1. BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian okupasi terapi
Pengertian terapi okupasi sangat banyak, antara lain sebagai berikut:
Occupation : kesibukan / pekerjaan.
Terapi okupasi adalah usaha penyembuhan melalui kesibukan atau pekerjaan tertentu.
Terapi okupasi adalah salah satu jenis terapi kesehatan yang merupakan bagian dari
rehabilitas medis. Penekanan terapi ini adalah sebagai pada sensomotorik dan proses
neurologi dengan cara memanipulasi, memfasilitasi dan mengnibisi lingkungan,
sehingga tercapai peningkatan, perbaikan dan pemeliharaan kamampuan anak.
Dengan memperhatikan asset (kemampuan) dan Emitasi (keterbatasan) yang dimiliki
anak, terapi ini bertujuan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak.
Terapi okupasi adalah prilaku atau kegiatan – kegiatan individu yang akan dilakukan
pada area kerja, perawatan diri dan rekreasi.
Terapi okupasi adalah suatu aktifitas – aktifitas yang secara disadari dapat dilihat,
direncanakan dan menyenangkan.
Terapi okupasi adalah ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi seseorang dalam
melaksanakan suatu tugas terpilih yang telah ditentukan dengan maksud
mempermudah belajar fungsi dan keahlian yang dibutuhkan dalam proses
penyesuaian diri dengan lingkungan.
Prinsip :
Pasien tidak merasa dipaksa, tetapi memahami kegiatan ini sebagai suatu kebutuhan
dan akhir suatu keahlian yang dapat dijadikan bekal hidup.
1
2. B. Fungsi dan tujuan okupasiterapi
Okupasiterapi adalah terapan medic yang terarah bagi pasien fisik maupun mental
dengan menggunakan aktivitas sebagai media terapi dalam rangka memulihkan
kembali fungsi seseorang sehingga dia dapat mandiri semaksimal mungkin. Aktivitas
tersebut adalah berbagai macam kegiatan yang direncanakan dan disesuaikan dengan
tujuan terapi.
Pasien yang dikirimkan oleh dokter, untuk mendapatkan okupasiterapi adalah dengan
maksud sebagai berikut:
1. Terapi khusus untuk pasien mental/jiwa
Menciptakan suatu kondisitertentu sehingga pasien dapat mengembangkan
kemampuannya untuk dapat berhubungan dengan orang lain dan
masyarakat sekitarnya.
Membantu dalam melampiaskan gerakan-gerakan emosi secara wajar dan
produktif.
Membantu menemukan kemampuan kerja yang sesuai dengan bakat dan
keadaannya.
Membantu dalam pengumpulan data guna penegakan diagnose dan
penetapan terapi lainnya.
2. Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi fisik, meningkatkan ruang gerak
sendi, kekuatan otot dan koordinasi gerakan.
3. Mengajarkan aktivitas kehidupan sehari-hari, seperti makan, berpakaian,
belajar menggunakan fasilitas umum (telpon, televise, dan lain-lain), baik
dengan maupun tanpa alat bantu, mandi yang bersih, dan lain-lain.
4. Membantu pasien untuk menyesuaikan diri dengan pekerjaan rutin di
rumahnya, dan memberi saran penyederhanaan (siplifikasi) ruangan maupun
letak alat-alat kebutuhan sehari-hari.
2
3. 5. Meningkatkan toleransi kerja, memelihara dan meningkatkan kemampuan
yang masih ada.
6. Menyediakan berbagai macam kegiatan untuk dijajaki oleh pasien sebagai
langkah dalam pre-cocational training. Dari aktivitas ini akan dapat diketahui
kemampuan mental dan fisik, kebiasaan kerja, sosialisasi, minat, potensi dan
lain-lainnya dari si pasien dalam mengarahkannya kepekerjaan yang tepat
dalam latihan kerja.
7. Membantu penderita untuk menerima kenyatan dan menggunakan waktu
selama masa rawat dengan berguna.
8. Mengarahkan minat dan hoby agar dapat digunakan setelah kembali ke
keluarga.
Program okupasiterapi adalah bagian dari pelayanan medik untuk tujuan
rehabilitasi total seseorang pasien melalui kerja sama dengan petugas lain dirumah
sakit. Dalam pelaksanaan okupasiterapi keliahatannya akan banyak overlapping
dengan terapi lainnya, sehingga dibutuhkan adanya kerjasama yang terkoordinir dan
terpadu.
