SlideShare a Scribd company logo
1 of 20
PENDAHULUAN

     Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, Istilah
ini mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu
perencanaan kota, perancangan perkotaan, lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan,
desain perabot dan desain produk.

     Setiap manusia dalam menjalani kehidupannya; membutuhkan suatu tempat yang pada saat
tertentu dapat hidup tanpa diganggu oleh orang lain. Kebutuhan akan sebuah       bangunan merupakan
salah satu motivasi untuk mengembangkan kehidupan yang lebih tinggi, di samping kebutuhan jasmani
lainnya, yaitu sandang, pangan dan kesehatan. Rumah merupakan suatu ruang yang betul-betul menjadi
milik seseorang yang bisa diatur menurut selera dan kehendak yang memilikinya.

     Pada jaman dahulu, manusia purba menggunakan gua-gua sebagai rurnah, supaya terlindungi dari
binatang-binatang buas serta gangguan-gangguan alam lainnya, seperti misalnya hujan, angin, panas,
dan sebagainya. Dengan berkembangnya jaman, melalui berbagai tahapan arsitektur semakin
berkembang, bentuk rumah semakin berkembang juga, sehingga akhirnya mencapai tahap seperti
sekarang, mempunyai dinding serta atap yang kuat, sejalan dengan perkembangan fungsi dan teknologi,
yang merupakan cerminan dari budaya dan lingkungannya.

         a. Sejalan dengan kebutuhan manusia penghuninya, maka sebuah rumah harus memenuhi
             tiga fungsi utamanya, yaitu: Rumah sebagai tempat tinggal, tempat di mana seseorang
             bermukim (menetap), dan mendapatkan ketenangan fisik dan mental.
         b. Rumah merupakan mediasi antara manusia dengan dunia. Dengan mediasi ini terjadi
             suatu dialektik antara manusia dengan dunianya. Dari keramaian dunia manusia menarik
             diri de dalam rumahnya dan tinggal dalam suasana ketenangannya, untuk kemudian
             keluar lagi menuju dunia luar untuk bekerja dan berkarya. Demikian seterusnya terjadi
             berulang-ulang.
         c. Rumah merupakan arsenal, di mana manusia mendapatkan kekuatannya kembali, setelah
             melakukan pekerjaan yang melelahkan.
     Rumah adalah kebudayaan fisik, yang dalam konteks tradisional merupakan bentuk ungkapan
yang berkaitan erat dengan kepribadian masyarakatnya. Ungkapan fisiknya sangat dipengaruhi oleh
faktor sosio-kulural dan lingkungan di mana ia tumbuh dan berkembang. Perbedaan wilayah dan latar
budaya akan menyebabkan perbedaan pula dalam ungkapan arsitekturalnya.
     Rumah panggung kayu mewakili sebuah tradisi yang bertahan lama bagi masyarakat Sulawesi
Selatan, tradisi yang juga tersebar luas di dunia Melayu. Bentuk dasar rumah adalah sebuah kerangka


                                                                                                  1
kayu di mana tiang menahan lantai dan atap, dengan dan lantai dan atap diri pelbagai bahan, keaneka-
ragaman bahan kian meningkat dalam dunia kontemporer setelah pendirian rumah menjadi kian
dimodifikasi. Rumah adat kayu mencerminkan sebuah estetika tersendiri yang menjadikannya objek
budaya materil yang indah (Robinson, 2005 : 271-272).
      Namun, rumah-rumah di Sulawesi Selatann khususnya lebih dari sekedar tempat berteduh bagi
penghuninya, atau objek materil yang indah dan menyenangkan. Rumah adalah ruang sakral di mana
orang lahir, kawin dan meninggal dan di tempat ini pula kegiatan-kegiatan sosial dan ritual tersebut
diadakan. Terbuat dari bahan-bahan alami, rumah juga memiliki ciri sakral yang diwakili oleh sifat
alami tersebut. Praktik kehidupan religius sehari-hari dari komunitas Islam di Sulawesi Selatan
menghadirkan hibriditas yang lazim ada di sebuah provinsi kepulauan yang selama berabad-abad telah
terlibat dalam lintas perdagangan yang ramai di Asia Tenggara, dan jalur perdagangan dengan Afrika,
Eropa dan China, dan memiliki persamaan dengan tradisi-tradisi sinkretis lainnya di nusantara
(Robinson,2005: 272).
      Rumah dalam tulisan ini adalah rumah sebagai tempat tinggal orang Bugis, dapat dibedakan
berdasarkan status sosial orang yang menempatinya. Oleh karena itu, di daerah ini dikenal istilah Sao
Raja (salassa) dan Bola. Nama Sao Raja yang berarti rumah besar adalah rumah ditempati oleh
keturunan raja atau kaum bangsawan, sedangkan Bola adalah rumah yang ditempati oleh rakyat biasa
(Yunus, 1999: 99).
      Pada dasarnya kedua jenis rumah ini tidak mempunyai perbedaan yang mendasar bila dilihat dari
segi bangunan, tetapi berbeda karena status penghuninya. Rumah Sao Raja karena ditempati oleh
keturunan raja atau bangsawan, maka selain bentuknya lebih besar juga diberikan identitas-identis
tertentu yang mendukung tingkat status sosial dari penghuninya. Misalnya, timpanon yang berjumlah 3-
5 tingkat, hiasan yang digunakan dan lain sebagainya.




                                      BAB II PEMBAHASAN

                                 ( TINJAUAN ARSITEKTURAL )



                                                                                                   2
A. FUNGSI
       Orang Bugis juga mengenal sistem tingkatan sosial yang sangat berkait dengan arsitektur.
  Pelapisan sosial tersebut antara lain adalah Anakarung (bangsawan), to maradeka (rakyat biasa),
  dan ata (sahaya). Berdasarkan lapisan sosial penghuninya, berdampak pada pola bentuk rumah yang
  disimbolkan berbeda-beda, yaitu:
    1. Sao-raja (sallasa) Rumah besar yang didiami keluarga kaum bangsawan (Anakarung).
        Biasanya memiliki tiang dengan alas bertingkat di bagian bawah dan dengan atap di atasnya
        (sapana) yang memiliki bubungan bersusun tiga atau lebih,
    2. Sao-piti Bentuknya lebih kecil tanpa sapana, dan memiliki bubungan yang bersusun dua.
    3. Bola merupakan rumah bagi masyarakat umumnya. Berdasarkan pola morfologinya, arsitektur
        Tradisional Bugis dapat dilihat dari beberapa segi sebagai berikut:
  I. Pola Penataan Spatial
          Arsitektur rumah Bugis umumnya tidak bersekat-sekat. Bentuk denah yang umum adalah
    rumah yang tertutup, tanpa serambi yang terbuka. Tangga depan biasanya di pinggir. Di depan
    tangga tersedia tempat air untuk mencuci kaki. Tangga rumah tersebut berada di bawah atap
    (Sumintardja, 1981). Selain itu rumah Bugis umumnya memiliki suatu ruang pengantar yang
    berupa lantai panggung di depan pintu masuk, yang dinamakan tamping. Biasanya tempat ini
    difungsikan sebagai ruang tunggu bagi para tamu sebelum dipersilakan masuk oleh tuan rumah.
          Rumah     Bugis    juga    dapat   digolongkan   menurut    fungsinya   (Mattulada   dalam
    Koentjaraningrat, 1999). Secara spatial vertikal dapat dikelompokkan dalam tiga bagian berikut:
        1. Rakeang bagian atas rumah di bawah atap, terdiri dari loteng dan atap rumah yang dipakai
           untuk menyimpan padi dan lain persediaan pangan serta benda-benda pusaka. Selain itu
           karena letaknya agak tertutup sering pula digunakan untuk menenun dan berdandan.
        2. Alo-bola (alle bola) terletak antara lantai dan loteng ruang dimana orang tinggal dan
           dibagi-bagi menjadi ruang-ruang khusus, untuk menerima tamu, tidur, makan,
        3. Awaso kolong rumah yang terletak di bagian bawah antara lantai dengan tanah atau bagian
           bawah lantai panggung yang dipakai untuk menyimpan alat-alat pertanian dan ternak.

           Sedangkan penataan spatial secara horisontal, pembagian ruang yang dalam istilah Bugis
      disebut lontang (latte), dapat dikelompokkan dalam tiga bagian sebagai berikut :

        1. Lontang risaliweng (ruang depan) Sifat ruang semi private, berfungsi sebagai tempat
            menerima tamu, tempat tidur tamu, tempat bermusyawarah, tempat menyimpan benih
            dan tempat membaringkan mayat sebelum dikebumikan. Ruang ini adalah ruang tempat


                                                                                                      3
berkomunikasi dengan orang luar yang sudah diijinkan untuk masuk. Sebelum memasuki
              ruang ini orang luar diterima lebih dahulu di ruang transisi (tamping).

          2. Lontang retengngah (latte retengngah) atau ruang tengah. Sifat ruangprivate, berfungsi
              untuk tempat tidur kepala keluarga dan anak-anak yang belum dewasa, tempat makan,
              melahirkan. Pada ruang ini sifat kekeluargaan dan kegiatan informal dalam keluarga amat
              menonjol.

          3. Lontang rilaleng (latte rilaleng), sifat sangat private Fungsi ruang ini untuk tempat tidur
              anak gadis atau nenek/kakek. Anggota keluarga ini dianggap sebagai orang yang perlu
              perlindungan dari seluruh keluarga.

          Untuk Sao raja, ada tambahan dua ruangan lagi:

          1. Lego-lego adalah Ruang tambahan, jika di depan difungsikan sebagai tempatsandaran,
              tempat duduk tamu sebelum masuk, tempat menonton ada acara di luar rumah.
          2. Dapureng (jonghe) Biasanya diletakkan di belakang atau samping. Fungsinya untuk
              memasak danmenyimpan peralatan masak.


B. BENTUK
          Manusia selalu berdampingan dengan alam dan tidak dapat melepaskannya dari batasan dan
  hukum-hukumnya. Karenanya iklim dan lingkungan memegang peranan yang penting dalam
  membentuk cara hidup manusia atau (lebih jauh) kebudayaan manusia. Keadaan alam yang berbeda
  melahirkan kebudayaan berbeda pula, demikian pula dengan arsitektur.
          Semula arsitektur lahir sekadar untuk menciptakan tempat tinggal sebagai wadah perlindungan
  terhadap gangguan lingkungan: alam dan binatang (Rapoport,1969). Dengan demikian bentuk dan
  fungsi dalam arsitektur adalah respon manusia terhadap lingkungan (Crowe, 1995). Dalam
  perkembangannya respon terhadap lingkungan yang sama memiliki kecenderungan untuk
  menghasilkan satu cara dan bentuk yang sama. Suatu cara yang lahir begitu saja dan kemudian
  membentuk satu pola yang dianut bersama dan menjadi satu tradisi yang dikenal sebagai arsitektur
  vernacular (Rudolvsky, 1964). Grillo (dalam Sutedjo, 1982) memperkenalkan pula istilah
  archetype, yaitu bangunan pada suatu daerah yang sama memiliki bentuk dan ciri-ciri yang sama
  pula.
          Salah satu faktor penting pewujud bentuk dalam arsitektur adalah fungsi. Karena pada
  dasarnya arsitektur adalah wadah pemenuhan kebutuhan terhadap aktivitas manusia, tercakup di

                                                                                                      4
dalamnya kondisi alami. Sedangkan aktivitas timbul dari kebutuhan manusia, baik fisik maupun
psikologis. Fungsi dapat berubah dan berkembang terus-menerus tidak pernah berhenti. Menurut
Horatio Greenough (dalam Sutrisno, 1984) terdapat hubungan erat antara bentuk, fungsi, dan alam.
Ia memperkenalkan form follow function (bentuk mengikuti fungsi) dengan dua prinsip utama:
bentuk akan berubah jika fungsi berubah dan fungsi baru tidak mungkin diikuti bentuk lama.
     Schultz (1988), membagi tugas bangunan menjadi dua kutub utama yakni lingkungan fisik dan
simbol yang saling berkaitan. Pallasma juga mengemukakan bahwa penghuni atau pengamat dalam
arsitektur terhadap keseluruhan bentuk fisiknya tidak semata melayani fungsi arsitektur berkenaan
dengan kenyamanan dalam pengertian termal, cahaya dan kekakuan secara fisik tetapi juga kesan,
pengalaman dan makna yang terpendam yang mengajak dan diajak berkelana ke dalam keseluruhan
penampakannya dalam sebuah geometri rasa. Ada berbagai kemungkinan penyelesaian bentuk
dalam arsitektur sekali pun tujuan fungsional dan kondisi lingkungannya sama.
     Arsitektur adalah lingkungan alamiah yang sengaja ditata dan dibangun untuk kepentingan
tertentu dalam hidup manusia. Bentuk, fungsi dan simbol adalah perangkat yang saling
berhubungan dan secara bersama-sama membentuk wujud keseluruhan dari objek arsitektur.
Seluruh kultur dalam sebuah lingkungan dapat saja mempengaruhi dan membentuk cara bagaimana
arsitektur dibangun dan dikembangkan (Agrest,1976). Penyusunan seluruh elemen dalam keutuhan
arsitektur tidak bisa ditafsirkan dalam satu frame tunggal atau parsial. Perwujudan bentuk dan
keterkaitan dengan fungsi di dalamnya melibatkan banyak aspek yang perlu dilihat secara holistik.
     Bentuk (Form) dalam arsitektur, banyak mengacuh pada bentuk-bentuk geometri seperti : Segi
empat, segi tiga, bundar, dan lain-lain. Bentuk dalam arsitektur adalah suatu elemen yang tertuju
langsung terhadap mata. Bedanya (matter) adalah suatu elemen, yang tetuju pada jiwa dan akal budi
manusia.
     Arsitektur rumah trdisional Bugis adalah refleksi kebudayaan bugis. Bentuk rumah dan
strukturnya mencerminkan pandangan orang bugis terhadap tata ruang jagad raya (makro kosmos)
dan kehidupan manusia. Dalam pandangan kosmologis Bugis, rumah adalah mikro kosmos yang
merupakan replica dari makro kosmos yang terdiri dati tiga susun, yakni Boting-Langi (Dunia
Atas), Ale-Kawa (Dunia Tengah), dan Buri-Liung (Dunia Bawah).
     Ketiga susun dunia itu, tercermin pada bentuk rumah bugis yang terdiri dari tiga susun, yaitu :
      1. Rakeang, bagian atas rumah di bawah atap, terdiri dari loteng dan atap rumah yang
           dipakai untuk menyimpan padi dan lain persediaan pangan serta benda-benda pusaka.
           Selain itu karena letaknya agak tertutup sering pula digunakan untuk menenun dan
           berdandan.



