2. 1. Definisi Infeksi Nosokomial
Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh
yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi nosokimial
adalah infeksi yang muncul selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan
mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai
dirawat.
Infeksi nosokomial adalah semua kasus infeksi yang terjadi sekurang-
kurangnya setelah 3 x 24 jam dirawat di rumah sakit atau pada waktu masuk tidak
didapatkan tanda-tanda klinik dari infeksi tersebut.
3. 2. Faktor Penyebab Perkembangan Infeksi Nosokomial
1. Agen Infeksi
Kemungkinan terjadinya infeksi tergantung pada:
a) Karakteristik mikroorganisme
b) Resistensi terhadap zat-zat antibiotika
c) Tingkat virulensi, dan
d) Banyaknya materi infeksius.
Semua mikroorganisme termasuk bakteri, virus, jamur dan parasit dapat menyebabkan infeksi
nosokomia
faktor eksternal, yaitu penyakit yang penyebarannya melalui makanan dan udara dan benda
atau bahan-bahan yang tidak steril
4. 2. Faktor Penyebab Perkembangan Infeksi Nosokomial
2. Respons dan Toleransi Tubuh Pasien
a) Usia
b) Status imunitas penderita
c) Penyakit yang diderita
d) Obesitas dan malnutrisi
e) Orang yang menggunakan obat-obatan
f) Imunosupresan dan steroid
g) Intervensi yang dilakukan pada tubuh untuk melakukan diagnosa dan terapi.
5. 2. Faktor Penyebab Perkembangan Infeksi Nosokomial
3. Infeksi Melalui Kontak Langsung dan Tidak Langsung
Penularan infeksi ini dapat melalui tangan, kulit dan baju, seperti
golongan staphylococcus aureus. Dapat juga melalui cairan yang diberikan
intravena dan jarum suntik, hepatitis dan HIV. Peralatan dan instrumen
kedokteran. Makanan yang tidak steril, tidak dimasak dan diambil menggunakan
tangan yang menyebabkan terjadinya infeksi silang.
6. 2. Faktor Penyebab Perkembangan Infeksi Nosokomial
4. Resistensi Atibiotika
Penggunaan antibiotika yang terus-menerus ini justru meningkatkan
multiplikasi dan penyebaran strain yang resisten. Penyebab utamanya karena:
a) Penggunaan antibiotika yang tidak sesuai dan tidak terkontrol
b) Dosis antibiotika yang tidak optimal
c) Terapi dan pengobatan menggunakan antibiotika yang terlalu singkat
d) Kesalahan diagnosa (Utama, 2006)
7. 2. Faktor Penyebab Perkembangan Infeksi Nosokomial
5. Faktor Alat
infeksi nosokomial terutama disebabkan infeksi dari kateter urin, infeksi jarum
infus, infeksi saluran nafas, infeksi kulit, infeksi dari luka operasi dan septikemia.
Pemakaian infus dan kateter urin lama yang tidak diganti-ganti.
8. 3. Upaya Pencegahan
Infeksi Nosokomial
1. Membatasi transmisi organisme dari atau antar pasien dengan cara mencuci tangan dan
penggunaan sarung tangan, tindakan septik dan aseptik, sterilisasi dan disinfektan.
2. Mengontrol resiko penularan dari lingkungan.
3. Melindungi pasien dengan penggunaan antibiotika yang adekuat, nutrisi yang cukup,
dan vaksinasi.
4. Membatasi resiko infeksi endogen dengan meminimalkan prosedur invasif.
5. Pengawasan infeksi, identifikasi penyakit dan mengontrol penyebarannya (Utama, 2006)
9. Adapun cara pencegahan infeksi nosokomial meliputi:
1. Dekomentasi Tangan
memakai sarung tangan ketika akan
mengambil atau menyentuh darah, cairan tubuh,
atau keringat, tinja, urin, membran mukosa dan
bahan yang kita anggap telah terkontaminasi dan
segera mencuci tangan setelah melepas sarung
tangan
10. 2. Instrumen Yang Sering Digunakan Rumah Sakit
Untuk mencegah penyebaran penyakit melalui jarum suntik maka diperlukan:
a) Pengurangan penyuntikan yang kurang diperlukan, pergunakan jarum steril, penggunaan alat suntik yang sekali pakai.
b) Masker; sebagai pelindung terhadap penyakit yang ditularkan melalui udara. Begitupun dengan pasien yang menderita
infeksi saluran nafas, mereka harus menggunakan masker saat keluar dari kamar penderita.
c) Sarung tangan; sebaiknya digunakan terutama ketika menyentuh darah, cairan tubuh, feses maupun urine. Sarung
tangan harus selalu diganti untuk tiap pasiennya. Setelah membalut luka atau terkena benda yang kotor, sarung tangan
harus segera diganti.
d) Baju khusus juga harus dipakai untuk melindungi kulit dan pakaian selama kita melakukan suatu tindakan untuk
mencegah percikan darah, cairan tubuh, urin dan feses.
11. 3. Mencegah Penularan Dari Lingkungan Rumah Sakit
• Pembersihan yang rutin sangat penting untuk meyakinkan bahwa rumah sakit sangat bersih dan
benar-benar bersih dari debu, minyak dan kotoran
• teratur untuk membersihkan dinding, lantai, tempat tidur, pintu, jendela, tirai, kamar mandi, dan
alat-alat medis yang telah dipakai berkali-kali.
• Pengaturan udara yang baik sukar dilakukan di banyak fasilitas kesehatan. Usahakan adanya
pemakaian penyaring udara, terutama bagi penderita dengan status imun yang rendah atau bagi
penderita yang dapat menyebarkan penyakit melalui udara. Kamar dengan pengaturan udara
yang baik akan lebih banyak
• rumah sakit harus membangun suatu fasilitas penyaring air dan menjaga kebersihan pemrosesan
serta filternya untuk mencegahan terjadinya pertumbuhan bakteri. Sterilisasi air pada rumah
sakit dengan prasarana yang terbatas dapat menggunakan panas matahari.
• Toilet rumah sakit juga harus dijaga, terutama pada unit perawatan pasien diare untuk mencegah
terjadinya infeksi antar pasien. Permukaan toilet harus selalu bersih dan diberi disinfektan.
12. 4. Memperbaiki Ketahanan Tubuh
Di dalam tubuh manusia, selain ada bakteri yang
patogen oportunis, ada pula bakteri yang secara mutualistik yang
ikut membantu dalam proses fisiologis tubuh dan membantu
ketahanan tubuh melawan invasi jasad renik patogen serta
menjaga keseimbangan di antara populasi jasad renik komensal
Misalnya seperti di dalam saluran cerna manusia.
5. Ruangan Isolasi
Penyebaran dari infeksi nosokomial juga dapat
dicegah dengan membuat suatu pemisahan pasien. Ruang isolasi
sangat diperlukan terutama untuk penyakit yang penularannya
melalui udara, contohnya tuberkulosis dan SARS yang
mengakibatkan kontaminasi berat. Penularan yang melibatkan
virus, contohnya DHF dan HIV.