidak ada median jalan utama Tidak ada 1,00
Ada median jalan utama, lebar < 3m Sempit 1,05
Ada median jalan utama, lebar ≥ 3m Lebar 1,20
33. Perhitungan Kapasitas Dan Fasilitas Lain 33
Faktor penyesuaian ukuran kota (FCS) berdasarkan jumlah penduduk
B-5: FAKTOR PENYESUAIAN
UKURAN KOTA (FCS)
PROSEDUR
PERHITUNGAN
Ukuran kota CS
Penduduk
(Juta)
Faktor
penyesuaian
ukuran kota FCS
Sangat kecil < 0,1 0,82
Kecil 0,1 - 0,5 0,88
Sedang 0,5 - 1,0 0,94
Besar 1,0 - 3,0 1,00
Sangat besar > 3,0 1,05
34. Perhitungan Kapasitas Dan Fasilitas Lain 34
Faktor penyesuaian tipe lingkungan jalan hambatan samping dan kendaraan tak
bermotor (FRSU) berdasarkan tipe lingkungan jalan, kelas hambatan samping, dan rasio
UM/MV
Bila empum tidak sama dengan 1, maka gunakan rumus berikut
FRSU(PUM sesungguhnya) = FRSU(PUM= 0) × (1- PUM × empUM)
B-6: FAKTOR PENYESUAIAN TIPE LINGKUNGAN JALAN,
HAMBATAN SAMPING DAN KENDARAAN TAK BERMOTOR (FRSU)
PROSEDUR
PERHITUNGAN
Kelas tipe
Lingkungan
Jalan
Kelas hambatan samping SF
Rasio kendaraan tak bermotor PUM
0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 ≥ 0,25
Komersial tinggi 0,93 0,88 0,84 0,79 0,74 0,70
sedang 0,94 0,89 0,85 0,80 0,75 0,70
rendah 0,95 0,90 0,86 0,81 0,76 0,71
Permukiman tinggi 0,96 0,91 0,87 0,82 0,77 0,72
sedang 0,97 0,92 0,88 0,83 0,78 0,73
rendah 0,98 0,93 0,89 0,84 0,79 0,74
Akses terbatas tinggi/sedang/rendah 1,00 0,95 0,90 0,85 0,80 0,75
35. Perhitungan Kapasitas Dan Fasilitas Lain 35
Faktor penyesuaian belok kiri (FLT) berdasarkan rasio belok kiri
B-7: FAKTOR PENYESUAIAN
BELOK KIRI (FLT)
PROSEDUR
PERHITUNGAN
36. Perhitungan Kapasitas Dan Fasilitas Lain 36
Faktor penyesuaian belok kiri (FRT) berdasarkan rasio belok kanan
B-8: FAKTOR PENYESUAIAN
BELOK KANAN (FRT)
PROSEDUR
PERHITUNGAN
37. Perhitungan Kapasitas Dan Fasilitas Lain 37
Faktor penyesuaian arus jalan minor (FMI) berdasarkan
tipe simpang dan rasio arus jalan minor
B-9: FAKTOR PENYESUAIAN
ARUS JALAN MINOR (FMI)
PROSEDUR
PERHITUNGAN
38. Perhitungan Kapasitas Dan Fasilitas Lain 38
B-10: KAPASITAS PROSEDUR
PERHITUNGAN
Nilai kapasitas dihitung dengan rumus sebagai berikut
C = C0 × FW × FM × FCS × FRSU × FLT × FRT × FMI
Tipe Variabel Uraian variabel dan nama masukan
Geometri
Lebar rata-rata pendekat Fw
Tipe median jalan utama FM
Lingkungan
Kelas ukuran kota FCS
Rasio kendaraan tak bermotor FRSU
Lalu lintas
Rasio belok-kiri FLT
Rasio belok-kanan FRT
Rasio arus jalan minor FMI
39. • C-1: Derajat kejenuhan
• C-2: Tundaan
• C-3: Peluang antrian
• C-4: Penilaian perilaku lalu lintas
Perhitungan Kapasitas Dan Fasilitas Lain 39
LANGKAH C: PERILAKU LALU LINTAS PROSEDUR
PERHITUNGAN
40. Perhitungan Kapasitas Dan Fasilitas Lain 40
C-1: DERAJAT KEJENUHAN PROSEDUR
PERHITUNGAN
Nilai derajat kejenuhan dihitung dengan rumus sebagai
berikut
DS = QTOT × C
Keterangan:
QTOT = Arus total (smp/jam) dari formulir USIG-I, Baris 23, kolom 10
C = Kapasitas dari formulir USIG-II, kolom 28
41. 1. Tundaan lalu lintas simpang (DTI)
Perhitungan Kapasitas Dan Fasilitas Lain 41
Tundaan lalu lintas simpang (DTI) berdasarkan derajat kejenuhan
C-2: TUNDAAN (1) PROSEDUR
