SlideShare a Scribd company logo
1 of 53
PENGUKURAN BISING
Definisi :
Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor Per.13/MEN/X/2011, Bab 1, Pasal 1 nomor 19
Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang
bersumber dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat kerja yang pada
tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran
Definisi
Para ahli :
1. Suara yang tidak di kehendaki
2. Suara yang tidak mempunyai kualitas musik (Spooner)
3. Suara yang mengganggu (Wall)
Jenis Kebisingan :
1. Steady State Noise : kebisingan dimana fluktuasi intensitas ≤ 6 dB
Contoh : suara kompresor, kipas angin, dapur pijar, mesin gergaji sirkuler, katup gas
2. Impact / Impuls Noise : kebisingan dimana waktu yang diperlukan untuk mencapai
(peak intensity) ≤ 35 milidetik & waktu yang di perlukan untuk penurunan intensitas
sampai 20 dB di bawah puncak ≤ 500 milidetik.
Bila impuls terjadi berulang dengan interval waktu ≤ 0,5 detik atau bila jumlah impuls per
detik > 10 → Continuous Noise / Kebisingan Kontinyu
3. Intermitten / Interrupted Noise adalah : Kebisingan dimana suara mengeras kemudian
melemah secara perlahan – lahan.
Contoh : bising lalu lintas, pesawat udara tinggal landas
Waktu pemajanan per hari Intensitas Kebisingan
dalam dBA
8
4
2
1
30
15
7,5
3,75
1,88
0,94
28,12
14,06
7,03
3,52
1,76
0,88
0,44
0,22
0,11
J a m
M e n i t
D e t i k
85
88
91
94
97
100
103
106
109
112
115
118
121
124
127
130
133
136
139
Catatan : Tidak boleh terpajan lebih dari 140 dBA, walaupun sesaat.
Alat untuk ukur intensitas suara / bising :
Sound Level Meter (SLM)
Bagian SLM :
1. mikrofon
2. meter dengan jarum skala (dB)
3. selektor kisaran intensitas bunyi (dB)
4. selektor operasional SLM
(on, off, bat, cal, skala, A. B. C.)
5. selektor untuk memilih respon : fast, slow, impuls
6. adjuster
Peralatan Lain :
1. wind screen
2. octave band filter
3. graphic recorder
Weighting Net Works
Fungsi : mengubah signal yang terukur sesuai cara serupa seperti
mekanisme pendengaran manusia
Weighting Net Work A:
Respon manusia untuk tingkat suara yang rendah (Human
response for low levels), pengukuran terhadap operatornya
Weighting Net Work B:
Respon manusia untuk tingkat suara yang sedang (Human
response for moderate sound level )
Weighting Net Work C:
Respon manusia untuk tingkat suara yang tinggi ( Human
response for high sound levels ), pengukuran bising disumbernya.
Cara Pengukuran :
1. Memeriksa batere
3. Sebelum dilakukan pengukuran SLM dikalibrasi dengan kalibrator
2. Menentukan weighting network yang sesuai.
4. Bila mungkin SLM diletakkan pada
tripod dimana operator ≥ 0,5 m
5. Pengukuran diluar gedung harus dilakukan pada
ketinggian 1,2 – 1,5 meter diatas tanah dan bila
mungkin ≥ 3,5 meter dari semua permukaan yang
memantulkan. Tetapi bila kecepatan angin > 20
km/jam sebaiknya tidak dilakukan pengukuran
bising.
Pengukuran diluar ruang hendaknya memasang
windscreen yang terbuat dari busa yang berpori
untuk :
a. Mengurangi turbulensi angin disekitar mirofon,
b. Mereduksi suara tiupan angin
c. Melindungi mikrofon dari debu, kotoran dan
kerusakan mekanik
6. Precision sound level meter dapat dilengkapi dengan impulse network untuk
mengukur suara yang tingkat tekanannya meningkat secara tajam (rise sharply)
dalam interval waktu yang sangat pendek (< 35 mili detik)
7. Pada saat melakukan
pengukuran sound level
meter dipegang pada jarak
sepanjang ukuran lengan
(arms length) atau
menggunakan remote
microphone.
8. Bila pengukuran dilakukan
disuatu daerah bebas (free
field), mikrofon (free field
microphone) diarahkan
langsung ke sumber bunyi.
9. Kesalahan pengukuran terjadi bila operator mengukur terlalu dekat atau terlalu
jauh dengan sumber bising
10. Memilih meter respon yang tepat yaitu “fast” atau “slow”
Cara Pengukuran Intermitten Noise
