SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
Download to read offline
1
PERANCANGAN SISTEM KOREKSI LEVEL TRANSMITTER PADA SISTEM PENGENDALIAN
LEVEL SODA WATER DI NET GAS WASH COLUMN C-5-05, PT PERTAMINA (PERSERO) RU V
Riska Utami1)
Totok Soehartanto1)
1) Department of Engineering Physics, Faculty of Industrial Technology
ITS Surabaya Indonesia 60111
Email: keykapurple@gmail.com
2) Department of Engineering Physics, Faculty of Industrial Technology
ITS Surabaya Indonesia 60111
Abstrak
Di dalam net gas wash column C-5-05 dialirkan soda
water guna membersihkan gas H2, dimana gas H2 ini akan
dimanfaatkan untuk make up kompresor. Level hasil
siraman soda water dikontrol agar proses berjalan dengan
baik. Dalam hal ini, terdapat permasalahan pada
pembacaan level soda water, yaitu terjadi perbedaan
pembacaan antara level transmitter (berbasiskan tekanan)
yang nilai densitasnya dibuat tetap (konstan) dengan level
glass (level yang sebenarnya). Diduga level soda water di
column C-5-05 mengalami perubahan densitas sehingga
menyebabkan pembacaan tidak akurat. Oleh sebab itu,
maka dirancanglah sistem koreksi. Sistem koreksi
dirancang berdasarkan error yang dihasilkan dari sinyal
output level transmitter sebelum masuk ke controller.
Perancangan sistem koreksi dibuat dengan
membandingkan sinyal output level transmitter yang benar
dan yang salah ketika diberikan debit input wash water
yang berubah-ubah sehingga diperoleh suatu fungsi. Set
point yang digunakan pada plant untuk mengendalikan
level adalah 40 % (2,432 meter). Dengan menggunakan
sistem koreksi, maka sistem pengendalian level menjadi
lebih baik. Hal ini terbukti dari error yang dihasilkan pada
saat diberikan setpoint 2,432 menjadi 0,29 %, sedangkan
tanpa sistem koreksi adalah 7 %
Kata kunci : net gas wash column C-5-05, level soda
water, sistem koreksi, Matlab Simulink, DP Transmitter.
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Net Gas Wash Column C-5-05 merupakan salah satu
column yang terletak di Pertamina RU V, plant 5 Kilang
Balikpapan 2. Column ini berfungsi untuk menampung gas
H2 yang merupakan hasil dari berbagai proses produksi. Di
dalam column C-5-05, dialirkan soda water guna
membersihkan gas H2, dimana gas H2 ini akan
dimanfaatkan untuk make up kompresor di plant 3. Dalam
hal ini level liquid hasil siraman soda water dikontrol agar
proses berjalan dengan baik, sehingga pada column C-5-05
tersebut besaran fisis yang dikendalikan adalah ketinggian
liquid.
Pada column C-5-05 kondisi yang terjadi adalah tangki
dipasang sebuah alat ukur differensial pressure transmitter
yang bertujuan untuk mengetahui ketinggian level
berbasiskan tekanan (pressure) dan nilai densitas yang
dibuat tetap (konstan). Tetapi pada kenyataannya sering
terjadi gangguan sehingga di plant real terdapat
ketidakakuratan pembacaan level transmitter terhadap level
glass meskipun selalu dilakukan kalibrasi pada level
transmitternya. Sehingga orang lapangan selalu melihat
level glass untuk mendapatkan pengukuran yang akurat.
Padahal diketahui bahwasanya pembacaan level
transmitter yang akurat sangat diperlukan karena level
yang akan dikontrol pada column C-5-05 yang akan
dikirimkan ke DCS merupakan data hasil pengukuran dari
level transmitter.
Ketidakakuratan pembacaan level tersebut diduga
karena adanya perubahan volume wash water yang masuk
sedangkan injection soda konstan sehingga terjadi
perubahan komposisi soda water yang terakumulasi dan
mengakibatkan densitas pada soda water berubah-ubah.
Perubahan densitas soda water yang terakumulasi inilah
yang diduga mengakibatkan pembacaan tekanan
hidrostatisnya berubah. Differensial pressure transmitter
bekerja berdasarkan prinsip beda tekanan di antara tekanan
high dan tekanan low yang kemudian direpresentasikan
dengan persen sehingga didapatkan pembacaan level tanpa
memperhatikan pengaruh perubahan densitas. Adanya
perubahan densitas sehingga Phidrostatik berubah disebabkan
karena adanya perubahan volume wash water. Hal itu
dikarenakan debit input wash water pada column berubah-
ubah sesuai dengan yang diperintahkan kontroler sehingga
diperlukan perancangan sistem koreksi untuk mengukur
level soda water pada net gas wash column C-5-05 agar
akurat.
Untuk itu dilakukan sebuah penelitian agar dapat
menyelesaikan masalah dalam pembacaan data level soda
water di column C-5-05 dengan cara membuat program
koreksi untuk pembacaan level berdasarkan perubahan
volume wash water yang masuk di dalam column. Dalam
tugas akhir yang berjudul Perancangan Sistem Koreksi
Untuk Mengukur Level Soda Water Pada Net Gas Wash
Column C-5-05 di PT Pertamina (Persero) RU V akan
dikaji mengenai permasalahan tersebut.
1.2 Perumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas adalah bagaimana
merancang sistem koreksi untuk memperbaiki hasil
pengukuran level soda water pada net gas wash column
C-5-05 di PT Pertamina (Persero) RU V
1.3 Batasan Masalah
Pada penelitian ini, ada beberapa batasan yang akan
membatasi permasalahan yang telah ditetapkan, adapun
batasan tersebut antara lain:
1. Pengendalian level pada net gas wash column C-5-05
adalah untuk mengendalikan level soda water,
dimana ketika terjadi perubahan komposisi soda
water yang masuk akibat perubahan debit input wash
2
water maka akan terjadi perubahan densitas sehingga
berpengaruh pada pembacaan DP transmitter
2. Sensor level yang digunakan adalah Differensial
Pressure Transmitter yang menggunakan prinsip beda
tekanan
3. Debit gas H2input dan debit gas H2output adalah konstan
4. Perubahan tekanan yang terbaca pada tangki
merupakan tekanan hidrostatis, sehingga meski ρgas
fungsi waktu, akan saling menghilangkan berdasarkan
fungsi DP transmitter
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah akan
dirancang sebuah sistem koreksi untuk memperbaiki
hasil pengukuran level soda water pada net gas wash
column C-5-05 di PT Pertamina (Persero) RU V
Manfaat yang diharapkan dari penelitian tugas
akhir ini adalah dapat membantu memberikan solusi
masalah ketidakakuratan pengukuran level pada net
gash wash column C-5-05 di PT Pertamina (Persero)
RU V dengan merancang sebuah sistem koreksi di
plant tersebut.
II. DASAR TEORI
2.1 Net Gas Wash Column C-5-05
PT. Pertamina (Persero) RU V merupakan salah unit
pengolahan minyak dan gas bumi yang terdapat di
Indonesia. Crude oil diolah hingga menghasilkan berbagai
produk yang dapat digunakan oleh konsumen, seperti avtur,
premium, kerosene, dan lain-lain.Gas hidrogen merupakan
hasil samping dari berbagai proses pengolahan yang akan
dimanfaatkan untuk make up kompresor. Sebelum
dimanfaatkan, gas hidrogen tersebut dilewatkan terlebih
dahulu di dalam net gash wash column. Net gas wash
column merupakan kolom yang berfungsi untuk mengubah
sifat keasaman gas dengan cara menyemprotkan fluida cair
yang dapat membuat sifat gas berubah seperti yang
dinginkan.
Dalam hal ini, net gas yang berasal dari recontact
drum C-5-04, masuk ke dalam net gas wash column C-5-
05. Net gas wash column C-5-05 didesain untuk
menghilangkan jumlah kandungan dari asam hydrochrolic
yang terkandung pada net gas (gas hidrogen/gas H2). Net
gas yang berupa gas H2 yang masih mengandung asam
klorid masuk ke column C-5-05 dan dinjeksi dengan soda
water. Soda water inilah yang berfungsi agar kandungan
asam pada net gas hilang. Setelah tidak ada kandungan
asam klorida, maka net gas tersebut dapat di trasnsfer untuk
make up kompresor pada Hydrocracker dan Naphta
Hydrotreater.
2.2 Hidrogen dan Soda
2.2.1 Hidrogen
Hidrogen (bahasa Latin: hydrogenium, dari bahasa
Yunani: hydro: air, genes: membentuk) adalah unsur kimia
dimana pada tabel periodik yang memiliki simbol H dan
nomor atom 1. Hidrogen adalah unsur teringan di
dunia.Hidrogen juga merupakan unsur paling melimpah
dengan persentase kira-kira 75% dari total massa unsur
alam semesta. Kebanyakan bintang dibentuk oleh hidrogen
dalam keadaan plasma.
2.2.2 Soda.
Soda merupakan sodium bi-karbonat murni yang
memiliki rumus kimia yaitu NaHCO3. Soda adalah garam
kimia yang punya beragam fungsi. Soda bersifat basa
lemah sehingga berguna untuk menetralisasi asam dan
memecah protein. Soda bersifat basa lemah sehingga
berguna untuk menetralisasi asam dan memecah protein..
2.3 Plant Net Gas Wash Column Berdasarkan
Hukum Kesetimbangan Massa
2.3.2 Kesetimbangan Massa
Hukum kekekalan massa atau dikenal juga sebagai
hukum Lomonosov-Lavoisier adalah suatu hukum yang
menyatakan massa dari suatu sistem tertutup akan konstan
meskipun terjadi berbagai macam proses di dalam sistem
tersebut. Kesetimbangan laju massa untuk mengontrol
volume dapat ditunjukkan pada gambar di bawah ini
Gambar 2.1 Kontrol Volume dengan 1 input 1 output [2]
Gambar di atas menunjukkan sebuah volume yang
dikontrol melalui laju massa input dan laju massa output.
Apabila diterapkan untuk kontrol volume, prinsip
konservasi massa dapat dituliskan sebagai berikut:
(2.1)
Massa yang terkandung didalam suatu sistem dapat
ditunjukkan dengan , sehingga prinsip konservasi
massa dapat dituliskan sebagai berikut:
(2.2)
Dimana
jumlah perubahan laju massa dalam sebagai
kontrol volume dalam suatu sistem
Laju massa input
Laju massa output
Secara umum, pada saat sistem terdiri dari beberapa
laju input dan beberapa laju output yang akan dapat
mempengaruhi kontrol volume dalam suatu sistem, dapat
ditulis sebagai berikut:
(2.3)
Seperti yang telah disebutkan pada teori di atas
bahwa pendekatan model matematis menggunakan
persamaan ketimbangan massa, dimana massa yang
terakumulasi merupakan selisih laju massa input dengan
laju massa output. dengan mengetahui massa yang
terakumulasi didalam sistem maka mekanisme perubahan
massa per satuan waktu dapat dihitung[1].
(2.4)
[ ] [ ] [ ]outinakumulasi flowrateflowrateflowrate −=
3
Berikut merupakan pemodelan plant net gas wash
column berdasarkan hukum kesetimbangan massa :
••
−= oi mm
dt
dm (2.5)
ogasoSWigasisodaiwater
gasgasswsw
mmmmm
dt
VVd
−−++=
+ •••)( ρρ (2.6)
Dimana:
dt
dm
= akumulasi massa dalam kolom
•
im = Mass flow input
•
om = Mass flow output
•
iwaterm = mass flow water input (kg/jam)
•
isodam = mass flow soda input (kg/jam)
•
igasm = mass flow gas input (kg/jam)
•
oSWm = mass flow sodawater output (kg/jam)
•
ogasm = mass flow gas output (kg/jam)
SWρ = density soda water (kg/m3
)
gasρ = density gas (kg/m3
)
SWV = volume soda water dalam kolom (m3
)
gasV = volume gas dalam kolom (m3
)
2.3 Massa Jenis (Density)
Massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan
volume benda. Semakin tinggi massa jenis suatu benda,
maka semakin besar pula massa setiap volumenya. Massa
jenis rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi
dengan total volumenya. Karena adanya variasi volume
yang masuk, maka dapat menyebabkan komposisi yang ada
dalam fluida berubah sehingga menyebabkan density fluida
berubah
Berikut persamaan yang menunujukkan hubungan
massa dengan volume:
(2.8)
(2.9)
Berdasarkan persamaan di atas menunjukkan bahwa
perubahan volume akan mempengaruhi perubahan
komposisi fluida yang akan berdampak pada perubahan
density (ρ) zat tersebut dan berujung kepada perubahan
tekanan (P). Berdasarkan persamaan
(2.10)
Dimana:
P = Tekanan
V = Volume
T = Temperature
R = tetapan gas
Dari persamaan di atas dapat disimpulkan bahwa ρ ≈ 1/T
dan ρ ≈ P
2.4 Level Transmitter
Level transmitter berfungsi untuk mendeteksi tingkat
zat yang mengalir, termasuk cairan, slurries, granular
material, dan bubuk[3]
. Jenis level transmitter yang
digunakan di PT Pertamina (Persero) RU V adalah
differential pressure transmitter, seperti pada gambar di
bawah
Gambar 2.2 Differential Pressure Transmitter[3]
2.4.1 Diferensial Pressure Transmitter
Differential pressure transmitter, bekerja
berdasarkan 2 prinsip beda tekanan. Transmitter yang
banyak digunakan untuk mengukur ketinggian suatu fluida
didalam tangki adalah differential pressure transmitter
(DP transmitter). Prinsip kerja DP -Transmitter
berdasarkan keseimbangan gaya dua masukan yang
berbeda tekanan atau yang biasanya disebut Hidrostatic
Head.. Prinsip pembacaan perbedaan tekanan di dalam
tangki tergantung pada nilai high pressure (HP) dan low
pressure (LP) pada tapping point yang telah ditentukan,
sehingga dapat disimpulkan bahwa DP transmitter
mengukur tekanan hydrostatic dari fluida yang ada di
dalam tangki dan hydrostatic head dinyatakan dalam
tekanan dengan persamaan:
Dimana:
P = tekanan hydrostatic Head (mmH2O)
ρ = fluid density (kg/m3
)
g = konstanta gravitasi
h = level fluida (m)
Sehingga untuk tangki tertutup:
(2.11)
(2.7)
4
)
1
1(
)(
)(
sT
K
sE
sU
i
p +=Gambar 2.3 Pengukuran Level dengan Differential
Pressure Transmitter [4]
Berikut adalah gambaran umum singkat mengenai
pemasangan differential pressure transmitter [4]
:
• High Pressure dihubungkan pada tangki bagian
bawah yang berfungsi sebagai tekanan terukur.
• Low Pressure dihubungkan pada tangki bagian
atas sebagai tekanan referensi.
• Pada tekanan referensi berisi tekanan berupa gas
atau uap, bukan menggunkan cairan/fluida yang
ada dalam tangki.
• kaki referensi harus dipertahankan kering sehingga
tidak ada tekanan yang disebabkan oleh fluida cair
(2.12)
(2.13)
Berikut merupakan differential pressure transmitter
