1. Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Struktur Modal Dan
Struktur Kepemilikan Saham, Terhadap Kebijakan Dividen
Darminto
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan signifikansi pengaruh dari
variabel profitabilitas, likuiditas, struktur modal dan struktur kepemilikan
saham, terhadap kebijakan dividen perusahaan industri manufaktur yang go
public di BEI. Dengan cara menguji dan menjelaskan pengaruh dari
profitabilitas, likuiditas, struktur modal dan struktur kepemilikan saham secara
simultan maupun secara parsial terhadap kebijakan dividen. Lokasi penelitian
di Pojok Bursa Efek Indonesia di Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya
Malang. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan dalam
kelompok industri manufaktur yang telah go public, dan membayarkan dividen
secara kontinyu pada tahun 2002 sampai tahun 2005 sesuai dengan klasifikasi
dalam Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Proses menentukan
sampel menggunakan metode multy stage sampling diperoleh sampel sebanyak
20 perusahan. Jumlah unit analisis sebanyak 80 dan teknik analisis data
yang digunakan untuk menguji hipotesis menggunakan persamaan multi
regresi linier. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel profitabilitas,
likuiditas, struktur modal dan struktur kepemilikan saham secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Secara parsial variabel
profitabilitas dan struktur modal berpengaruh signifikan, sedangkan variabel
likuiditas dan struktur kepemilikan saham berpengaruh tidak signifikan terhadap
kebijakan dividen.
Kata kunci :
profitabilitas, likuiditas, struktur modal, struktur kepemilikan saham, kebijakan
dividenThe Influence Of Profitabilities, Liquidities Capital Structure And
OwnershipStructure To Divident Policy
2. PENDAHULUAN
Kebijakan dividen merupakan kebijakan dari manajemen perusahaan dalam
menentukan laba yang tersedia bagi pemegang saham dibayarkan kepada para
pemegang saham dalam bentuk dividen atau laba tersebut di tahan guna
membiayai investasi di masa mendatang. Jika manajemen memutuskan untuk
membayar dividen konsekuensi-nya adalah jumlah laba di tahan berkurang,
sehingga sumber pendanaan internal juga berkurang. Jika manajemen
memutuskan tidak membayar dividen, maka akan meningkatkan pendanaan dari
sumber dana internal. Kemampuan menghimpun pendanaan internal meningkat
akan semakin memperkuat posisi ekuitas pemilik dikarenakan semakin kecil
ketergantungan perusahaan pada sumber pendanaan eksternal. Hal inilah yang
menyebabkan kebijakan dividen sampai saat ini terus menjadi perdebatan
terutama pada saat kebijakan dividen dihubungkan dengan nilai perusahaan.
Kebijakan dividen jika dihubungkan dengannilai perusahaan menjadi hal yang
penting karena mempunyai dim konsekuensi yang saling bertentangan. Kebijakan
dividen dengan membayarkan dividen kepada para pemegang saham
menyebabkan nilai perusahaan meningkat, karena dengan meningkatnya
pembayaran dividen maka kemakmuran pemegang saham akan meningkat pula.
Apabila perusahaan menginginkan pertumbuhan ekuitas pemilik, maka
manajemen cenderung untuk menahan laba yang tersedia bagi pemegang saham
menjadi laba di tahan, hal ini dilakukan sebagai sumber pendanaan untuk
melakukan investasi.Setiap perusahaan berusaha untuk meningkatkan nilai
perusahaan melalui pembayaran dividen dan tetap menjaga pertumbuhan ekuitas
pemilik dengan cara menahan laba yang tersedia bagi pemegang saham menjadi
laba di tahan. Perusahaan berusaha untuk mencari suatu kebijakan dividen yang
optimal yang bisa memaksimalkan nilai perusahaan. Menurut Brigham & Houston
(2001), kebijakan dividen yang optimal adalah kebijakan dividen yang bisa
menciptakan keseimbangan di antara dividen saat ini dan pertumbuhan di masa
mendatang yang bisa memaksimumkan harga saham perusahaan. Pada saat
manajemen memutuskan berapa banyak laba Korespondensi:
Kemakmuran pemegang saham dapat tercapai apabila para pemegang saham
memperolehdividen dan capital gain. Capital gain merupakan selisih harga saham
saat ini dengan peningkatan harga saham yang akan terjadi karena adanya
pembayaran dividen kepada para pemegang saham. Penentuan besarnya laba yang
harus dibayarkan dalam bentuk dividen harus didasarkan pada preferensi investor
atas dividen, apakah investor lebih suka perusahaan membagikan laba sebagai
dividen ataukah investor lebih suka perusahaan menahan laba tersebut untuk
diinvestasikan kembali.Pembayaran dividen kepada para pemegang saham
tergantung pada kebijakan masing-masing manajemen perusahaan. Di dalam
3. menentukan besar kecilnya dividen yang dibayarkan, pihak manajemen harus
memperhatikan kepentingan para pemegang saham dan kepentingan perusahaan.