C. Peranan okupasiterapi/pekerjaan untuk terapi
Aktivitas dipercayai sebagai jembatan antara batin dan dunia luar. Melalui
aktivitas manusia dihubungkan dengan lingkungan, kemudian mempelajarinya,
mencoba keterampilan atau pengetahuan, mengekspresikan perasaan, memenuhi
kebutuhan fisik maupun emosi, mengembangkan kemampuan, dan sebagai alat untuk
mencapai tujuan hidup. Potensi tersebutlah yang digunakan sebagai dasar dalam
pelaksanaan okupasiterapi, baik bagi penderita fisik maupun mental
Aktivitas dalam okupasiterapi digunakan sebagai media baik untuk evaluasi,
diagnosis, terapi, maupun rehabilitasi. Dengan mengamati dan mengevaluasi pasien
waktu mengerjakan suatu aktivitas dan dengan menilai hasil pekerjaan dapat
ditentukan arah terapi dan rehabilitasi selanjutnya dari pasien tersebut.
3
4. Penting
untuk
diingat
bahwa
aktivitas
dalam
okupasiterapi
tidak
untuk
menyembuhkan, tetapi hanya sebagai media. Diskusi yang terarah setelah
penyelesaian suatu aktivitas adalah sangat penting karena dalam kesempatan
tersebutlah terapis dapat mengarahkan pasien. Melalui diskusi tersebutlah pasien
belajar mengenal dan mengatasi persoalannya.
Melalui aktivitas pasien diharapkan akan berkomunikasi lebih baik untuk
mengekpresikan dirinya. Melalui aktivitas kemampuan pasien akan dapat diketahui
baik oleh terapi maupun oleh pasien itu sendiri. Dengan menggunakan alat-alat atau
bahan-bahan dalam melakukan suatu aktivitas pasien akan didekatkan dengan
kenyataan terutama dalam hal kemampuan dan kelemahannya.
Mengerjakan suatu aktivitas dalam kelompok akan dapat merangsang terjadinya
intraksi diantara anggota yang berguna dalam meningkatkan sosialisasi, dan menilai
kemampuan diri masing-masing dalam hal keefisiensiannya berhubungan dengan
orang lain.
D. Aktifitas
Aktivitas yang digunakan dalam okupasiterapi sangat dipengaruhi sangat
dipengaruhi oleh konteks terapi secara keseluruhan, lingkungan, sumber yang
tersedia, dan juga oleh kemampuan si terapis sendiri (pengetahuan, keterampilan,
minat dan kreativitasnya).
1. Jenis
Jenis aktivitas dalam okupasiterapi adalah :
o Latihan gerak badan
o Olahraga
o Permainan
o Kerajinan tangan
o Kesehatan, kebersihan, dan kerapihan pribadi
o Pekerjaan sehari-hari (aktivitas kehidupan sehari-hari)
o Praktik pre-vokasional
4
5. o Seni (tari, musik, lukis, drama, dan lain-lain)
o Rekreasi (tamasya, nonton bioskop/drama, pesta ulang tahun dan lainlain)
o Diskusi dengan topik tertentu (berita surat kabar, majalah, televise, radio
atau keadaan lingkungan).
o Dan lain- lain.
2. Karakteristik aktivitas
Aktivitas dalam okupasiterapi adalah segala macam aktivitas yang dapat
menyibukan seseorang secara produktif yaitu sebagai suatu media untuk belajar
dan berkembang, sekaligus sebagai sumber kepuasaan emosional maupun fisik.
Oleh karena itu setiap aktivitas yang digunakan dalam okupasiterapi harus
mempunyai karakteristi sebagai berikut :
a. Setiap gerakan harus mempunyai alasan dan tujuan terapi yang jelas. Jadi
bukan hanya sekedar menyibukan pasien
b. Mempunyai arti tertentu bagi pasien, artinya dikenal oleh atau ada
hubungannya dengan pasien.
c. Pasien harus mengerti tujuan mengerjakan kegiatan tersebut, dan apa
kegunaannya terhadap upaya penyembuhan penyakitnya.
d. Harus dapat melibatkan pasien secara aktif walaupun minimal.
e. Dapat mencegah lebih beratnya kecacatan atau kondisi pasien, bahkan harus
dapat meningkatkan atau setidak-tidaknya memelihara koondisinya.
f. Harus dapat member dorongan agar si pasien mau berlatih lebih giat
sehingga dapat mandiri.
g. Harus sesuai dengan minat, atau setidaknya tidak dibenci olehnya.
h. Harus dapat dimodifikasi untuk tujuan peningkatan atau penyesuaian dengan
dengan kemampauan pasien.