yang digunakan pada net gash wash column C-5-05.
Beserta spesifikasinya:
Gambar 2.4 Differential Pressure Transmitter
Berikut adalah spesifikasi dari Differential Pressure
Transmitter yang di dapat dari data lapangan
Spesifikasi :
Ins tag no :05-LT-123
Type : D/P Transmitter FKCT35V5
Manufactur : Fuji
Range : 0-10000 mmH2O
Power Supply : 45 volt DC max
Output : 4-20 mA
Mwp : 160 Kgcm2
Actual Range : - 500 mmH2O (0%) hingga -4000
mmH2O (100%)
Differential Pressure (DP) transmitter berkerja
berdasarkan selisih perbedaan tekanan antara sisi high dan
low. Karena tekanan yang menjadi parameter utama dari
transmitter, tentu saja density yang bervariasi akan
mempengaruhi pembacaan transmitter yang berkerja
berdasarkan perbedaan tekanan.
2.5. Sistem Pengendalian Level Kendali PI
Level merupakan hal yang sangat cepat mengalami
perubahan, sehingga dalam proses apapun level menjadi hal
yang penting untuk dikendalikan[2]
. Kendali PI merupakan
sebuah aplikasi dari rangkaian kendali yang menggunakan dua
buah komponen sekaligus yaitu kendali proporsional dan kendali
integral[1]
. Kendali jenis ini digunakan untuk mendapatkan respon
transien dan respon steady state. Di bawah ini adalah persamaan
umum dari PID kendali :
(2.14)
atau fungsi transfer dari proporsional-integral-derivatif
kendali adalah :
(2.15)
2.6 Faktor Koreksi
Faktor koreksi adalah faktor penyesuian dari
kondisi ideal ke kondisi sebenarnya untuk suatu variable
tertentu (MKJI, 1996). Dalam sistem pengendalian level
soda water pada net gas wash column C-5-05 terdapat
ketidaksesuaian antara pembacaan pada level glass dan
level transmitter sehingga diperlukan faktor koreksi untuk
memperbaiki kesalahan pembacaan tersebut. Perbaikan
kesalahn pembacaan level melalui sistem koreksi yang
dibuat, sangatlah penting, karena pembacaan level
transmitter harus tepat agar manipulasi variabel yang
bekerja atas perintah controller juga sesuai dengan
keadaan real plant.
III. PEMODELAN DAN PERANCANGAN SISTEM
3.1 Alur Penelitian
Berikut merupakan tahapan - tahapan yang dilakukan
pada penelitian ini dapat dijabarkan melalui flowchart
berikut.
∫+=
t
i
p
p dtte
T
K
teKtu
0
)()()(
5
Mulai
Tinjauan Lapangan Penyebab Terjadinya Ketidakakuratan
Pembacaan Level
Studi Literatur Sistem Pengukuran Level di Kolom C-5-05
1.Karakteristik dari Kolom C-5-05
2. Alat ukur D/P Transmitter
3. Perubahan Densitas Terhadap Perubahan Komposisi Dalam Hal
Ini Volume yang Masuk
Pengambilan Data Spesifikasi Kolom,D/P Transmitter dan Alat-Alat
Instrument Lain Yang Berkaitan dengan Proses Tersebut
Perancangan dan Simulasi Sistem Plant Net Gash Wash Column C-
5-505 dengan ρ (densitas) sebagai Fungsi Komposisi yang Masuk
Berdasarkan Volume Water yang Masuk
1
Simulasi Perkomponen Sistem Pengendalian Level Pada Net Gas
Wash Column C-5-05
Perancangan Sistem Pengkoreksian Pengukuran dengan Differential
Pressure Transmitter
Pemrograman Simulasi Pengukuran Level Air Soda dengan
Mempergunakan Faktor Koreksi
Analisa Hasil Simulasi
Penyusunan Laporan
Selesai
Ya
Simulasi Hasil Perancangan Berjalan Sesuai
1
Tuning PI Kontroller Dengan Metode Osilasi
Gambar 3.1 Alur Penelitian
Tahap pertama yang dikerjakan adalah tinjauan
lapangan dengan melakukan pemantauan DP transmitter
yang terpasang pada net gas wash column C-5-05 selaku
alat ukur level pada kolom C-5-05 dan data-data lain yang
berkaitan dengan proses pada kolom C-5-05, seperti data
pompa dan data kolom. Setelah itu dilanjutkan dengan
pembuatan model matematis densitas terhadap perubahan
komposisi soda water akibat dari perubahan volume wash
water yang masuk untuk mendapatkan nilai densitas
sebenarnya yang digunakan untuk menghitung nilai level
yang lebih akurat pada kolom C-5-05. Untuk mendapatkan
level yang akurat maka dilakukan pemodelan plant
menggunakan hukum kesetimbangan massa sesuai dengan
akumulasi soda water dan gas H2 yang terdapat didalam
kolom. Untuk mengetahui nilai densitas sesungguhnya dari
pemodelan tersebut, maka dilakukan sebuah simulasi
dengan menggunakan bantuan software MatLab. Setelah
didapatkan nilai level yang sebenarnya, dilakukan
pengujian perbandingan antara data level serta data output
berupa arus setelah melewati LT123 dan sebelum melewati
LT 123 untuk mengetahui nilai dari setiap keadaan
sehingga dapat dibuat sebuah faktor koreksi pembacaan
yang akurat dan diharapkan hasil pembacaan pada
differensial level transmitter dapat sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya. Selanjutnya adalah dilakukan analisa
terhadap hasil simulasi yang telah dibuat.
6
3.2 Sistem Pengendalian Level Pada Net Gas Wash
Column C-5-05
Net Gas Wash Column C-5-05 merupakan salah satu
column yang digunakan untuk melewatkan gas H2. Di
dalam Net Gas Wash Column, gas H2 disiram dengan soda
water guna untuk menetralisir sifat asam gas H2 sehingga
gas H2 dapat dimanfaatkan untuk make up kompresor di
plant 3. Di dalam net gas wash column, level soda water
dikendalikan guna memperoleh hasil gas H2 yang
maksimal.
Gambar 3.2 Net Gas Wash Column C-5-05
Level soda water di dalam net gas wash column
dikontrol sebesar 40% dari taping point bawah hingga
taping point atas. Pada net gas wash column terdapat 3
inputan yaitu gas H2, injection soda, dan wash water serta
terdapat 2 outputan yaitu, gas H2 yang telah dinetralisasi
dan soda water.
3.2.1SistemPengendalian Level Yang Ada Saat Ini
ColumnC-5-05
Soda
Water
GasH2
Q3
G-8 G-9
G-5
V-7
I-4
LT
123
I-5
LIC
123
CausticInjectionSoda WashWater
Q6
Plow
Phigh
V-5
V-4
I-6
LG
123
22960 m3
/jam
H2Netgas
33000 m3
/jam
H2fromC04
Q4
Q7
Q8
Q2
R2
R1
Q1
ρ2 , H2
ρ(t), H1
ρa
ρs
Gambar 3.3 P&ID Sistem Pengendalian Level
Berdasarkan P&ID di atas, diagram blok dari sistem
pengendalian level dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 3.4 Diagram Blok Sistem Pengendalian Level
Berdasarkan diagram blok di atas, dapat diketahui
bahwa flow rate masukan dapat dikatakan sebagai load.
Dalam mengendalikan prosesnya, sistem pengendalian
yang ada telah dilengkapi dengan controller.
3.2.2 Sistem Pengendalian Level Dengan Penambahan
Faktor Koreksi
Column C-5-05
Soda
Water
Gas H2
Q3
G-8 G-9
G-5
V-7
I-4
LT
123
I-5
LIC
123
Caustic Injection Soda Wash Water
Q6
Plow
Phigh
V-5
V-4
I-6
LG
123
22960 m3
/jam
H2 Netgas
33000 m3
/jam
H2 from C04
Q4
Q7
Q8
Q2
R2
R1
Q1
ρ2 , H2
ρ(t), H1
ρa
ρs
Gambar 3.5 Desain Sistem Pengendalian Level yang
dilengkapi Faktor Koreksi
Gambar diatas merupakan sistem pengendaliam level
pada net gas wash column C-5-05 yang akan dilengkap
dengan sistem koreksi. Masukan dalam sistem yang berupa
debit input wash water yang bervariasi berperan sebagai
load, karena variasi masukan tersebut mengakibatkan
perubahan density yang sangat mempengaruhi akumulasi
level setiap detiknya.
Plow =ρ.g.hρ = mtotal /voltotal
Aktuator
(Pompa G-09A)
Controller
Level Pada Net
Gash Wash Column
Level Transmitter
Load (density)
e+
-
PVu MV
Q7inp wash
water
+
-
SP
Aktuator
(Pompa G-09A)
Controller
Level Pada Net
Gash Wash Column
Level Transmitter
Load (density)
e+
-
PVu MV
Q7inp wash
water
+
-
SP
7
3.3 Model Matematis Komponen
Pada sub-bab berikut akan dijabarkan model
matematis perkomponen sesuai dengan diagram blok
sistem pengendalian level pada net gas wash column seperti
pada gambar 3.5 di atas.
3.3.1 Pemodelan Net Gas Wash Column C-5-05
Seperti apa yang telah dijelaskan di Bab sebelumnya
mengenai pemodelan plant net gas wash column C-5-05
maka didapatkan model sebagai berikut :
Pemodelan Net Gas Wash Column C-5-05
(3.1)
(3.2)
(3.3)
(3.4)
(3.5)
(3.6)
(3.7)
(3.8)
Penyelesaian:
Subtitusi persamaan 2 dan 3 ke persamaan 1
] (3.9)
Subtitusi persamaan 4 ke persamaan 8
(3.10)
(3.11)
(3.12)
Dimana :
Debit input gas H2 = 33000 m3
/jam
Debit output gas H2 = 22900 m3
.jam
Debit output soda water = 0,45 m3
/jam
Debit soda water yang direcycle
Debit caustic injection soda = 0,042 m3
/jam
Debit caustic injection soda + soda water
yang di recycle
Debit wash water (dikendalikan sebagai
manipulasi)
Densitas soda water intank (fungsi waktu)
Densitas gas H2 rata-rata = 0,00880 kg/m3
Densitas wash water = 1000 kg/m3
Densitas caustic injection soda = 1089,5
kg/m3
Tinggi soda water in column (dikendalikan
dengan set point 40 % dari taping point atas
(2,432m)
Tinggi gas H2 in column
dari data = 5,40444444
dari data = 0,00028606
Melalui model matematis plant pada persamaan 3.13,
maka dilakukan wiring dengan menggunakan simulink
yaitu sebagai berikut :
Gambar 3.6 Wiring Net Gas Wash Column C-5-05
Dalam hal ini Q7 yang merupakan debit input wash water
yang masuk ke dalam kolom bervariasi sehingga
menyebabkan density soda water di dalam kolom berubah-
ubah. Sehingga pada subsytem wiring pemodelan plant di
atas, terdapat fungsi density sesuai dengan komposisi
masukan sebagai berikut:
8
(3.14)
(3.15)
(3.61)
(3.17)
Dimana:
Volume water awal dalam column
Volume soda awal dalam column
Volume injection soda input (konstan)
Volume wash water input (dikendalikan
melalui debit wash water input)
3.3.2 Level Transmitter (05-LT- 123)
Adapun span variable terukur merupakan hasil
perhitungan spesifikasi dari range transmitter sehingga
pemodelan matematis pada level transmitter adalah
sehingga pemodelan matematis pada level transmitter LT
123 yaitu sebagai berikut :
( ) 6,1
10
420
=
−
=
m
mA
Kt
(3.22)
sekonsekont .0112.16,1
100
3,62
=×=τ (3.18)
Sehingga, pemodelan matematis dari LT-123 adalah :
(3.19)
Dalam hal ini LT 123 menggunakan prinsip beda tekanan
sesuai dengan prinsip kerja DP transmitter yaitu :
(3.20)
-Plow (3.21)
(3.22)
Dalam hal ini, ρ yang terbaca pada DP transmitter konstan
sedangkan yang terdapat pada plant berubah-ubah.
Sehingga pemodelan matematis level transmitter pada
khususnya LT-123 adalah sebagai berikut:
(3.23)
= (3.24)
Sehingga, wiring dari DP transmitter LT 123 adalah
sebagai berikut:
Gambar 3.7 Wiring LT -123
3.4 Perancangan Faktor Koreksi Level Soda Water
System faktor koreksi ini dikembangkan dalam
bentuk program berdasar model matematik yang berada
dalam controller sehingga dalam kerjanya nilai density
soda water yang terbaca pada akan menjadi perhitungan
untuk mendapatkan nilai akumulasi level yang dan akan
menjadi pertimbangan bagi controller dalam menentukan
debit input pompa -09A yang mengalirkan wash water.
Alur berpikir dari perhitungan faktor koreksi level adalh
sebagai berikut.
Mulai
Baca Data D/P
Transmitter
Faktor perubahan
Komposisi soda
water
Perhitungan Volume
water yang masuk
Perhitungan Perubahan Densitas
soda water yang Diakibatkan
Perubahan Volume water
Perhitungan
Phidrostatis Selesai
Perhitungan Beda
Tekanan
Bandingan perhitungan beda
tekanan dengan yang
densitasnya konstan
Level akurat
Koreksi Sinyal
output D/P
transmitter
Gambar 3.8 Alur Berfikir Perhitungan Faktor Koreksi
Level
Gambar di atas merupakan alur berfikir dalam
perhitungan faktor koreksi level soda water. Pertama, level
yang ada pada column akan dibaca oleh DP transmitter
berdasarkan perbedaan tekanan, kemudian manipulated
variabel yaitu pompa bekerja berdaarkan perintah
kontroller berdasarkan informasi dari DP transmitter.
Dalam hal ini, maka terjadilah perubahan volume wash
water akibat input wash water yang bervariasi.
3.5 Perancangan Sistem Open Loop Pada Net Gas
Wash Column C-5-05
Setelah memodelkan perkomponen, maka akan di
dapatkan wiring open loop pada sistem pengendalian
net gas wash column C-5-05 seperti pada gambar di
bawah ini.
1
6,1
+
=
sL
L
ox
oy
9
Gambar 3.9 Wiring Sistem Open Loop Net Gas Wash
Column C-5-05
Gambar di atas merupakan rangkaian sistem open
loop pada plant net gas wash column C-5-05. Inputan yang
diberikan berasal dari pompa sebagai debit wash water
input. Dalam hal ini pompa inputan pompa berupa tegangan
sehingga diuji dengan inptan step sebesar 190, dimana
tegangan tersebut mereprentasikan debit pompa sebesar 50
% sesuai dengan spect pompa yang ada. Dalam uji ini
terlihat nilai level kurang lebih sebesar 3 m yang
menunjukkan bahwa input yang diberikan sesuai dengan
output yang diberikan (dalam kondisi real di lapangan).
Selain itu dilakukan juga pengujian dengan level
transmitter LT123 dengan dengan plant net gas wash
column C-5-0, Seperti pada gambar di bawah ini:
Gambar 3.10 Wiring Sistem Open Loop Net Gas Wash
Column C-5-05 Dengan Pengujian LT
Dari gambar di atas dilakukan pengujian dengan
mengubah-ubah debit input wash water. Terlihat
bahwasnya dengan mengubah-ubah debit, maka terjadi
perubahan level dan setiap perubahan level yang masuk dan
keluar dari level transmitter, tidak sesuai, sehingga dalam
hal ini diperlukan perancangan sistem koreksi untuk
outputan level transmitter sebelum masuk ke controller.
3.6 Perancangan Sistem Koreksi.
Faktor koreksi dibangun berdasarkan data hasil
simulasi error dari sinyal output level transmitter berupa
arus terhadap debit masukan dari wash water.
Dari data di dapatkan persamaan:
(3.25)
Sehingga untuk memasukkan error ke dalam
persamaan transmitter:
(3.26)
(3.27)
Dimana:
y= sinyal output transmitter setelah dikoreksi
x= debit input wash water
Gambar 3.11 Wiring Koreksi
Perancangan sistem koreksi dibuat berdasarkan
kesalahan pembacaan pada level transmitternya. Ketika
debit wash water diubah-ubah, maka level pun ikut