(outdoor community noise)
Peralatan yang digunakan adalah :
1. Sound level meter (A-weighting network, slow response).
2. Windscreen
3. Stopwatch
4. Lembar data (data sheet) untuk mencatat sounds levels
Cara Pengukuran
1. Mengukur SPL (sound pressure level) setiap 15 detik selama 25 menit
setiap jamnya. Dengan demikian jumlah pengukuran selama 25 menit
= 100 kali.
2. Selanjutnya dibuat tabulasi dan disusun menurun mulai dari SPL yang
tertinggi sampai yang terendah (arrance the data in decending order).
3. Untuk menghitung menggunakan rumus Leq (one hour Leq)
Bilamana kita ingin mengetahui intensitas kebisingan
yang akan ditimbulkan oleh beberapa mesin yang hidup
bersamaan bahkan bising akibat suara di luar tempat
kerja, maka kita TIDAK DAPAT secara langsung
menjumlah begitu saja intensitas bising dari setiap
suara tersebut, karena merupakan angka logaritma.
Beberapa Rumus Untuk Kebisingan
Lp = 10 log (p²/Po)
Lp = tingkat tekanan suara (dB)
P = tekanan bunyi (Pa)
Po = tekanan bunyi referensi (20µPa)
Li = 10 log ( I / Io )
Li = tingkat intensitas bunyi (dB)
I = intensitas bunyi (watt/m²)
Io = intensitas bunyi referensi (10-¹² watt/m²)
Rumus matematik tingkat tekanan (intensitas/kekuatan) suara
Lw = 10 log (W/WO)
LW = tingkat kekuatan suara (dB)
W = kekuatan suara (watt)
WO = kekuatan bunyi referensi (10- ² watt)
1. Penjumlahan
Dilakukan cara penjumlahan bila kita ingin mengetahui intensitas bising
yang ditimbulkan oleh dua buah mesin atau lebih yang dihidupkan
secara bersamaan.
Beberapa cara menentukan intensitas kebisingan sebagai berikut :
a. Penggunaan rumus
b. Penggunaan grafik
c. Penggunaan chart
d. Penggunaan tabel
A. Penggunaan Rumus
Contoh :
Mesin A = 90 dBA ; mesin B = 80 dBA dan mesin C = 70 dBA
Intensitas bising terukur dari ketiga mesin adalah.......dBA
Cara Perhitungan
Selanjutnya masukkan ke rumus :
Lp = 10 log (P2 Rata – rata /
Po2)
= 10 log (111 X 107)
= 10 log (1.11 X 109)
= 10 log (1.11) + 90
= 90,5 dBA
B. Penggunaan Grafik
Langkah :
A. Mengukur tingkat bising dari setiap sumber bunyi
B. Menentukan selisih kedua intensitas bising
C. Selisih kedua intensitas di masukkan ke sumbu X dari titik tsb. Di tarik
garis vertikal ke atas hingga memotong kurva. Dari titik potong di tarik
garis sejajar sumbu X hingga memotong sumbu Y. Titik potong ini
menunjukkan besarnya intensitas yang harus di tambahkan pada
intensitas suara yang lebih tinggi.
Curve For Adding Sound Pressure Levels Two AT A Time
Contoh :
Mesin A = 85 dB, mesin B = 82 dB, selisih = 3 dB
Faktor koreksi dari grafik = 1,7
Total noise kedua mesin tersebut adalah 85 + 1,7 = 86,7
dB
c. Penggunaan Chart
L1 the higher of the two. The left scale shows the number of decibels (A)
to be added to the higher level L1 to obtain the level of combination of
L1 and L2
Chart untuk Menentukan Kombinasi Dua SPL
Contoh :
L1 = 82 dB, L2 = 80 dB (L1 is the higher of the two)
Selisih L1 – L2 = 2 dB
Dari chart ditemukan selisish 2 dB harus ditambah 2,1 dB
pada L1 sehingga hasil penjumlahan L1 dan L2 adalah
82 + 2,1 = 84,1 dB
D. Penggunaan Tabel
Selisih (dB) dB yang harus di tambahkan
0 atau 1
2 atau 3
4 atau 9
≥ 10
3
2
1
0
2. Pengurangan
Pengurangan dilakukan bila intensitas bising di tempat kerja tidak hanya
dipengaruhi oleh intensitas bising mesin tetapi faktor lingkungan lainnya
ikut mempengaruhi intensitas bising secara keseluruhan.
Penggunaan Chart
Cara penggunaan chart sebagai berikut :
1. Mengukur total noise baik sumber bunyi maupun background noise.
2. Mematikan mesin dan mengukur SPL background noise.
3. Mengukur selisih kedua pengukuran tsb. Bila selisih < 3 dB, pengaruh
background noise besar, bila selisih 3 – 10 dB perlu dikoreksi, bila > 10 dB tidak
perlu koreksi.
4. Untuk koreksi, selisih kedua SPL masuk pada sumbu x, tarik garis vertikal ke atas