                                                                                                    5
2. Alo-bola (alle bola), terletak antara lantai dan loteng ruang dimana orang tinggal dan
           dibagi-bagi menjadi ruang-ruang khusus, untuk menerima tamu, tidur, makan,
       3. Awa-bola (kolong rumah), mencerminkan Buri-Liung (Dunia Bawah), merupakan ruang
           di bawah badan rumah. Awa-bola ini berlantai tanah dan tidak berdinding, berfungsi
           sebagai tempat memelihara ternak seperti kuda, kerbau, kambing, atau unggas juga
           sebagai tempat menyimpan alat-alat pertanian, atau tempat bertenun kain sarung dan
           tempat bercanda atau tempat bermain anak-anak.




              Gbr. Rangka rumah tradisonal bugis

           Rumah tradisional Bugis atau dalam bahasa Bugis disebut Bola Ugi adalah rumah
     panggung yang terbuat dari kayu, berbentuk segi empat panjang dengan tiang-tiang yang tinggi
     menopang lantai dan atap berbentuk pelana. Di jaman dahulu, badan rumah merupakan ruangan
     besar tanpa sekat-sekat (kamar). Pola ruang terbentuk oleh baris tiang yang memikul lantai
     rumah.

           Tiang rumah biasanya berjumlah 20 buah (5 tiang x 4 baris); 30 buah             ( 6 tiang x
     5 baris); dan 42 buah (7 tiang x 6 baris), yang terakhir ini adalah jumlah tiang untuk rumah raja
     atau bangsawan. Jumlah tiang menunjukkan status sosial pemilik rumah. Semakin banyak
     tiangnya, semakin tinggi status sosial pemiliknya. Bola ugi di Sualwesi Selatan mempunyai
     beberapa variasi bentuk yang berciri local, cirri daerah di mana rumah berada, seperti rumah
     Luwuq, Rumah Bone atau Rumah Wajo. Tetapi perbadaan itu hanya bersifat detail pada
     bagian-bagian tertentu dari badan rumah dan detail konstruksinya.




C. KESATUAN (UNITY)

      Rumah orang Bugis terdiri dari beberapa bagian yang berbeda diantaranya adalah Awa Bola,
  Ale Bola, dan Rakkeang. Konstruksi ini bagi orang Bugis memiliki nilai mitis. Dan bila didekati

                                                                                                    6
dalam konsep struktural rumah tradisional Bugis, maka secara struktural fungsional dipahami
sebagai berikut: Pandangan kosmologis suku Bugis mengganggap bahwa makrokosmos (alam raya)
ini bersusun tiga tingkat yaitu: Boting langi’ (dunia atas), Ale Kawa (dunia tengah), dan Uri liyu
(dunia bawah), dan segala pusat dari ketiga bagian alam ini adalah Boting langi’ (langit tertinggi)
tempat Dewata SeuwaE (Tuhan Yang Maha Kuasa) bersemayam. Pandangan ini diwujudkan dalam
bangunan rumahnya yang dipandang sebagai mikrokosmos. Oleh karena itu pula, rumah tempat
tinggal orang Bugis dibagi pula atas tiga tingkatan, yaitu: 1. Rakkeang (loteng, kepala), 2. Alle Bola
(badan rumah), 3. Awa Bola (kolong rumah, kaki). Dengan struktur bangunan terdiri dari lima
bagian yang dibuat dengan cara lepas-pasang (knock down), yaitu:

           Rangka utama (tiang dan balok)
           Konstruksi atap
           Konstruksi lantai
           Konstruksi dinding
           Tangga

       Dari segi fungsinya, kelima bagian tersebut dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu
  kategori elemen structural, dan kategori elemen non structural.

       a. Elemen Struktural
           Elemen structural meliputi rangka utama yang mendukung berdirinya bangunan rumah,
           terdiri dari tiang-tiang vertical (aliri) dan balok-balok induk horizontal (arateng, bareq,
           dan pattoloq). Aliri berfungsi memikul semua beban dari balok induk dan
           menyalurkannya langsung ke dalam tanah. Sedang balok arateng, bareq, dan pattoloq
           berfungsi mengikat baris aliri dalam arah sumbu x dan z, menerima beban horizontal
           dan vertical lalu mendistribusikannya ke baris-baris aliri.
       b. Elemen non stuktural
           Elemen non structural meliputi elemen ‘pembungkus’ bangunan (atap, lantai, dan
           dinding) dan perlengkapan bangunan yakni tangga untuk naik ke rumah.


    1. RANGKA UTAMA
        a. Aliri
            Aliri artinya tiang, berfungsi memikul beban lantai, dinding, dan atap rumah. Profil
            tiang biasanya bundar, persegi delapan, bersegi sepuluh, bersegi dua belas, dan bersegi
            empat, bahannya dari kayu bitti atau kayu sappu. Aliri memakai alas, semacam pondasi


                                                                                                    7
umpak, dari batu kali yang dibentuk seperti kubus. Di jaman dahulu, aliri tidak
      memakai alas tetapi tertanam langsung di tanah.
  b. Arateng
      Arateng yakni balok induk bawah yang berfungsi memikul beban lantai badan rumah
      dan mengikat bagian tengah tiang-tiang yang berbaris searah dengan panjang badan
      rumah.
  c. Bareq
      Bareq yakni balok induk atas yang berfungsi memikul beban lantai rakkeang dan
      mengikat puncak atas aliri yang berbaris searah panjang badan rumah (bareq sejajar
      dengan arateng).
  d. Pattoloq riawa
      Pattoloq riawa adalah balok induk di bawah arateng yang berfungsi mengikat bagian
      tengah tiang yang berbaris searah lebar badan rumah.
  e. Pattoloq riase
      Pattoloq riase adalah balok induk dibawah bareq yang berfungsi mengikat bagian atas
      tiang-tiang yang berbaris searah lebar badan rumah.


2. KONSTRUKSI ATAP

  Penampakan bangunan tersusun dari tiga bagian sesuai dengan fungsinya. Bagian atas
  (rakeang) baik untuk rumah bangsawan (Sao raja) maupun rumah rakyat biasa (Bola),
  terdiri dari loteng dan atap. Atap berbentuk prisma, memakai tutup bubungan yang disebut
  Timpak Laja. Timpak laja memiliki bentuk yang berbeda antara sao raja dan bola. Bagian
  ini diibaratkan sebagai kepala bangunan. Pada sao raja terdapat timpak laja yang
  bertingkat-tingkat antara tiga sampai lima. Timpak laja yang bertingkat lima menandakan
  rumah tersebut kepunyaan bangsawan tinggi. Timpak laja bertingkat empat, adalah milik
  bangsawan yang memegang kekuasaan dan jabatan-jabatan tertentu. Bagi bangsawan yang
  tidak memiliki jabatan pemerintahan timpak lajanya hanya bertingkat tiga. Rakyat biasa
  yang diklasifikasikan ke dalam kelompok to maradeka dapat juga memakai timpak laja
  pada atap rumahnya, tetapi hanya dibenarkan membuat maksimal dua tingkatan timpak
  laja.

  Rangka atap terdiri dari :
  1. Sudduq yaitu tiang tengah yang berfungsi memikul aju-lekke.
  2. Aju-lekke yaitu balok puncak bubungan yang berfungsi memikul ajute.

                                                                                        8
3. Aju-te yakni balok miring yang bersandar pada aju-lekke, berfungsi sebagai kuda-kuda
     atap.
  4. Pateppo bareqkapu adalah balok pengikat ujung-ujung barakapu dan berfungsi sebagai
     tumpuan aju-te.
  5. Bahan penutup atap tradisional adalah ijuk, bamboo, nipa dan ilalang, sedang bahan
     baru adalah seng gelombang, sirap dan genteng.


3. KONSTRUKSI LANTAI
  Konstruksi lantai badan rumah adalah tunebbaq, balok-balok kayu berukuran 5/7 cm atau
  6/8 cm. Konstruksi lantai rakkeang disebut bareqkapu, berukuran sama dengan ukuran
  tunebbaq. Bahan lantai biasanya dari bamboo atau papan. Lantai dari bamboo disebut
  salima, bamboo dibela dan diraut dengan ukuran sebesar 3-4 cm lalu7 diikat ritan dengan
  jarak 1-1,5 cm. Lantai dari papan disebut katabang terdiri dari papan selebar 15-20 cm
  dipasang dengan cara dipaku pada balok tunebbaq. Pada rumah jaman dahulu, papan
  katabang dipasang dengan jarak 1-1,5 cm, sekarang papan bias rapat tanpa jarak. Pada
  bagian ruang tertentu, papan lantai diberi jarak, seperti ruang makan dan tempat
  memandikan jenasah.
4. KONSTRUKSI DINDING
    Konstruksi renring (dinding) adalah rangka dinding yang terdiri dari balok berdiri
  (vertical) dan balok berbaring (horizontal), bahannya dari bambu atau balok kayu. Balok
  berdiri disebut tau-tau renring sedang balok berbaring disebut paletteang. Tau-tau renring
  umumnya berukuran 4/6 cm atau 5/7 cm sedang paleteang berukuran 5/10 cm atau 6/12 cm.
    Dinding dari kayu disebut renring pepeng artinya dinding papan. Di jaman dahulu,
  Saoraja dan rumah-rumah bangsawan menggunakan dinding dari kayu cenrana sedang
  orang biasa memakai dinding dari bambu atau kayu dari jenis lain.
5. TANGGA
  Konstruksi tangga terdiri dari indoq addeng (induk tangga), umumnya berukuran 4/25 cm,
  anaq addeng (anak tangga) berukuran 3/20 cm atau 3/25 cm dan accucureng (susuran
  tangga). Rumah biasa memakai dua induk tangga dengan anak tangga 3 sampai 9 buah.
  Dari segi penempatannya, tangga dibedakan atas dua macam, yakni tangga depan dan
  tangga belakang. Induk tangga tidak boleh sama panjang, induk tangga disebelah kiri (pada
  waktu naik ke rumah) harus lebih panjang. Jumlah anak tangga harus selalu
  ganjil.(Mardanas, dkk. 1986).



                                                                                          9
D. KESEIMBANGAN (BALANCE)
      Arsitektur sebagai unsur kebudayaan merupakan salah satu bentuk bahasa nonverbal manusia,
  alat komunikasi manusia nonverbal ini mempunyai nuansa sastrawi dan tidak jauh berbeda dengan
  sastra verbal. Arsitektur itu sendiri dapat dipahami melalui wacana keindahan, sebab dari sanalah
  akan muncul karakteristiknya. Dalam naskah kuno sastra jawa dan kitab lontara Bugis Makassar
  dapat ditemukan hubungan relevansi antara lingkungan kehidupan budaya manusia dengan rumah
  adat yang diciptakannya.
       Setiap bangunan bagian-bagiannya harus melalui garis imaginative mengekspresikan dalam
  rencananya suatu keadaan seimbang. Ini merupakan salah satu dasar keindahan. Suatu bangunan
  memiliki balance yang baik akan kelihatan indah dan sejuk dipandang mata sehingga tercapai
  perasaan yang menyenangkan. Sebaliknya bangunan yang tidak balance akan menimbulkan
  gangguan dan ketegangan pada penglihatan.
      Bahan bangunan utama yang banyak digunakan umumnya kayu. Bahan bangunan yang
  biasanya digunakan : Kayu Bitti, Ipi, Amar, Cendana, Tippulu, Durian, Nangka, Besi, Lontar,
  Kelapa, Batang Enau, Pinang, Ilalang dan Ijuk.
       Dinding dari anyaman bambu atau papan. Atap dari daun nipah, sirap atau seng. Sistem
  struktur     menggunakan rumah panggung dengan menggunakan tiang penyangga dan tidak
  menggunakan pondasi. Rumah tradisional yang paling tua, tiang penyangganya langsung ditanam
  dalam tanah. Tahap yang paling penting dalam sistem struktur bangunan adalah pembuatan tiang
  (aliri). Pembuatan tiang dimulai dengan membuat posi bola (tiang pusat rumah). Bila rumah terdiri
  dari dua petak maka letak tiang pusat ialah pada baris kedua dari depan dan baris kedua dari
  samping kanan. Bila tiga petak atau lebih maka letak tiang pusat adalah baris ketiga dari depan dan
  baris kedua dari samping kanan.
      Untuk menjaga keseimbangan ( Balance ) dan keindahan, secara terinci ciri-ciri struktur rumah
  orang bugis antara lain adalah:
      1. Minimal memiliki empat petak atau 25 kolom (lima-lima) untuk sao-raja         dan tiga petak
             atau 16 kolom (untuk bola)
      2. Bentuk kolom adalah bulat untuk bangsawan, segiempat dan segidelapan untuk orang biasa.
      3.     Terdapat pusat rumah yang disebut di Pocci (posi bola) berupa tiang yang paling penting
             dalam sebuah rumah, biasanya terbuat dari kayu nangka atau durian; letaknya pada deretan
             kolom kedua dari depan, dan kedua dari samping kanan.
      4. Tangga diletakkan di depan atau belakang, dengan ciri-ciri:
             a. Dipasang di ale bola atau di lego-lego.
             b. Arahnya ada yang sesuai dengan panjang rumah atau sesuai dengan      lebar rumah.

                                                                                                    10
5. Atap berbentuk segitiga sama kaki yang digunakan untuk menutup bagian muka atau
         bagaian belakang rumah
     6. Lantai (dapara/salima) menurut bentuknya bisa rata dan tidak rata. Bahan yang digunakan
         adalah papan atau bamboo.
     7. Dinding (renring/rinring) terbuat dari kulit kayu, daun rumbia, atau bambu.
     8. Jendela (tellongeng) jumlahnya tiga untuk rakyat biasa, tujuh untuk bangsawan
     9. Pintu (tange sumpang) diyakini jika salah meletakkan dapat tertimpa bencana, sehingga
         diletakkan dengan cara sebagai berikut:




     Jika lebar rumah sembilan depa, maka pintu diposisikan pada
     depa ke-8; artinya lebar rumah selelu ganjil dan pintu diletakan
     pada angka genap.