5
6. Faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih aktivitas:
a) Apakah bahan yang digunakan merupakan yang mudah dikontrol, ulet, kasar,
kotor, halus dan sebagainya.
b) Apakah aktivitas rumit atau tidak
c) Apakah perlu dipersiapkan sebelum dilaksanakan
d) Cara pemberian instruksi bagaimana
e) Bagaimana kira-kira setelah hasil selesai
f) Apakah perlu pasien membuat keputusan
g) Apakah perlu konsentrasi
h) Interaksi yang mungkin terjadi apakah menguntungkan
i) Apakah diperlukan kemampuan berkomunikasi
j) Berapa lama dapat diselesaikan
k) Apakah dapat dimodifikasi sedemikian rupa sehingga dapat disesuaikan
dengan kemampuan dan keterampilan pasien, dan sebagainya.
3. Analisa aktivitas
Untuk dapat mengenal karakteristik maupun potensi atau aktivitas dalam
rangka perencanaan terapi, maka aktivitas tersebut harus dianalisa terlebih dahulu.
Hal-hal yang perlu dianalisa adalah sebagai berikut:
a. Jenis aktivitas
b. Maksud dan tujuan penggunaan aktivitas tersebut (sesuai dengan tujuan
terapi)
c. Bahan yang digunakan:
Khusus atau tidak
Karakteristik bahan:
Mudah ditekuk atau tidak
Mudah dikontrol atau tidak
Menimbulkan kekotoran atau tidak
6
7. Licin atau tidak
Rangsangan yang dapat ditimbulkan:
Taktil
Pendengaran
Pembauan
Penglihatan
Perabaan
Gerakan sendi, dan sebagainya
Warna
Macam-macamnya dan namanya
Banyaknya
d. Bagian-bagian aktivitas
Banyaknya bagian
Rumit atau sederhana
Apakah membutuhkan pengulangan
Apakah membutuhkan perhitungan matematika
e. Persiapan pelaksanaan:
Apakah harus dipersiapkan terlebih dahulu
Apakah harus ada contoh atau cukup dengan lisan
Apakah bahan telah tersedia atau harus dicari terlebih dahulu
Apakah ruangan untuk melaksanakan harus diatur
f.
Pelaksanaan
Apakah dalam pelaksanaan tugas ini perlu adanya:
Konsentrasi
Ketangkasan
Rasa social diantara pasien
Kemampuan mengatasi masalah
Kemampuan bekerja sendiri
7
8. Toleransi terhadap frustasi
Kemampuan mengikuti instruksi
Kemampuan membuat keputusan
g. Apakah aktivitas tersebut dapat merangsang timbulnya interaksi diantara
mereka
h. Apakah aktivitas tersebut membutuhkan konsentrasi, ketangkasan, inisiatif,
penilaian, ingatan, komprehensi, dan lain-lain.
i. Apakah aktivitas tersebut melibatkan imajinasi, kreativitas, pelampiasan
emosi dan lain-lain
j. Apakah ada kontra indikasi untuk pasien tertentu. Dalam hal ini harus
bertindak hati- hati, karena dapat berbahaya bagi pasien maupun
sekelilingnya (misalnya untuk pasien dengan paranoid sangat riskan
memberikan benda tajam)
k. Yang penting lagi adalah pakah disukai oleh pasien.
E. Indikasi untuk okupasi terapi
1. Seseorang yang kurang berfungsi dalam kehidupannya karena kesulitankesulitan yang dihadapi dalam pengintegrasian perkembangan psikososialnya
2. Kelainan tingkah laku yang terlihat dalam kesulitannya berkomunikasi dengan
orang lain.