PERHITUNGAN
42. 2. Tundaan lalu lintas jalan utama (DTMA)
Perhitungan Kapasitas Dan Fasilitas Lain 42
Tundaan lalu lintas jalan utama (DTMA) berdasarkan derajat kejenuhan
C-2: TUNDAAN (2) PROSEDUR
PERHITUNGAN
43. 3. Tundaan lalu lintas jalan minor (DTMI)
Perhitungan Kapasitas Dan Fasilitas Lain 43
Keterangan:
DTMI : tundaan lalu lintas jalan utama
QTOT : arus total
DTI : tundaan lalu lintas simpang
QMA : arus jalan utama
DTMA : tundaan lalu lintas jalan utama
QMI : arus jalan minor
C-2: TUNDAAN (3) PROSEDUR
PERHITUNGAN
Nilai tundaan lalu lintas jalan minor dihitung dengan rumus
sebagai berikut
DTMI = (QTOT × DT1 - QMA x DTMA)/ QMI
44. 4. Tundaan geometrik simpang (DG)
Perhitungan Kapasitas Dan Fasilitas Lain 44
C-2: TUNDAAN (4) PROSEDUR
PERHITUNGAN
45. 5. Tundaan simpang (D)
Perhitungan Kapasitas Dan Fasilitas Lain 45
C-2: TUNDAAN (5) PROSEDUR
PERHITUNGAN
46. Perhitungan Kapasitas Dan Fasilitas Lain 46
Rentang peluang antrian (QP%) berdasarkan derajat kejenuhan
C-3: PELUANG ANTRIAN PROSEDUR
PERHITUNGAN
47. • Manual ini direncanakan untuk memperkirakan kapasitas dan
perilaku lalu lintas pada kondisi tertentu berkaitan dengan
rencana geometrik jalan, lalu lintas, dan lingkungan. Karena
hasilnya biasanya tidak dapat diperkirakan sebelumnya, mungkin
diperlukan beberapa perbaikan dengan pengetahuan para ahli
lalu lintas, terutama kondisi geometrik, untuk memperoleh
perilaku lalu lintas yang diinginkan berkaitan dengan kapasitas
dan tundaan dan sebagainya.
• Cara yang paling cepat untuk menilai hasil adalah dengan
melihat derajat kejenuhan (DS) untuk kondisi yang diamati, dan
membandingkannya dengan pertumbuhan lalu lintas tahunan
dan “umur” fungsional yang diinginkan dari simpang tersebut.
Jika nilai DS yang diinginkan terlalu tinggi (misalnya >0.75),
pengguna manual mungkin ingin merubah anggapan yang
berkaitan dengan lebar pendekat dan sebagainya, dan membuat
perhitungan yang baru.
Perhitungan Kapasitas Dan Fasilitas Lain 47
C-4: PENILAIAN PERILAKU LALU LINTAS PROSEDUR
PERHITUNGAN
49. • Simpang: Jalan Martadinata – Jalan Anggrek, Bandung
• Kondisi awal:
• Populasi Bandung: 2 juta orang
• Daerah komersil
• Hambatan samping tinggi
• Jalan Martadinata merupakan jalan utama
• Tugas:
a. Tentukan:
a. Kapasitas
b. Derajatan kejenuhan
c. Tundaan
d. Peluang antrian
b. Bila derajat kejenuhan lebih besar dari 0.85, usahakan untuk
menguranginya
Perhitungan Kapasitas Dan Fasilitas Lain 49
CONTOH PENGERJAAN (1) CONTOH
PENGERJAAN
50. • Inputan data:
• Denah simpang
Perhitungan Kapasitas Dan Fasilitas Lain 50
• Data arus lalu lintas
CONTOH PENGERJAAN (2) CONTOH
PENGERJAAN
52. Perhitungan Kapasitas Dan Fasilitas Lain 52
1. Masukkan informasi
umum tentang formulir
USIG-I
2. Gambar dan tuliskan
diagram arus lalu lintas
pada simpang ini sesuai soal
3. Gambar dan tuliskan
diagram geometri simpang
sesuai soal
FORMULIR USIG-I (2) CONTOH
PENGERJAAN
53. Perhitungan Kapasitas Dan Fasilitas Lain 53
4. Masukkan komposisi kendaraan, faktor smp, dan faktor k pada
Baris (1), harus diisi jika dibutuhkan
5. Masukkan nama pendekat (jalan minor A, B, dst) pada Kolom (1)