Selain memperhatikan kepentingan pemegang saham dan kepentingan
perusahaan, manajemen juga harus memperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhi penentuan besar kecilnya pembayaran dividen. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kebijakan dividen dan yang menjadi fokus perhatian dari
penelitian ini yaitu: profitabilitas, tingkat likuiditas, struktur modal, dan struktur
kepemilikan saham. Di dalam kaitannya dengan kebijakan dividen, struktur saham
mempengaruhi jumlah dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang
saham dan pada akhirnya akan mempengaruhi nilai perusahaan. Pernyataan ini
berdasarkan penelitian yang dilakukan Mahadwartha (2002) dan Kumar (2003)
yang menyatakan struktur kepemilikan saham mempengaruhi kebijakan dividen
perusahaan.Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh
laba atau profit, sehingga mempunyai pengaruh pada kebijakan dividen. Jika
perusahaan mempunyai tingkat profitabilitas yang tinggi, maka mendapatkan laba
yang tinggi pula dan pada akhirnya laba yang tersedia untuk dibagikan kepada
para pemegang saham akan semakin besar pula. Semakin besar laba yang tersedia
bagi pemegang saham maka pembayaran dividen kepada pemegang saham atau
alokasi untuk laba ditahan akan semakin besar pulaLikuiditas perusahaan
merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka
pendeknya tepat pada waktunya. Di dalam kaitannya dengan kebijakan dividen,
likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk membayarkan dividen
kepada para pemegang saham. Hal ini dikarenakan, untuk membayar dividen
diperlukan ketersediaan dana dalam hal ini adalah kas yang dimiliki oleh
perusahaan. Perusahaan yang mempunyai laba yang tinggi belum tentu dapat
membayarkan dividen kepada para pemegang saham karena tidak adanya dana
untuk membayar dividen.Pendanaan perusahaan melalui hutang erat kaitannya
dengan Struktur modal dan hutang dalam hal ini leverage merupakan sumber
pendanaan ekternal (external financing)untuk membiayai kegiatan perusahaan.
Apabila leverage rendah, berarti perusahaan memiliki jumlah utang relatif sedikit
daripada modal sendiri, hal ini akan berpengaruh terhadap perolehan laba. Jumlah
hutang perusahaan yang relatif sedikit, maka laba yang diperoleh hanya sebagian
kecil yang dibayarkan untuk bunga pinjaman sehingga laba bersih akan semakin
besar. Perusahaan yang dimiliki hutang sedikit, maka kebutuhan dana untuk
membayar cicilan hutang dan biaya bunga yang ditanggung menjadi relatifsedikit.