3. Tingkah lau tidak wajar dalam mengekpresikan perasaan atau kebutuhan yang
primitive
4. Ketidak mampuan menginterprestasikan rangsangan sehingga reaksinya
terhadap rangsangan tersebut tidak wajar pula
5. Terhentinya seseorang dalam fase pertumbuhan tertentu atau seseorang yang
mengalami kemunduran
6. Mereka yang lebih mudah mengekspresikan perasaannya melalui suatu
aktivitas dari pada dengan percakapan
8
9. 7. Mereka yang merasa lebih mudah mempelajari sesuatu dengan cara
mempraktikannya dari pada dengan membayangkan
8. Pasien cacat tubuh yang mengalami gangguan dalam kepribadiannya
9. Dan sebagainya
F. proses okupasi terapi yang benar
Dokter yang mengirimkan pasien untuk okupasaiterapi akan menyertakan juga
data mengenai pasien berupa diagnosa, masalahnya dan juga akan menyatakan apa
yang perlu diperbuat dengan pasien tersebut. Apakah untuk mendapatkan data yang
lebih banyak untuk keperluan diagnose, atau untu terapi, atau untuk rehabilitasi
Setelah pasien berada diunit okupasiterapi maka terapis akan bertindak sebagai
berikut:
1. Koleksi data
Data biasa didapatkan dari kartu rujukan atau status pasien yang disertakan
waktu pertama kali pasien mengujungi unit terapi okupasional. Jika dengan
mengadakan interview dengan pasien atau keluarganya, atau dengan
mengadakan kunjungan rumah. Data ini diperlukan untuk menyusun rencana
terapi bagi pasien. Proses ini dapat berlangsung beberapa hari sesuai dengan
kebutuhan.
2. Analisa data dan identifikasi masalah
Dari data yang terkumpul dapat ditarik suatu kesimpulan sementara tentang
masalah dan atau kesulitan pasien. Ini dapat berupa masalah dilingkungan
keluarga atau pasien itu sendiri
3. Penentuan tujuan
Dari masalah dan latar belakang pasien maka dapat disusun daftar tujuan
terapi sesuai dengan prioritas baik jangka pendek maupun jangka panjangnya
4. Penentuan aktivitas
Setelah tujuan terapi ditetapkan maka dipilihlah aktivitas yang dapat mencapai
tujuan terapi tersebut. Dalam proses ini pasien dapat diikut sertakan dalam
9
10. menentukan jenis kegiatan yang kan dilaksanakan sehingga pasien merasa
ikut bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaannya.
Dalam hal ini harus diingat bahwa aktivitas itu sendiri tidak akan
menyembuhkan penyakit, tetapi hanya sebagai media untuk dapat mengerti
masalahnya dan mencoba mengatasinya dengan bimbingan terapis. Pasien itu
sendiri harus diberitahu alasan-alasan mengenai dia harus mengerjakan
aktivitas tersebut sehingga dia sadar dan diharapkan akan mengerjakannya
dengan aktif.
5. Evaluasi
Evaluasi harus dilaksanakan secara teratur dan terencana sesuai dengan tujuan
terapi. Hal ini perlu agar dapat menyesuaikan program terapi selanjutnya
sesuai dengan perkembangan pasien yang ada. Dari hasil evaluasi dapat
direncanakan kemudian mengenai peneyesuain jenis aktivitas yang kan
diberikan. Namun dalam hal tertentu penyesuain aktivitas dapat dilakukan
setelah bebrapa waktu setelah melihat bahwa tidak ada kemajuan atau kurang
efektif terhadap pasien.
Hal-hal yang perlu di evalausi antara lain adalah sebagi berikut:
a. Kemampuan membuat keputusan
b. Tingkah laku selama bekerja
c. Kesadaran adanya orang lain yang bekerja bersama dia dan yang
mempunyai kebutuhan sendiri
d. Kerjasama
e. Cara memperlihatkan emosi (spontan, wajar, jelas, dan lain-lain).
f. Inisiatif dan tanggung jawab
g. Kemampuan untuk diajak atau mengajak berunding
h. Menyatakan perasaan tanpa agresi
i. Kompetisi tanpa permusuhan
10
11. j. Menerima kritik dari atasan atau teman sekerja
k. Kemampuan menyatakan pendapat sendiri dan apakah bertanggung jawab
atas pendapatnya tersebut
l. Menyadari keadaan dirinya dan menerimanya
m. Wajar dalam penampilan
n. Orientasi, tempat, waktu, situasi, orang lain
o. Kemampuan menrima instruksi dan mengingatnya
p. Kemampuan bekerja tanpa terus menerus diawasi
q. Kerapian bekerja
r. Kemampuan merencanakan suatu pekerjaan
s. Toleransi terhadap frustasi
t. Lambat atau cepat
u. Dan lain sebagainya yang dianggap perlu
11
12. BAB II
PELAKSANAAN
1.