memotong kurva dan menarik garis sejajar sumbu x memotong sumbu y,
sehingga didapat angka koreksi
Curve For Subtracting Background Noise To Obtain Machine Noise
Contoh :
BIla total noise terukur 60 dB dan background noise 53 dB. Selisih
antara total noise dengan background noise adalah 7 dB.
Berdasar chart tersebut faktor koreksi adalah 1 dB, sehingga SPL
mesin tsb adalah :
60 dB – 1 dB = 59 dB
Ekivalen Tingkat Kebisingan Kontinyu (energy
equivalent sound level)
Ekivalen tingkat kebisingan kontinyu biasa disingkat dengan Leq.
Leq digunakan untuk menentukan intensitas kebisingan rata-rata pada
tenaga kerja yang terpapar bising selama waktu tertentu.
Cara yang digunakan adalah :
a. Rumus
b. Nomogram
a. Penggunaan Rumus Leq
n
Leq = 10 log ( ∑ fi 10 Li/10 )
i=1
dimana ;
Leq = tingkat bising equivalen
fi = fraksi waktu untuk tingkat kebisinan tertentu
Li = tingkat kebisingan terukur
Contoh :
Seorang tenaga kerja selalu berpindah tempat yang tingkat kebisingannya
berbeda. Misalnya berada di A (100 dBA) selama 2 jam, di tempat B (120 dBA)
selama 1 jam, dan di tempat C (90 dBA) selama 1 jam. Maka tingkat kebisingan
rata-rata yang terpapar oleh tenaga kerja tersebut selama 4 jam adalah :
fA = 2/4 LA = 100 dBA
fB = 1/4 LB = 120 dBA
fC = 1/4 LC = 90 dBA
Leq = 10 log (fA.10LA/10 + fB.10LB/10 + fC.10LC/10)
= 10 log (2/4.10100/10 + ¼.10120/10 + ¼.1090/10)
= 10 log (5.109 + 250.109 + 0,25.109)
= 10 log (255,25 x 109)
= 114,1 dBA (4 hour Leq)
b. Penggunaan Nomogram
Penggunaan nomogram didahului dengan
melengkapi tabel sebagai berikut :
Tingkat bising
dB (A)
Lama paparan
(jam/hari)
Noise dose increment
(dari nomogram)
Total Dose = ----------------------
Nomogram Untuk Menentukan Leq
Cara Penggunaan Nomogram
Untuk setiap tingkat kebisingan dan lamanya pemaparan. Noise dose
increment dapat dibaca pada garis tiga (line three of nomogram / f).
Semua dari exposure increment ini kemudian di jumlahkan untuk
mendapatkan total noise dose.
Selain menggunakan rumus atau nomogram, Leq dapat pula ditentukan
dengan menggunakan Noise Dose Meter.
Noise Dose Meter
Daily noise dose :
Bila seorang tenaga kerja terpapar bising pada tingkat intensitas dan waktu
pemaparan yang berbeda, maka perlu diperhatikan efek gabungan dari kedua
pemaparan tersebut. Untuk mengetahui apakah pemaparan ini telah atau belum
melampaui NAB kebisingan, maka sebelumnya kita harus menghitung Daily Noise
Dose dengan rumus sbb:
C1 C2 C3
D = + +
T1 T2 T3
Dimana,
C : waktu pemaparan pada tingkat kebisingan tertentu (dalam jam)
T : waktu pemaparan yang diperkenankan pada tingkat kebisingan
tersebut (dalam jam)
Daily noise dose (lanjutan) :
Bila jumlah dari fraksi tersebut (C1/T1 + … Cn/Tn) lebih besar dari 1 (D > 1), maka
dapat disimpulkan bahwa “the mixed exposure” telah melampaui limit value (NAB).
Rumus ini hanya berlaku untuk steady state noise (continuous noise)
Contoh :
Seorang tenagakerja yang terpapar berbagai tingkat kebisingan berikut, selama jam kerjanya
:
85 dBA selama 3,75 jam , 90 dBA selama 2 jam
95 dBA selama 2 jam , 110 dBA selama 0,25 jam
Jumlah fraksi tsb adalah :
Menurut OSHA = 3,75/no limit + 2/8 + 2/4 + 0,25/0,5
= 0 + 2/8 + 2/4 + 0,25/0,5
= 1,25. Jadi D > 1
Menurut ACGIH = 3,75/8 + 2/2 + 2/4 + 0,25/0,25
= 2,97. Jadi D > 1
Pemaparan Kebisingan Yang Diperkenankan
Lamanya pemaparan yang Intensitas kebisingan (dBA)
Diperkenankan (jam)
OSHA ACGIH OSHA ACGIH
- 16 - 80
- 8 - 85
8 4 90 90
6 - 92 -
4 2 95 95
3 - 97 -
2 1 100 100
1,5 - 102 -
1 ½ 105 105
0,5 ¼ 110 110
¼ atau kurang 1/8 115 115 (TLV – C)
Analisis Intermitten Noise
Contoh :
Hitung Leq (one hour Leq), bila pada pengukuran ditemukan SPL tertinggi = 90 dBA
dan SPL terendah = 71 dBA. Pengukuran dilakukan selama 25 menit dengan
interval waktu 15 detik
PENGUKURAN  BISING rev_fix.pptx
PENGUKURAN  BISING rev_fix.pptx