Perusahaan yang memperoleh laba bersih sebelum pajak dalam jumlah yang
tinggi maka laba yang dibagikan kepada pemegang saham akan semakin tinggi
yang pada akhirnya dividen yang dibayarkan akan semakin tinggi.Struktur
kepemilikan terdiri dari Struktur kepemilikan manajerial, dan Struktur
kepemilikan institusional. Struktur kepemilikan manajerial merupakan Struktur
4. kepemilikan saham terbesar yang dimiliki oleh manajemen perusahaan,
sedangkan Struktur kepemilikan institusional merupakan Struktur kepemilikan
saham terbesar yang dimiliki oleh institusi di luar perusahaan. Manajemen
perusahaan lebih menginginkan untuk meningkatkan pertumbuhan perusahaan
dengan melakukan ekspansi perusahaan, sedahgkan para pemegang saham
(institusi di luar perusahaan/ publik) lebih menginginkan pembayaran dividen
yang tinggi. Semakin tinggi dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham
yang akan mengurangi jumlah laba ditahan akan menghambat pertumbuhan
perusahaan dan selanjutnya akan mcnurunkan harga sahamnya. Jika perusahaan
memilih untuk menahan laba yang diperoleh, makakemampuan pemenuhan
kebutuhan dana dari sumber intern akan semakin besar dan ini akan menjadikan
posisi finansial dari perusahaan yang bersangkutan semakin kuat karena
ketergantungan kepada sumber dana ekstern atau external financing menjadi
semakin kecil. Suatu perusahaan yang mengalami pertumbuhan konstan,
menunjukkan bahwa pembayaran dividen yang lebih besar cenderung akan
meningkatkan harga saham yang berarti meningkatnya nilai
perusahaan.Pembayaran dividenyang semakin besar akan mengakibatkan
semakin sedikitnya sisa dana yang tersedia untuk investasi, dan ini akan
menurunkan tingkat pertumbuhan perusahaan yang pada akhirnya akan
menurunkan harga saham.Pada perusahaan yang telah go public, dikelola dengan
memisahkan antara fungsi kepemilikan dengan fungsi pengelolaan ataumanajerial,
menyebabkan adanya struktur kepemilikan saham. Fungsi pengelolaan
dimandatkan kepada manajemen, untuk mengelola keuangan perusahaan.Menurut
agency theory yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976), pemisahan
fungsi kepemilikan dengan fungsi manajerial tersebut membentuk suatu hubungan
keagenan, yaitu suatu hubungan dimana seseorang atau lebih (prinsipal)
mempekerjakan orang lain (agen) untuk melakukan suatu pekerjaan, sesuaidengan
kepentingan prinsipal, dengan mendelegasikan beberapa wewenang pengambilan
keputusan kepada agen. Adanya pemisahan itu, akan terjadi konflik kepentingan
antara para pemilik dengan para manajer. Dari sudut para pemilik bisnis, masalah
keagenan (agency problem) berkaitan dengan bagaimana menjamin agar para
eksekutif manajer selalu bertindak menurut kepentingan para pemilik. Manajemen
dalam menjalankan perusahaan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan
nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang
saham (prinsipal). Menurut Sartono (2000), secara teoritis hampir semua manajer
keuangan setuju terhadap tujuan untuk memaksimumkan kemakmuran pemilik
perusahaan. Dalam kenyataannya, manajemen juga berkepentingan terhadap kep
entingan pribadi yang kesemuanya dibebankan atas biaya perusahaan. Berbagai
kepentingan tersebut membuat manajer menjadi enggan untuk mengambil
keputusan yang lebih berisiko. Jika mereka mempunyai persepsi risiko yang
5. dihadapi lebih besar clibandingkan dengan kemungkinan menyebabkan harga
saham naik, dan terjadi penurunan dalam pembayaran dividen
merupakan sinyal negatif yang menyebabkan harga saham turun.Dalam
mengembangkan teorinya, MM membuktikan pendapatnya dengan
berbagai asumsi sebagai berikut: 1) Tidak ada pajak perseorangan dan pajak
penghasilan perusahaan 2) Tidak ada biaya emisi (flotation cost) maupun
biaya transaks 3) Preferensi investor atas dividen dan capital gain tidak
berbeda 4) Kebijakan investasi perusahaan tidak tergantung pada
kebijakan dividennya5) Investor dan manajer mempunyai informasi yang
sama tentang kesempatan investasi di masa mendatang.Teori Dividen
Relevan (Relevant Theory), argumen ketidakrelevanan kebijakan dividen
(Dividend Irrelevance) yang mengasumsikan pasar yang sempurna dan
efisien. Pasar yang sempurna dan efisien yang dimaksud di sini adalah tidak
ada pajak, tidak ada biaya emisi atau biaya transaksi, preferensi investor
atas dividen dan capital gain sama, pembagian informasi yang sama. Tetapi
pada kenyataannya tidak ada pasar yang sempurna dan efisien. Berangkat