E. RITME (IRAMA)
             Setiap bangunan disebut indah antar lain harus memiliki komposisi suatu hubungan dan
     lainnya berirama (rutme). Ritme dari suatu bangunan dihasilkan oleh adanya pengulangan
     disana-sini dari suatu elemen yang mempunyai karakter ritme yang kuat.
             Ragam hias ornamen pada rumah tradisional Bugis merupakan salah satu bagian
     tersendiri dari bentuk dan corak rumah tradisional Bugis. Selain berfungsi sebagai hiasan, juga
     dapat berfungsi sebagai simbol status pemilik rumah. Ragam hias umumnya memiliki pola
     dasar yang bersumber dari alam flora dan fauna.
             Ornamen corak tumbuhan, umumnya bermotifkan bunga/kembang, daun yang
     memiliki arti rejeki yang tidak putus putusnya, seperti menjalarnya bunga itu, di samping motif
     yang lainnya. Ornamen corak binatang, umumnya bentuk yang sering ditemukan adalah: kepala

                                                                                                 11
kerbau yang disimbolkan sebagai bumi yang subur, penunjuk jalan, bintang tunggangan dan
status sosial. Bentuk naga yang diartikan simbol wanita yang sifatnya lemah lembut, kekuatan
yang dahsyat. Bentuk ayam jantan yang diartikan sebagai keuletan dan keberanian, agar
kehidupan dalam rumah senantiasa dalam keadaan baik dan membawa keberuntungan.
          Ornamen corak alam, umumnya bermotifkan kaligrafi dari kebudayaan Islam.
Penempatan ragam hias ornamen tersebut pada sambulayang/timpalaja, jendela, anjong, dan
lain-lain. Penggunaan ragam hias ornamen tersebut menandakan bahwa derajat penghuninya
tinggi.
          Dalam arsitektur Bugis, terdapat beberapa ritme atau irama dalam suatu rumah bugis,
diantaranya:
1. Pembagian ruang baik secara vertical maupun secara horizontal.
    a. Pembagian ruang secara vertical meliputi:

          1) Rakeang, bagian atas rumah di bawah atap, terdiri dari loteng dan atap rumah yang
            dipakai untuk menyimpan padi dan lain persediaan pangan serta benda-benda
            pusaka. Selain itu karena letaknya agak tertutup sering pula digunakan untuk
            menenun dan berdandan.
          2) Alo-bola (alle bola), terletak antara lantai dan loteng ruang dimana orang tinggal
            dan dibagi-bagi menjadi ruang-ruang khusus, untuk menerima tamu, tidur, makan,
          3) Awaso, kolong rumah yang terletak di bagian bawah antara lantai dengan tanah atau
            bagian bawah lantai panggung yang dipakai untuk menyimpan alat-alat pertanian
            dan ternak.


    b. Pembagian ruang secara horizontal atau bagian dalam rumah, meliputi:
          1) Lontang risaliweng (ruang depan), Sifat ruang semi private, berfungsi sebagai
               tempat menerima tamu, tempat tidur tamu, tempat bermusyawarah, tempat
               menyimpan benih dan tempat membaringkan mayat sebelum dikebumikan. Ruang
               ini adalah ruang tempat berkomunikasi dengan orang luar yang sudah diijinkan
               untuk masuk. Sebelum memasuki ruang ini orang luar diterima lebih dahulu di
               ruang transisi (tamping).
          2) Lontang retengngah (latte retengngah) atau ruang tengah. Sifat ruang private,
               berfungsi untuk tempat tidur kepala keluarga dan anak-anak yang belum dewasa,
               tempat makan, melahirkan. Pada ruang ini sifat kekeluargaan dan kegiatan
               informal dalam keluarga amat menonjol.


                                                                                            12
3) Lontang rilaleng (latte rilaleng), sifat sangat private. Fungsi ruang ini untuk tempat
           tidur anak gadis atau nenek/kakek. Anggota keluarga ini dianggap sebagai orang
           yang perlu perlindungan dari seluruh keluarga.




          Gbr. Pembagian ruangan Rumah tradisional Bugis.


2. Penempatan pintu dan jendela
      Dinding terbuat dari kayu yang disusun secara Salah satu bukaan yang terdapat pada
   dinding depan ialah pintu (babang/tange). Fungsinya adalah untuk jalan keluar/masuk
   rumah. Tempat pintu biasanya selalu diletakkan pada bilangan ukuran genap, misalnya
   ukuran rumah 7 (tujuh depa) maka pintu harus diletakkan pada depa yang ke 6 (enam) atau
   ke 4 (empat) diukur dari kanan rumah. Bila penempatan pintu ini tidak tepat pada bilangan
   genap, dapat menyebabkan rumah mudah untuk dimasuki pencuri atau penjahat.
       Jendela (tellongeng). Fungsinya adalah bukaan pada dinding yang sengaja dibuat untuk
   melihat keluar rumah dan juga berfungsi sebagai ventilasi udara ke dalam ruangan.
   Peletakannya biasanya pada dinding diantara dua tiang. Pada bagian bawahnya biasanya
   diberi tali atau penghalang (Sumintardja, 1981). Untuk memperindah biasanya
   ditambahkan hiasan berupa ukiran sebagai hiasan atau terali dari kayu dengan jumlah
   bilangan ganjil. Jumlah terali dapat menunjukkan status penghuninya. Jika jumlah terali 3-5
   menunjuukan rakyat biasa dan jika 7-9 menunjukkan rumah bangsawan.
3. Ragam hias
    Ragam hias bangunan arsitektur Bugis umumnya bersumber dari alam sekitar, biasanya
   berupa flora, fauna dan tulisan huruf Arab atau kaligrafi.




                                                                                             13
F. PROPORSI
      Proporsi adalah skala perbandingan panjang, lebar, dan tinggi bangunan. Proporsi yang baik
  dari suatu bangunan umumnya adalah mutu yang dimiliki oleh bangunan itu, yang sanggup
  memberikan impressi menyenangkan, yaitu adanya skala perbandingan panjang lebar dan tinggi
  yang serasi. Prinsip proporsi yang baik adalah syarat skala. Proporsi yang baik adalah syarat untuk
  mendapatkan skala yang baik pula. Skala dalam arsitektur adalah nilai-nilai dari konsepsi yang
  ditangkap oleh yang melihatnya dari ukuran yang sesunggunya.
      Orang Bugis membangun rumah tanpa gambar. Pembangunan rumah dilaksanakan oeh Panrita
  Bola (ahli rumah) dan Panre Bola (tukang rumah). Panrita Bola menangani hal-hal yang bersifat
  spiritual, adat dan kepercayaan. Sedang Panre Bola mengerjakan hal-hal bersifat teknis, mengolah
  bahan kayu menjadi komponen struktur sampai rumah berdiri dan siap dihuni.
      Sistem struktur dan konstruksi rumah terdiri atas lima komponen: (1) rangka utama (tiang dan
  balok induk), (2) konstruksi lantai, (3) konstruksi dinding, (4) konstruksi atap, (5) konstruksi
  tangga. Semuanya dibuat dengan sistem knock down. Tiang, balok induk, dan tangga dibuat dari
  kayu kelas satu, sedang komponen konstruksi lainnya dibuat dari kayu kelas dua.
      Pekerjaan biasanya dimulai dengan membuat Posi Bola (pusar rumah), sebuah tiang yang
  dianggap sebagai simbol 'perempuan', ibu yang mengendalikan kehidupan di dalam rumah. Jumlah
  tiang rumah tergantung pada besarnya rumah, biasanya 20 tiang (5x4 baris tiang) atau 30 tiang (5x6
  baris tiang). Jumlah tiang menunjukkan status sosial penghuni. Semakin banyak tiangnya semakin
  tinggi status sosial pemilik rumah. Rumah raja (sao raja), istana raja biasanya memiliki tiang 40
  buah atau lebih.
      Dalam pembangunan rumah Bugis, ukuran panjang, lebar dan tinggi rumah selalu dihubungkan
  dengan bagian-bagian badan manusia. Hal ini didasari oleh pandangan bahwa rumah merupakan
  refleksi dari wujud manusia. Ia mempunyai kepala (ulu-bola), badan (ale-bola), pusar (posi-bola),
  dan kaki (aje-bola). Ukuran rumah juga dianggap berpengaruh terhadap nasib dan keberuntungan
  penghuninya. Namun demikian, tidak ada keharusan menuruti suatu pedoman tunggal             dalam
  menetapkan ukuran rumah. Ukuran biasanya diserahkan kepada pemilik rumah untuk menetapkan
  sendiri ukuran yuang diinginkan.
      Ukuran rumah selalu dibuat dalam bilangan ganjil, misalnya sebuah rumah diberi ukuran:
  panjang = 9 reppa suami, lebar = 7 reppa isteri, dan tinggi lantai dari tanah = 1,5 tinggi badan
  suami, tinggi rakkeang dari lantai = 1,5 tinggi badan isteri.
      Disamping ukuran-ukuran yang ganjil yang bersifat umum tersebut, juga dikenal adanya
  ukuran-ukuran spesifik yang dipercaya bias memberi pengaruh baik kepada si penghuni rumah.



                                                                                                  14
Untuk membuat ukuran yang spesifik, biasanya ukuran umum dalam reppa itu ditambah atau
  dikurangi dengan jengkal atau jari.



G. HARMONI


        Harmoni dari bentuk arsitektur adalah persoalan yang lebih sulit. Harmoni adalah nilai-nilai
  yang diciptakan penuh kejujuran sesuai dengan material struktur yang digunakan. Selain dari bahan
  bangunan, harmoni juga menciptakan keselarasan antara bangunan Yang satu dengan bangunan
  yang lain. Arsitektur bugis khususnya dalam pembangunan rumah adat jika dilihat dari segi
  harmoni sangatlah diperhatikan. Contoh yang paling signifikan saat melakukan pemilhan bahan
  bangunan dari kayu dimulai dari ma’baang atau menebang pohon di hutan. Semua itu tidak
  dilakukan secara sembarang, tidak sembarang pohon yang akan digunakan sebagai bahan pembuat
  bangunan.

        Pada umumnya rumah tradisional Bugis Makassar berbentuk panggung dengan penyangga
  terdiri dari 4 buah tiang. Secara vertikal terdiri atas tiga bagian yaitu: Rakkeang/Pammakkang,
  terletak pada bagian atas, di sini melekat plafond tempat atap menaungi, penyimpanan padi sebagai
  lambang kehidupan dan tempat atribut adat disimpan.

        Ale bola/kale balla, terletak pada bagian tengah, di mana sebuah tiang ditonjolkan di antara
  tiang tiang lainnya, yang terbagi atas beberapa petak dengan fungsinya masing-masing.
  Awaso/siring, terletak pada bagian bawah, sebagai tempat penyimpanan alat cocok tanam, ternak,
  alat bertukang dan lain lain. Sedang secara horisontal ruangan dalam rumah terbagi atas tiga bagian
  yaitu: Lontang ri saliweng/padaserang dallekang, letaknya di ruang bahagian depan. Lontang ri
  tengnga/padaserang tangnga, terletak di ruang bahagian tengah. Lontang ri laleng /padaserang
  riboko, terletak di ruang bahagian belakang.

        Selain ruang ruang tersebut, masih ada lagi tambahan di bagian belakang annasuang atau
  appalluang, dan ruang samping yang memanjang pada bagian samping yang disebut tamping, serta
  ruang kecil di depan rumah yang disebut lego-lego atau paladang.




H. KLIMAKS (AKSEN)
        Klimaks atau aksentuasi adalah penekanan pada titik tertentu dari bangunan, atau dengan kata
  lain bagian dari bangunan yang dibuat lebih menarik dari yang lainnya. Klimaks dapat dibut lebih


                                                                                                  15
dari satu, dan dapat juga berada pada tiap-tiap tampak. Dalam praktek, titik-titik perhatian itu dapat
   diciptakan melalui penekanan patung-patung, atau tanaman-tanaman, atau juga melalui perubahan-
   perubahan pemakaian bahan, atau adanya bayangan gelap secara tiba-tiba dari bangunan itu, atau
   dengan penggunaan warna-warna tertentu.
           Ragam hias ornamen pada rumah tradisional Bugis dan Makassar merupakan salah satu
   bagian tersendiri dari bentuk dan corak rumah tradisional Bugis dan Makassar. Selain berfungsi
   sebagai hiasan, juga dapat berfungsi sebagai simbol status pemilik rumah. Rumah bugis memiliki
   keunikan tersendiri, dibandingkan dengan rumah panggung dari suku yang lain ( sumatera dan
   kalimantan ). Bentuknya biasanya memanjang ke belakang, dengan tanbahan disamping bangunan
   utama dan bagian depan orang bugis menyebutnya lego – lego.
           Rumah tradisional Bugis juga memiliki klimaks atau aksen diantaranya adalah:
   1. Pemberian hiasan atau ukiran pada pintu dan jendela. Ukiran pada pintu terdapat pada ambang
      atas pintu Dan daun pintu, sedang pada jendela terdapat pada ambang atas dan bawah serta daun
      jendela.
   2. Ukiran pada balok arateng dan pattoloq. Pemberian ukiran pada balok Arateng dan balok
      pattoloq biasanya di setiap ujung balok yang berfungsi untuk memperindah setiap ujung balok
      yang kelihatan.
   3. Ukiran pada atap. Ukiran yang ditempatkan di puncak atap disebut Anjong yang mencerminkan
      status sosial pemilik rumah. Anjong merupakan ukiran berpola bentuk naga atau ayam jantan
      yang dipadukan dengan pola bunga parenreng.
   4. Pemasangan terali (balok kayu atau papan) di lego-lego atau teras rumah dan sebagian juga
      pada tangga yang dibentuk sedemikian rupa menjadi terali yang indah.


I. EKSPRESI FUNGSIONAL

           Ekspresi erat hubungannya dengan harmoni dan langgam, namun makna psikologisnya lebih
  mendalam berdasar pada tuntutan jiwa manusia dalam usahanya mencari nilai-nilai estetika.
           Secara konsepsual arsitektur, masyarakat tradisional Bugisberangkat dari suatu pandangan
  hidup ontologis, memahami alam semesta secara universal. Filosofi hidup masyarakat tradisional
  Bugis Makassar yang disebut sulapa appa, menunjukkan upaya untuk menyempurnakan diri, filosofi
  ini menyatakan bahwa segala aspek kehidupan manusia barulah sempurna jika berbentuk segi empat,
  yang merupakan mitos asal kejadian manusia yang terdiri dari empat unsur, yaitu: tanah, air, api, dan
  angin.
           Bagi masyarakat tradisional Bugis Makassar yang berpikir secara fotolitas, rumah tradisional
  Bugis Makassar dipengaruhi oleh: Struktur kosmos, di mana alam terbagi atas tiga bagian yaitu alam

                                                                                                      16
atas sebagai tempat suci, alam tengah, sebagai tempat berlangsungnya kehidupan manusia, dan alam
  bawah, tempat terjadinya interaksi dengan lingkungan sekitar dan makhluk hidup lainnya.
         Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam prosesi mendirikan rumah antara lain: meminta
  pertimbangan dari panrita bola untuk mencari tempat dan arah yang dianggap baik. Beberapa wasiat
  dalam hal menentukan arah rumah yaitu: sebaiknya menghadap kearah terbitnya matahari,
  menghadap kedataran tinggi, dan menghadap ke salah satu arah mata angin.
         Selain itu salah satu faktor pertimbangan lain yang perlu diperhitungkan adalah pemilihan
  waktu untuk mendirikan rumah. Adapun hari ataupun bulan yang baik biasanya ditentukan atas
  bantuan orang-orang yang memiliki kepandaian dalam hal memilih waktu.
         Untuk pendirian rumah, biasanya didahului oleh upacara ritual, yang pada tahap selanjutnya
  secara berurutan mulai mendirikan rumah dengan mengerjakan tiang pusat rumah (posi'bola) terlebih
  dahulu, menyusul tiang tiang yang lain, hingga pekerjaan secara keseluruhan selesai dikerjakan.
         Rumah orang Bugis terdiri dari tiga bagian. Ketiga bagian itu adalah Awa Bola, Ale Bola,
  dan Rakkeang. Konstruksi ini bagi orang Bugis memiliki nilai mitis. Dan bila didekati dalam konsep
  struktural rumah tradisional Bugis, maka secara struktural fungsional dipahami sebagai berikut:
  Pandangan kosmologis suku Bugis mengganggap bahwa makrokosmos (alam raya) ini bersusun tiga
  tingkat yaitu: Boting langi’ (dunia atas), Ale Kawa (dunia tengah), dan Uri liyu (dunia bawah), dan
  segala pusat dari ketiga bagian alam ini adalah Boting langi’ (langit tertinggi) tempat Dewata
  SeuwaE (Tuhan Yang Maha Kuasa) bersemayam. Pandangan ini diwujudkan dalam bangunan
  rumahnya yang dipandang sebagai mikrokosmos.