More Related Content

What's hot

Faktor bahaya lingkungan kerja
Faktor bahaya lingkungan kerjaFaktor bahaya lingkungan kerja
Faktor bahaya lingkungan kerjaDeby Andriany
 
Pengelolaan lingkungan bandar udara
Pengelolaan lingkungan bandar udaraPengelolaan lingkungan bandar udara
Pengelolaan lingkungan bandar udaraWahyu Yuns
 
SNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja
SNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat KerjaSNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja
SNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat KerjaMuhamad Imam Khairy
 
SNI 16-7058-2004 tentang Pengukuran Kadar Debu Total di Udara Tempat Kerja
SNI 16-7058-2004 tentang Pengukuran Kadar Debu Total di Udara Tempat KerjaSNI 16-7058-2004 tentang Pengukuran Kadar Debu Total di Udara Tempat Kerja
SNI 16-7058-2004 tentang Pengukuran Kadar Debu Total di Udara Tempat KerjaMuhamad Imam Khairy
 
KEPMENLH RI No. 48 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan
KEPMENLH RI No. 48 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat KebisinganKEPMENLH RI No. 48 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan
KEPMENLH RI No. 48 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat KebisinganMuhamad Imam Khairy
 
SNI 19-7119.7-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 7: Cara Uji Kadar Sulfur Dio...
SNI 19-7119.7-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 7: Cara Uji Kadar Sulfur Dio...SNI 19-7119.7-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 7: Cara Uji Kadar Sulfur Dio...
SNI 19-7119.7-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 7: Cara Uji Kadar Sulfur Dio...Muhamad Imam Khairy
 
PERMENAKETRANS RI No. 13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika ...
PERMENAKETRANS RI No. 13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika ...PERMENAKETRANS RI No. 13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika ...
PERMENAKETRANS RI No. 13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika ...Muhamad Imam Khairy
 
Makalah b3 dan_limbah_b3_reny_yulianti_1109045013_tl11.docx
Makalah b3 dan_limbah_b3_reny_yulianti_1109045013_tl11.docxMakalah b3 dan_limbah_b3_reny_yulianti_1109045013_tl11.docx
Makalah b3 dan_limbah_b3_reny_yulianti_1109045013_tl11.docxU Lhia Estrada
 
Identifikasi Bahaya - K3
Identifikasi Bahaya - K3Identifikasi Bahaya - K3
Identifikasi Bahaya - K3Al Marson
 
Pengelolaan limbah (tersier)
Pengelolaan limbah (tersier)Pengelolaan limbah (tersier)
Pengelolaan limbah (tersier)Nila Rahayu
 
Lampiran iii pergub 72 tahun 2013
Lampiran iii pergub 72 tahun 2013Lampiran iii pergub 72 tahun 2013
Lampiran iii pergub 72 tahun 2013Afiyan Kristiono
 
Ekoling6. sistem managemen lingkungan
Ekoling6. sistem managemen lingkunganEkoling6. sistem managemen lingkungan
Ekoling6. sistem managemen lingkunganWahyu Yuns
 
Epidemiologi kesehatan-lingkungan1
Epidemiologi kesehatan-lingkungan1Epidemiologi kesehatan-lingkungan1
Epidemiologi kesehatan-lingkungan1Thonce Thesia
 
SNI 16-7063-2004 tentang Nilai Ambang Batas Iklim Kerja (Panas), Kebisingan, ...
SNI 16-7063-2004 tentang Nilai Ambang Batas Iklim Kerja (Panas), Kebisingan, ...SNI 16-7063-2004 tentang Nilai Ambang Batas Iklim Kerja (Panas), Kebisingan, ...
SNI 16-7063-2004 tentang Nilai Ambang Batas Iklim Kerja (Panas), Kebisingan, ...Muhamad Imam Khairy
 
Restorasi kesatuan hidrologis gambut
Restorasi kesatuan hidrologis gambutRestorasi kesatuan hidrologis gambut
Restorasi kesatuan hidrologis gambutCIFOR-ICRAF
 
Penyediaan air minum pasca bencana
Penyediaan air minum pasca bencana Penyediaan air minum pasca bencana
Penyediaan air minum pasca bencana Gilang Rupaka
 

What's hot (20)

Faktor bahaya lingkungan kerja
Faktor bahaya lingkungan kerjaFaktor bahaya lingkungan kerja
Faktor bahaya lingkungan kerja
 
Indeks Kualitas Udara
Indeks Kualitas Udara Indeks Kualitas Udara
Indeks Kualitas Udara
 
Pengelolaan lingkungan bandar udara
Pengelolaan lingkungan bandar udaraPengelolaan lingkungan bandar udara
Pengelolaan lingkungan bandar udara
 
SNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja
SNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat KerjaSNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja
SNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja
 
SNI 16-7058-2004 tentang Pengukuran Kadar Debu Total di Udara Tempat Kerja
SNI 16-7058-2004 tentang Pengukuran Kadar Debu Total di Udara Tempat KerjaSNI 16-7058-2004 tentang Pengukuran Kadar Debu Total di Udara Tempat Kerja
SNI 16-7058-2004 tentang Pengukuran Kadar Debu Total di Udara Tempat Kerja
 
KEPMENLH RI No. 48 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan
KEPMENLH RI No. 48 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat KebisinganKEPMENLH RI No. 48 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan
KEPMENLH RI No. 48 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan
 
Kerusakan lingkungan
Kerusakan lingkunganKerusakan lingkungan
Kerusakan lingkungan
 
SNI 19-7119.7-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 7: Cara Uji Kadar Sulfur Dio...
SNI 19-7119.7-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 7: Cara Uji Kadar Sulfur Dio...SNI 19-7119.7-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 7: Cara Uji Kadar Sulfur Dio...
SNI 19-7119.7-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 7: Cara Uji Kadar Sulfur Dio...
 
PERMENAKETRANS RI No. 13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika ...
PERMENAKETRANS RI No. 13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika ...PERMENAKETRANS RI No. 13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika ...
PERMENAKETRANS RI No. 13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika ...
 
