Belajar merupakan sifat dasar manusia yang terjadi secara alami sejak lahir. Lingkungan yang mendukung dan menyenangkan akan mendorong proses belajar secara otomatis, sedangkan lingkungan yang kurang mendukung dapat menyebabkan trauma yang menghambat belajar. Pembelajaran positif dapat membangun ketahanan mental anak untuk menghadapi berbagai kondisi.
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Hakikat Belajar
1. HakikatBelajar(The origin of Learning)
Belajar merupakan sifat dasar manusia dari sejak ia dilahirkan. Ketika baru lahir, seorang bayi sudah
belajar untuk beradaptasi dengan alam di luar kandungan. Ia belajar untuk menyesuaikan diri dengan
lingkunganbarunya.Laluiabelajaruntukmenyusupadaibunya,mengenalberbagaipenginderaanmulai
dari merespon suara, merasakan sentuhan, dan belajar untuk mengeluarkan kotoran. Hingga seiring
dengan bertumbuhnya usia, semakin banyak hal yang ia pelajari. Pertanyaannya, lantas mengapa ada
orang atau anak yang tidak suka belajar?
Belajar membutuhkan lingkungan yang mendukung dan menyenangkan. Dan pada lingkungan yang
menyenangkan, setiap makhluk akan melakukan proses belajar (learning) secara otomatis. Ini adalah
hukum alamnya. Itu mengapa tidak hanya pada anak, kita pun juga menyukai pembelajaran yang
menyenangkan daripada pembelajaran yang membosankan, karena pada lingkungan yang kurang
mendukung, yang terjadi adalah proses pembelajaran yang didorong oleh daya survival dan
pembelajaranjenisini terjadiolehadanyafaktorkeadaan.Jikakeadaanyangkurangbaiktersebut masih
mampu diatasi oleh kemampuan survival individu, maka individu tersebut mengalami pembelajaran,
yangdisebutpembelajarannegatif.Namunjikatidakmampudiatasi,makayangtersimpanhanyalahrasa
trauma yangtidak menghasilkansuatuefek pembelajaran. Hal inilah yang seringkali terjadi pada anak-
anak dan orangdewasahinggaakhirnyaterbentukstigmabahwabelajaritumembosankan,berat,susah,
dan sebagainya.
Dalamkeadaanideal,manusiaselalu belajar. Hal ini sudah diteliti oleh para pakar pengembangan otak
bahwa seorang anak yang belum pernah mengalami trauma, ketika dihadapkan pada berbagai bentuk
fenomena atau hal-hal baru, ia akan selalu mempelajarinya secara otomatis dan dengan senang hati.
Tidakada suatu keterpaksaansedikitpunpadadiri seoranganakuntukmempelajari segalasesuatuketika
ia beradadalamkondisi mental danfisikyangprima.Makadapat disimpulkanbahwasebenarnya belajar
adalahresponalami manusiaketikamendapatihal baru,sedangkankeenggananbelajarmerupakanhasil
dari traumamasa laludari prosespembelajaranyangterjadi padadirinyaakibatberadapadalingkungan
yang kurang mendukung.
Dalam hidup memang tidak semua lingkungan mendukung untuk belajar. Kadangkala seorang anak
mengalami kejadian-kejadian yang membuatnya trauma seperti jatuh ketika belajar bersepeda, jatuh
saat berolahraga, dan sebagainya. Namun hal ini merupakan suatu kondisi yang tidak bisa ditolak dan
adalah kewajiban bagi orang tua untuk membentuk anak supaya memiliki ketahanan (resilience) yang
kuatdan daya fleksibilitas yang tinggi bagi anak untuk menerima keadaan yang kurang menyenangkan
baginya tanpa menjadikannya trauma. Dengan metode pembelajaran positif, anak akan memiliki
kekuatan positif yang tinggi untuk dua hal, yaitu untuk memacu dirinya bertumbuhkembang secara
optimal dan untuk tahan menghadapi pengalaman-pengalaman yang negatif atau kurang
menguntungkan tanpa menyebabkan trauma.
Karena itu, hakikat belajar sesungguhnya merupakan perilaku alami manusia, dan ia mempunyai
kekuatan untuk bertumbuh kembang secara baik dalam lingkungan yang positif. Pembelajaran positif
ibaratmenambahsistemkekebalan tubuh yang akan semakin kuat mempertahankan diri dari berbagai
2. penyakit dan kondisi lingkungan yang kurang baik, namun dalam hal ini adalah dalam bentuk mental.
Pembelajaran positif adalah antibodi mental yang setiap saat siap untuk menghadapi antigen mental
yang menyerang ke dalam diri. Maka jika kita sebagai orang tua sangat peduli dengan kesehatan fisik
anak dengan membangun sistem kekebalan tubuhnya baik melalui gizi yang baik maupun melalui
imunisasi,maka sama halnya dengan mental anak juga perlu nutrisi yang cukup melalui pembelajaran
positif yang intensif sejak masa kecilnya dan secara terukur kita hadapkan pada keadaan yang kurang
menguntungkan sebagai imunisasi mental anak sehingga ketika ia menghadapi keadaan yang kurang
menguntungkan, ia tidak jatuh sakit, atau dalam proses mental ia tidak jatuh pada trauma melainkan
justru terbentuk pembelajaran negatif, yaitu pembelajaran yang terjadi akibat daya survival diri
menghadapi kondisi yang kurang menguntungkan. Dengan demikian, pada saat ia tumbuh dewasa, ia
mampumenjalani kehidupan dengan lebih baik dimana dalam hidup seseorang pasti akan mengalami
pengalaman-pengalamanyangpositif danyang negatif.Bagi individu yang sudah sangat terlatih dengan
pembelajaran positif, setiap keadaan yang kurang menguntungkan akan selalu menjadi sebuah
pembelajaran negatif, yaitu tetap menjadikan suatu pengalaman yang positif baginya.
Oleh: Junaidi Ajna
Master Teknik Biomedika, peneliti, praktisi, dan trainer pengembangan otak, inovator Quantum
Resonance Consulting, konsultan pengembangan SDM
HP/WA: 0813 2069 3704
BBM: 74347DE0
Email: akhjun@gmail.com
Website: http://qrtraining.net