dari ketidaksempurnaan pasar, maka muncullah berbagai teori yang mendukung
teori dividen relevan.Bird-In-The-Hand Theory, dikembangkan oleh Myron
Gordon dan John Lintner, dimana mereka menentang teori
ketidakrelevanan dividen (dividend irrelevance) yang dikembangkan oleh
MM terutama asumsi mengenai preferensi investor yang sama antara
dividen dan capital gain. Mereka berpendapat bahwa tingkat pengembalian
atau tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh investor (ks) akan meningkat
sebagai akibat penurunan pembayaran dividen. Investor lebih merasa aman
untuk memperoleh pendapatan berupa pembayaran dividen daripada
menunggu capital gain karena unsur dividen yield (Dj/P0) risikonya lebih kecil
dibandingkan unsur pertumbuhan yang diharapkan (g) dalam persamaan
tingkat keuntungan yang disyaratkan investor, yaitu ks = D,/P0+ g.Investor
akan meminta tingkat keuntungan yang lebih tinggi jika
ksdipergunakan untuk mensubstitusikan dividen. Jadi investor akan meminta
tingkat keuntungan yang lebih tinggi untuk setiap pengurangan dividend
yield. MM berpendapat bahwa investor merasa sama saja, apakah menerima
dividen saat ini atau menerima capital gain di masa datang,sehingga tingkat
keuntungan yang disyaratkan (ks) tidak dipengaruhi oleh kebijakan dividen.
Pendapat Gordon-Litner oleh MM disebut sebagai the-bird-in-the hand
fallacy, karena menurut pandangan MM, kebanyakan investor merencanakan
untuk menginvestasikan kembali dividen mereka di perusahaan yang sama
atau sejenis dengan memiliki risiko yang sama, oleh sebab itu tingkat risiko
pendapatan di masa datang ditentukan oleh tingkat risiko dan arus kas
operasinya, dan bukan oleh kebijakan dividennya.Teori Preferensi Pajak
6. (Tax Preference Theory), dikembangkan oleh Litzenberger dan Ramaswamy
yan mendasarkan teorinya atas adanya pengaruh pajakbaikatasdividenataupun
capital gain. Mereka menyatakan bahwa dengan adanya pajak maka investor
lebih menyukai capital gain daripada dividen karena capital gain dapat menunda
pembayaran pajak, dimana pajak atas capital gain baru akan dibayar setelah
saham dijual, sementara pajak atas dividen harus dibayarkan setiap
tahun setelah pembayaran dividen. Selain itu adanya perbedaan pajak antara
dividen dan capital gain yaitu pajak dividen lebih tinggi daripada pajak capital
gain akan semakin mendorong investor untuk menginvestasikan
keuntungannya daripada membagikan keuntungan tersebut dalam
bentuk dividen karena jika perusahaan membagikan dividen sekecil-kecilnya
maka hal itu akan bisa lebih menghemat pajak.Profitabilitas mempengaruhi
kebijakan dividen dikarenakan profitabilitas merupakan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba dan dividen akan dibagi apabila
perusaha-an tersebut memperoleh laba. Dari laba setelah pajak tersebut sebagian
dibagikan sebagai dividen kepada para pemegang saham dan sebagian lain
ditahan di perusahaan (laba ditahan). Jika laba yang diperoleh kecil, maka
dividen yang akan dibagikan juga kecil. Agar para pemegang saham dapat
menikmati dividen yang besar, maka manajemen akan berusaha untuk
memperoleh laba yang sebesar-besarnya guna meningkatkan kemampuan
membayar dividen. Semakin besar kemampuan dalam menghasilkan laba maka
laba yang diperoleh perusahaan yang disediakan kepada pemegang
saham juga akan semakin besar. Laba yang disediakan bagi para pemegang
saham yang besar memungkinkan para pemegang saham untuk memperoleh
dividen dalam jumlah besar. Semakin besar dividen yang diterima oleh para
pemegang saham maka kcmakmuran pemegang saham akanmeningkat
dengan demikian tujuan perusahaan untuk memakmurkan pemegang saham
dapat tercapai. Hal ini sesuai dengan pernyataan Martono dan
Harjito (2003) yang mengungkapkan bahwa salah satu tujuan
perusahaan adalah untuk memakmurkan pemilik perusahaan (pemegang
saham) sangat erat hubungannya dengan kemampuan perusahaan
memperoleh laba. Profitabilitas mempengaruhi kebijakan dividen ini sesuai
dengan pendapat Hanafi (2004) yang menyatakan bahwa perusahaan
yang mempunyai aliran kas atau profitabilitas yang baik bisa membayar
dividen atau meningkatkan dividen. Hal yang sebaliknya akan terjadi jika aliran
kas tidak baik. Pendapat senada juga diungkapkan oleh Turnovsky (1967), Kao
dan Wu (1994), Rahmawati (1999), Sutrisno (2001) dan Anomsari
(2003).Likuiditas mempengaruhi kebijakan dividen dikarenakan likuiditas
merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka
pendeknya seperti melunasi utang maupun dalam hal pembayaran dividen.