Makalah b3 dan_limbah_b3_reny_yulianti_1109045013_tl11.docx
Makalah b3 dan_limbah_b3_reny_yulianti_1109045013_tl11.docxMakalah b3 dan_limbah_b3_reny_yulianti_1109045013_tl11.docx
Makalah b3 dan_limbah_b3_reny_yulianti_1109045013_tl11.docx
 
Identifikasi Bahaya - K3
Identifikasi Bahaya - K3Identifikasi Bahaya - K3
Identifikasi Bahaya - K3
 
Pengelolaan limbah (tersier)
Pengelolaan limbah (tersier)Pengelolaan limbah (tersier)
Pengelolaan limbah (tersier)
 
Lampiran iii pergub 72 tahun 2013
Lampiran iii pergub 72 tahun 2013Lampiran iii pergub 72 tahun 2013
Lampiran iii pergub 72 tahun 2013
 
Ekoling6. sistem managemen lingkungan
Ekoling6. sistem managemen lingkunganEkoling6. sistem managemen lingkungan
Ekoling6. sistem managemen lingkungan
 
Getaran
GetaranGetaran
Getaran
 
Sanitasi tempat
Sanitasi tempatSanitasi tempat
Sanitasi tempat
 
Epidemiologi kesehatan-lingkungan1
Epidemiologi kesehatan-lingkungan1Epidemiologi kesehatan-lingkungan1
Epidemiologi kesehatan-lingkungan1
 
SNI 16-7063-2004 tentang Nilai Ambang Batas Iklim Kerja (Panas), Kebisingan, ...
SNI 16-7063-2004 tentang Nilai Ambang Batas Iklim Kerja (Panas), Kebisingan, ...SNI 16-7063-2004 tentang Nilai Ambang Batas Iklim Kerja (Panas), Kebisingan, ...
SNI 16-7063-2004 tentang Nilai Ambang Batas Iklim Kerja (Panas), Kebisingan, ...
 
Restorasi kesatuan hidrologis gambut
Restorasi kesatuan hidrologis gambutRestorasi kesatuan hidrologis gambut
Restorasi kesatuan hidrologis gambut
 
Penyediaan air minum pasca bencana
Penyediaan air minum pasca bencana Penyediaan air minum pasca bencana
Penyediaan air minum pasca bencana
 

Similar to PENGUKURAN BISING rev_fix.pptx

Pengujian tidak merusak sound level measurement
Pengujian tidak merusak sound level measurementPengujian tidak merusak sound level measurement
Pengujian tidak merusak sound level measurementartyudy
 
2 dasar praktikum sinyal dgn matlab
2  dasar praktikum sinyal dgn matlab2  dasar praktikum sinyal dgn matlab
2 dasar praktikum sinyal dgn matlabSimon Patabang
 
Chapter ii 2
Chapter ii 2Chapter ii 2
Chapter ii 2Hery Andy
 
Bangunan dan Lingkungan Bengkel
Bangunan dan Lingkungan Bengkel Bangunan dan Lingkungan Bengkel
Bangunan dan Lingkungan Bengkel Kiki Reski
 
Hiperkes Faktor Fisik-KEBISINGAN
Hiperkes Faktor Fisik-KEBISINGANHiperkes Faktor Fisik-KEBISINGAN
Hiperkes Faktor Fisik-KEBISINGANHerry Prakoso
 
Kepmen lh 48 tahun 1996
Kepmen lh 48 tahun 1996Kepmen lh 48 tahun 1996
Kepmen lh 48 tahun 1996mirzafirdyah
 
pptx_20221108_081851_0000.pptx
pptx_20221108_081851_0000.pptxpptx_20221108_081851_0000.pptx
pptx_20221108_081851_0000.pptxmeilayamanaka
 
Laporan Fisdas Resonansi
Laporan Fisdas ResonansiLaporan Fisdas Resonansi
Laporan Fisdas ResonansiWidya arsy
 
02 signal dan-noise_dlm_siskom[1]
02 signal dan-noise_dlm_siskom[1]02 signal dan-noise_dlm_siskom[1]
02 signal dan-noise_dlm_siskom[1]Ajir Aja
 
Modul – 09 besaran dan ukuran kerja transmisi
Modul – 09  besaran dan ukuran kerja transmisiModul – 09  besaran dan ukuran kerja transmisi
Modul – 09 besaran dan ukuran kerja transmisiFahrudin Fajar
 

Similar to PENGUKURAN BISING rev_fix.pptx (20)

Bising 2
Bising 2Bising 2
Bising 2
 
SOUND LEVEL METER
SOUND LEVEL METERSOUND LEVEL METER
SOUND LEVEL METER
 
Presentasi 6
Presentasi  6Presentasi  6
Presentasi 6
 
Presentasi 6
Presentasi  6Presentasi  6
Presentasi 6
 
Pengujian tidak merusak sound level measurement
Pengujian tidak merusak sound level measurementPengujian tidak merusak sound level measurement
Pengujian tidak merusak sound level measurement
 
Soal mid gelombang
Soal mid gelombangSoal mid gelombang
Soal mid gelombang
 
Uts gelombang
Uts gelombangUts gelombang
Uts gelombang
 
2 dasar praktikum sinyal dgn matlab
2  dasar praktikum sinyal dgn matlab2  dasar praktikum sinyal dgn matlab
2 dasar praktikum sinyal dgn matlab
 
Chapter ii 2
Chapter ii 2Chapter ii 2
Chapter ii 2
 
Bangunan dan Lingkungan Bengkel
Bangunan dan Lingkungan Bengkel Bangunan dan Lingkungan Bengkel
Bangunan dan Lingkungan Bengkel
 
Simulasi kanal
Simulasi kanalSimulasi kanal
Simulasi kanal
 
Hiperkes Faktor Fisik-KEBISINGAN
Hiperkes Faktor Fisik-KEBISINGANHiperkes Faktor Fisik-KEBISINGAN
Hiperkes Faktor Fisik-KEBISINGAN
 