I. GAYA (LANGGAM)

       Gaya dalam arsitektur lebih banyak berarti corak, sifat, atau langgam. Corak atau langgam ini

  dibatasi oleh :

     a. Menurut periode waktu dan negaranya
     b. Menurut bentuknya

        Berbicar tentang gaya atau langgam dalam arsitektur, juga tidak dapat dipisahkan
       dengan aliran-aliran sejarah dan perkembangan arsitektur, adapun aliran-aliran sejarah
  arsitektur tersebut antara lain aliran klasik (Arsitektur Klasik) Neo klasik, Tradisianal ( Vernacular ),
  Elektisme, Fungsionalisme, kubisme, futurism, brutalisme, monumental, metabilosme, neo
  vernacularisme, dan modern kontemporer.


                                                                                                        17
Ragam hias ornamen pada rumah tradisional Bugis merupakan salah satu bagian tersendiri dari
bentuk dan corak rumah tradisional Bugis. Selain berfungsi sebagai hiasan, juga dapat berfungsi
sebagai simbol status pemilik rumah. Ragam hias umumnya memiliki pola dasar yang bersumber
dari alam flora dan fauna.

       Ragam hias fauna biasanya berupa ayam jantan, kepala kerbau dan bentuk ular naga. Ragam
hias kepala kerbau melambangkan kekayaan dan status sosial. Biasanya ditempatkan pada pucuk
depan atau belakang bubungan untuk rumah bangsawan. Ragam hias naga atau ular besar
melambangkan kekuatan yang dahsyat. Biasanya ditempatkan pada pucuk bubungan atau induk
tangga. Ayam jantan dalam bahasa Bugis disebut manuk yang berarti baik-baik. Selain itu juga
sebagai simbol keberanian. Biasanya ditempatkan di puncak bubungan rumah bagian depan atau
belakang.




              Gbr. Contoh ragam hias ayam jantang ( manuk )

       Ragam hias flora yang berupa sulur-sulur bunga yang menjalar biasanya menggunakan teknik
pahat tiga dimensi yang membentuk lobang terawang. Bentuk demikian selain makin menampakkan
keindahan karena adanya efek pencahayaan yang dibiaskan juga dapat menyalurkan angin dengan
baik

       Ornamen corak tumbuhan, umumnya bermotifkan bunga/kembang, daun yang memiliki arti
rejeki yang tidak putus putusnya, seperti menjalarnya bunga itu, di samping motif yang lainnya.
Ornamen corak binatang, umumnya bentuk yang sering ditemukan adalah: kepala kerbau yang
disimbolkan sebagai bumi yang subur, penunjuk jalan, bintang tunggangan dan status sosial. Bentuk
naga yang diartikan simbol wanita yang sifatnya lemah lembut, kekuatan yang dahsyat. Bentuk
ayam jantan yang diartikan sebagai keuletan dan keberanian, agar kehidupan dalam rumah
senantiasa dalam keadaan baik dan membawa keberuntungan.

                                                                                               18
Ornamen corak alam, umumnya bermotifkan kaligrafi dari kebudayaan Islam. Penempatan
  ragam hias ornamen tersebut pada sambulayang/timpalaja, jendela, anjong, dan lain-lain.
  Penggunaan ragam hias ornamen tersebut menandakan bahwa derajat penghuninya tinggi.




                                        BAB III PENUTUP

Kesimpulan
    Karya seni tidak hanya menghasilkan sesuatu yang indah tetapi memiliki makna simbolis dan
fungsional di dalamnya. Hal tersebut nampak pada konstruksi rumah Bugis. Di mana nilai idea
direpresentasikan ke dunia riil sebagai wujud pemaknaan akan hidup yang religius dan memberikan
manfaat pada pelaku seni tersebut. Bangunan rumah tersebut dibuat tidak hanya memberi fungsi tetapi
juga memberi nilai estetik yang pada dasarnya merupakan bentuk prilaku spiritual para pemiliknya. Hal
tersebut terlihat pada bagaimana mereka membuat ruang sesuai dengan pandangan kosmologis mereka.
Rumah Bugis dibangun memiliki makna simbolis yang sangat kuat, di mana konstruksi rumah dibangun
dalam tiga ruang yang mewakili tiga makna. Makna yang diwakili tersebut merupakan cerminan akan
tiga dunia yang diyakini manusia Bugis, yaitu dunia atas, dunia tengah dan dunia bawah. Sedangkan
secara fungsional, rumah Bugis memiliki fungsi yang menjelaskan bagaimana kehidupan itu harus

                                                                                                  19
dibangun dan sosialitas mereka terhadap keluarga, masyarakat dan lingkungan mereka. Fungsi ruang-
ruang dalam rumah Bugis juga mewakili konsep kosmologis mereka. Orang Bugis memandang rumah
tidak hanya sekedar tempat tinggal tetapi juga sebagai ruang pusat siklus kehidupan. Tempat manusia
dilahirkan, dibesarkan, kawin, dan meninggal. Karena itu, membangun rumah haruslah didasarkan
tradisi dan kepercayaan yang diwarisi secara turun temurun dari leluhur.

     Analisis simbolis yang dilakukan dalam melihat karya seni berupa rumah Bugis tersebut sangat
membantu dalam mengungkap idea sebuah karya seni. Rumah Bugis yang dilihat dari pendekatan
simbolis telah memberi gambaran yang lebih komprehensif tentang bagaimana sebuah karya seni
dinilai. Karya seni tidak hanya dinilai dari segi keindahan semata, tetapi penilaian tersebut sepatutnya
pula melihat makna dibalik mengapa sebuah karya seni dibuat. Dan hal demikian menjadi padu dalam
karya seni orang Bugis berupa rumah panggung. Di mana unsur estetika nampak dan makna-makna
simbolis juga sangat kuat di dalamnya.




                                                                                                     20

More Related Content

What's hot

THE BEARING WALL STRUCTURE (Struktur Dinding Pemikul)
THE BEARING WALL STRUCTURE (Struktur Dinding Pemikul)THE BEARING WALL STRUCTURE (Struktur Dinding Pemikul)
THE BEARING WALL STRUCTURE (Struktur Dinding Pemikul)rerianita
 
Teknik Bangunan Bentang Lebar
Teknik Bangunan Bentang LebarTeknik Bangunan Bentang Lebar
Teknik Bangunan Bentang LebarBarley Prima
 
perancangan-hotel-bintang-4
perancangan-hotel-bintang-4perancangan-hotel-bintang-4
perancangan-hotel-bintang-4Subandri Oo
 
Organisasi ruang
Organisasi ruangOrganisasi ruang
Organisasi ruangAbdul Rozak
 
ARSITEKTUR BENTUK, RUANG, DAN TATANAN Francis D.K. CHING EXPERIENCE ARCHITECT...
ARSITEKTUR BENTUK, RUANG, DAN TATANAN Francis D.K. CHING EXPERIENCE ARCHITECT...ARSITEKTUR BENTUK, RUANG, DAN TATANAN Francis D.K. CHING EXPERIENCE ARCHITECT...
ARSITEKTUR BENTUK, RUANG, DAN TATANAN Francis D.K. CHING EXPERIENCE ARCHITECT...Rabiyatul Adawiyah
 
struktur cangkang (sell structure) kel. 4
struktur cangkang (sell structure) kel. 4struktur cangkang (sell structure) kel. 4
struktur cangkang (sell structure) kel. 4WSKT
 
Data arsitek jilid 1
Data arsitek  jilid 1Data arsitek  jilid 1
Data arsitek jilid 1romend08
 
Sistem struktur rangka ruang (space frame)
Sistem struktur rangka ruang (space frame)Sistem struktur rangka ruang (space frame)
Sistem struktur rangka ruang (space frame)Ratna Dhani
 
Konsep rancangan struktur & konstruksi
Konsep rancangan struktur & konstruksiKonsep rancangan struktur & konstruksi
Konsep rancangan struktur & konstruksiNana Roy
 
Materi STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR II
Materi STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR II Materi STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR II
Materi STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR II Grace Katuuk
 
Fungsi dalam arsitektur
Fungsi dalam arsitekturFungsi dalam arsitektur
Fungsi dalam arsitekturArya Poetra
 
studio perancangan 2
studio perancangan 2studio perancangan 2
studio perancangan 2Purwo S
 
ded rumah 3 lantai
ded rumah 3 lantaided rumah 3 lantai
ded rumah 3 lantaiBasith Salam
 

What's hot (20)

Analisis arah angin
Analisis arah anginAnalisis arah angin
Analisis arah angin
 
THE BEARING WALL STRUCTURE (Struktur Dinding Pemikul)
THE BEARING WALL STRUCTURE (Struktur Dinding Pemikul)THE BEARING WALL STRUCTURE (Struktur Dinding Pemikul)
THE BEARING WALL STRUCTURE (Struktur Dinding Pemikul)
 
Sistem utilitas bangunan tinggi
Sistem utilitas bangunan tinggiSistem utilitas bangunan tinggi
Sistem utilitas bangunan tinggi
 
Teknik Bangunan Bentang Lebar
Teknik Bangunan Bentang LebarTeknik Bangunan Bentang Lebar
Teknik Bangunan Bentang Lebar
 
perancangan-hotel-bintang-4
perancangan-hotel-bintang-4perancangan-hotel-bintang-4
perancangan-hotel-bintang-4
 
Organisasi ruang
Organisasi ruangOrganisasi ruang
Organisasi ruang
 
Buku ekologi arsitektur
Buku ekologi arsitekturBuku ekologi arsitektur
Buku ekologi arsitektur
 
Sistem tabung
Sistem tabungSistem tabung
Sistem tabung
 
ARSITEKTUR BENTUK, RUANG, DAN TATANAN Francis D.K. CHING EXPERIENCE ARCHITECT...
ARSITEKTUR BENTUK, RUANG, DAN TATANAN Francis D.K. CHING EXPERIENCE ARCHITECT...ARSITEKTUR BENTUK, RUANG, DAN TATANAN Francis D.K. CHING EXPERIENCE ARCHITECT...
ARSITEKTUR BENTUK, RUANG, DAN TATANAN Francis D.K. CHING EXPERIENCE ARCHITECT...
 
analisa.pptx
analisa.pptxanalisa.pptx
analisa.pptx
 
struktur cangkang (sell structure) kel. 4
struktur cangkang (sell structure) kel. 4struktur cangkang (sell structure) kel. 4
struktur cangkang (sell structure) kel. 4
 
Data arsitek jilid 1
Data arsitek  jilid 1Data arsitek  jilid 1
Data arsitek jilid 1
 
Double skin facade
Double skin facadeDouble skin facade
Double skin facade
 
Sistem struktur rangka ruang (space frame)
Sistem struktur rangka ruang (space frame)Sistem struktur rangka ruang (space frame)
Sistem struktur rangka ruang (space frame)
 
Konsep rancangan struktur & konstruksi
Konsep rancangan struktur & konstruksiKonsep rancangan struktur & konstruksi
Konsep rancangan struktur & konstruksi
 
2. eko arsitektur
2. eko arsitektur2. eko arsitektur
2. eko arsitektur
 
Materi STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR II
Materi STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR II Materi STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR II
Materi STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR II
 
Fungsi dalam arsitektur
Fungsi dalam arsitekturFungsi dalam arsitektur
Fungsi dalam arsitektur
 
studio perancangan 2
studio perancangan 2studio perancangan 2
studio perancangan 2
 
ded rumah 3 lantai
ded rumah 3 lantaided rumah 3 lantai
ded rumah 3 lantai
 

Viewers also liked

Cultural Issues (pengantar arsitektur 1)
Cultural Issues (pengantar arsitektur 1)Cultural Issues (pengantar arsitektur 1)
Cultural Issues (pengantar arsitektur 1)Ally Ronally
 
Human Issues (permasalahan manusia)
Human Issues (permasalahan manusia)Human Issues (permasalahan manusia)
Human Issues (permasalahan manusia)Ally Ronally
 
Arsitektur vernakuler Sulawesi Selatan
Arsitektur vernakuler Sulawesi SelatanArsitektur vernakuler Sulawesi Selatan
Arsitektur vernakuler Sulawesi Selatanmus mus
 
Proporsi dalam arsitektur
Proporsi dalam arsitekturProporsi dalam arsitektur
Proporsi dalam arsitektursifrasweety
 
Kliping gejala sosial
Kliping gejala sosialKliping gejala sosial
Kliping gejala sosialAndi Uli
 
Perencanaan Sarana dan Prasarana Air Limbah Sistem Setempat (On-site)
Perencanaan Sarana dan Prasarana Air Limbah Sistem Setempat (On-site)Perencanaan Sarana dan Prasarana Air Limbah Sistem Setempat (On-site)
Perencanaan Sarana dan Prasarana Air Limbah Sistem Setempat (On-site)Joy Irman
 
Sistematika Dokumen Rencana Induk (Master Plan) Air Limbah
Sistematika Dokumen Rencana Induk (Master Plan) Air LimbahSistematika Dokumen Rencana Induk (Master Plan) Air Limbah
Sistematika Dokumen Rencana Induk (Master Plan) Air LimbahJoy Irman
 
Perencanaan Sarana dan Prasarana Air Limbah Sistem Terpusat (Off-site)
Perencanaan Sarana dan Prasarana Air Limbah Sistem Terpusat (Off-site)Perencanaan Sarana dan Prasarana Air Limbah Sistem Terpusat (Off-site)
Perencanaan Sarana dan Prasarana Air Limbah Sistem Terpusat (Off-site)Joy Irman
 
Sentiment Survey H2 2016
Sentiment Survey H2 2016Sentiment Survey H2 2016
Sentiment Survey H2 2016Rumah123.com
 
Tahap tahap pembangunan gedung lima lantai
Tahap tahap pembangunan gedung lima lantaiTahap tahap pembangunan gedung lima lantai
Tahap tahap pembangunan gedung lima lantaiHenday Kurniawan
 
Modul mekanika teknik 1
Modul mekanika teknik 1Modul mekanika teknik 1
Modul mekanika teknik 1Ibrahim Husain
 
RPP SMK Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung Kelas XII
RPP SMK Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung Kelas XIIRPP SMK Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung Kelas XII
RPP SMK Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung Kelas XIIDiva Pendidikan
 
Perancangan dan Analisa Sistem
Perancangan dan Analisa SistemPerancangan dan Analisa Sistem
Perancangan dan Analisa Sistemguestb7aaaf1e
 