Persiapan terapi okupasi
A. Penetuan materi latihan
Materi latihan dipilih dan ditentukan dengan memperhatikan karakteristik
atau cara khas masing – masing klien
B. Penetuan cara atau pendekatan dengan system kelompok / individu
C. Penentuan waktu. Kapan latihan diberikan pagi, siang atau sore hari dan
berapa lamanya.
D. Penetuan tempat disesuaikan dengan keadaan klien, materi latihan dan alat
yang digunakan.
2.
Metode
Okupasiterapi dapat dilakukan baik secara indivisual, maupun berkelompok,
tergantung dari keadaan pasien, tujuan terapi dan lain-lain:
a. Metode individual dilakukan untuk:
Pasien baru yang bertujuan untuk mendapatkan lebih banyak informasi
dan sekaligus untuk evaluasi pasien
Pasien yang belum dapat atau mampu untuk berinteraksi dengan cukup
baik didalam suatu kelompok sehingga dianggap akan mengganggu
kelancaran suatu kelomppok bila dia dimasukan dalam kelompok tersebut
Pasien yang sedang menjalani latihan kerja dengan tujuan agar terapis
dapat mengevaluasi pasien lebih efektif
b. Metode kelompok dilakukan untuk:
Pasien lama atas dasar seleksi dengan masalah atau hamper bersamaan,
atau dalam melakukan suatu aktivitas untuk tujuan tertentu bagi bebrapa
pasien sekaligus.
12
13. Sebelum memulai suatu kegiatan baik secara individual maupun
kelompok maka terapis harus mempersiapkan terlebih dahulu segala
sesuatunya yang menyangkut pelaksanaan kegiatan tersebut.
Pasien juga perlu dipersiapkan dengan cara memperkenalkan kegiatan
dan menjelaskan tujuan pelaksanaan kegiatan tersebut sehingga dia atau
mereka lebih mengerti dan berusaha untuk ikut aktif. Jumlah anggota dalam
suatu kelompok disesuaikan dengan jenis aktivitas yang akan dilakaukan, dan
kemampuan terapis mengawasi.
3.
Waktu
Okupasiterapi dilakukan antara 1 – 2 jam setiap session baik yang individu
maupun kelompok setiap hari,dua kali atau tiga kali seminggu tergantung tujuan
terapi, tersedianya tenaga dan fasilitas, dan sebagainya. Ini dibagi menjadi dua bagian
yaitu ½ - 1 jam untuk menyelesaikan kegiatan-kegiatan dan 1 – 1 ½ jam untuk
diskusi. Dalam diskusi ini dibicarakan mengenai pelaksanaan kegiatan tersebut,
antara lain kesulitan yang dihadapi, kesan mengarahkan diskusi tersebut kearah yang
sesuai dengan tujuan terapi.
4.
Terminasi
Keikut sertaan seseorang pasien dalam kegiatan okupasiterapi dapat diakhiri
dengan dasar bahwa pasien :
Dianggap telah mampu mengatsi persolannya
Dianggap tidak akan berkembang lagi
Dianggap perlu mengikuti program lainnya sebelum okupasiterapi
5.
IMPLEMENTASI
Pertahankan tingkat fungsional klien untuk melakukan aktivitas hidup sehari
– hari.
13
14. Tingkatkan keseimbangan antara istiraha dan aktivitas
Bantu klien untuk berwaspada, gunakan petunjuk dan penguatan yang positif
Pertahankan keadaan fisik yang seimbang
Pertahankan diet yang seimbang dan pastikan asupan cairan yang adekuat
Membuat persediaan oto dan kondisi tubuh umumnya, berfungsi
sebagaimana mestinya sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup.
Pertahankan hubungan social yang baik
Hindari atau batasi situasi yang memalukan secara social dukung dan jaga
martabat pasien.
Kurangi stimulasi lingkungan bila klien cemas.