Anechoic chamber
Anechoic chamberAnechoic chamber
Anechoic chamber
 
Slide minggu 6 jul
Slide minggu 6 julSlide minggu 6 jul
Slide minggu 6 jul
 
Kepmen lh 48 tahun 1996
Kepmen lh 48 tahun 1996Kepmen lh 48 tahun 1996
Kepmen lh 48 tahun 1996
 
pptx_20221108_081851_0000.pptx
pptx_20221108_081851_0000.pptxpptx_20221108_081851_0000.pptx
pptx_20221108_081851_0000.pptx
 
Laporan Fisdas Resonansi
Laporan Fisdas ResonansiLaporan Fisdas Resonansi
Laporan Fisdas Resonansi
 
02 signal dan-noise_dlm_siskom[1]
02 signal dan-noise_dlm_siskom[1]02 signal dan-noise_dlm_siskom[1]
02 signal dan-noise_dlm_siskom[1]
 
Kebisingan
KebisinganKebisingan
Kebisingan
 
Modul – 09 besaran dan ukuran kerja transmisi
Modul – 09  besaran dan ukuran kerja transmisiModul – 09  besaran dan ukuran kerja transmisi
Modul – 09 besaran dan ukuran kerja transmisi
 

Recently uploaded

PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxStabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxdrrheinz
 
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfObat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfAdistriSafiraRosman
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxHidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxJasaketikku
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionolivia371624
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppticha582186
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxLinaWinarti1
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxnadiasariamd
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilancahyadewi17
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxgastroupdate
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiAviyudaPrabowo1
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikSyarifahNurulMaulida1
 

Recently uploaded (20)

PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxStabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
 
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfObat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxHidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung function
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
 