7. Martin, dkk. (1993), Sartono (2000), Riyanto (2001), Sutrisno (2002), Banerjee,
et al. (2002), Hanafi (2004) dan Nurnajamuddin (2004), menyatakan
bahwa likuiditas suatu perusahaan merupakan faktor penting yang harus
dipertimbangkan sebelum perusahaan mengambil keputusan untuk
menetapkan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada para
pemegang saham. Jika posisi likuiditas perusahaan kuat maka
kemampuan perusahaan untuk membayar dividen adalah besar,
mengingat bahwa dividen adalah merupakan arus kas keluar (cash outflow) bagi
perusahaan. Perusahaan yang banyak mendapatkan laba belum tentu
memiliki kas yang memadai, karena dividen dibayar dengan kas maka untuk
dapat membayar dividen harus memiliki kas yang memadai. Hal ini
menunjukkan bahwa posisi likuiditas langsung mempengaruhi kemampuan
perusahaan dalam membayar dividen.Kebijakan dividen suatu perusahaan
akan melibatkan dua pihak yang berkepentingan dan saling bertentangan,
yaitu kepentingan para pemegang saham dengan dividennya, dan
kepentingan perusahaan dengan laba ditahannya, di samping itu juga
kepentingan bondholder yang dapat mempengaruhi besarnya dividen kas yang
dibayarkan (Sutrisno, 2001). Dua pihak yang berkepentingan dan saling
bertentangan tersebut dikarenakan adanya struktur kepemilikan
saham yang ada dalam perusahaan. Struktur kepemilikansaham dalam suatu
perusahaan terdiri struktur kepemilikan saham manajerial, struktur
kepemilikan saham institusional dan struktur kepemilikan publik. Dalam
struktur kepemilikan manajerial diwakili oleh manajemen perusahaan (sebagai
investor) yang menanamkan saham pada perusahaan sedangkan struktur
kepemilikan institusional merupakan investor dalam bentuk institusi atau
organisasi di luar perusahaan yang menanamkan saham pada
perusahaan.Struktur modal mempunyai pengaruh terhadap kebijakan
dividen dikarenakan struktur modal mencerminkan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi seluruh kewajibannyayang ditunjukkan oleh berapa
bagian dari modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Semakin
rendah tingkat struktur modal semakintinggi kemampuan perusahaan
membayar seluruh kewajibannya. Penggunaan hutang sebagai sumber
pendanaan akan menyebabkan perusahaan harus menanggung beban
tetap berupa bunga dan cicilan hutang. Semakin besar proporsi hutang yang
digunakan dalam struktur modal, maka semakin pula kewajiban (beban
tetap) yang ditanggung oleh perusahaan yang bersangkutan. Pada
gilirannya peningkatan hutang akan mempengaruhi besar kecilnya
pendapatan bersih yang tersedia bagi para pemegang saham termasuk
dividen yang akan diterima. Pernyataan ini senada dengan Sartono (2000),
Riyanto (2001), dan Sutrisno (2002) yang menyatakan bahwa semakin banyak
8. hutang maka semakin besar dana yang harus disediakan untuk melunasi pokok
hutang beserta bunganya sehingga akan mengurangi jumlah dividen yang
dibayarkan kepada pemegang saham.