TEDx Manchester: AI & The Future of Work
TEDx Manchester: AI & The Future of WorkTEDx Manchester: AI & The Future of Work
TEDx Manchester: AI & The Future of WorkVolker Hirsch
 

Viewers also liked (15)

Cultural Issues (pengantar arsitektur 1)
Cultural Issues (pengantar arsitektur 1)Cultural Issues (pengantar arsitektur 1)
Cultural Issues (pengantar arsitektur 1)
 
Human Issues (permasalahan manusia)
Human Issues (permasalahan manusia)Human Issues (permasalahan manusia)
Human Issues (permasalahan manusia)
 
Arsitektur vernakuler Sulawesi Selatan
Arsitektur vernakuler Sulawesi SelatanArsitektur vernakuler Sulawesi Selatan
Arsitektur vernakuler Sulawesi Selatan
 
Proporsi dalam arsitektur
Proporsi dalam arsitekturProporsi dalam arsitektur
Proporsi dalam arsitektur
 
Kliping gejala sosial
Kliping gejala sosialKliping gejala sosial
Kliping gejala sosial
 
Perencanaan Sarana dan Prasarana Air Limbah Sistem Setempat (On-site)
Perencanaan Sarana dan Prasarana Air Limbah Sistem Setempat (On-site)Perencanaan Sarana dan Prasarana Air Limbah Sistem Setempat (On-site)
Perencanaan Sarana dan Prasarana Air Limbah Sistem Setempat (On-site)
 
Sistematika Dokumen Rencana Induk (Master Plan) Air Limbah
Sistematika Dokumen Rencana Induk (Master Plan) Air LimbahSistematika Dokumen Rencana Induk (Master Plan) Air Limbah
Sistematika Dokumen Rencana Induk (Master Plan) Air Limbah
 
Perencanaan Sarana dan Prasarana Air Limbah Sistem Terpusat (Off-site)
Perencanaan Sarana dan Prasarana Air Limbah Sistem Terpusat (Off-site)Perencanaan Sarana dan Prasarana Air Limbah Sistem Terpusat (Off-site)
Perencanaan Sarana dan Prasarana Air Limbah Sistem Terpusat (Off-site)
 
TOT BAHAN AJAR KURIKULUM 2013
TOT BAHAN AJAR KURIKULUM 2013TOT BAHAN AJAR KURIKULUM 2013
TOT BAHAN AJAR KURIKULUM 2013
 
Sentiment Survey H2 2016
Sentiment Survey H2 2016Sentiment Survey H2 2016
Sentiment Survey H2 2016
 
Tahap tahap pembangunan gedung lima lantai
Tahap tahap pembangunan gedung lima lantaiTahap tahap pembangunan gedung lima lantai
Tahap tahap pembangunan gedung lima lantai
 
Modul mekanika teknik 1
Modul mekanika teknik 1Modul mekanika teknik 1
Modul mekanika teknik 1
 
RPP SMK Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung Kelas XII
RPP SMK Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung Kelas XIIRPP SMK Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung Kelas XII
RPP SMK Gambar Interior dan Eksterior Bangunan Gedung Kelas XII
 
Perancangan dan Analisa Sistem
Perancangan dan Analisa SistemPerancangan dan Analisa Sistem
Perancangan dan Analisa Sistem
 
TEDx Manchester: AI & The Future of Work
TEDx Manchester: AI & The Future of WorkTEDx Manchester: AI & The Future of Work
TEDx Manchester: AI & The Future of Work
 

Similar to pengantar arsitektur

pengertian rumah tinggal
pengertian rumah tinggalpengertian rumah tinggal
pengertian rumah tinggalWilem Atanay
 
PPT x PRESENTASI ARSITEKTUR VERNAKULAR_DEA ANGGUN PANGESTI_2015012014.pptx
PPT x PRESENTASI ARSITEKTUR VERNAKULAR_DEA ANGGUN PANGESTI_2015012014.pptxPPT x PRESENTASI ARSITEKTUR VERNAKULAR_DEA ANGGUN PANGESTI_2015012014.pptx
PPT x PRESENTASI ARSITEKTUR VERNAKULAR_DEA ANGGUN PANGESTI_2015012014.pptxErikPutra9
 
Arsitektur Vernakular Klmpk 1.pdf
Arsitektur Vernakular Klmpk 1.pdfArsitektur Vernakular Klmpk 1.pdf
Arsitektur Vernakular Klmpk 1.pdfLuthoo1404
 
Azas Perancangan Arsitektur: 3 Contoh Bangunan Tropis
Azas Perancangan Arsitektur: 3 Contoh Bangunan TropisAzas Perancangan Arsitektur: 3 Contoh Bangunan Tropis
Azas Perancangan Arsitektur: 3 Contoh Bangunan TropisAlvin Karama
 
rumah adat_tulungagung
rumah adat_tulungagungrumah adat_tulungagung
rumah adat_tulungagungjuinsis75
 
Arsitektur rumah melayu kayong
Arsitektur rumah melayu kayongArsitektur rumah melayu kayong
Arsitektur rumah melayu kayongMuhammadMansyur11
 
Tugas pancasila
Tugas pancasilaTugas pancasila
Tugas pancasilaAdi II
 
Hunian Tradisional Pada Masa Premodern di Nusantara
Hunian Tradisional Pada Masa Premodern di NusantaraHunian Tradisional Pada Masa Premodern di Nusantara
Hunian Tradisional Pada Masa Premodern di NusantaraFajar Rian Wulandari
 
Perancangan Perumahan dan Permukiman - Muara Angke, Jakarta Utara
Perancangan Perumahan dan Permukiman - Muara Angke, Jakarta UtaraPerancangan Perumahan dan Permukiman - Muara Angke, Jakarta Utara
Perancangan Perumahan dan Permukiman - Muara Angke, Jakarta UtaraFebrue Arya
 
Arsitektur Tradisional Ternate dan Halmahera.doc
Arsitektur Tradisional Ternate dan Halmahera.docArsitektur Tradisional Ternate dan Halmahera.doc
Arsitektur Tradisional Ternate dan Halmahera.docjosen sembiring
 
Presentasi seminar acc
Presentasi seminar accPresentasi seminar acc
Presentasi seminar accnanangn007
 
Definisi wilayah pesisir
Definisi wilayah pesisirDefinisi wilayah pesisir
Definisi wilayah pesisirharianti26
 
Antropologi Kesehatan Suku Sasak
Antropologi Kesehatan Suku Sasak Antropologi Kesehatan Suku Sasak
Antropologi Kesehatan Suku Sasak Lutfi Imansari
 
LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN GEOGRAFI BUDAYA KABUPATEN TANA TORAJA
LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN GEOGRAFI BUDAYA KABUPATEN TANA TORAJALAPORAN PRAKTEK LAPANGAN GEOGRAFI BUDAYA KABUPATEN TANA TORAJA
LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN GEOGRAFI BUDAYA KABUPATEN TANA TORAJASansanikhs
 

Similar to pengantar arsitektur (20)

pengertian rumah tinggal
pengertian rumah tinggalpengertian rumah tinggal
pengertian rumah tinggal
 
PPT x PRESENTASI ARSITEKTUR VERNAKULAR_DEA ANGGUN PANGESTI_2015012014.pptx
PPT x PRESENTASI ARSITEKTUR VERNAKULAR_DEA ANGGUN PANGESTI_2015012014.pptxPPT x PRESENTASI ARSITEKTUR VERNAKULAR_DEA ANGGUN PANGESTI_2015012014.pptx
PPT x PRESENTASI ARSITEKTUR VERNAKULAR_DEA ANGGUN PANGESTI_2015012014.pptx
 
Arsitektur 1
Arsitektur 1Arsitektur 1
Arsitektur 1
 
Arsitektur Vernakular Klmpk 1.pdf
Arsitektur Vernakular Klmpk 1.pdfArsitektur Vernakular Klmpk 1.pdf
Arsitektur Vernakular Klmpk 1.pdf
 
Azas Perancangan Arsitektur: 3 Contoh Bangunan Tropis
Azas Perancangan Arsitektur: 3 Contoh Bangunan TropisAzas Perancangan Arsitektur: 3 Contoh Bangunan Tropis
Azas Perancangan Arsitektur: 3 Contoh Bangunan Tropis
 
rumah adat_tulungagung
rumah adat_tulungagungrumah adat_tulungagung
rumah adat_tulungagung
 
Arsitektur rumah melayu kayong
Arsitektur rumah melayu kayongArsitektur rumah melayu kayong
Arsitektur rumah melayu kayong
 
Tugas pancasila
Tugas pancasilaTugas pancasila
Tugas pancasila
 
Hunian Tradisional Pada Masa Premodern di Nusantara
Hunian Tradisional Pada Masa Premodern di NusantaraHunian Tradisional Pada Masa Premodern di Nusantara
Hunian Tradisional Pada Masa Premodern di Nusantara
 
Perancangan Perumahan dan Permukiman - Muara Angke, Jakarta Utara
Perancangan Perumahan dan Permukiman - Muara Angke, Jakarta UtaraPerancangan Perumahan dan Permukiman - Muara Angke, Jakarta Utara
Perancangan Perumahan dan Permukiman - Muara Angke, Jakarta Utara
 
Arsitektur Tradisional Ternate dan Halmahera.doc
Arsitektur Tradisional Ternate dan Halmahera.docArsitektur Tradisional Ternate dan Halmahera.doc
Arsitektur Tradisional Ternate dan Halmahera.doc
 
Presentation.pptx
Presentation.pptxPresentation.pptx
Presentation.pptx
 
Plh ni
Plh niPlh ni
Plh ni
 
Presentasi seminar acc
Presentasi seminar accPresentasi seminar acc
Presentasi seminar acc
 
Materi rumah adat
Materi rumah adatMateri rumah adat
Materi rumah adat
 
Rumah kampung urug (1)
Rumah kampung urug (1)Rumah kampung urug (1)
Rumah kampung urug (1)
 
Definisi wilayah pesisir
Definisi wilayah pesisirDefinisi wilayah pesisir
Definisi wilayah pesisir
 
Antropologi Kesehatan Suku Sasak
Antropologi Kesehatan Suku Sasak Antropologi Kesehatan Suku Sasak
Antropologi Kesehatan Suku Sasak
 
Kuliah 1 sjh1105 sej ketamadunan
Kuliah 1 sjh1105 sej ketamadunanKuliah 1 sjh1105 sej ketamadunan
Kuliah 1 sjh1105 sej ketamadunan
 
LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN GEOGRAFI BUDAYA KABUPATEN TANA TORAJA
LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN GEOGRAFI BUDAYA KABUPATEN TANA TORAJALAPORAN PRAKTEK LAPANGAN GEOGRAFI BUDAYA KABUPATEN TANA TORAJA
LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN GEOGRAFI BUDAYA KABUPATEN TANA TORAJA
 

Recently uploaded

Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...Kanaidi ken
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajarHafidRanggasi
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...MetalinaSimanjuntak1
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptAgusRahmat39
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASbilqisizzati
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaafarmasipejatentimur
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 

Recently uploaded (20)

Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 

pengantar arsitektur

  • 1. PENDAHULUAN Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, Istilah ini mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Setiap manusia dalam menjalani kehidupannya; membutuhkan suatu tempat yang pada saat tertentu dapat hidup tanpa diganggu oleh orang lain. Kebutuhan akan sebuah bangunan merupakan salah satu motivasi untuk mengembangkan kehidupan yang lebih tinggi, di samping kebutuhan jasmani lainnya, yaitu sandang, pangan dan kesehatan. Rumah merupakan suatu ruang yang betul-betul menjadi milik seseorang yang bisa diatur menurut selera dan kehendak yang memilikinya. Pada jaman dahulu, manusia purba menggunakan gua-gua sebagai rurnah, supaya terlindungi dari binatang-binatang buas serta gangguan-gangguan alam lainnya, seperti misalnya hujan, angin, panas, dan sebagainya. Dengan berkembangnya jaman, melalui berbagai tahapan arsitektur semakin berkembang, bentuk rumah semakin berkembang juga, sehingga akhirnya mencapai tahap seperti sekarang, mempunyai dinding serta atap yang kuat, sejalan dengan perkembangan fungsi dan teknologi, yang merupakan cerminan dari budaya dan lingkungannya. a. Sejalan dengan kebutuhan manusia penghuninya, maka sebuah rumah harus memenuhi tiga fungsi utamanya, yaitu: Rumah sebagai tempat tinggal, tempat di mana seseorang bermukim (menetap), dan mendapatkan ketenangan fisik dan mental. b. Rumah merupakan mediasi antara manusia dengan dunia. Dengan mediasi ini terjadi suatu dialektik antara manusia dengan dunianya. Dari keramaian dunia manusia menarik diri de dalam rumahnya dan tinggal dalam suasana ketenangannya, untuk kemudian keluar lagi menuju dunia luar untuk bekerja dan berkarya. Demikian seterusnya terjadi berulang-ulang. c. Rumah merupakan arsenal, di mana manusia mendapatkan kekuatannya kembali, setelah melakukan pekerjaan yang melelahkan. Rumah adalah kebudayaan fisik, yang dalam konteks tradisional merupakan bentuk ungkapan yang berkaitan erat dengan kepribadian masyarakatnya. Ungkapan fisiknya sangat dipengaruhi oleh faktor sosio-kulural dan lingkungan di mana ia tumbuh dan berkembang. Perbedaan wilayah dan latar budaya akan menyebabkan perbedaan pula dalam ungkapan arsitekturalnya. Rumah panggung kayu mewakili sebuah tradisi yang bertahan lama bagi masyarakat Sulawesi Selatan, tradisi yang juga tersebar luas di dunia Melayu. Bentuk dasar rumah adalah sebuah kerangka 1
  • 2. kayu di mana tiang menahan lantai dan atap, dengan dan lantai dan atap diri pelbagai bahan, keaneka- ragaman bahan kian meningkat dalam dunia kontemporer setelah pendirian rumah menjadi kian dimodifikasi. Rumah adat kayu mencerminkan sebuah estetika tersendiri yang menjadikannya objek budaya materil yang indah (Robinson, 2005 : 271-272). Namun, rumah-rumah di Sulawesi Selatann khususnya lebih dari sekedar tempat berteduh bagi penghuninya, atau objek materil yang indah dan menyenangkan. Rumah adalah ruang sakral di mana orang lahir, kawin dan meninggal dan di tempat ini pula kegiatan-kegiatan sosial dan ritual tersebut diadakan. Terbuat dari bahan-bahan alami, rumah juga memiliki ciri sakral yang diwakili oleh sifat alami tersebut. Praktik kehidupan religius sehari-hari dari komunitas Islam di Sulawesi Selatan menghadirkan hibriditas yang lazim ada di sebuah provinsi kepulauan yang selama berabad-abad telah terlibat dalam lintas perdagangan yang ramai di Asia Tenggara, dan jalur perdagangan dengan Afrika, Eropa dan China, dan memiliki persamaan dengan tradisi-tradisi sinkretis lainnya di nusantara (Robinson,2005: 272). Rumah dalam tulisan ini adalah rumah sebagai tempat tinggal orang Bugis, dapat dibedakan berdasarkan status sosial orang yang menempatinya. Oleh karena itu, di daerah ini dikenal istilah Sao Raja (salassa) dan Bola. Nama Sao Raja yang berarti rumah besar adalah rumah ditempati oleh keturunan raja atau kaum bangsawan, sedangkan Bola adalah rumah yang ditempati oleh rakyat biasa (Yunus, 1999: 99). Pada dasarnya kedua jenis rumah ini tidak mempunyai perbedaan yang mendasar bila dilihat dari segi bangunan, tetapi berbeda karena status penghuninya. Rumah Sao Raja karena ditempati oleh keturunan raja atau bangsawan, maka selain bentuknya lebih besar juga diberikan identitas-identis tertentu yang mendukung tingkat status sosial dari penghuninya. Misalnya, timpanon yang berjumlah 3- 5 tingkat, hiasan yang digunakan dan lain sebagainya. BAB II PEMBAHASAN ( TINJAUAN ARSITEKTURAL ) 2
  • 3. A. FUNGSI Orang Bugis juga mengenal sistem tingkatan sosial yang sangat berkait dengan arsitektur. Pelapisan sosial tersebut antara lain adalah Anakarung (bangsawan), to maradeka (rakyat biasa), dan ata (sahaya). Berdasarkan lapisan sosial penghuninya, berdampak pada pola bentuk rumah yang disimbolkan berbeda-beda, yaitu: 1. Sao-raja (sallasa) Rumah besar yang didiami keluarga kaum bangsawan (Anakarung). Biasanya memiliki tiang dengan alas bertingkat di bagian bawah dan dengan atap di atasnya (sapana) yang memiliki bubungan bersusun tiga atau lebih, 2. Sao-piti Bentuknya lebih kecil tanpa sapana, dan memiliki bubungan yang bersusun dua. 3. Bola merupakan rumah bagi masyarakat umumnya. Berdasarkan pola morfologinya, arsitektur Tradisional Bugis dapat dilihat dari beberapa segi sebagai berikut: I. Pola Penataan Spatial Arsitektur rumah Bugis umumnya tidak bersekat-sekat. Bentuk denah yang umum adalah rumah yang tertutup, tanpa serambi yang terbuka. Tangga depan biasanya di pinggir. Di depan tangga tersedia tempat air untuk mencuci kaki. Tangga rumah tersebut berada di bawah atap (Sumintardja, 1981). Selain itu rumah Bugis umumnya memiliki suatu ruang pengantar yang berupa lantai panggung di depan pintu masuk, yang dinamakan tamping. Biasanya tempat ini difungsikan sebagai ruang tunggu bagi para tamu sebelum dipersilakan masuk oleh tuan rumah. Rumah Bugis juga dapat digolongkan menurut fungsinya (Mattulada dalam Koentjaraningrat, 1999). Secara spatial vertikal dapat dikelompokkan dalam tiga bagian berikut: 1. Rakeang bagian atas rumah di bawah atap, terdiri dari loteng dan atap rumah yang dipakai untuk menyimpan padi dan lain persediaan pangan serta benda-benda pusaka. Selain itu karena letaknya agak tertutup sering pula digunakan untuk menenun dan berdandan. 2. Alo-bola (alle bola) terletak antara lantai dan loteng ruang dimana orang tinggal dan dibagi-bagi menjadi ruang-ruang khusus, untuk menerima tamu, tidur, makan, 3. Awaso kolong rumah yang terletak di bagian bawah antara lantai dengan tanah atau bagian bawah lantai panggung yang dipakai untuk menyimpan alat-alat pertanian dan ternak. Sedangkan penataan spatial secara horisontal, pembagian ruang yang dalam istilah Bugis disebut lontang (latte), dapat dikelompokkan dalam tiga bagian sebagai berikut : 1. Lontang risaliweng (ruang depan) Sifat ruang semi private, berfungsi sebagai tempat menerima tamu, tempat tidur tamu, tempat bermusyawarah, tempat menyimpan benih dan tempat membaringkan mayat sebelum dikebumikan. Ruang ini adalah ruang tempat 3
  • 4. berkomunikasi dengan orang luar yang sudah diijinkan untuk masuk. Sebelum memasuki ruang ini orang luar diterima lebih dahulu di ruang transisi (tamping). 2. Lontang retengngah (latte retengngah) atau ruang tengah. Sifat ruangprivate, berfungsi untuk tempat tidur kepala keluarga dan anak-anak yang belum dewasa, tempat makan, melahirkan. Pada ruang ini sifat kekeluargaan dan kegiatan informal dalam keluarga amat menonjol. 3. Lontang rilaleng (latte rilaleng), sifat sangat private Fungsi ruang ini untuk tempat tidur anak gadis atau nenek/kakek. Anggota keluarga ini dianggap sebagai orang yang perlu perlindungan dari seluruh keluarga. Untuk Sao raja, ada tambahan dua ruangan lagi: 1. Lego-lego adalah Ruang tambahan, jika di depan difungsikan sebagai tempatsandaran, tempat duduk tamu sebelum masuk, tempat menonton ada acara di luar rumah. 2. Dapureng (jonghe) Biasanya diletakkan di belakang atau samping. Fungsinya untuk memasak danmenyimpan peralatan masak. B. BENTUK Manusia selalu berdampingan dengan alam dan tidak dapat melepaskannya dari batasan dan hukum-hukumnya. Karenanya iklim dan lingkungan memegang peranan yang penting dalam membentuk cara hidup manusia atau (lebih jauh) kebudayaan manusia. Keadaan alam yang berbeda melahirkan kebudayaan berbeda pula, demikian pula dengan arsitektur. Semula arsitektur lahir sekadar untuk menciptakan tempat tinggal sebagai wadah perlindungan terhadap gangguan lingkungan: alam dan binatang (Rapoport,1969). Dengan demikian bentuk dan fungsi dalam arsitektur adalah respon manusia terhadap lingkungan (Crowe, 1995). Dalam perkembangannya respon terhadap lingkungan yang sama memiliki kecenderungan untuk menghasilkan satu cara dan bentuk yang sama. Suatu cara yang lahir begitu saja dan kemudian membentuk satu pola yang dianut bersama dan menjadi satu tradisi yang dikenal sebagai arsitektur vernacular (Rudolvsky, 1964). Grillo (dalam Sutedjo, 1982) memperkenalkan pula istilah archetype, yaitu bangunan pada suatu daerah yang sama memiliki bentuk dan ciri-ciri yang sama pula. Salah satu faktor penting pewujud bentuk dalam arsitektur adalah fungsi. Karena pada dasarnya arsitektur adalah wadah pemenuhan kebutuhan terhadap aktivitas manusia, tercakup di 4
  • 5. dalamnya kondisi alami. Sedangkan aktivitas timbul dari kebutuhan manusia, baik fisik maupun psikologis. Fungsi dapat berubah dan berkembang terus-menerus tidak pernah berhenti. Menurut Horatio Greenough (dalam Sutrisno, 1984) terdapat hubungan erat antara bentuk, fungsi, dan alam. Ia memperkenalkan form follow function (bentuk mengikuti fungsi) dengan dua prinsip utama: bentuk akan berubah jika fungsi berubah dan fungsi baru tidak mungkin diikuti bentuk lama. Schultz (1988), membagi tugas bangunan menjadi dua kutub utama yakni lingkungan fisik dan simbol yang saling berkaitan. Pallasma juga mengemukakan bahwa penghuni atau pengamat dalam arsitektur terhadap keseluruhan bentuk fisiknya tidak semata melayani fungsi arsitektur berkenaan dengan kenyamanan dalam pengertian termal, cahaya dan kekakuan secara fisik tetapi juga kesan, pengalaman dan makna yang terpendam yang mengajak dan diajak berkelana ke dalam keseluruhan penampakannya dalam sebuah geometri rasa. Ada berbagai kemungkinan penyelesaian bentuk dalam arsitektur sekali pun tujuan fungsional dan kondisi lingkungannya sama. Arsitektur adalah lingkungan alamiah yang sengaja ditata dan dibangun untuk kepentingan tertentu dalam hidup manusia. Bentuk, fungsi dan simbol adalah perangkat yang saling berhubungan dan secara bersama-sama membentuk wujud keseluruhan dari objek arsitektur. Seluruh kultur dalam sebuah lingkungan dapat saja mempengaruhi dan membentuk cara bagaimana arsitektur dibangun dan dikembangkan (Agrest,1976). Penyusunan seluruh elemen dalam keutuhan arsitektur tidak bisa ditafsirkan dalam satu frame tunggal atau parsial. Perwujudan bentuk dan keterkaitan dengan fungsi di dalamnya melibatkan banyak aspek yang perlu dilihat secara holistik. Bentuk (Form) dalam arsitektur, banyak mengacuh pada bentuk-bentuk geometri seperti : Segi empat, segi tiga, bundar, dan lain-lain. Bentuk dalam arsitektur adalah suatu elemen yang tertuju langsung terhadap mata. Bedanya (matter) adalah suatu elemen, yang tetuju pada jiwa dan akal budi manusia. Arsitektur rumah trdisional Bugis adalah refleksi kebudayaan bugis. Bentuk rumah dan strukturnya mencerminkan pandangan orang bugis terhadap tata ruang jagad raya (makro kosmos) dan kehidupan manusia. Dalam pandangan kosmologis Bugis, rumah adalah mikro kosmos yang merupakan replica dari makro kosmos yang terdiri dati tiga susun, yakni Boting-Langi (Dunia Atas), Ale-Kawa (Dunia Tengah), dan Buri-Liung (Dunia Bawah). Ketiga susun dunia itu, tercermin pada bentuk rumah bugis yang terdiri dari tiga susun, yaitu : 1. Rakeang, bagian atas rumah di bawah atap, terdiri dari loteng dan atap rumah yang dipakai untuk menyimpan padi dan lain persediaan pangan serta benda-benda pusaka. Selain itu karena letaknya agak tertutup sering pula digunakan untuk menenun dan berdandan. 5
  • 6. 2. Alo-bola (alle bola), terletak antara lantai dan loteng ruang dimana orang tinggal dan dibagi-bagi menjadi ruang-ruang khusus, untuk menerima tamu, tidur, makan, 3. Awa-bola (kolong rumah), mencerminkan Buri-Liung (Dunia Bawah), merupakan ruang di bawah badan rumah. Awa-bola ini berlantai tanah dan tidak berdinding, berfungsi sebagai tempat memelihara ternak seperti kuda, kerbau, kambing, atau unggas juga sebagai tempat menyimpan alat-alat pertanian, atau tempat bertenun kain sarung dan tempat bercanda atau tempat bermain anak-anak. Gbr. Rangka rumah tradisonal bugis Rumah tradisional Bugis atau dalam bahasa Bugis disebut Bola Ugi adalah rumah panggung yang terbuat dari kayu, berbentuk segi empat panjang dengan tiang-tiang yang tinggi menopang lantai dan atap berbentuk pelana. Di jaman dahulu, badan rumah merupakan ruangan besar tanpa sekat-sekat (kamar). Pola ruang terbentuk oleh baris tiang yang memikul lantai rumah. Tiang rumah biasanya berjumlah 20 buah (5 tiang x 4 baris); 30 buah ( 6 tiang x 5 baris); dan 42 buah (7 tiang x 6 baris), yang terakhir ini adalah jumlah tiang untuk rumah raja atau bangsawan. Jumlah tiang menunjukkan status sosial pemilik rumah. Semakin banyak tiangnya, semakin tinggi status sosial pemiliknya. Bola ugi di Sualwesi Selatan mempunyai beberapa variasi bentuk yang berciri local, cirri daerah di mana rumah berada, seperti rumah Luwuq, Rumah Bone atau Rumah Wajo. Tetapi perbadaan itu hanya bersifat detail pada bagian-bagian tertentu dari badan rumah dan detail konstruksinya. C. KESATUAN (UNITY) Rumah orang Bugis terdiri dari beberapa bagian yang berbeda diantaranya adalah Awa Bola, Ale Bola, dan Rakkeang. Konstruksi ini bagi orang Bugis memiliki nilai mitis. Dan bila didekati 6