PENGUKURAN BISING rev_fix.pptx

  • 2. Definisi : Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor Per.13/MEN/X/2011, Bab 1, Pasal 1 nomor 19 Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran
  • 3. Definisi Para ahli : 1. Suara yang tidak di kehendaki 2. Suara yang tidak mempunyai kualitas musik (Spooner) 3. Suara yang mengganggu (Wall)
  • 4.
  • 5. Jenis Kebisingan : 1. Steady State Noise : kebisingan dimana fluktuasi intensitas ≤ 6 dB Contoh : suara kompresor, kipas angin, dapur pijar, mesin gergaji sirkuler, katup gas 2. Impact / Impuls Noise : kebisingan dimana waktu yang diperlukan untuk mencapai (peak intensity) ≤ 35 milidetik & waktu yang di perlukan untuk penurunan intensitas sampai 20 dB di bawah puncak ≤ 500 milidetik. Bila impuls terjadi berulang dengan interval waktu ≤ 0,5 detik atau bila jumlah impuls per detik > 10 → Continuous Noise / Kebisingan Kontinyu 3. Intermitten / Interrupted Noise adalah : Kebisingan dimana suara mengeras kemudian melemah secara perlahan – lahan. Contoh : bising lalu lintas, pesawat udara tinggal landas
  • 6. Waktu pemajanan per hari Intensitas Kebisingan dalam dBA 8 4 2 1 30 15 7,5 3,75 1,88 0,94 28,12 14,06 7,03 3,52 1,76 0,88 0,44 0,22 0,11 J a m M e n i t D e t i k 85 88 91 94 97 100 103 106 109 112 115 118 121 124 127 130 133 136 139 Catatan : Tidak boleh terpajan lebih dari 140 dBA, walaupun sesaat.
  • 7. Alat untuk ukur intensitas suara / bising : Sound Level Meter (SLM)
  • 8.
  • 9. Bagian SLM : 1. mikrofon 2. meter dengan jarum skala (dB) 3. selektor kisaran intensitas bunyi (dB) 4. selektor operasional SLM (on, off, bat, cal, skala, A. B. C.) 5. selektor untuk memilih respon : fast, slow, impuls 6. adjuster Peralatan Lain : 1. wind screen 2. octave band filter 3. graphic recorder
  • 10.
  • 11. Weighting Net Works Fungsi : mengubah signal yang terukur sesuai cara serupa seperti mekanisme pendengaran manusia Weighting Net Work A: Respon manusia untuk tingkat suara yang rendah (Human response for low levels), pengukuran terhadap operatornya Weighting Net Work B: Respon manusia untuk tingkat suara yang sedang (Human response for moderate sound level ) Weighting Net Work C: Respon manusia untuk tingkat suara yang tinggi ( Human response for high sound levels ), pengukuran bising disumbernya.
  • 12. Cara Pengukuran : 1. Memeriksa batere
  • 13. 3. Sebelum dilakukan pengukuran SLM dikalibrasi dengan kalibrator 2. Menentukan weighting network yang sesuai.
  • 14. 4. Bila mungkin SLM diletakkan pada tripod dimana operator ≥ 0,5 m
  • 15. 5. Pengukuran diluar gedung harus dilakukan pada ketinggian 1,2 – 1,5 meter diatas tanah dan bila mungkin ≥ 3,5 meter dari semua permukaan yang memantulkan. Tetapi bila kecepatan angin > 20 km/jam sebaiknya tidak dilakukan pengukuran bising. Pengukuran diluar ruang hendaknya memasang windscreen yang terbuat dari busa yang berpori untuk : a. Mengurangi turbulensi angin disekitar mirofon, b. Mereduksi suara tiupan angin c. Melindungi mikrofon dari debu, kotoran dan kerusakan mekanik
  • 16. 6. Precision sound level meter dapat dilengkapi dengan impulse network untuk mengukur suara yang tingkat tekanannya meningkat secara tajam (rise sharply) dalam interval waktu yang sangat pendek (< 35 mili detik)
  • 17. 7. Pada saat melakukan pengukuran sound level meter dipegang pada jarak sepanjang ukuran lengan (arms length) atau menggunakan remote microphone.
  • 18. 8. Bila pengukuran dilakukan disuatu daerah bebas (free field), mikrofon (free field microphone) diarahkan langsung ke sumber bunyi.
  • 19. 9. Kesalahan pengukuran terjadi bila operator mengukur terlalu dekat atau terlalu jauh dengan sumber bising
  • 20. 10. Memilih meter respon yang tepat yaitu “fast” atau “slow”
  • 21. Cara Pengukuran Intermitten Noise (outdoor community noise) Peralatan yang digunakan adalah : 1. Sound level meter (A-weighting network, slow response). 2. Windscreen 3. Stopwatch 4. Lembar data (data sheet) untuk mencatat sounds levels
  • 22. Cara Pengukuran 1. Mengukur SPL (sound pressure level) setiap 15 detik selama 25 menit setiap jamnya. Dengan demikian jumlah pengukuran selama 25 menit = 100 kali. 2. Selanjutnya dibuat tabulasi dan disusun menurun mulai dari SPL yang tertinggi sampai yang terendah (arrance the data in decending order). 3. Untuk menghitung menggunakan rumus Leq (one hour Leq)
  • 23. Bilamana kita ingin mengetahui intensitas kebisingan yang akan ditimbulkan oleh beberapa mesin yang hidup bersamaan bahkan bising akibat suara di luar tempat kerja, maka kita TIDAK DAPAT secara langsung menjumlah begitu saja intensitas bising dari setiap suara tersebut, karena merupakan angka logaritma.
  • 24. Beberapa Rumus Untuk Kebisingan Lp = 10 log (p²/Po) Lp = tingkat tekanan suara (dB) P = tekanan bunyi (Pa) Po = tekanan bunyi referensi (20µPa) Li = 10 log ( I / Io ) Li = tingkat intensitas bunyi (dB) I = intensitas bunyi (watt/m²) Io = intensitas bunyi referensi (10-¹² watt/m²) Rumus matematik tingkat tekanan (intensitas/kekuatan) suara Lw = 10 log (W/WO) LW = tingkat kekuatan suara (dB) W = kekuatan suara (watt) WO = kekuatan bunyi referensi (10- ² watt)
  • 25. 1. Penjumlahan Dilakukan cara penjumlahan bila kita ingin mengetahui intensitas bising yang ditimbulkan oleh dua buah mesin atau lebih yang dihidupkan secara bersamaan. Beberapa cara menentukan intensitas kebisingan sebagai berikut : a. Penggunaan rumus b. Penggunaan grafik c. Penggunaan chart d. Penggunaan tabel
  • 27. Contoh : Mesin A = 90 dBA ; mesin B = 80 dBA dan mesin C = 70 dBA Intensitas bising terukur dari ketiga mesin adalah.......dBA
  • 28. Cara Perhitungan Selanjutnya masukkan ke rumus : Lp = 10 log (P2 Rata – rata / Po2) = 10 log (111 X 107) = 10 log (1.11 X 109) = 10 log (1.11) + 90 = 90,5 dBA