6.
EVALUASI HASIL
Klien mempertahankan kemampuannya melakukan aktivitas sehari – hari dalam
lingkungan yang berstruktur
Klien menunjukkan perawatan diri yang baik pada segi nutrisi maupun dirinya
Klien menunjukkan hubungan sosialisasi yang baik pada keluarga dan lingkungan
sekitar.
14
15. BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan tentang materi terapi okupasi diatas dapat kami simpulkan
beberapa hal sebagai berikut :
Pengertian : terapi okapasi adalah usaha penyembuhan melalui kesibukan atau
pekerjaan tertentu.
Sasaran : Pemulihan, pengembangan, pemeliharaan fisik, intelektual, social, dan
emosi.
Fisik: Kecepatan bergerak dan kekuatan pemeliharaan daerah gerak sendi kontrol otot
Intelektual: Menyelesaikan masalah yang dihadapi meningkatkan daya kreativitas,
integrasi antara otot dan pengetahuan pasien, ekspresi perasaan klien.
Sosial dan Emosi : Peningkatan hubungan yang sehat di dalam kelompok.
Menjalankan aturan main dalam kelompok, memimpin dan mengikuti kepemimpinan
orang lain.
Tujuan : terapi okupasi tidak hanya sebatas aktivitas fisik, tetapi mencakup
pengembangan intelektual, social, emosi, maupun kreatifitas.
Diversional : Terapi okupasi dapat di gunakan untuk mengalihkan perhatian agar
tidak terjadi neorosis ( kegagalan individu memecahkan masalah atau tuntutan
dimasyarakat yang membuatnya terganggu dalam pemeliharaan maupun penyesuaian
diri )
Pemulihan Fungsional : Membuat persediaan otot, dan kondisi tubuh umumnya
berfungsi sebagaimana mestinya sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup.
Latihan dan Prefokasional. : Memberi peluang persiapan menghadapi tugas,
pekerjaan atau profesi yang sesuai dengan kondisinya.
15
16. B. SARAN-SARAN
Bagi keluarga klien
Berikan dukungan dan support dalam terapi okupasi kepada klien
Dapatkan tim yang jelas tentang tujuan dan tindakan terapi dari tim medis.
Kenali gejala-gejala yang timbul dan segera memerlukan perawatan medis
Bagi perawat atau tim medis
Tetapkan intervensi terapi okupasi sesuai dengan hasil pengkajian
Berikan informasi yang jelas kepada keluarga maupun klien tentang tujuan
dan tindakan yang akan di lakukan.
Berikan penyuluhan mengenai penyebab, gejala, pengobatan dan pencegahan.
16
18. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................
i
DAFTAR ISI ...................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Pengertian okupasi terapi .....................................................................
1
B. Fungsi dan tujuan okupasiterapi...........................................................
2
C. Peranan okupasiterapi/pekerjaan untuk terapi .....................................
3
D. Aktifitas ................................................................................................
4
1. Jenis ...............................................................................................
4
2. Karakteristik aktivita .....................................................................
5
3. Analisa aktivitas ............................................................................
6
E. Indikasi untuk okupasi terapi ...............................................................
8
F. proses okupasi terapi yang benar .........................................................
9
1. Koleksi data....................................................................................
9
2. Analisa data dan identifikasi masalah ............................................
9
3. Penentuan tujuan ............................................................................
9
4. Penentuan aktivitas.........................................................................
9
5. Evaluasi ..........................................................................................
10
BAB II PELAKSANAAN
1. Persiapan terapi okupasi .......................................................................
12
2. Metode..................................................................................................
12
3. Waktu ...................................................................................................
13
4. Terminasi..............................................................................................
13
5. IMPLEMENTASI ................................................................................
13
6. EVALUASI HASIL .............................................................................
14
ii18
19. BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................................................
15
B. Saran-Saran ..........................................................................................
16
DAFTAR PUSTAKA
iii
19
20. KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat taufik
dan inayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“OKUPASI TERAPI “ dalam bentuk dan isinya yang sangat sederhana, semoga
makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan dan petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca dalam pembelajaran kehidupan sehari-hari.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca sehingga kami dapat memperbaiki isi dan bentuk makalah
ini.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalamn yang
kami miliki masih kurang, oleh karena itu kami harap kepada pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
20
i