  • 7. dalam konsep struktural rumah tradisional Bugis, maka secara struktural fungsional dipahami sebagai berikut: Pandangan kosmologis suku Bugis mengganggap bahwa makrokosmos (alam raya) ini bersusun tiga tingkat yaitu: Boting langi’ (dunia atas), Ale Kawa (dunia tengah), dan Uri liyu (dunia bawah), dan segala pusat dari ketiga bagian alam ini adalah Boting langi’ (langit tertinggi) tempat Dewata SeuwaE (Tuhan Yang Maha Kuasa) bersemayam. Pandangan ini diwujudkan dalam bangunan rumahnya yang dipandang sebagai mikrokosmos. Oleh karena itu pula, rumah tempat tinggal orang Bugis dibagi pula atas tiga tingkatan, yaitu: 1. Rakkeang (loteng, kepala), 2. Alle Bola (badan rumah), 3. Awa Bola (kolong rumah, kaki). Dengan struktur bangunan terdiri dari lima bagian yang dibuat dengan cara lepas-pasang (knock down), yaitu: Rangka utama (tiang dan balok) Konstruksi atap Konstruksi lantai Konstruksi dinding Tangga Dari segi fungsinya, kelima bagian tersebut dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu kategori elemen structural, dan kategori elemen non structural. a. Elemen Struktural Elemen structural meliputi rangka utama yang mendukung berdirinya bangunan rumah, terdiri dari tiang-tiang vertical (aliri) dan balok-balok induk horizontal (arateng, bareq, dan pattoloq). Aliri berfungsi memikul semua beban dari balok induk dan menyalurkannya langsung ke dalam tanah. Sedang balok arateng, bareq, dan pattoloq berfungsi mengikat baris aliri dalam arah sumbu x dan z, menerima beban horizontal dan vertical lalu mendistribusikannya ke baris-baris aliri. b. Elemen non stuktural Elemen non structural meliputi elemen ‘pembungkus’ bangunan (atap, lantai, dan dinding) dan perlengkapan bangunan yakni tangga untuk naik ke rumah. 1. RANGKA UTAMA a. Aliri Aliri artinya tiang, berfungsi memikul beban lantai, dinding, dan atap rumah. Profil tiang biasanya bundar, persegi delapan, bersegi sepuluh, bersegi dua belas, dan bersegi empat, bahannya dari kayu bitti atau kayu sappu. Aliri memakai alas, semacam pondasi 7
  • 8. umpak, dari batu kali yang dibentuk seperti kubus. Di jaman dahulu, aliri tidak memakai alas tetapi tertanam langsung di tanah. b. Arateng Arateng yakni balok induk bawah yang berfungsi memikul beban lantai badan rumah dan mengikat bagian tengah tiang-tiang yang berbaris searah dengan panjang badan rumah. c. Bareq Bareq yakni balok induk atas yang berfungsi memikul beban lantai rakkeang dan mengikat puncak atas aliri yang berbaris searah panjang badan rumah (bareq sejajar dengan arateng). d. Pattoloq riawa Pattoloq riawa adalah balok induk di bawah arateng yang berfungsi mengikat bagian tengah tiang yang berbaris searah lebar badan rumah. e. Pattoloq riase Pattoloq riase adalah balok induk dibawah bareq yang berfungsi mengikat bagian atas tiang-tiang yang berbaris searah lebar badan rumah. 2. KONSTRUKSI ATAP Penampakan bangunan tersusun dari tiga bagian sesuai dengan fungsinya. Bagian atas (rakeang) baik untuk rumah bangsawan (Sao raja) maupun rumah rakyat biasa (Bola), terdiri dari loteng dan atap. Atap berbentuk prisma, memakai tutup bubungan yang disebut Timpak Laja. Timpak laja memiliki bentuk yang berbeda antara sao raja dan bola. Bagian ini diibaratkan sebagai kepala bangunan. Pada sao raja terdapat timpak laja yang bertingkat-tingkat antara tiga sampai lima. Timpak laja yang bertingkat lima menandakan rumah tersebut kepunyaan bangsawan tinggi. Timpak laja bertingkat empat, adalah milik bangsawan yang memegang kekuasaan dan jabatan-jabatan tertentu. Bagi bangsawan yang tidak memiliki jabatan pemerintahan timpak lajanya hanya bertingkat tiga. Rakyat biasa yang diklasifikasikan ke dalam kelompok to maradeka dapat juga memakai timpak laja pada atap rumahnya, tetapi hanya dibenarkan membuat maksimal dua tingkatan timpak laja. Rangka atap terdiri dari : 1. Sudduq yaitu tiang tengah yang berfungsi memikul aju-lekke. 2. Aju-lekke yaitu balok puncak bubungan yang berfungsi memikul ajute. 8
  • 9. 3. Aju-te yakni balok miring yang bersandar pada aju-lekke, berfungsi sebagai kuda-kuda atap. 4. Pateppo bareqkapu adalah balok pengikat ujung-ujung barakapu dan berfungsi sebagai tumpuan aju-te. 5. Bahan penutup atap tradisional adalah ijuk, bamboo, nipa dan ilalang, sedang bahan baru adalah seng gelombang, sirap dan genteng. 3. KONSTRUKSI LANTAI Konstruksi lantai badan rumah adalah tunebbaq, balok-balok kayu berukuran 5/7 cm atau 6/8 cm. Konstruksi lantai rakkeang disebut bareqkapu, berukuran sama dengan ukuran tunebbaq. Bahan lantai biasanya dari bamboo atau papan. Lantai dari bamboo disebut salima, bamboo dibela dan diraut dengan ukuran sebesar 3-4 cm lalu7 diikat ritan dengan jarak 1-1,5 cm. Lantai dari papan disebut katabang terdiri dari papan selebar 15-20 cm dipasang dengan cara dipaku pada balok tunebbaq. Pada rumah jaman dahulu, papan katabang dipasang dengan jarak 1-1,5 cm, sekarang papan bias rapat tanpa jarak. Pada bagian ruang tertentu, papan lantai diberi jarak, seperti ruang makan dan tempat memandikan jenasah. 4. KONSTRUKSI DINDING Konstruksi renring (dinding) adalah rangka dinding yang terdiri dari balok berdiri (vertical) dan balok berbaring (horizontal), bahannya dari bambu atau balok kayu. Balok berdiri disebut tau-tau renring sedang balok berbaring disebut paletteang. Tau-tau renring umumnya berukuran 4/6 cm atau 5/7 cm sedang paleteang berukuran 5/10 cm atau 6/12 cm. Dinding dari kayu disebut renring pepeng artinya dinding papan. Di jaman dahulu, Saoraja dan rumah-rumah bangsawan menggunakan dinding dari kayu cenrana sedang orang biasa memakai dinding dari bambu atau kayu dari jenis lain. 5. TANGGA Konstruksi tangga terdiri dari indoq addeng (induk tangga), umumnya berukuran 4/25 cm, anaq addeng (anak tangga) berukuran 3/20 cm atau 3/25 cm dan accucureng (susuran tangga). Rumah biasa memakai dua induk tangga dengan anak tangga 3 sampai 9 buah. Dari segi penempatannya, tangga dibedakan atas dua macam, yakni tangga depan dan tangga belakang. Induk tangga tidak boleh sama panjang, induk tangga disebelah kiri (pada waktu naik ke rumah) harus lebih panjang. Jumlah anak tangga harus selalu ganjil.(Mardanas, dkk. 1986). 9
  • 10. D. KESEIMBANGAN (BALANCE) Arsitektur sebagai unsur kebudayaan merupakan salah satu bentuk bahasa nonverbal manusia, alat komunikasi manusia nonverbal ini mempunyai nuansa sastrawi dan tidak jauh berbeda dengan sastra verbal. Arsitektur itu sendiri dapat dipahami melalui wacana keindahan, sebab dari sanalah akan muncul karakteristiknya. Dalam naskah kuno sastra jawa dan kitab lontara Bugis Makassar dapat ditemukan hubungan relevansi antara lingkungan kehidupan budaya manusia dengan rumah adat yang diciptakannya. Setiap bangunan bagian-bagiannya harus melalui garis imaginative mengekspresikan dalam rencananya suatu keadaan seimbang. Ini merupakan salah satu dasar keindahan. Suatu bangunan memiliki balance yang baik akan kelihatan indah dan sejuk dipandang mata sehingga tercapai perasaan yang menyenangkan. Sebaliknya bangunan yang tidak balance akan menimbulkan gangguan dan ketegangan pada penglihatan. Bahan bangunan utama yang banyak digunakan umumnya kayu. Bahan bangunan yang biasanya digunakan : Kayu Bitti, Ipi, Amar, Cendana, Tippulu, Durian, Nangka, Besi, Lontar, Kelapa, Batang Enau, Pinang, Ilalang dan Ijuk. Dinding dari anyaman bambu atau papan. Atap dari daun nipah, sirap atau seng. Sistem struktur menggunakan rumah panggung dengan menggunakan tiang penyangga dan tidak menggunakan pondasi. Rumah tradisional yang paling tua, tiang penyangganya langsung ditanam dalam tanah. Tahap yang paling penting dalam sistem struktur bangunan adalah pembuatan tiang (aliri). Pembuatan tiang dimulai dengan membuat posi bola (tiang pusat rumah). Bila rumah terdiri dari dua petak maka letak tiang pusat ialah pada baris kedua dari depan dan baris kedua dari samping kanan. Bila tiga petak atau lebih maka letak tiang pusat adalah baris ketiga dari depan dan baris kedua dari samping kanan. Untuk menjaga keseimbangan ( Balance ) dan keindahan, secara terinci ciri-ciri struktur rumah orang bugis antara lain adalah: 1. Minimal memiliki empat petak atau 25 kolom (lima-lima) untuk sao-raja dan tiga petak atau 16 kolom (untuk bola) 2. Bentuk kolom adalah bulat untuk bangsawan, segiempat dan segidelapan untuk orang biasa. 3. Terdapat pusat rumah yang disebut di Pocci (posi bola) berupa tiang yang paling penting dalam sebuah rumah, biasanya terbuat dari kayu nangka atau durian; letaknya pada deretan kolom kedua dari depan, dan kedua dari samping kanan. 4. Tangga diletakkan di depan atau belakang, dengan ciri-ciri: a. Dipasang di ale bola atau di lego-lego. b. Arahnya ada yang sesuai dengan panjang rumah atau sesuai dengan lebar rumah. 10
  • 11. 5. Atap berbentuk segitiga sama kaki yang digunakan untuk menutup bagian muka atau bagaian belakang rumah 6. Lantai (dapara/salima) menurut bentuknya bisa rata dan tidak rata. Bahan yang digunakan adalah papan atau bamboo. 7. Dinding (renring/rinring) terbuat dari kulit kayu, daun rumbia, atau bambu. 8. Jendela (tellongeng) jumlahnya tiga untuk rakyat biasa, tujuh untuk bangsawan 9. Pintu (tange sumpang) diyakini jika salah meletakkan dapat tertimpa bencana, sehingga diletakkan dengan cara sebagai berikut: Jika lebar rumah sembilan depa, maka pintu diposisikan pada depa ke-8; artinya lebar rumah selelu ganjil dan pintu diletakan pada angka genap. E. RITME (IRAMA) Setiap bangunan disebut indah antar lain harus memiliki komposisi suatu hubungan dan lainnya berirama (rutme). Ritme dari suatu bangunan dihasilkan oleh adanya pengulangan disana-sini dari suatu elemen yang mempunyai karakter ritme yang kuat. Ragam hias ornamen pada rumah tradisional Bugis merupakan salah satu bagian tersendiri dari bentuk dan corak rumah tradisional Bugis. Selain berfungsi sebagai hiasan, juga dapat berfungsi sebagai simbol status pemilik rumah. Ragam hias umumnya memiliki pola dasar yang bersumber dari alam flora dan fauna. Ornamen corak tumbuhan, umumnya bermotifkan bunga/kembang, daun yang memiliki arti rejeki yang tidak putus putusnya, seperti menjalarnya bunga itu, di samping motif yang lainnya. Ornamen corak binatang, umumnya bentuk yang sering ditemukan adalah: kepala 11
  • 12. kerbau yang disimbolkan sebagai bumi yang subur, penunjuk jalan, bintang tunggangan dan status sosial. Bentuk naga yang diartikan simbol wanita yang sifatnya lemah lembut, kekuatan yang dahsyat. Bentuk ayam jantan yang diartikan sebagai keuletan dan keberanian, agar kehidupan dalam rumah senantiasa dalam keadaan baik dan membawa keberuntungan. Ornamen corak alam, umumnya bermotifkan kaligrafi dari kebudayaan Islam. Penempatan ragam hias ornamen tersebut pada sambulayang/timpalaja, jendela, anjong, dan lain-lain. Penggunaan ragam hias ornamen tersebut menandakan bahwa derajat penghuninya tinggi. Dalam arsitektur Bugis, terdapat beberapa ritme atau irama dalam suatu rumah bugis, diantaranya: 1. Pembagian ruang baik secara vertical maupun secara horizontal. a. Pembagian ruang secara vertical meliputi: 1) Rakeang, bagian atas rumah di bawah atap, terdiri dari loteng dan atap rumah yang dipakai untuk menyimpan padi dan lain persediaan pangan serta benda-benda pusaka. Selain itu karena letaknya agak tertutup sering pula digunakan untuk menenun dan berdandan. 2) Alo-bola (alle bola), terletak antara lantai dan loteng ruang dimana orang tinggal dan dibagi-bagi menjadi ruang-ruang khusus, untuk menerima tamu, tidur, makan, 3) Awaso, kolong rumah yang terletak di bagian bawah antara lantai dengan tanah atau bagian bawah lantai panggung yang dipakai untuk menyimpan alat-alat pertanian dan ternak. b. Pembagian ruang secara horizontal atau bagian dalam rumah, meliputi: 1) Lontang risaliweng (ruang depan), Sifat ruang semi private, berfungsi sebagai tempat menerima tamu, tempat tidur tamu, tempat bermusyawarah, tempat menyimpan benih dan tempat membaringkan mayat sebelum dikebumikan. Ruang ini adalah ruang tempat berkomunikasi dengan orang luar yang sudah diijinkan untuk masuk. Sebelum memasuki ruang ini orang luar diterima lebih dahulu di ruang transisi (tamping). 2) Lontang retengngah (latte retengngah) atau ruang tengah. Sifat ruang private, berfungsi untuk tempat tidur kepala keluarga dan anak-anak yang belum dewasa, tempat makan, melahirkan. Pada ruang ini sifat kekeluargaan dan kegiatan informal dalam keluarga amat menonjol. 12
  • 13. 3) Lontang rilaleng (latte rilaleng), sifat sangat private. Fungsi ruang ini untuk tempat tidur anak gadis atau nenek/kakek. Anggota keluarga ini dianggap sebagai orang yang perlu perlindungan dari seluruh keluarga. Gbr. Pembagian ruangan Rumah tradisional Bugis. 2. Penempatan pintu dan jendela Dinding terbuat dari kayu yang disusun secara Salah satu bukaan yang terdapat pada dinding depan ialah pintu (babang/tange). Fungsinya adalah untuk jalan keluar/masuk rumah. Tempat pintu biasanya selalu diletakkan pada bilangan ukuran genap, misalnya ukuran rumah 7 (tujuh depa) maka pintu harus diletakkan pada depa yang ke 6 (enam) atau ke 4 (empat) diukur dari kanan rumah. Bila penempatan pintu ini tidak tepat pada bilangan genap, dapat menyebabkan rumah mudah untuk dimasuki pencuri atau penjahat. Jendela (tellongeng). Fungsinya adalah bukaan pada dinding yang sengaja dibuat untuk melihat keluar rumah dan juga berfungsi sebagai ventilasi udara ke dalam ruangan. Peletakannya biasanya pada dinding diantara dua tiang. Pada bagian bawahnya biasanya diberi tali atau penghalang (Sumintardja, 1981). Untuk memperindah biasanya ditambahkan hiasan berupa ukiran sebagai hiasan atau terali dari kayu dengan jumlah bilangan ganjil. Jumlah terali dapat menunjukkan status penghuninya. Jika jumlah terali 3-5 menunjuukan rakyat biasa dan jika 7-9 menunjukkan rumah bangsawan. 3. Ragam hias Ragam hias bangunan arsitektur Bugis umumnya bersumber dari alam sekitar, biasanya berupa flora, fauna dan tulisan huruf Arab atau kaligrafi. 13
