Jangan sia-siakan masa kanak-kanak yang berharga antara usia 0-5 tahun karena merupakan masa emas untuk pembelajaran. Anak perlu mendapat kasih sayang, interaksi, dan pengalaman positif dari orang tua agar dapat tumbuh secara optimal. Pembelajaran anak sebaiknya dilakukan dengan bermain agar tidak terasa membosankan bagi anak.
1. JanganSia-siakan UsiaEmas AnakAnda!
Judul ini mungkin agak mengagetkan kita sebagai orang tua. Ya, jangan sia-siakan usia emas anak kita.
Karenapendidikanterbesar yang akan masuk ke dalam sistem nilai dan keyakinan (belief system) anak
justruberadapada usiaemasnya. Kemampuan terbesar seorang anak didapat dari pengalaman yang ia
dapatkan ketika di usia emas, yaitu antara 0 – 5 tahun.
Tak jarang orang tua yang memperlakukan anaknya seadanya hanya dengan memberi makan dan
penjagaan tanpa ada komunikasi maupun interaksi yang berarti antara orang tua dan anak. Bahkan
sebagianorangtua yangsibukmalahmenitipkananaknya pada pengasuhan pembantu atau baby sitter.
Ini adalah sesuatu yang sangat memprihatinkan. Seorang anak di usia emasnya adalah masa dimana ia
membutuhkan berbagai bentuk pengetahuan dan pengalaman yang positif. Melalui kasih sayang dan
pemahaman yang baik, orang tua sebenarnya dapat memberikan berbagai bimbingan dan pendidikan
kepadaanaknyauntukbertumbuhkembangsecaraoptimal.Pemahaman menumbuhkembangkan anak
di usia emassama sekali tidakmengandungunsurpaksaan,dansama sekali tidak menghilangkan masa-
masa bermain anak karena pendidikan dan permainan anak berlangsung secara simultan. Karena itu
ketakutan-ketakutan orang tua yang mengkhawatirkan bahwa anak belum waktunya belajar atau anak
masih perlu bermain bukanlah alasan yang tepat. Justru ketika usia emas anak diisi dengan bermain
sambil belajar bersama orang tuanya, anak tidak merasakan momen bosan atau merasa sendiri yang
biasa dialami oleh anak. Anak justru merasakan kehadiran kasih sayang yang selalu mengisi waktu-
waktunya dan berdasarkan studi, pendidikan anak usia dini justru memberikan keunggulan pada
mentalitas sertakemampuan anak dalam berkembang di masa-masa selanjutnya yang menjadikannya
banggadan lebihdewasaketikaiatelahmemasuki masa remaja dimana ia akan menghadapi tantangan
kehidupan baru.
Anakdalamusia balita(kurangdari 5 tahun) secaranormal dapatmelakukanaktivitassepertimenghafal,
berbahasa, membaca, berhitung, dan berdoa. Ini bukanlah sesuatu yang luar biasa melainkan
kemampuanumumanakketikamendapatkanpendidikanyangtepatdi usiaemasnya.Banyaklompatan-
lompatan(brain leaps) yangdialami anakketikadi usiaemas. Karenaitu jangan heran apabila ada orang
tua yang berhasil mendidik anak balitanya untuk menghafal nama-nama negara beserta nama
ibukotanya, menghafal 1 jus Al Qur’an, atau anak sudah pandai bercerita secara lugas seperti layaknya
orang dewasa, bahkan sampai pada kemampuan balita dalam membaca koran dan berbicara dalam
beberapa bahasa asing atau kemampuan balita dalam membantu mengobati berbagai penyakit akut
orang dewasa seperti yang dibuktikan oleh pakar pendidikan Jepang tentang kekuatan otak kanan,
Makoto Sichida. Semua itu bukanlah sesuatu yang supranatural, melainkan berkat ketepatan orang
tuanya dalam melakukan parenting kepada anaknya sehingga anak menggemari aktivitas-aktivitas
belajar dan latihan otak.
Perlu diingat bahwa balita belum mampu membedakan antara bermain dan belajar. Kalo ada seorang
balita merasakan bahwa belajar itu berat, maka itu sudah pasti hasil sugesti dari orang tua atau
lingkungansekitarnya.Seorangbalitadalamkeseharianbermainnya adalah proses belajar baginya. Jadi
yang terpenting adalah bagaimana kita menjadikan proses pembelajaran balita kita menyenangkan
sehingga yang tertangkap oleh pikiran bawah sadarnya bahwa belajar itu sama saja dengan bermain.
Pemisahan anggapan atau pengertian bermain dan belajar justru selalu datang dari orang tua atau
2. lingkungan orang dewasa, dengan mengatakan bahwa seorang anak pada jam-jam tertentu waktunya
belajar, jangan bermain terus, dan sebagainya. Padahal sesungguhnya pada pikiran anak, ia tidak
menyadari apa itu bermain dan apa itu belajar. Ketika orang tua menanamkan perbedaan di antara
keduanya,makaanakmemahami denganmenangkapbahwayangdisebutbermainadalahaktivitasyang
menyenangkandanyangdisebutbelajaradalahaktivitasyangtidakmenyenangkan. Dengan memahami
konteks berpikir anak ini, kita akan tahu bahwa sesungguhnya yang perlu dilakukan adalah mengajak
anak bermainyangproduktif danmenyenangkan,sepertibermainmengingat, bermain bongkar pasang,
bermain tebak-tebakan, bermain membaca abjad, bermain menghitung, dan seterusnya yang
sesungguhnya dalam pengertian kita sebagai orang dewasa adalah belajar. Perhatian dan kehadiran
orang tua akan memberikan dukungan emosi kasih sayang yang ditangkap oleh anak sehingga anak
senantiasa berada dalam mental yang positif dan menyukai setiap permainan produktif yang kita
hadirkan.
Oleh: Junaidi Ajna
Master Teknik Biomedika, peneliti, praktisi, dan trainer pengembangan otak, inovator Quantum
Resonance Consulting, konsultan pengembangan SDM
HP/WA: 0813 2069 3704
BBM: 74347DE0
Email: akhjun@gmail.com
Website: http://qrtraining.net