  • 29. B. Penggunaan Grafik Langkah : A. Mengukur tingkat bising dari setiap sumber bunyi B. Menentukan selisih kedua intensitas bising C. Selisih kedua intensitas di masukkan ke sumbu X dari titik tsb. Di tarik garis vertikal ke atas hingga memotong kurva. Dari titik potong di tarik garis sejajar sumbu X hingga memotong sumbu Y. Titik potong ini menunjukkan besarnya intensitas yang harus di tambahkan pada intensitas suara yang lebih tinggi.
  • 30. Curve For Adding Sound Pressure Levels Two AT A Time
  • 31. Contoh : Mesin A = 85 dB, mesin B = 82 dB, selisih = 3 dB Faktor koreksi dari grafik = 1,7 Total noise kedua mesin tersebut adalah 85 + 1,7 = 86,7 dB
  • 32. c. Penggunaan Chart L1 the higher of the two. The left scale shows the number of decibels (A) to be added to the higher level L1 to obtain the level of combination of L1 and L2
  • 33. Chart untuk Menentukan Kombinasi Dua SPL Contoh : L1 = 82 dB, L2 = 80 dB (L1 is the higher of the two) Selisih L1 – L2 = 2 dB Dari chart ditemukan selisish 2 dB harus ditambah 2,1 dB pada L1 sehingga hasil penjumlahan L1 dan L2 adalah 82 + 2,1 = 84,1 dB
  • 34. D. Penggunaan Tabel Selisih (dB) dB yang harus di tambahkan 0 atau 1 2 atau 3 4 atau 9 ≥ 10 3 2 1 0
  • 35. 2. Pengurangan Pengurangan dilakukan bila intensitas bising di tempat kerja tidak hanya dipengaruhi oleh intensitas bising mesin tetapi faktor lingkungan lainnya ikut mempengaruhi intensitas bising secara keseluruhan.
  • 36. Penggunaan Chart Cara penggunaan chart sebagai berikut : 1. Mengukur total noise baik sumber bunyi maupun background noise. 2. Mematikan mesin dan mengukur SPL background noise. 3. Mengukur selisih kedua pengukuran tsb. Bila selisih < 3 dB, pengaruh background noise besar, bila selisih 3 – 10 dB perlu dikoreksi, bila > 10 dB tidak perlu koreksi. 4. Untuk koreksi, selisih kedua SPL masuk pada sumbu x, tarik garis vertikal ke atas memotong kurva dan menarik garis sejajar sumbu x memotong sumbu y, sehingga didapat angka koreksi
  • 37. Curve For Subtracting Background Noise To Obtain Machine Noise
  • 38. Contoh : BIla total noise terukur 60 dB dan background noise 53 dB. Selisih antara total noise dengan background noise adalah 7 dB. Berdasar chart tersebut faktor koreksi adalah 1 dB, sehingga SPL mesin tsb adalah : 60 dB – 1 dB = 59 dB
  • 39. Ekivalen Tingkat Kebisingan Kontinyu (energy equivalent sound level) Ekivalen tingkat kebisingan kontinyu biasa disingkat dengan Leq. Leq digunakan untuk menentukan intensitas kebisingan rata-rata pada tenaga kerja yang terpapar bising selama waktu tertentu. Cara yang digunakan adalah : a. Rumus b. Nomogram
  • 40. a. Penggunaan Rumus Leq n Leq = 10 log ( ∑ fi 10 Li/10 ) i=1 dimana ; Leq = tingkat bising equivalen fi = fraksi waktu untuk tingkat kebisinan tertentu Li = tingkat kebisingan terukur
  • 41. Contoh : Seorang tenaga kerja selalu berpindah tempat yang tingkat kebisingannya berbeda. Misalnya berada di A (100 dBA) selama 2 jam, di tempat B (120 dBA) selama 1 jam, dan di tempat C (90 dBA) selama 1 jam. Maka tingkat kebisingan rata-rata yang terpapar oleh tenaga kerja tersebut selama 4 jam adalah :
  • 42. fA = 2/4 LA = 100 dBA fB = 1/4 LB = 120 dBA fC = 1/4 LC = 90 dBA Leq = 10 log (fA.10LA/10 + fB.10LB/10 + fC.10LC/10) = 10 log (2/4.10100/10 + ¼.10120/10 + ¼.1090/10) = 10 log (5.109 + 250.109 + 0,25.109) = 10 log (255,25 x 109) = 114,1 dBA (4 hour Leq)
  • 43. b. Penggunaan Nomogram Penggunaan nomogram didahului dengan melengkapi tabel sebagai berikut : Tingkat bising dB (A) Lama paparan (jam/hari) Noise dose increment (dari nomogram) Total Dose = ----------------------
  • 45. Cara Penggunaan Nomogram Untuk setiap tingkat kebisingan dan lamanya pemaparan. Noise dose increment dapat dibaca pada garis tiga (line three of nomogram / f). Semua dari exposure increment ini kemudian di jumlahkan untuk mendapatkan total noise dose. Selain menggunakan rumus atau nomogram, Leq dapat pula ditentukan dengan menggunakan Noise Dose Meter.
  • 47. Daily noise dose : Bila seorang tenaga kerja terpapar bising pada tingkat intensitas dan waktu pemaparan yang berbeda, maka perlu diperhatikan efek gabungan dari kedua pemaparan tersebut. Untuk mengetahui apakah pemaparan ini telah atau belum melampaui NAB kebisingan, maka sebelumnya kita harus menghitung Daily Noise Dose dengan rumus sbb: C1 C2 C3 D = + + T1 T2 T3 Dimana, C : waktu pemaparan pada tingkat kebisingan tertentu (dalam jam) T : waktu pemaparan yang diperkenankan pada tingkat kebisingan tersebut (dalam jam)
  • 48. Daily noise dose (lanjutan) : Bila jumlah dari fraksi tersebut (C1/T1 + … Cn/Tn) lebih besar dari 1 (D > 1), maka dapat disimpulkan bahwa “the mixed exposure” telah melampaui limit value (NAB). Rumus ini hanya berlaku untuk steady state noise (continuous noise)
  • 49. Contoh : Seorang tenagakerja yang terpapar berbagai tingkat kebisingan berikut, selama jam kerjanya : 85 dBA selama 3,75 jam , 90 dBA selama 2 jam 95 dBA selama 2 jam , 110 dBA selama 0,25 jam Jumlah fraksi tsb adalah : Menurut OSHA = 3,75/no limit + 2/8 + 2/4 + 0,25/0,5 = 0 + 2/8 + 2/4 + 0,25/0,5 = 1,25. Jadi D > 1 Menurut ACGIH = 3,75/8 + 2/2 + 2/4 + 0,25/0,25 = 2,97. Jadi D > 1
  • 50. Pemaparan Kebisingan Yang Diperkenankan Lamanya pemaparan yang Intensitas kebisingan (dBA) Diperkenankan (jam) OSHA ACGIH OSHA ACGIH - 16 - 80 - 8 - 85 8 4 90 90 6 - 92 - 4 2 95 95 3 - 97 - 2 1 100 100 1,5 - 102 - 1 ½ 105 105 0,5 ¼ 110 110 ¼ atau kurang 1/8 115 115 (TLV – C)
  • 51. Analisis Intermitten Noise Contoh : Hitung Leq (one hour Leq), bila pada pengukuran ditemukan SPL tertinggi = 90 dBA dan SPL terendah = 71 dBA. Pengukuran dilakukan selama 25 menit dengan interval waktu 15 detik