6. Masukkan arah gerakan kendaraan pada Kolom (2); LT = belok kiri,
LTOR = belok kiri langsung, ST = lurus, RT = belok kanan
7. Masukkan jumlah arus kendaraan pada Kolom (3), (5), (7), dan
(12), dalam kend/jam (data telah diberikan)
8. Kolom (4), (6), (8) = Jumlah arus kendaraan, dalam smp/jam,
dengan cara mengalikan nilai pada Kolom (3), (5), dan (7) dengan
emp
9. Kolom (9) = Total Kolom (3), (5), (7)
10. Kolom (10) = Total Kolom (4), (6), (8)
11. Baris (10) = Total arus jalan minor A dan C
12. Baris (19) = Total arus jalan utama B dan D
13. Baris (20) s/d (22) = Total arus jalan utama + minor, masing-
masing baris untuk gerakan belok kiri, lurus, dan kanan serta
kendaraan tak bermotor
Untuk kondisi data lalu lintas yang berbeda, silakan buka hal 3-26
dan 3-27 untuk petunjuk lengkap
14. Masukkan rasio berbelok pada Kolom (11), lihat rumus pada
halaman 3-28
15. Masukkan rasio UM dengan MV pada Baris (24)-Kolom (12)
dengan cara: pada Baris (23), Kolom (12) dibagi dengan Kolom (9)
FORMULIR USIG-I (3) CONTOH
PENGERJAAN
55. Perhitungan Kapasitas Dan Fasilitas Lain 55
Analisis akan dilakukan dengan beberapa alternatif,
hingga syarat derajat kejenuhan <0.85 terpenuhi
16. Masukkan nomor pilihan pada Kolom (0)
17. Masukkan jumlah lengan simpang pada Kolom (1)
18. Masukkan lebar pendekat pada Kolom (2) s/d (8)
sesuai dengan rumus yang ada di halaman 3-31
19. Masukkan jumlah lajur pada Kolom (9) & (10) sesuai
dengan rumus yang ada di halaman 3-32
20. Masukkan tipe simpang pada Kolom (11), sesuai
yang ada di Tabel B-1:1 di halaman 3-32
21. Masukkan kapasitas dasar pada Kolom (20), sesuai
dengan Tabel B-2:1 di halaman 3-33
22. Masukkan semua faktor penyesuaian pada Kolom
(21) s/d (27) dengan rumus, tabel, atau gambar
masing-masing di halaman 3-33 s/d halaman 3-38
23. Masukkan nilai kapasitas pada Kolom (28), sesuai
dengan rumus di halaman 3-39
FORMULIR USIG-II1 (2) CONTOH
PENGERJAAN
56. Perhitungan Kapasitas Dan Fasilitas Lain 56
24. Masukkan arus lalu lintas total dalam smp/jam pada Kolom
(30), lihat USIG-I Baris (23)-Kolom (10)
25. Masukkan derajat kejenuhan pada Kolom (31) dengan cara:
Kolom (30) / Kolom (28)
26. Masukkan tundaan lalu lintas simpang (DTI) pada Kolom (32),
lihat Gambar C-2:1 di hal 3-40
27. Masukkan tundaan lalu lintas jl utama (DTMA) pada Kolom
(33), lihat Gambar C-2:2 di hal 3-41
28. Masukkan tundaan lalu lintas jl minor (DTMI) pada Kolom (34),
lihat rumus di hal 3-41
29. Masukkan tundaan geometrik simpang (DG) pada Kolom (35),
lihat rumus di hal 3-42
30. Masukkan tundaan simpang (D) pada Kolom (36), lihat rumus
di hal 3-42
31. Masukkan peluang antrian (QP%) pada Kolom (37), lihat
Gambar C:3-1 di hal 3-43
32. Cek sasaran apakah terpenuhi, tuliskan hasilnya pada Kolom
(38)
33. Berikan catatan mengenai perbandingan kondisi perilaku lalu
lintas dengan sasaran pada Kolom (39)
Bila sasaran belum terpenuhi, tambahkan pilihan dengan
mengulangi pengisian formulir USIG-II dari awal. Kondisi yang
dapat diubah antara lain adalah geometri jalan, misalnya tipe
simpang atau lebar pendekat
FORMULIR USIG-II (3) CONTOH
PENGERJAAN