berubah. Pembacaan level sebelum dan sesudah keluar dari
level transmitter tidak sesuai begitu juga dengan outputan
level tranmitter yaitu arus.
3.7 Perancangan Sistem Open Loop Setelah Diberikan
Faktor Koreksi
Berikut adalah wiring sistem open loop setelah
diberikan sistem koreksi.
Gambar 3.12 Wiring Sistem Open Loop Net Gas Wash
Column C-5-05 Dengan Pengujian LT dengan Sistem
Koreksi
Setelah ditambahkan sistem koreksi, pembacaan level
oleh level transmitter dapat menjadi lebih akurat.
3.8 Perancangan Sistem Close Loop Pada Net Gas
Wash Column C-5-05 dengan Sistem Koreksi.
Berikut adalah wiring sistem close loop setelah
diberikan faktor koreksi.
10
Gambar 3.13 Wiring Sistem Close Loop Net Gas Wash
Column C-5-05 Dengan Sistem Koreksi
Gambar diatas merupakan wiring sistem
pengendalian level pada net gas wash column C-5-05
setelah ditambahkan factor koreksi
IV. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengujian Model Dinamik Komponen Penyusun
System Pengendalian level Soda Water
Sebelum dilakukan pengujian secara menyeluruh,
maka dilakukan pengujian untuk masing-masing komponen
penyusun system pengendalian level pada pada net gas
wash column C-5-05.
4.1.1 Net Gas Wash Column C-5-05
Pada simulasi uji step net gas wash column C-5-05,
sinyal masukan direpresentasikan sebagai laju wash water
input yang keluar dari pompa G-09A. Pemberian sinyal uji
step dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kelogisan dari
model matematis net gas wash column C-5-05, sehingga
nantinya dapat diketahui apakah model matematis yang
telah dibuat sudah merepresentasikan model yang
sebenarnya atau tidak.
Gambar 4.1Simulasi uji step pada Net Gas Wash Column
C-5-05
Berikut adalah grafik respon uji step level pada net
gas wash column C-5-05
0 10 20 30 40 50 60
0
1
2
3
4
5
6
Waktu(jam)
LevelSodaWater(m)
Respon Sistem Level Soda Water
Gambar 4.2 Grafik respon uji step level pada Net Gas
Wash Column C-5-05
Garfik respon di atas diuji step dengan debit
maksimum pompa yaitu sebesar 0,85 m3
/jam. Dapat
terlihat bahwa, apabila pompa mengalirkan debit
maksimum, maka ketinggian level yang dapat tercapai
adalah sekitar 5,861 m.
Berdasarkan hasil simulasi sinyal uji step, dapat
diamati pada
grafik bahwa untuk debit wash water minimum yaitu
sebesar 0 m3
/jam, level soda water yang dihasilkan pada
net gas wash column C-5-05 adalah sekitar 0,6 m. Hal ini
dikarenakn sebelum gas H2 masuk pada kolom (system
belum berjalan), kondisi awal kolom sudah berisi soda
water sedangkan untuk debit wash water maksimum yaitu
sebesar 0,85 m3
/jam, level soda water yang dihasilkan pada
net gas wash column C-5-05 adalah 5.356 m. Dari grafik
diatas juga dapat diamati bahwa setiap masukan wash
water akan mempengaruhi akumulasi level soda water.
Untuk memudahkan pengamatan dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 4.1 Akumulasi Level pada Net Gas Wash Column C-
5-05
No Debit Wash Water
(m3
/jam)
Level Soda Water
(m)
1. 0,1 0,9991
2 0,2 1,647
3 0,3 2,296
4 0,4 2,944
5 0,5 3,592
6 0,6 4,24
7 0,7 4,888
8 0,85 5,861
Tabel di atas menunjukkan bahwa apabila diberikan
input step yang bervariasi maka level soda water yang
terakumulasi juga bervariasi, dimana debit wash water
sebanding dengan akumulasi level soda water.
4.1.2 Level Tranmitter (LT 123)
Berikut akan dilakukan pengujian level transmitter
(LT123) jenis DP transmitter, dimana prinsip kerjanya
berdasarkan perbedaan tekanan yang tidak dipengaruhi
oleh density (density dibaca konstan).
11
Gambar 4.3 Simulasi uji step DP Transmitter LT 123
Dalam simulasi ini, inputan LT 123 berupa level dan
output berupa arus. Dengan range input 0-10 m dan output
4-20 mA.
0 10 20 30 40 50 60
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Waktu
Level(meter)
Gambar 4.4 Grafik respon Step input Uji LT 123
Dari grafik di atas terlihat bahwa, pembacaan LT
sesuai dengan inputan yang diinginkan yaitu sebesasr 10
meter. Tidak terjadi kesalahan pembacaan.
0 10 20 30 40 50 60
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
waktu
Arus(mA)
Gambar 4.5 Grafik respon Step output Uji LT 123
Selain itu terlihat juga output dari level transmitter yang
ditunjukkan pada grafik di atas yaitu sebesar 20 mA. Jadi
dapat dikatakan bahwa ketika diberikan input step
maksmimum pada level transmitter yaitu sebesar 10 m,
maka output dari level transmitter menunjukkan angka 20
mA. Hal ini berarti menunjukkan performa level
transmitter adalah baik.
4.2 Uji Open Loop Pada Net Gas Wash Column C-5-
05
Dalam hal ini uji open loop dilakukan dengan
menambahkan level transmitter pada plant, dimana ketika
plant mengalkami perubahan density sesuai dengan volume
wash water yang masuk.
Gambar 4.6 Simulasi uji step Open Loop
Dalam hal ini, diberikan nilai step maksimum dari
debit input ya mungkin pada plant sesuai dengan
spesifikasi pompa G-09A, yaitu sebesar 0,85 m3
/jam.
0 10 20 30 40 50 60 70
0
1
2
3
4
5
6
Waktu
Level(meter)
Level sebelum melewati LT 123
Level Setelah Melewati LT 123
Gambar 4.7 Simulasi uji step Hasil Level
Dari grafik di atas terlihat bahwa ketika diberi debit
input maksimum sebesar 0,85 m3
/jam maka level yang
dihasilkan pada plant sebesar 5,861 m. Tetapi setelah
melewati level transmitter, level yang dihasilkan
adalah sebesar 5,452 m. Dalam uji close loop, dilakukan
percobaan dengan mengubah-ngubah debit input yang
masuk dan data hasil simulasi dapat dilihat pada tabel
dibawah ini
12
Tabel 4.2 Data Simulasi Matlab Net Gas Wash Column C-
5-05
Pada tabel di atas menunjukkan ketika diberikan
peubahan debit, maka terjadi perubahan pembacaan level
pada saat sebelum dan setelah masuk dari level transmitter
LT 123. Dapat dilihat bahwa semakin tinggi kenaikan level
, maka error yang dihasilkan semakin besar. Terdapat error
rata-rata yaitu sebesar 6,19 %, dimana error tersebut telah
mencapai di luar batas toleransi. Untuk ketinggian level
2,432 (sesuai dengan set point) dapat dilihat bahwa error
yang terjadi sekitar 6,33 %. Oleh sebab itu, maka
diperlukan sistem koreksi untuk memperbaiki pembacaan
dari level transmitter.
4.3 Uji Open Loop Pada Net Gas Wash Column C-5-
05 Setelah ditambahkan Faktor Koreksi
Perancangan sistem koreksi dibuat berdasarkan error
dari sinyal output level tranmitter. Berdasarkan data-data
yang telah dijui dari hasil simulasi diketahui bahwa
semakin debit wash water yang diberikan maka semakin
besar juga error yang dihasilkan oleh level transmitter
Gambar 4.8 Grafik Error Sinyal output LT123 terhadap
Debit Masukan
Dari grafik di atas terlihat bahwa semakin besar
debit wash water, maka semakin besar koreksi yang
diberikan. Hal ini menandakan bahwa semakin besar juga
eror yang. Hal ini jelas, karena semakin banyak wash water
yang masuk, maka density plant semakin manjauhi dari
sensity awal yang terbaca oleh DP transmitter. Dari data-
data tersebut makan dirancang sebuah faktor koreksi
melalui fungsi seperti yang telah dijelaskan pada sub bab
3.6
Setelah dirancang sistem koreksi, maka dilakukan
uji open loop kembali seperti pada gambar di bawah ini:
Gambar 4.9 Uji Open Loop Plant Net Gash Wash Column
C-5-05 Dengan Sistem Koreksi
Dari uji open loop di atas maka didapatkan grafik
sinyal output dari level trasnmitter seperti pada gambar di
bawah ini:
0 10 20 30 40 50 60 70
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
waktu
Arus(mA)
Sinyal output LT yang seharusnya
Sinyal output LT setelah diberikan sistem koreksi
Sinyal output LT sebelum diberikan sistem koreksi
Gambar 4.10 Grafik Sinyal Output LT 123
N0
(1)
Debit
(m3/ja
m)(2)
Level Glass (benar)
(3)
DP-LT-123(Salah)
(4)
Level (m) Arus (mA) Level(m) Arus(mA
)
1 0,1 0,9991 5,599 0,9509 5,521
2 0,11 1,064 5,702 1,011 5,618
3 0,12 1,129 5,806 1,071 5,714
4 0,13 1,194 5,91 1,131 5,81
5 0,14 1,258 6,013 1,191 5,906
6 0,15 1,323 6,117 1,251 6,002
7 0,16 1,388 6,221 1,331 6,098
8 0,17 1,453 6,325 1,371 6,194
9 0,18 1,518 6,428 1,431 6,29
10 0,19 1,583 6,532 1,491 6,386
13
Grafik di atas merupakan grafik sinyal output dari
level transmitter ketika diberikan input step debit
maksimum. Dapat terlihat bahwa sinyal output setelah
diberikan faktor koreksi hampir mendekati sunyal output
yang seharusnya. Berbeda dengan sinyal output sebelum
diberikan faktor koreksi.
Dalam hal ini terlihat bahwa error sinyal output
yang dihasilkan pada saat diberikan input step berupa debit
maksimum sebelum ditambahkan faktor koreksi adalah
sebesar 5 % dengan error rata-rata pengujian sebesar 3,6
%. Sedangakan setelah ditambahkan faktor koreksi error
yang dihasilkan ketika diberikan debit maksimum adalah
sebesar 1,55 % dengan error rata-rata dari pengujian yang
telah dilakukan sebesar 0,002 %.
4.4 Uji Close Loop Pada Net Gas Wash Column C-5-
05 Sebelum ditambahkan Faktor Koreksi
Berikut adalah uji sistem close loop tanpa
menggunakan faktor koreksi.
Gambar 4.11 Uji Close Loop Plant Net Gash Wash
Column C-5-05 Tanpa Sistem Koreksi
Setelah ditambahkan sistem koreksi maka dilakukan
pengujian sistem close loop tanpa menggunakan sistem
koreksi yang nantinya akan dibandingkan dari error yang
dihasilkan. Pada pengujian ini diberikan setpoint sebesar
2,432 m sesuai dengan set point net gash wash column C-5-
05 dan output level yang dihasilkan setelah dikontrol
adalah sebesar 2,603.
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
0
1
2
3
4
5
6
waktu(jam)
levelmeter(m)
set point
respon level
Gambar 4.12 Grafik Respon Level Tanpa Sistem Koreksi
Dari grafik respon di atas dapat terlihat bahwa
sistem tidak dapat mengikuti set point yang diberikan.
Dalam hal ini error antara set point dengan output level
setelah dikendalikan adalah sebesar 7 % . disimpulkan dari
grafik di atas:
Tabel 4.3 Hasil Respon Transien Untuk Kontrol PI
Sebelum diberikan Faktor koreksi
Set Point: Time Settling 7 jam
2,432 Overshoor
Maximum
5,2 m
Ess 7 %
Sebenarnya kestabilan sistem dapat dinyatakan
melaluii tiga parameter yaitu Mp, ts, dan Ess, dimana suatu
system errornya masih dapat ditoleransi memiliki nilai Ess
< 5%. Dalam hal ini, erorr yang dihasilkan lebih besar dari
5 % sehingga dapat dikatakan di luar batas toleransi.
4.5 Uji Close Loop Pada Net Gas Wash Column C-5-
05 Setelah ditambahkan Faktor Koreksi
Gambar 4.13 Uji Close Loop Plant Net Gash Wash
Column C-5-05 Setelah Ditambahkan Sistem Koreksi
Setelah ditambahkan sistem koreksi maka
dilakukan pengujian sistem close loop yang sebelumnya
dilakukan tuning pada controllernya. Diberikan setpoint
sebesar 2,432 m dan output level yang dihasilkan setelah
dikontrol adalah sebesar 2,425.
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
waktu(jam)
levelmeter(m)
set point
respon level
Gambar 4.14 Grafik Respon Level Dengan Sistem
Koreksi
14
Dari grafik respon di atas dapat terlihat bahwa
sistem dapat mengikuti set point yang diberikan. Hanya
saja tersjadi error sekitar 0,29 %. Berikut merupakan hasil
respon yang dapat disimpulkan dari grafik di atas:
Tabel 4.3 Hasil Respon Trasnsien Untuk Kontrol PI
Setelah diberikan Faktor koreksi
Set Point: Time Constant 6 jam
2,432 Overshoor
Maximum
3,4 m
Ess 0,29 %
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan maka
didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Perubahan density soda water pada net gas wash
column C-5-05 mengakibatkan pembacaan level
dengan menggunakan DP transmitter tidak akurat
2. Pembacaan level soda water dengan level transmitter
(pembacaan yang salah) terhadap level glass
(pembacaan yang benar) memiliki error rata-rata
sebesar 6,19%
3. Sistem pengendalian level dengan sistem koreksi
dapat menjadikan hasil pembacaan level dengan DP
transmitter menjadi jauh lebih baik.
4. Pada set point 2,432 m, error yang dihasilkan setelah
ditambahkan sistem koreksi pada sistem pengendalian
level pada net gas wash column C-5-05 menjadi
0,29%, sedangkan tanpa sistem koreksi error yang
dihasilkan sebesar 7 %
DAFTAR PUSTAKA
[1] Ogata, Katsuhiko. 2002. Modern Control
Engineering, Fourth Edition. Prentice-Hall, Inc.
United States of America
[2] Gunterus, Frans. 1994. Falsafah Dasar Sistem
Pengendalian Proses. Jakarta. PT. Elex Media
Komputindo
[3] Liptak, B.I. 2003. Instrument Engineers'
Handbook - Process Measurement and Analysis
[4] Pudjanarsa, Astu. 2008. “Mesin Konversi
Energi”. ANDI; Yogyakarta
[5] Margolin, Jed.2001.The Secret Life of Vector
Generators.http://www.jmargolin.com_vgens_fi
g13b.jpg.mht
[6] Iwan Setiawan. “ Kontrol PID untuk Proses
Industri”. Elex Media Komputindo, 2008
[7] Michael J. Moran. “Fundamentals of Engineering
Thermodynamics Fifth Edition”. John Wiley &
Sons, Inc.
[8] SSK Electrical Measure and Control Technology
[9] http://www.dwirajaya.co.id/Other_Valve.htm
[10] “Fundamentals Handbook Intrumentation and
Control Vol 1 0f 2”. Department of
Energy.United States Of America. 1992.
Biodata Penulis
Nama : Riska Utami
NRP : 2408 100 017
TTL : Balikpapan, 23 November 1989
Alamat Surabaya : Jalan Hidrodinamika Blok T No
20 Perumdos ITS
Alamat Balikpapan :Jalan Bunyu No 714 Komperta
Balikpapan Tengah
Riwayat Pendidikan :
TK Tunas Harapan 2 Balikpapan (1994-1996)
SD Patra Dharma 1 Balikpapan (1996-2002)
SMP Patra Dharma 1 Balikpapan (2002-2005)
SMA Negeri 2 Balikpapan (2005-2008)
Jurusan Teknik Fisika ITS (2008-…...)