  • 14. F. PROPORSI Proporsi adalah skala perbandingan panjang, lebar, dan tinggi bangunan. Proporsi yang baik dari suatu bangunan umumnya adalah mutu yang dimiliki oleh bangunan itu, yang sanggup memberikan impressi menyenangkan, yaitu adanya skala perbandingan panjang lebar dan tinggi yang serasi. Prinsip proporsi yang baik adalah syarat skala. Proporsi yang baik adalah syarat untuk mendapatkan skala yang baik pula. Skala dalam arsitektur adalah nilai-nilai dari konsepsi yang ditangkap oleh yang melihatnya dari ukuran yang sesunggunya. Orang Bugis membangun rumah tanpa gambar. Pembangunan rumah dilaksanakan oeh Panrita Bola (ahli rumah) dan Panre Bola (tukang rumah). Panrita Bola menangani hal-hal yang bersifat spiritual, adat dan kepercayaan. Sedang Panre Bola mengerjakan hal-hal bersifat teknis, mengolah bahan kayu menjadi komponen struktur sampai rumah berdiri dan siap dihuni. Sistem struktur dan konstruksi rumah terdiri atas lima komponen: (1) rangka utama (tiang dan balok induk), (2) konstruksi lantai, (3) konstruksi dinding, (4) konstruksi atap, (5) konstruksi tangga. Semuanya dibuat dengan sistem knock down. Tiang, balok induk, dan tangga dibuat dari kayu kelas satu, sedang komponen konstruksi lainnya dibuat dari kayu kelas dua. Pekerjaan biasanya dimulai dengan membuat Posi Bola (pusar rumah), sebuah tiang yang dianggap sebagai simbol 'perempuan', ibu yang mengendalikan kehidupan di dalam rumah. Jumlah tiang rumah tergantung pada besarnya rumah, biasanya 20 tiang (5x4 baris tiang) atau 30 tiang (5x6 baris tiang). Jumlah tiang menunjukkan status sosial penghuni. Semakin banyak tiangnya semakin tinggi status sosial pemilik rumah. Rumah raja (sao raja), istana raja biasanya memiliki tiang 40 buah atau lebih. Dalam pembangunan rumah Bugis, ukuran panjang, lebar dan tinggi rumah selalu dihubungkan dengan bagian-bagian badan manusia. Hal ini didasari oleh pandangan bahwa rumah merupakan refleksi dari wujud manusia. Ia mempunyai kepala (ulu-bola), badan (ale-bola), pusar (posi-bola), dan kaki (aje-bola). Ukuran rumah juga dianggap berpengaruh terhadap nasib dan keberuntungan penghuninya. Namun demikian, tidak ada keharusan menuruti suatu pedoman tunggal dalam menetapkan ukuran rumah. Ukuran biasanya diserahkan kepada pemilik rumah untuk menetapkan sendiri ukuran yuang diinginkan. Ukuran rumah selalu dibuat dalam bilangan ganjil, misalnya sebuah rumah diberi ukuran: panjang = 9 reppa suami, lebar = 7 reppa isteri, dan tinggi lantai dari tanah = 1,5 tinggi badan suami, tinggi rakkeang dari lantai = 1,5 tinggi badan isteri. Disamping ukuran-ukuran yang ganjil yang bersifat umum tersebut, juga dikenal adanya ukuran-ukuran spesifik yang dipercaya bias memberi pengaruh baik kepada si penghuni rumah. 14
  • 15. Untuk membuat ukuran yang spesifik, biasanya ukuran umum dalam reppa itu ditambah atau dikurangi dengan jengkal atau jari. G. HARMONI Harmoni dari bentuk arsitektur adalah persoalan yang lebih sulit. Harmoni adalah nilai-nilai yang diciptakan penuh kejujuran sesuai dengan material struktur yang digunakan. Selain dari bahan bangunan, harmoni juga menciptakan keselarasan antara bangunan Yang satu dengan bangunan yang lain. Arsitektur bugis khususnya dalam pembangunan rumah adat jika dilihat dari segi harmoni sangatlah diperhatikan. Contoh yang paling signifikan saat melakukan pemilhan bahan bangunan dari kayu dimulai dari ma’baang atau menebang pohon di hutan. Semua itu tidak dilakukan secara sembarang, tidak sembarang pohon yang akan digunakan sebagai bahan pembuat bangunan. Pada umumnya rumah tradisional Bugis Makassar berbentuk panggung dengan penyangga terdiri dari 4 buah tiang. Secara vertikal terdiri atas tiga bagian yaitu: Rakkeang/Pammakkang, terletak pada bagian atas, di sini melekat plafond tempat atap menaungi, penyimpanan padi sebagai lambang kehidupan dan tempat atribut adat disimpan. Ale bola/kale balla, terletak pada bagian tengah, di mana sebuah tiang ditonjolkan di antara tiang tiang lainnya, yang terbagi atas beberapa petak dengan fungsinya masing-masing. Awaso/siring, terletak pada bagian bawah, sebagai tempat penyimpanan alat cocok tanam, ternak, alat bertukang dan lain lain. Sedang secara horisontal ruangan dalam rumah terbagi atas tiga bagian yaitu: Lontang ri saliweng/padaserang dallekang, letaknya di ruang bahagian depan. Lontang ri tengnga/padaserang tangnga, terletak di ruang bahagian tengah. Lontang ri laleng /padaserang riboko, terletak di ruang bahagian belakang. Selain ruang ruang tersebut, masih ada lagi tambahan di bagian belakang annasuang atau appalluang, dan ruang samping yang memanjang pada bagian samping yang disebut tamping, serta ruang kecil di depan rumah yang disebut lego-lego atau paladang. H. KLIMAKS (AKSEN) Klimaks atau aksentuasi adalah penekanan pada titik tertentu dari bangunan, atau dengan kata lain bagian dari bangunan yang dibuat lebih menarik dari yang lainnya. Klimaks dapat dibut lebih 15
  • 16. dari satu, dan dapat juga berada pada tiap-tiap tampak. Dalam praktek, titik-titik perhatian itu dapat diciptakan melalui penekanan patung-patung, atau tanaman-tanaman, atau juga melalui perubahan- perubahan pemakaian bahan, atau adanya bayangan gelap secara tiba-tiba dari bangunan itu, atau dengan penggunaan warna-warna tertentu. Ragam hias ornamen pada rumah tradisional Bugis dan Makassar merupakan salah satu bagian tersendiri dari bentuk dan corak rumah tradisional Bugis dan Makassar. Selain berfungsi sebagai hiasan, juga dapat berfungsi sebagai simbol status pemilik rumah. Rumah bugis memiliki keunikan tersendiri, dibandingkan dengan rumah panggung dari suku yang lain ( sumatera dan kalimantan ). Bentuknya biasanya memanjang ke belakang, dengan tanbahan disamping bangunan utama dan bagian depan orang bugis menyebutnya lego – lego. Rumah tradisional Bugis juga memiliki klimaks atau aksen diantaranya adalah: 1. Pemberian hiasan atau ukiran pada pintu dan jendela. Ukiran pada pintu terdapat pada ambang atas pintu Dan daun pintu, sedang pada jendela terdapat pada ambang atas dan bawah serta daun jendela. 2. Ukiran pada balok arateng dan pattoloq. Pemberian ukiran pada balok Arateng dan balok pattoloq biasanya di setiap ujung balok yang berfungsi untuk memperindah setiap ujung balok yang kelihatan. 3. Ukiran pada atap. Ukiran yang ditempatkan di puncak atap disebut Anjong yang mencerminkan status sosial pemilik rumah. Anjong merupakan ukiran berpola bentuk naga atau ayam jantan yang dipadukan dengan pola bunga parenreng. 4. Pemasangan terali (balok kayu atau papan) di lego-lego atau teras rumah dan sebagian juga pada tangga yang dibentuk sedemikian rupa menjadi terali yang indah. I. EKSPRESI FUNGSIONAL Ekspresi erat hubungannya dengan harmoni dan langgam, namun makna psikologisnya lebih mendalam berdasar pada tuntutan jiwa manusia dalam usahanya mencari nilai-nilai estetika. Secara konsepsual arsitektur, masyarakat tradisional Bugisberangkat dari suatu pandangan hidup ontologis, memahami alam semesta secara universal. Filosofi hidup masyarakat tradisional Bugis Makassar yang disebut sulapa appa, menunjukkan upaya untuk menyempurnakan diri, filosofi ini menyatakan bahwa segala aspek kehidupan manusia barulah sempurna jika berbentuk segi empat, yang merupakan mitos asal kejadian manusia yang terdiri dari empat unsur, yaitu: tanah, air, api, dan angin. Bagi masyarakat tradisional Bugis Makassar yang berpikir secara fotolitas, rumah tradisional Bugis Makassar dipengaruhi oleh: Struktur kosmos, di mana alam terbagi atas tiga bagian yaitu alam 16
  • 17. atas sebagai tempat suci, alam tengah, sebagai tempat berlangsungnya kehidupan manusia, dan alam bawah, tempat terjadinya interaksi dengan lingkungan sekitar dan makhluk hidup lainnya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam prosesi mendirikan rumah antara lain: meminta pertimbangan dari panrita bola untuk mencari tempat dan arah yang dianggap baik. Beberapa wasiat dalam hal menentukan arah rumah yaitu: sebaiknya menghadap kearah terbitnya matahari, menghadap kedataran tinggi, dan menghadap ke salah satu arah mata angin. Selain itu salah satu faktor pertimbangan lain yang perlu diperhitungkan adalah pemilihan waktu untuk mendirikan rumah. Adapun hari ataupun bulan yang baik biasanya ditentukan atas bantuan orang-orang yang memiliki kepandaian dalam hal memilih waktu. Untuk pendirian rumah, biasanya didahului oleh upacara ritual, yang pada tahap selanjutnya secara berurutan mulai mendirikan rumah dengan mengerjakan tiang pusat rumah (posi'bola) terlebih dahulu, menyusul tiang tiang yang lain, hingga pekerjaan secara keseluruhan selesai dikerjakan. Rumah orang Bugis terdiri dari tiga bagian. Ketiga bagian itu adalah Awa Bola, Ale Bola, dan Rakkeang. Konstruksi ini bagi orang Bugis memiliki nilai mitis. Dan bila didekati dalam konsep struktural rumah tradisional Bugis, maka secara struktural fungsional dipahami sebagai berikut: Pandangan kosmologis suku Bugis mengganggap bahwa makrokosmos (alam raya) ini bersusun tiga tingkat yaitu: Boting langi’ (dunia atas), Ale Kawa (dunia tengah), dan Uri liyu (dunia bawah), dan segala pusat dari ketiga bagian alam ini adalah Boting langi’ (langit tertinggi) tempat Dewata SeuwaE (Tuhan Yang Maha Kuasa) bersemayam. Pandangan ini diwujudkan dalam bangunan rumahnya yang dipandang sebagai mikrokosmos. I. GAYA (LANGGAM) Gaya dalam arsitektur lebih banyak berarti corak, sifat, atau langgam. Corak atau langgam ini dibatasi oleh : a. Menurut periode waktu dan negaranya b. Menurut bentuknya Berbicar tentang gaya atau langgam dalam arsitektur, juga tidak dapat dipisahkan dengan aliran-aliran sejarah dan perkembangan arsitektur, adapun aliran-aliran sejarah arsitektur tersebut antara lain aliran klasik (Arsitektur Klasik) Neo klasik, Tradisianal ( Vernacular ), Elektisme, Fungsionalisme, kubisme, futurism, brutalisme, monumental, metabilosme, neo vernacularisme, dan modern kontemporer. 17
  • 18. Ragam hias ornamen pada rumah tradisional Bugis merupakan salah satu bagian tersendiri dari bentuk dan corak rumah tradisional Bugis. Selain berfungsi sebagai hiasan, juga dapat berfungsi sebagai simbol status pemilik rumah. Ragam hias umumnya memiliki pola dasar yang bersumber dari alam flora dan fauna. Ragam hias fauna biasanya berupa ayam jantan, kepala kerbau dan bentuk ular naga. Ragam hias kepala kerbau melambangkan kekayaan dan status sosial. Biasanya ditempatkan pada pucuk depan atau belakang bubungan untuk rumah bangsawan. Ragam hias naga atau ular besar melambangkan kekuatan yang dahsyat. Biasanya ditempatkan pada pucuk bubungan atau induk tangga. Ayam jantan dalam bahasa Bugis disebut manuk yang berarti baik-baik. Selain itu juga sebagai simbol keberanian. Biasanya ditempatkan di puncak bubungan rumah bagian depan atau belakang. Gbr. Contoh ragam hias ayam jantang ( manuk ) Ragam hias flora yang berupa sulur-sulur bunga yang menjalar biasanya menggunakan teknik pahat tiga dimensi yang membentuk lobang terawang. Bentuk demikian selain makin menampakkan keindahan karena adanya efek pencahayaan yang dibiaskan juga dapat menyalurkan angin dengan baik Ornamen corak tumbuhan, umumnya bermotifkan bunga/kembang, daun yang memiliki arti rejeki yang tidak putus putusnya, seperti menjalarnya bunga itu, di samping motif yang lainnya. Ornamen corak binatang, umumnya bentuk yang sering ditemukan adalah: kepala kerbau yang disimbolkan sebagai bumi yang subur, penunjuk jalan, bintang tunggangan dan status sosial. Bentuk naga yang diartikan simbol wanita yang sifatnya lemah lembut, kekuatan yang dahsyat. Bentuk ayam jantan yang diartikan sebagai keuletan dan keberanian, agar kehidupan dalam rumah senantiasa dalam keadaan baik dan membawa keberuntungan. 18
  • 19. Ornamen corak alam, umumnya bermotifkan kaligrafi dari kebudayaan Islam. Penempatan ragam hias ornamen tersebut pada sambulayang/timpalaja, jendela, anjong, dan lain-lain. Penggunaan ragam hias ornamen tersebut menandakan bahwa derajat penghuninya tinggi. BAB III PENUTUP Kesimpulan Karya seni tidak hanya menghasilkan sesuatu yang indah tetapi memiliki makna simbolis dan fungsional di dalamnya. Hal tersebut nampak pada konstruksi rumah Bugis. Di mana nilai idea direpresentasikan ke dunia riil sebagai wujud pemaknaan akan hidup yang religius dan memberikan manfaat pada pelaku seni tersebut. Bangunan rumah tersebut dibuat tidak hanya memberi fungsi tetapi juga memberi nilai estetik yang pada dasarnya merupakan bentuk prilaku spiritual para pemiliknya. Hal tersebut terlihat pada bagaimana mereka membuat ruang sesuai dengan pandangan kosmologis mereka. Rumah Bugis dibangun memiliki makna simbolis yang sangat kuat, di mana konstruksi rumah dibangun dalam tiga ruang yang mewakili tiga makna. Makna yang diwakili tersebut merupakan cerminan akan tiga dunia yang diyakini manusia Bugis, yaitu dunia atas, dunia tengah dan dunia bawah. Sedangkan secara fungsional, rumah Bugis memiliki fungsi yang menjelaskan bagaimana kehidupan itu harus 19
  • 20. dibangun dan sosialitas mereka terhadap keluarga, masyarakat dan lingkungan mereka. Fungsi ruang- ruang dalam rumah Bugis juga mewakili konsep kosmologis mereka. Orang Bugis memandang rumah tidak hanya sekedar tempat tinggal tetapi juga sebagai ruang pusat siklus kehidupan. Tempat manusia dilahirkan, dibesarkan, kawin, dan meninggal. Karena itu, membangun rumah haruslah didasarkan tradisi dan kepercayaan yang diwarisi secara turun temurun dari leluhur. Analisis simbolis yang dilakukan dalam melihat karya seni berupa rumah Bugis tersebut sangat membantu dalam mengungkap idea sebuah karya seni. Rumah Bugis yang dilihat dari pendekatan simbolis telah memberi gambaran yang lebih komprehensif tentang bagaimana sebuah karya seni dinilai. Karya seni tidak hanya dinilai dari segi keindahan semata, tetapi penilaian tersebut sepatutnya pula melihat makna dibalik mengapa sebuah karya seni dibuat. Dan hal demikian menjadi padu dalam karya seni orang Bugis berupa rumah panggung. Di mana unsur estetika nampak dan makna-makna simbolis juga sangat kuat di dalamnya. 20