More Related Content

What's hot

328793143-Laporan-Praktikum-Heat-Exchanger.docx
328793143-Laporan-Praktikum-Heat-Exchanger.docx328793143-Laporan-Praktikum-Heat-Exchanger.docx
328793143-Laporan-Praktikum-Heat-Exchanger.docx
AnnisaSeptiana14
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
OBOR 2
 
Falling film evaporator
Falling film evaporatorFalling film evaporator
Falling film evaporator
Iffa M.Nisa
 
Presentasi Sidang Laporan Kerja Praktek
Presentasi Sidang Laporan Kerja PraktekPresentasi Sidang Laporan Kerja Praktek
Presentasi Sidang Laporan Kerja Praktek
Yahya Zulkarnain
 
Pengetahuan dasar minyak pelumas
Pengetahuan dasar minyak pelumasPengetahuan dasar minyak pelumas
Pengetahuan dasar minyak pelumas
Eko Kiswanto
 
Kinetika kimia (pertemuan 4)
Kinetika kimia (pertemuan 4)Kinetika kimia (pertemuan 4)
Kinetika kimia (pertemuan 4)
Utami Irawati
 

What's hot (20)

Sistem Kontrol (Distributed Control System dan Programable Logic Controller)
Sistem Kontrol (Distributed Control System dan Programable Logic Controller)Sistem Kontrol (Distributed Control System dan Programable Logic Controller)
Sistem Kontrol (Distributed Control System dan Programable Logic Controller)
 
328793143-Laporan-Praktikum-Heat-Exchanger.docx
328793143-Laporan-Praktikum-Heat-Exchanger.docx328793143-Laporan-Praktikum-Heat-Exchanger.docx
328793143-Laporan-Praktikum-Heat-Exchanger.docx
 
Perubahan Fasa
Perubahan FasaPerubahan Fasa
Perubahan Fasa
 
Pengantar sistem, model &amp; simulasi
Pengantar sistem, model &amp; simulasiPengantar sistem, model &amp; simulasi
Pengantar sistem, model &amp; simulasi
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Screw compressor
Screw compressorScrew compressor
Screw compressor
 
Sistem kontrol proses
Sistem kontrol proses Sistem kontrol proses
Sistem kontrol proses
 
dasar-sistem-kendali-7u10g21485.ppt
dasar-sistem-kendali-7u10g21485.pptdasar-sistem-kendali-7u10g21485.ppt
dasar-sistem-kendali-7u10g21485.ppt
 
Kerja Praktek PT.Pertamina PHE WMO
Kerja Praktek PT.Pertamina PHE WMOKerja Praktek PT.Pertamina PHE WMO
Kerja Praktek PT.Pertamina PHE WMO
 
Falling film evaporator
Falling film evaporatorFalling film evaporator
Falling film evaporator
 
Presentasi Sidang Laporan Kerja Praktek
Presentasi Sidang Laporan Kerja PraktekPresentasi Sidang Laporan Kerja Praktek
Presentasi Sidang Laporan Kerja Praktek
 
Pengetahuan dasar minyak pelumas
Pengetahuan dasar minyak pelumasPengetahuan dasar minyak pelumas
Pengetahuan dasar minyak pelumas
 
Proses tuning pada pid
Proses tuning pada pidProses tuning pada pid
Proses tuning pada pid
 
Analisis Kadar Abu
Analisis Kadar AbuAnalisis Kadar Abu
Analisis Kadar Abu
 
Makalah adc
Makalah adcMakalah adc
Makalah adc
 
Satop acara 2 penentuan panas spesifik bahan
Satop acara 2 penentuan panas spesifik bahanSatop acara 2 penentuan panas spesifik bahan
Satop acara 2 penentuan panas spesifik bahan
 
Sistem pengendalian
Sistem pengendalianSistem pengendalian
Sistem pengendalian
 
Belajar bahasa ladder diagram plc
Belajar bahasa ladder diagram plcBelajar bahasa ladder diagram plc
Belajar bahasa ladder diagram plc
 
Kinetika kimia (pertemuan 4)
Kinetika kimia (pertemuan 4)Kinetika kimia (pertemuan 4)
Kinetika kimia (pertemuan 4)
 
Perpindahan panasd
Perpindahan panasdPerpindahan panasd
Perpindahan panasd
 

Similar to Makalah transmitter

182201224-ENGINE-CAN-T-RUNNING-PC-1250-8R-ppt.ppt
182201224-ENGINE-CAN-T-RUNNING-PC-1250-8R-ppt.ppt182201224-ENGINE-CAN-T-RUNNING-PC-1250-8R-ppt.ppt
182201224-ENGINE-CAN-T-RUNNING-PC-1250-8R-ppt.ppt
NishlovHozeb
 
182201224-ENGINE-CAN-T-RUNNING-PC-1250-8R-ppt.pdf
182201224-ENGINE-CAN-T-RUNNING-PC-1250-8R-ppt.pdf182201224-ENGINE-CAN-T-RUNNING-PC-1250-8R-ppt.pdf
182201224-ENGINE-CAN-T-RUNNING-PC-1250-8R-ppt.pdf
NishlovHozeb
 
Automatic liquid level control of tank system
Automatic liquid level control of tank systemAutomatic liquid level control of tank system
Automatic liquid level control of tank system
Fatahillah Ata
 
materi pompa ulir kompresor udara ulir.pdf
materi pompa ulir kompresor udara ulir.pdfmateri pompa ulir kompresor udara ulir.pdf
materi pompa ulir kompresor udara ulir.pdf
zhonghe512
 
Pengaruh pada reaktor air lift rectangular
Pengaruh pada reaktor air lift rectangularPengaruh pada reaktor air lift rectangular
Pengaruh pada reaktor air lift rectangular
Ikbal Rambo
 
160124864 bab-i-konsep-dasar-pengendalian-proses
160124864 bab-i-konsep-dasar-pengendalian-proses160124864 bab-i-konsep-dasar-pengendalian-proses
160124864 bab-i-konsep-dasar-pengendalian-proses
Dicky Syahputra
 

Similar to Makalah transmitter (18)

Modul epanet
Modul epanetModul epanet
Modul epanet
 
182201224-ENGINE-CAN-T-RUNNING-PC-1250-8R-ppt.ppt
182201224-ENGINE-CAN-T-RUNNING-PC-1250-8R-ppt.ppt182201224-ENGINE-CAN-T-RUNNING-PC-1250-8R-ppt.ppt
182201224-ENGINE-CAN-T-RUNNING-PC-1250-8R-ppt.ppt
 
182201224-ENGINE-CAN-T-RUNNING-PC-1250-8R-ppt.pdf
182201224-ENGINE-CAN-T-RUNNING-PC-1250-8R-ppt.pdf182201224-ENGINE-CAN-T-RUNNING-PC-1250-8R-ppt.pdf
182201224-ENGINE-CAN-T-RUNNING-PC-1250-8R-ppt.pdf
 
857
857857
857
 
Automatic liquid level control of tank system
Automatic liquid level control of tank systemAutomatic liquid level control of tank system
Automatic liquid level control of tank system
 
KELOMPOK 3 SISTEM BAHAN BAKAR DIESEL COMMON RAIL.pptx
KELOMPOK 3 SISTEM BAHAN BAKAR DIESEL COMMON RAIL.pptxKELOMPOK 3 SISTEM BAHAN BAKAR DIESEL COMMON RAIL.pptx
KELOMPOK 3 SISTEM BAHAN BAKAR DIESEL COMMON RAIL.pptx
 
07.03a
07.03a07.03a
07.03a
 
20509334033_Rizki Rido Utomo.pptx
20509334033_Rizki Rido Utomo.pptx20509334033_Rizki Rido Utomo.pptx
20509334033_Rizki Rido Utomo.pptx
 
materi pompa ulir kompresor udara ulir.pdf
materi pompa ulir kompresor udara ulir.pdfmateri pompa ulir kompresor udara ulir.pdf
materi pompa ulir kompresor udara ulir.pdf
 
laporan praktikum motor bakar
laporan praktikum motor bakarlaporan praktikum motor bakar
laporan praktikum motor bakar
 
Laporan inspeksi pt. stopo lestari jaya
Laporan inspeksi pt. stopo lestari jayaLaporan inspeksi pt. stopo lestari jaya
Laporan inspeksi pt. stopo lestari jaya
 
Laporan inspeksi pt. stopo lestari jaya
Laporan inspeksi pt. stopo lestari jayaLaporan inspeksi pt. stopo lestari jaya
Laporan inspeksi pt. stopo lestari jaya
 
3.2 e olss pump
3.2 e olss pump3.2 e olss pump
3.2 e olss pump
 
Motor Bakar
Motor BakarMotor Bakar
Motor Bakar
 
Distilasi simulasi
Distilasi simulasiDistilasi simulasi
Distilasi simulasi
 
Pengukuran laju aliran
Pengukuran laju aliranPengukuran laju aliran
Pengukuran laju aliran
 
Pengaruh pada reaktor air lift rectangular
Pengaruh pada reaktor air lift rectangularPengaruh pada reaktor air lift rectangular
Pengaruh pada reaktor air lift rectangular
 
160124864 bab-i-konsep-dasar-pengendalian-proses
160124864 bab-i-konsep-dasar-pengendalian-proses160124864 bab-i-konsep-dasar-pengendalian-proses
160124864 bab-i-konsep-dasar-pengendalian-proses
 

Recently uploaded

MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
FujiAdam
 
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
taniaalda710
 
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get CytotecAbortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion pills in Riyadh +966572737505 get cytotec
 
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptxManajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
arifyudianto3
 
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
EnginerMine
 
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptxSOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
FahrizalTriPrasetyo
 

Recently uploaded (14)

BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).pptBAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
 
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxManual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
 
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.pptPresentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
 
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
 
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get CytotecAbortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
sample for Flow Chart Permintaan Spare Part
sample for Flow Chart Permintaan Spare Partsample for Flow Chart Permintaan Spare Part
sample for Flow Chart Permintaan Spare Part
 
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptxManajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
 
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE TriwulanpptxLaporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
 
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
 
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptxSOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
 
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptxMateri Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
 

Makalah transmitter

  • 1. 1 PERANCANGAN SISTEM KOREKSI LEVEL TRANSMITTER PADA SISTEM PENGENDALIAN LEVEL SODA WATER DI NET GAS WASH COLUMN C-5-05, PT PERTAMINA (PERSERO) RU V Riska Utami1) Totok Soehartanto1) 1) Department of Engineering Physics, Faculty of Industrial Technology ITS Surabaya Indonesia 60111 Email: keykapurple@gmail.com 2) Department of Engineering Physics, Faculty of Industrial Technology ITS Surabaya Indonesia 60111 Abstrak Di dalam net gas wash column C-5-05 dialirkan soda water guna membersihkan gas H2, dimana gas H2 ini akan dimanfaatkan untuk make up kompresor. Level hasil siraman soda water dikontrol agar proses berjalan dengan baik. Dalam hal ini, terdapat permasalahan pada pembacaan level soda water, yaitu terjadi perbedaan pembacaan antara level transmitter (berbasiskan tekanan) yang nilai densitasnya dibuat tetap (konstan) dengan level glass (level yang sebenarnya). Diduga level soda water di column C-5-05 mengalami perubahan densitas sehingga menyebabkan pembacaan tidak akurat. Oleh sebab itu, maka dirancanglah sistem koreksi. Sistem koreksi dirancang berdasarkan error yang dihasilkan dari sinyal output level transmitter sebelum masuk ke controller. Perancangan sistem koreksi dibuat dengan membandingkan sinyal output level transmitter yang benar dan yang salah ketika diberikan debit input wash water yang berubah-ubah sehingga diperoleh suatu fungsi. Set point yang digunakan pada plant untuk mengendalikan level adalah 40 % (2,432 meter). Dengan menggunakan sistem koreksi, maka sistem pengendalian level menjadi lebih baik. Hal ini terbukti dari error yang dihasilkan pada saat diberikan setpoint 2,432 menjadi 0,29 %, sedangkan tanpa sistem koreksi adalah 7 % Kata kunci : net gas wash column C-5-05, level soda water, sistem koreksi, Matlab Simulink, DP Transmitter. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Net Gas Wash Column C-5-05 merupakan salah satu column yang terletak di Pertamina RU V, plant 5 Kilang Balikpapan 2. Column ini berfungsi untuk menampung gas H2 yang merupakan hasil dari berbagai proses produksi. Di dalam column C-5-05, dialirkan soda water guna membersihkan gas H2, dimana gas H2 ini akan dimanfaatkan untuk make up kompresor di plant 3. Dalam hal ini level liquid hasil siraman soda water dikontrol agar proses berjalan dengan baik, sehingga pada column C-5-05 tersebut besaran fisis yang dikendalikan adalah ketinggian liquid. Pada column C-5-05 kondisi yang terjadi adalah tangki dipasang sebuah alat ukur differensial pressure transmitter yang bertujuan untuk mengetahui ketinggian level berbasiskan tekanan (pressure) dan nilai densitas yang dibuat tetap (konstan). Tetapi pada kenyataannya sering terjadi gangguan sehingga di plant real terdapat ketidakakuratan pembacaan level transmitter terhadap level glass meskipun selalu dilakukan kalibrasi pada level transmitternya. Sehingga orang lapangan selalu melihat level glass untuk mendapatkan pengukuran yang akurat. Padahal diketahui bahwasanya pembacaan level transmitter yang akurat sangat diperlukan karena level yang akan dikontrol pada column C-5-05 yang akan dikirimkan ke DCS merupakan data hasil pengukuran dari level transmitter. Ketidakakuratan pembacaan level tersebut diduga karena adanya perubahan volume wash water yang masuk sedangkan injection soda konstan sehingga terjadi perubahan komposisi soda water yang terakumulasi dan mengakibatkan densitas pada soda water berubah-ubah. Perubahan densitas soda water yang terakumulasi inilah yang diduga mengakibatkan pembacaan tekanan hidrostatisnya berubah. Differensial pressure transmitter bekerja berdasarkan prinsip beda tekanan di antara tekanan high dan tekanan low yang kemudian direpresentasikan dengan persen sehingga didapatkan pembacaan level tanpa memperhatikan pengaruh perubahan densitas. Adanya perubahan densitas sehingga Phidrostatik berubah disebabkan karena adanya perubahan volume wash water. Hal itu dikarenakan debit input wash water pada column berubah- ubah sesuai dengan yang diperintahkan kontroler sehingga diperlukan perancangan sistem koreksi untuk mengukur level soda water pada net gas wash column C-5-05 agar akurat. Untuk itu dilakukan sebuah penelitian agar dapat menyelesaikan masalah dalam pembacaan data level soda water di column C-5-05 dengan cara membuat program koreksi untuk pembacaan level berdasarkan perubahan volume wash water yang masuk di dalam column. Dalam tugas akhir yang berjudul Perancangan Sistem Koreksi Untuk Mengukur Level Soda Water Pada Net Gas Wash Column C-5-05 di PT Pertamina (Persero) RU V akan dikaji mengenai permasalahan tersebut. 1.2 Perumusan Masalah Permasalahan yang akan dibahas adalah bagaimana merancang sistem koreksi untuk memperbaiki hasil pengukuran level soda water pada net gas wash column C-5-05 di PT Pertamina (Persero) RU V 1.3 Batasan Masalah Pada penelitian ini, ada beberapa batasan yang akan membatasi permasalahan yang telah ditetapkan, adapun batasan tersebut antara lain: 1. Pengendalian level pada net gas wash column C-5-05 adalah untuk mengendalikan level soda water, dimana ketika terjadi perubahan komposisi soda water yang masuk akibat perubahan debit input wash
  • 2. 2 water maka akan terjadi perubahan densitas sehingga berpengaruh pada pembacaan DP transmitter 2. Sensor level yang digunakan adalah Differensial Pressure Transmitter yang menggunakan prinsip beda tekanan 3. Debit gas H2input dan debit gas H2output adalah konstan 4. Perubahan tekanan yang terbaca pada tangki merupakan tekanan hidrostatis, sehingga meski ρgas fungsi waktu, akan saling menghilangkan berdasarkan fungsi DP transmitter 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah akan dirancang sebuah sistem koreksi untuk memperbaiki hasil pengukuran level soda water pada net gas wash column C-5-05 di PT Pertamina (Persero) RU V Manfaat yang diharapkan dari penelitian tugas akhir ini adalah dapat membantu memberikan solusi masalah ketidakakuratan pengukuran level pada net gash wash column C-5-05 di PT Pertamina (Persero) RU V dengan merancang sebuah sistem koreksi di plant tersebut. II. DASAR TEORI 2.1 Net Gas Wash Column C-5-05 PT. Pertamina (Persero) RU V merupakan salah unit pengolahan minyak dan gas bumi yang terdapat di Indonesia. Crude oil diolah hingga menghasilkan berbagai produk yang dapat digunakan oleh konsumen, seperti avtur, premium, kerosene, dan lain-lain.Gas hidrogen merupakan hasil samping dari berbagai proses pengolahan yang akan dimanfaatkan untuk make up kompresor. Sebelum dimanfaatkan, gas hidrogen tersebut dilewatkan terlebih dahulu di dalam net gash wash column. Net gas wash column merupakan kolom yang berfungsi untuk mengubah sifat keasaman gas dengan cara menyemprotkan fluida cair yang dapat membuat sifat gas berubah seperti yang dinginkan. Dalam hal ini, net gas yang berasal dari recontact drum C-5-04, masuk ke dalam net gas wash column C-5- 05. Net gas wash column C-5-05 didesain untuk menghilangkan jumlah kandungan dari asam hydrochrolic yang terkandung pada net gas (gas hidrogen/gas H2). Net gas yang berupa gas H2 yang masih mengandung asam klorid masuk ke column C-5-05 dan dinjeksi dengan soda water. Soda water inilah yang berfungsi agar kandungan asam pada net gas hilang. Setelah tidak ada kandungan asam klorida, maka net gas tersebut dapat di trasnsfer untuk make up kompresor pada Hydrocracker dan Naphta Hydrotreater. 2.2 Hidrogen dan Soda 2.2.1 Hidrogen Hidrogen (bahasa Latin: hydrogenium, dari bahasa Yunani: hydro: air, genes: membentuk) adalah unsur kimia dimana pada tabel periodik yang memiliki simbol H dan nomor atom 1. Hidrogen adalah unsur teringan di dunia.Hidrogen juga merupakan unsur paling melimpah dengan persentase kira-kira 75% dari total massa unsur alam semesta. Kebanyakan bintang dibentuk oleh hidrogen dalam keadaan plasma. 2.2.2 Soda. Soda merupakan sodium bi-karbonat murni yang memiliki rumus kimia yaitu NaHCO3. Soda adalah garam kimia yang punya beragam fungsi. Soda bersifat basa lemah sehingga berguna untuk menetralisasi asam dan memecah protein. Soda bersifat basa lemah sehingga berguna untuk menetralisasi asam dan memecah protein.. 2.3 Plant Net Gas Wash Column Berdasarkan Hukum Kesetimbangan Massa 2.3.2 Kesetimbangan Massa Hukum kekekalan massa atau dikenal juga sebagai hukum Lomonosov-Lavoisier adalah suatu hukum yang menyatakan massa dari suatu sistem tertutup akan konstan meskipun terjadi berbagai macam proses di dalam sistem tersebut. Kesetimbangan laju massa untuk mengontrol volume dapat ditunjukkan pada gambar di bawah ini Gambar 2.1 Kontrol Volume dengan 1 input 1 output [2] Gambar di atas menunjukkan sebuah volume yang dikontrol melalui laju massa input dan laju massa output. Apabila diterapkan untuk kontrol volume, prinsip konservasi massa dapat dituliskan sebagai berikut: (2.1) Massa yang terkandung didalam suatu sistem dapat ditunjukkan dengan , sehingga prinsip konservasi massa dapat dituliskan sebagai berikut: (2.2) Dimana jumlah perubahan laju massa dalam sebagai kontrol volume dalam suatu sistem Laju massa input Laju massa output Secara umum, pada saat sistem terdiri dari beberapa laju input dan beberapa laju output yang akan dapat mempengaruhi kontrol volume dalam suatu sistem, dapat ditulis sebagai berikut: (2.3) Seperti yang telah disebutkan pada teori di atas bahwa pendekatan model matematis menggunakan persamaan ketimbangan massa, dimana massa yang terakumulasi merupakan selisih laju massa input dengan laju massa output. dengan mengetahui massa yang terakumulasi didalam sistem maka mekanisme perubahan massa per satuan waktu dapat dihitung[1]. (2.4) [ ] [ ] [ ]outinakumulasi flowrateflowrateflowrate −=
  • 3. 3 Berikut merupakan pemodelan plant net gas wash column berdasarkan hukum kesetimbangan massa : •• −= oi mm dt dm (2.5) ogasoSWigasisodaiwater gasgasswsw mmmmm dt VVd −−++= + •••)( ρρ (2.6) Dimana: dt dm = akumulasi massa dalam kolom • im = Mass flow input • om = Mass flow output • iwaterm = mass flow water input (kg/jam) • isodam = mass flow soda input (kg/jam) • igasm = mass flow gas input (kg/jam) • oSWm = mass flow sodawater output (kg/jam) • ogasm = mass flow gas output (kg/jam) SWρ = density soda water (kg/m3 ) gasρ = density gas (kg/m3 ) SWV = volume soda water dalam kolom (m3 ) gasV = volume gas dalam kolom (m3 ) 2.3 Massa Jenis (Density) Massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda. Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya. Massa jenis rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi dengan total volumenya. Karena adanya variasi volume yang masuk, maka dapat menyebabkan komposisi yang ada dalam fluida berubah sehingga menyebabkan density fluida berubah Berikut persamaan yang menunujukkan hubungan massa dengan volume: (2.8) (2.9) Berdasarkan persamaan di atas menunjukkan bahwa perubahan volume akan mempengaruhi perubahan komposisi fluida yang akan berdampak pada perubahan density (ρ) zat tersebut dan berujung kepada perubahan tekanan (P). Berdasarkan persamaan (2.10) Dimana: P = Tekanan V = Volume T = Temperature R = tetapan gas Dari persamaan di atas dapat disimpulkan bahwa ρ ≈ 1/T dan ρ ≈ P 2.4 Level Transmitter Level transmitter berfungsi untuk mendeteksi tingkat zat yang mengalir, termasuk cairan, slurries, granular material, dan bubuk[3] . Jenis level transmitter yang digunakan di PT Pertamina (Persero) RU V adalah differential pressure transmitter, seperti pada gambar di bawah Gambar 2.2 Differential Pressure Transmitter[3] 2.4.1 Diferensial Pressure Transmitter Differential pressure transmitter, bekerja berdasarkan 2 prinsip beda tekanan. Transmitter yang banyak digunakan untuk mengukur ketinggian suatu fluida didalam tangki adalah differential pressure transmitter (DP transmitter). Prinsip kerja DP -Transmitter berdasarkan keseimbangan gaya dua masukan yang berbeda tekanan atau yang biasanya disebut Hidrostatic Head.. Prinsip pembacaan perbedaan tekanan di dalam tangki tergantung pada nilai high pressure (HP) dan low pressure (LP) pada tapping point yang telah ditentukan, sehingga dapat disimpulkan bahwa DP transmitter mengukur tekanan hydrostatic dari fluida yang ada di dalam tangki dan hydrostatic head dinyatakan dalam tekanan dengan persamaan: Dimana: P = tekanan hydrostatic Head (mmH2O) ρ = fluid density (kg/m3 ) g = konstanta gravitasi h = level fluida (m) Sehingga untuk tangki tertutup: (2.11) (2.7)
  • 4. 4 ) 1 1( )( )( sT K sE sU i p +=Gambar 2.3 Pengukuran Level dengan Differential Pressure Transmitter [4] Berikut adalah gambaran umum singkat mengenai pemasangan differential pressure transmitter [4] : • High Pressure dihubungkan pada tangki bagian bawah yang berfungsi sebagai tekanan terukur. • Low Pressure dihubungkan pada tangki bagian atas sebagai tekanan referensi. • Pada tekanan referensi berisi tekanan berupa gas atau uap, bukan menggunkan cairan/fluida yang ada dalam tangki. • kaki referensi harus dipertahankan kering sehingga tidak ada tekanan yang disebabkan oleh fluida cair (2.12) (2.13) Berikut merupakan differential pressure transmitter yang digunakan pada net gash wash column C-5-05. Beserta spesifikasinya: Gambar 2.4 Differential Pressure Transmitter Berikut adalah spesifikasi dari Differential Pressure Transmitter yang di dapat dari data lapangan Spesifikasi : Ins tag no :05-LT-123 Type : D/P Transmitter FKCT35V5 Manufactur : Fuji Range : 0-10000 mmH2O Power Supply : 45 volt DC max Output : 4-20 mA Mwp : 160 Kgcm2 Actual Range : - 500 mmH2O (0%) hingga -4000 mmH2O (100%) Differential Pressure (DP) transmitter berkerja berdasarkan selisih perbedaan tekanan antara sisi high dan low. Karena tekanan yang menjadi parameter utama dari transmitter, tentu saja density yang bervariasi akan mempengaruhi pembacaan transmitter yang berkerja berdasarkan perbedaan tekanan. 2.5. Sistem Pengendalian Level Kendali PI Level merupakan hal yang sangat cepat mengalami perubahan, sehingga dalam proses apapun level menjadi hal yang penting untuk dikendalikan[2] . Kendali PI merupakan sebuah aplikasi dari rangkaian kendali yang menggunakan dua buah komponen sekaligus yaitu kendali proporsional dan kendali integral[1] . Kendali jenis ini digunakan untuk mendapatkan respon transien dan respon steady state. Di bawah ini adalah persamaan umum dari PID kendali : (2.14) atau fungsi transfer dari proporsional-integral-derivatif kendali adalah : (2.15) 2.6 Faktor Koreksi Faktor koreksi adalah faktor penyesuian dari kondisi ideal ke kondisi sebenarnya untuk suatu variable tertentu (MKJI, 1996). Dalam sistem pengendalian level soda water pada net gas wash column C-5-05 terdapat ketidaksesuaian antara pembacaan pada level glass dan level transmitter sehingga diperlukan faktor koreksi untuk memperbaiki kesalahan pembacaan tersebut. Perbaikan kesalahn pembacaan level melalui sistem koreksi yang dibuat, sangatlah penting, karena pembacaan level transmitter harus tepat agar manipulasi variabel yang bekerja atas perintah controller juga sesuai dengan keadaan real plant. III. PEMODELAN DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Alur Penelitian Berikut merupakan tahapan - tahapan yang dilakukan pada penelitian ini dapat dijabarkan melalui flowchart berikut. ∫+= t i p p dtte T K teKtu 0 )()()(
  • 5. 5 Mulai Tinjauan Lapangan Penyebab Terjadinya Ketidakakuratan Pembacaan Level Studi Literatur Sistem Pengukuran Level di Kolom C-5-05 1.Karakteristik dari Kolom C-5-05 2. Alat ukur D/P Transmitter 3. Perubahan Densitas Terhadap Perubahan Komposisi Dalam Hal Ini Volume yang Masuk Pengambilan Data Spesifikasi Kolom,D/P Transmitter dan Alat-Alat Instrument Lain Yang Berkaitan dengan Proses Tersebut Perancangan dan Simulasi Sistem Plant Net Gash Wash Column C- 5-505 dengan ρ (densitas) sebagai Fungsi Komposisi yang Masuk Berdasarkan Volume Water yang Masuk 1 Simulasi Perkomponen Sistem Pengendalian Level Pada Net Gas Wash Column C-5-05 Perancangan Sistem Pengkoreksian Pengukuran dengan Differential Pressure Transmitter Pemrograman Simulasi Pengukuran Level Air Soda dengan Mempergunakan Faktor Koreksi Analisa Hasil Simulasi Penyusunan Laporan Selesai Ya Simulasi Hasil Perancangan Berjalan Sesuai 1 Tuning PI Kontroller Dengan Metode Osilasi Gambar 3.1 Alur Penelitian Tahap pertama yang dikerjakan adalah tinjauan lapangan dengan melakukan pemantauan DP transmitter yang terpasang pada net gas wash column C-5-05 selaku alat ukur level pada kolom C-5-05 dan data-data lain yang berkaitan dengan proses pada kolom C-5-05, seperti data pompa dan data kolom. Setelah itu dilanjutkan dengan pembuatan model matematis densitas terhadap perubahan komposisi soda water akibat dari perubahan volume wash water yang masuk untuk mendapatkan nilai densitas sebenarnya yang digunakan untuk menghitung nilai level yang lebih akurat pada kolom C-5-05. Untuk mendapatkan level yang akurat maka dilakukan pemodelan plant menggunakan hukum kesetimbangan massa sesuai dengan akumulasi soda water dan gas H2 yang terdapat didalam kolom. Untuk mengetahui nilai densitas sesungguhnya dari pemodelan tersebut, maka dilakukan sebuah simulasi dengan menggunakan bantuan software MatLab. Setelah didapatkan nilai level yang sebenarnya, dilakukan pengujian perbandingan antara data level serta data output berupa arus setelah melewati LT123 dan sebelum melewati LT 123 untuk mengetahui nilai dari setiap keadaan sehingga dapat dibuat sebuah faktor koreksi pembacaan yang akurat dan diharapkan hasil pembacaan pada differensial level transmitter dapat sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Selanjutnya adalah dilakukan analisa terhadap hasil simulasi yang telah dibuat.
  • 6. 6 3.2 Sistem Pengendalian Level Pada Net Gas Wash Column C-5-05 Net Gas Wash Column C-5-05 merupakan salah satu column yang digunakan untuk melewatkan gas H2. Di dalam Net Gas Wash Column, gas H2 disiram dengan soda water guna untuk menetralisir sifat asam gas H2 sehingga gas H2 dapat dimanfaatkan untuk make up kompresor di plant 3. Di dalam net gas wash column, level soda water dikendalikan guna memperoleh hasil gas H2 yang maksimal. Gambar 3.2 Net Gas Wash Column C-5-05 Level soda water di dalam net gas wash column dikontrol sebesar 40% dari taping point bawah hingga taping point atas. Pada net gas wash column terdapat 3 inputan yaitu gas H2, injection soda, dan wash water serta terdapat 2 outputan yaitu, gas H2 yang telah dinetralisasi dan soda water. 3.2.1SistemPengendalian Level Yang Ada Saat Ini ColumnC-5-05 Soda Water GasH2 Q3 G-8 G-9 G-5 V-7 I-4 LT 123 I-5 LIC 123 CausticInjectionSoda WashWater Q6 Plow Phigh V-5 V-4 I-6 LG 123 22960 m3 /jam H2Netgas 33000 m3 /jam H2fromC04 Q4 Q7 Q8 Q2 R2 R1 Q1 ρ2 , H2 ρ(t), H1 ρa ρs Gambar 3.3 P&ID Sistem Pengendalian Level Berdasarkan P&ID di atas, diagram blok dari sistem pengendalian level dapat dilihat pada gambar di bawah ini : Gambar 3.4 Diagram Blok Sistem Pengendalian Level Berdasarkan diagram blok di atas, dapat diketahui bahwa flow rate masukan dapat dikatakan sebagai load. Dalam mengendalikan prosesnya, sistem pengendalian yang ada telah dilengkapi dengan controller. 3.2.2 Sistem Pengendalian Level Dengan Penambahan Faktor Koreksi Column C-5-05 Soda Water Gas H2 Q3 G-8 G-9 G-5 V-7 I-4 LT 123 I-5 LIC 123 Caustic Injection Soda Wash Water Q6 Plow Phigh V-5 V-4 I-6 LG 123 22960 m3 /jam H2 Netgas 33000 m3 /jam H2 from C04 Q4 Q7 Q8 Q2 R2 R1 Q1 ρ2 , H2 ρ(t), H1 ρa ρs Gambar 3.5 Desain Sistem Pengendalian Level yang dilengkapi Faktor Koreksi Gambar diatas merupakan sistem pengendaliam level pada net gas wash column C-5-05 yang akan dilengkap dengan sistem koreksi. Masukan dalam sistem yang berupa debit input wash water yang bervariasi berperan sebagai load, karena variasi masukan tersebut mengakibatkan perubahan density yang sangat mempengaruhi akumulasi level setiap detiknya. Plow =ρ.g.hρ = mtotal /voltotal Aktuator (Pompa G-09A) Controller Level Pada Net Gash Wash Column Level Transmitter Load (density) e+ - PVu MV Q7inp wash water + - SP Aktuator (Pompa G-09A) Controller Level Pada Net Gash Wash Column Level Transmitter Load (density) e+ - PVu MV Q7inp wash water + - SP
  • 7. 7 3.3 Model Matematis Komponen Pada sub-bab berikut akan dijabarkan model matematis perkomponen sesuai dengan diagram blok sistem pengendalian level pada net gas wash column seperti pada gambar 3.5 di atas. 3.3.1 Pemodelan Net Gas Wash Column C-5-05 Seperti apa yang telah dijelaskan di Bab sebelumnya mengenai pemodelan plant net gas wash column C-5-05 maka didapatkan model sebagai berikut : Pemodelan Net Gas Wash Column C-5-05 (3.1) (3.2) (3.3) (3.4) (3.5) (3.6) (3.7) (3.8) Penyelesaian: Subtitusi persamaan 2 dan 3 ke persamaan 1 ] (3.9) Subtitusi persamaan 4 ke persamaan 8 (3.10) (3.11) (3.12) Dimana : Debit input gas H2 = 33000 m3 /jam Debit output gas H2 = 22900 m3 .jam Debit output soda water = 0,45 m3 /jam Debit soda water yang direcycle Debit caustic injection soda = 0,042 m3 /jam Debit caustic injection soda + soda water yang di recycle Debit wash water (dikendalikan sebagai manipulasi) Densitas soda water intank (fungsi waktu) Densitas gas H2 rata-rata = 0,00880 kg/m3 Densitas wash water = 1000 kg/m3 Densitas caustic injection soda = 1089,5 kg/m3 Tinggi soda water in column (dikendalikan dengan set point 40 % dari taping point atas (2,432m) Tinggi gas H2 in column dari data = 5,40444444 dari data = 0,00028606 Melalui model matematis plant pada persamaan 3.13, maka dilakukan wiring dengan menggunakan simulink yaitu sebagai berikut : Gambar 3.6 Wiring Net Gas Wash Column C-5-05 Dalam hal ini Q7 yang merupakan debit input wash water yang masuk ke dalam kolom bervariasi sehingga menyebabkan density soda water di dalam kolom berubah- ubah. Sehingga pada subsytem wiring pemodelan plant di atas, terdapat fungsi density sesuai dengan komposisi masukan sebagai berikut:
  • 8. 8 (3.14) (3.15) (3.61) (3.17) Dimana: Volume water awal dalam column Volume soda awal dalam column Volume injection soda input (konstan) Volume wash water input (dikendalikan melalui debit wash water input) 3.3.2 Level Transmitter (05-LT- 123) Adapun span variable terukur merupakan hasil perhitungan spesifikasi dari range transmitter sehingga pemodelan matematis pada level transmitter adalah sehingga pemodelan matematis pada level transmitter LT 123 yaitu sebagai berikut : ( ) 6,1 10 420 = − = m mA Kt (3.22) sekonsekont .0112.16,1 100 3,62 =×=τ (3.18) Sehingga, pemodelan matematis dari LT-123 adalah : (3.19) Dalam hal ini LT 123 menggunakan prinsip beda tekanan sesuai dengan prinsip kerja DP transmitter yaitu : (3.20) -Plow (3.21) (3.22) Dalam hal ini, ρ yang terbaca pada DP transmitter konstan sedangkan yang terdapat pada plant berubah-ubah. Sehingga pemodelan matematis level transmitter pada khususnya LT-123 adalah sebagai berikut: (3.23) = (3.24) Sehingga, wiring dari DP transmitter LT 123 adalah sebagai berikut: Gambar 3.7 Wiring LT -123 3.4 Perancangan Faktor Koreksi Level Soda Water System faktor koreksi ini dikembangkan dalam bentuk program berdasar model matematik yang berada dalam controller sehingga dalam kerjanya nilai density soda water yang terbaca pada akan menjadi perhitungan untuk mendapatkan nilai akumulasi level yang dan akan menjadi pertimbangan bagi controller dalam menentukan debit input pompa -09A yang mengalirkan wash water. Alur berpikir dari perhitungan faktor koreksi level adalh sebagai berikut. Mulai Baca Data D/P Transmitter Faktor perubahan Komposisi soda water Perhitungan Volume water yang masuk Perhitungan Perubahan Densitas soda water yang Diakibatkan Perubahan Volume water Perhitungan Phidrostatis Selesai Perhitungan Beda Tekanan Bandingan perhitungan beda tekanan dengan yang densitasnya konstan Level akurat Koreksi Sinyal output D/P transmitter Gambar 3.8 Alur Berfikir Perhitungan Faktor Koreksi Level Gambar di atas merupakan alur berfikir dalam perhitungan faktor koreksi level soda water. Pertama, level yang ada pada column akan dibaca oleh DP transmitter berdasarkan perbedaan tekanan, kemudian manipulated variabel yaitu pompa bekerja berdaarkan perintah kontroller berdasarkan informasi dari DP transmitter. Dalam hal ini, maka terjadilah perubahan volume wash water akibat input wash water yang bervariasi. 3.5 Perancangan Sistem Open Loop Pada Net Gas Wash Column C-5-05 Setelah memodelkan perkomponen, maka akan di dapatkan wiring open loop pada sistem pengendalian net gas wash column C-5-05 seperti pada gambar di bawah ini. 1 6,1 + = sL L ox oy
  • 9. 9 Gambar 3.9 Wiring Sistem Open Loop Net Gas Wash Column C-5-05 Gambar di atas merupakan rangkaian sistem open loop pada plant net gas wash column C-5-05. Inputan yang diberikan berasal dari pompa sebagai debit wash water input. Dalam hal ini pompa inputan pompa berupa tegangan sehingga diuji dengan inptan step sebesar 190, dimana tegangan tersebut mereprentasikan debit pompa sebesar 50 % sesuai dengan spect pompa yang ada. Dalam uji ini terlihat nilai level kurang lebih sebesar 3 m yang menunjukkan bahwa input yang diberikan sesuai dengan output yang diberikan (dalam kondisi real di lapangan). Selain itu dilakukan juga pengujian dengan level transmitter LT123 dengan dengan plant net gas wash column C-5-0, Seperti pada gambar di bawah ini: Gambar 3.10 Wiring Sistem Open Loop Net Gas Wash Column C-5-05 Dengan Pengujian LT Dari gambar di atas dilakukan pengujian dengan mengubah-ubah debit input wash water. Terlihat bahwasnya dengan mengubah-ubah debit, maka terjadi perubahan level dan setiap perubahan level yang masuk dan keluar dari level transmitter, tidak sesuai, sehingga dalam hal ini diperlukan perancangan sistem koreksi untuk outputan level transmitter sebelum masuk ke controller. 3.6 Perancangan Sistem Koreksi. Faktor koreksi dibangun berdasarkan data hasil simulasi error dari sinyal output level transmitter berupa arus terhadap debit masukan dari wash water. Dari data di dapatkan persamaan: (3.25) Sehingga untuk memasukkan error ke dalam persamaan transmitter: (3.26) (3.27) Dimana: y= sinyal output transmitter setelah dikoreksi x= debit input wash water Gambar 3.11 Wiring Koreksi Perancangan sistem koreksi dibuat berdasarkan kesalahan pembacaan pada level transmitternya. Ketika debit wash water diubah-ubah, maka level pun ikut berubah. Pembacaan level sebelum dan sesudah keluar dari level transmitter tidak sesuai begitu juga dengan outputan level tranmitter yaitu arus. 3.7 Perancangan Sistem Open Loop Setelah Diberikan Faktor Koreksi Berikut adalah wiring sistem open loop setelah diberikan sistem koreksi. Gambar 3.12 Wiring Sistem Open Loop Net Gas Wash Column C-5-05 Dengan Pengujian LT dengan Sistem Koreksi Setelah ditambahkan sistem koreksi, pembacaan level oleh level transmitter dapat menjadi lebih akurat. 3.8 Perancangan Sistem Close Loop Pada Net Gas Wash Column C-5-05 dengan Sistem Koreksi. Berikut adalah wiring sistem close loop setelah diberikan faktor koreksi.
  • 10. 10 Gambar 3.13 Wiring Sistem Close Loop Net Gas Wash Column C-5-05 Dengan Sistem Koreksi Gambar diatas merupakan wiring sistem pengendalian level pada net gas wash column C-5-05 setelah ditambahkan factor koreksi IV. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Model Dinamik Komponen Penyusun System Pengendalian level Soda Water Sebelum dilakukan pengujian secara menyeluruh, maka dilakukan pengujian untuk masing-masing komponen penyusun system pengendalian level pada pada net gas wash column C-5-05. 4.1.1 Net Gas Wash Column C-5-05 Pada simulasi uji step net gas wash column C-5-05, sinyal masukan direpresentasikan sebagai laju wash water input yang keluar dari pompa G-09A. Pemberian sinyal uji step dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kelogisan dari model matematis net gas wash column C-5-05, sehingga nantinya dapat diketahui apakah model matematis yang telah dibuat sudah merepresentasikan model yang sebenarnya atau tidak. Gambar 4.1Simulasi uji step pada Net Gas Wash Column C-5-05 Berikut adalah grafik respon uji step level pada net gas wash column C-5-05 0 10 20 30 40 50 60 0 1 2 3 4 5 6 Waktu(jam) LevelSodaWater(m) Respon Sistem Level Soda Water Gambar 4.2 Grafik respon uji step level pada Net Gas Wash Column C-5-05 Garfik respon di atas diuji step dengan debit maksimum pompa yaitu sebesar 0,85 m3 /jam. Dapat terlihat bahwa, apabila pompa mengalirkan debit maksimum, maka ketinggian level yang dapat tercapai adalah sekitar 5,861 m. Berdasarkan hasil simulasi sinyal uji step, dapat diamati pada grafik bahwa untuk debit wash water minimum yaitu sebesar 0 m3 /jam, level soda water yang dihasilkan pada net gas wash column C-5-05 adalah sekitar 0,6 m. Hal ini dikarenakn sebelum gas H2 masuk pada kolom (system belum berjalan), kondisi awal kolom sudah berisi soda water sedangkan untuk debit wash water maksimum yaitu sebesar 0,85 m3 /jam, level soda water yang dihasilkan pada net gas wash column C-5-05 adalah 5.356 m. Dari grafik diatas juga dapat diamati bahwa setiap masukan wash water akan mempengaruhi akumulasi level soda water. Untuk memudahkan pengamatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.1 Akumulasi Level pada Net Gas Wash Column C- 5-05 No Debit Wash Water (m3 /jam) Level Soda Water (m) 1. 0,1 0,9991 2 0,2 1,647 3 0,3 2,296 4 0,4 2,944 5 0,5 3,592 6 0,6 4,24 7 0,7 4,888 8 0,85 5,861 Tabel di atas menunjukkan bahwa apabila diberikan input step yang bervariasi maka level soda water yang terakumulasi juga bervariasi, dimana debit wash water sebanding dengan akumulasi level soda water. 4.1.2 Level Tranmitter (LT 123) Berikut akan dilakukan pengujian level transmitter (LT123) jenis DP transmitter, dimana prinsip kerjanya berdasarkan perbedaan tekanan yang tidak dipengaruhi oleh density (density dibaca konstan).
  • 11. 11 Gambar 4.3 Simulasi uji step DP Transmitter LT 123 Dalam simulasi ini, inputan LT 123 berupa level dan output berupa arus. Dengan range input 0-10 m dan output 4-20 mA. 0 10 20 30 40 50 60 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Waktu Level(meter) Gambar 4.4 Grafik respon Step input Uji LT 123 Dari grafik di atas terlihat bahwa, pembacaan LT sesuai dengan inputan yang diinginkan yaitu sebesasr 10 meter. Tidak terjadi kesalahan pembacaan. 0 10 20 30 40 50 60 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 waktu Arus(mA) Gambar 4.5 Grafik respon Step output Uji LT 123 Selain itu terlihat juga output dari level transmitter yang ditunjukkan pada grafik di atas yaitu sebesar 20 mA. Jadi dapat dikatakan bahwa ketika diberikan input step maksmimum pada level transmitter yaitu sebesar 10 m, maka output dari level transmitter menunjukkan angka 20 mA. Hal ini berarti menunjukkan performa level transmitter adalah baik. 4.2 Uji Open Loop Pada Net Gas Wash Column C-5- 05 Dalam hal ini uji open loop dilakukan dengan menambahkan level transmitter pada plant, dimana ketika plant mengalkami perubahan density sesuai dengan volume wash water yang masuk. Gambar 4.6 Simulasi uji step Open Loop Dalam hal ini, diberikan nilai step maksimum dari debit input ya mungkin pada plant sesuai dengan spesifikasi pompa G-09A, yaitu sebesar 0,85 m3 /jam. 0 10 20 30 40 50 60 70 0 1 2 3 4 5 6 Waktu Level(meter) Level sebelum melewati LT 123 Level Setelah Melewati LT 123 Gambar 4.7 Simulasi uji step Hasil Level Dari grafik di atas terlihat bahwa ketika diberi debit input maksimum sebesar 0,85 m3 /jam maka level yang dihasilkan pada plant sebesar 5,861 m. Tetapi setelah melewati level transmitter, level yang dihasilkan adalah sebesar 5,452 m. Dalam uji close loop, dilakukan percobaan dengan mengubah-ngubah debit input yang masuk dan data hasil simulasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini
  • 12. 12 Tabel 4.2 Data Simulasi Matlab Net Gas Wash Column C- 5-05 Pada tabel di atas menunjukkan ketika diberikan peubahan debit, maka terjadi perubahan pembacaan level pada saat sebelum dan setelah masuk dari level transmitter LT 123. Dapat dilihat bahwa semakin tinggi kenaikan level , maka error yang dihasilkan semakin besar. Terdapat error rata-rata yaitu sebesar 6,19 %, dimana error tersebut telah mencapai di luar batas toleransi. Untuk ketinggian level 2,432 (sesuai dengan set point) dapat dilihat bahwa error yang terjadi sekitar 6,33 %. Oleh sebab itu, maka diperlukan sistem koreksi untuk memperbaiki pembacaan dari level transmitter. 4.3 Uji Open Loop Pada Net Gas Wash Column C-5- 05 Setelah ditambahkan Faktor Koreksi Perancangan sistem koreksi dibuat berdasarkan error dari sinyal output level tranmitter. Berdasarkan data-data yang telah dijui dari hasil simulasi diketahui bahwa semakin debit wash water yang diberikan maka semakin besar juga error yang dihasilkan oleh level transmitter Gambar 4.8 Grafik Error Sinyal output LT123 terhadap Debit Masukan Dari grafik di atas terlihat bahwa semakin besar debit wash water, maka semakin besar koreksi yang diberikan. Hal ini menandakan bahwa semakin besar juga eror yang. Hal ini jelas, karena semakin banyak wash water yang masuk, maka density plant semakin manjauhi dari sensity awal yang terbaca oleh DP transmitter. Dari data- data tersebut makan dirancang sebuah faktor koreksi melalui fungsi seperti yang telah dijelaskan pada sub bab 3.6 Setelah dirancang sistem koreksi, maka dilakukan uji open loop kembali seperti pada gambar di bawah ini: Gambar 4.9 Uji Open Loop Plant Net Gash Wash Column C-5-05 Dengan Sistem Koreksi Dari uji open loop di atas maka didapatkan grafik sinyal output dari level trasnmitter seperti pada gambar di bawah ini: 0 10 20 30 40 50 60 70 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 waktu Arus(mA) Sinyal output LT yang seharusnya Sinyal output LT setelah diberikan sistem koreksi Sinyal output LT sebelum diberikan sistem koreksi Gambar 4.10 Grafik Sinyal Output LT 123 N0 (1) Debit (m3/ja m)(2) Level Glass (benar) (3) DP-LT-123(Salah) (4) Level (m) Arus (mA) Level(m) Arus(mA ) 1 0,1 0,9991 5,599 0,9509 5,521 2 0,11 1,064 5,702 1,011 5,618 3 0,12 1,129 5,806 1,071 5,714 4 0,13 1,194 5,91 1,131 5,81 5 0,14 1,258 6,013 1,191 5,906 6 0,15 1,323 6,117 1,251 6,002 7 0,16 1,388 6,221 1,331 6,098 8 0,17 1,453 6,325 1,371 6,194 9 0,18 1,518 6,428 1,431 6,29 10 0,19 1,583 6,532 1,491 6,386
  • 13. 13 Grafik di atas merupakan grafik sinyal output dari level transmitter ketika diberikan input step debit maksimum. Dapat terlihat bahwa sinyal output setelah diberikan faktor koreksi hampir mendekati sunyal output yang seharusnya. Berbeda dengan sinyal output sebelum diberikan faktor koreksi. Dalam hal ini terlihat bahwa error sinyal output yang dihasilkan pada saat diberikan input step berupa debit maksimum sebelum ditambahkan faktor koreksi adalah sebesar 5 % dengan error rata-rata pengujian sebesar 3,6 %. Sedangakan setelah ditambahkan faktor koreksi error yang dihasilkan ketika diberikan debit maksimum adalah sebesar 1,55 % dengan error rata-rata dari pengujian yang telah dilakukan sebesar 0,002 %. 4.4 Uji Close Loop Pada Net Gas Wash Column C-5- 05 Sebelum ditambahkan Faktor Koreksi Berikut adalah uji sistem close loop tanpa menggunakan faktor koreksi. Gambar 4.11 Uji Close Loop Plant Net Gash Wash Column C-5-05 Tanpa Sistem Koreksi Setelah ditambahkan sistem koreksi maka dilakukan pengujian sistem close loop tanpa menggunakan sistem koreksi yang nantinya akan dibandingkan dari error yang dihasilkan. Pada pengujian ini diberikan setpoint sebesar 2,432 m sesuai dengan set point net gash wash column C-5- 05 dan output level yang dihasilkan setelah dikontrol adalah sebesar 2,603. 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 0 1 2 3 4 5 6 waktu(jam) levelmeter(m) set point respon level Gambar 4.12 Grafik Respon Level Tanpa Sistem Koreksi Dari grafik respon di atas dapat terlihat bahwa sistem tidak dapat mengikuti set point yang diberikan. Dalam hal ini error antara set point dengan output level setelah dikendalikan adalah sebesar 7 % . disimpulkan dari grafik di atas: Tabel 4.3 Hasil Respon Transien Untuk Kontrol PI Sebelum diberikan Faktor koreksi Set Point: Time Settling 7 jam 2,432 Overshoor Maximum 5,2 m Ess 7 % Sebenarnya kestabilan sistem dapat dinyatakan melaluii tiga parameter yaitu Mp, ts, dan Ess, dimana suatu system errornya masih dapat ditoleransi memiliki nilai Ess < 5%. Dalam hal ini, erorr yang dihasilkan lebih besar dari 5 % sehingga dapat dikatakan di luar batas toleransi. 4.5 Uji Close Loop Pada Net Gas Wash Column C-5- 05 Setelah ditambahkan Faktor Koreksi Gambar 4.13 Uji Close Loop Plant Net Gash Wash Column C-5-05 Setelah Ditambahkan Sistem Koreksi Setelah ditambahkan sistem koreksi maka dilakukan pengujian sistem close loop yang sebelumnya dilakukan tuning pada controllernya. Diberikan setpoint sebesar 2,432 m dan output level yang dihasilkan setelah dikontrol adalah sebesar 2,425. 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 waktu(jam) levelmeter(m) set point respon level Gambar 4.14 Grafik Respon Level Dengan Sistem Koreksi
  • 14. 14 Dari grafik respon di atas dapat terlihat bahwa sistem dapat mengikuti set point yang diberikan. Hanya saja tersjadi error sekitar 0,29 %. Berikut merupakan hasil respon yang dapat disimpulkan dari grafik di atas: Tabel 4.3 Hasil Respon Trasnsien Untuk Kontrol PI Setelah diberikan Faktor koreksi Set Point: Time Constant 6 jam 2,432 Overshoor Maximum 3,4 m Ess 0,29 % V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Perubahan density soda water pada net gas wash column C-5-05 mengakibatkan pembacaan level dengan menggunakan DP transmitter tidak akurat 2. Pembacaan level soda water dengan level transmitter (pembacaan yang salah) terhadap level glass (pembacaan yang benar) memiliki error rata-rata sebesar 6,19% 3. Sistem pengendalian level dengan sistem koreksi dapat menjadikan hasil pembacaan level dengan DP transmitter menjadi jauh lebih baik. 4. Pada set point 2,432 m, error yang dihasilkan setelah ditambahkan sistem koreksi pada sistem pengendalian level pada net gas wash column C-5-05 menjadi 0,29%, sedangkan tanpa sistem koreksi error yang dihasilkan sebesar 7 % DAFTAR PUSTAKA [1] Ogata, Katsuhiko. 2002. Modern Control Engineering, Fourth Edition. Prentice-Hall, Inc. United States of America [2] Gunterus, Frans. 1994. Falsafah Dasar Sistem Pengendalian Proses. Jakarta. PT. Elex Media Komputindo [3] Liptak, B.I. 2003. Instrument Engineers' Handbook - Process Measurement and Analysis [4] Pudjanarsa, Astu. 2008. “Mesin Konversi Energi”. ANDI; Yogyakarta [5] Margolin, Jed.2001.The Secret Life of Vector Generators.http://www.jmargolin.com_vgens_fi g13b.jpg.mht [6] Iwan Setiawan. “ Kontrol PID untuk Proses Industri”. Elex Media Komputindo, 2008 [7] Michael J. Moran. “Fundamentals of Engineering Thermodynamics Fifth Edition”. John Wiley & Sons, Inc. [8] SSK Electrical Measure and Control Technology [9] http://www.dwirajaya.co.id/Other_Valve.htm [10] “Fundamentals Handbook Intrumentation and Control Vol 1 0f 2”. Department of Energy.United States Of America. 1992. Biodata Penulis Nama : Riska Utami NRP : 2408 100 017 TTL : Balikpapan, 23 November 1989 Alamat Surabaya : Jalan Hidrodinamika Blok T No 20 Perumdos ITS Alamat Balikpapan :Jalan Bunyu No 714 Komperta Balikpapan Tengah Riwayat Pendidikan : TK Tunas Harapan 2 Balikpapan (1994-1996) SD Patra Dharma 1 Balikpapan (1996-2002) SMP Patra Dharma 1 Balikpapan (2002-2005) SMA Negeri 2 Balikpapan (2005-2008) Jurusan Teknik Fisika ITS (2008-…...)