METODE PENELTTIAN
Penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian penjelasan atau
exsplanatory research. Penelitian penjelasan yaitu menjelaskan
hubungan kausal antara variabel-variabel penelitian melalui pengujian
hipotesis (Sugiyono, 2002). Tujuan penelitian ini menjelaskan hubungan
kausal secara simultan dari profitabilitas, likuiditas, struktur modal
dan struktur kepemilikan saham terhadap kebijakan dividen. Penjelasan
dimulai mengenai signifikansi hubungankausal secara bersama-sama dan
nilai koefisien determinan (R-square). Penjelasan selanjutnya mengenai
hubungan kausal secara individual dari berbagai variabel independenterhadap
variabel dependen dan arah hubungan sebagai sub sistem. Penjelasan terakhir
sesuai tujuan penelitian yaitu mengenai keputusan menerima maupun menolak
masing-masing hipotesis alternatif yang diajukan berdasarkan hasil uji hipotesis.
Lokasi penelitian merupakan area dengan batasan-batasan yang jelas agar tidak
menimbulkan kerancuan dan ketidakjelasan daerah atau wilayah tertentu.
Penelitian ini mengambil lokasi di Pojok Bursa Efek Indonesia di Fakultas
Ekonomi Universitas Brawijaya Malang.Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh perusahaan dalam kelompok industri manufaktur yang telah go public
sesuai dengan klasifikasi dalam Indonesian Capital Market Directory (ICMD).
Pertimbangan memilih perusahaan dalam kelompok industri manufaktur adalah:
a), jumlah perusahaan yang termasuk dalam kelompok manufaktur yang terdaftar
di BEI relatif banyak (sejumlah 146), sehingga memungkinkan peneliti untuk
memperoleh data yang lebih banyak. b) Perusahaan dalam kelompok industri
manufaktur relatif lebih aktif membagikan dividen dibandingkan kelompok
perusahaan lainnya. Proses dalam menentukan sampel menggunakan metode
multy stage sampling yang dikemukakan oleh Daniel & Terel (1989). Dari
populasi sejumlah 146 perusahaan di pilih yang membayar dividen sebanyak 58
perusahaan. Kemudian, 58 perusahaan tersebut dipilih lagi yang membayarkan
dividen secara kontinyu atau secara terus menerus selama 4 tahun sejumlah 21
perusahaan, sebagai populasi. Populasi sebanyak 21 perusahaan tersebut,diambil
sampel yang diteliti berdasarkan metode perhitungan yang dikemukakan oleh
Daniel & Terel (1989) dan diperoleh sampel sebanyak 20 perusahaan.Data yang
dianalisis merupakan data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari Bursa Efek
Indonesia (BEI), Internet, dan sumber lain yang terkait. Data tersebut berupa
laporan keuangan tahunan (annual report) dari masing-masing perusahaan
manufaktur yang telah go-public pada tahun 2002 sampai tahun 2005 dan
9. Indonesian Capital Market Directory (ICMD).Analisis data dalam penelitian ini
menggunakan beberapa teknik yaitura) Analisis rasio keuangan yang
menghubungkan unsur-lainnya yang saling berkaitan, sehingga dapat memberikan
gambaran mengenai posisi dan kondisi keuangan perusahaan pada suatusaat
tertentu, serta dapat menilai efisiensi dan efektivitas pemanfaatan dana dalam
operasional perusahaan. b)Analisis statistik deskriptif digunakan untuk
melukiskan atau menggambarkan secara sistematis fakta atau karakteristik
populasi atau sampel tertentu secara aktual dan cermat. Penyajiannya berupa
tabel, grafik dan diagram. c)Analisis faktor konfirmatori dilakukan untuk
mengekstraksi sejumlah indikator pembentuk variabel, serta pemeriksaan validitas
dan reliabilitas instrumen penelitian. Dengan melakukan first order confirmatory
factor analysis untuk masing-masing variabel akan diketahui indikator-indikator
pembentuk variabel serta validitas dan reliabilitasnya. d)Analisis statistik
inferensial memakai data yang berasal dari laporan keuangan yang diteliti dan
dianalisis dengan anal is is ini karena pengolahannya berasal dari data yang
berwujud angka-angka statistik yang kemudian ditarik suatu kesimpulan.Dalam
menggunakan analisis regresi berganda, pengujian hipotesis harus menghindari
adanya kemungkinan penyimpangan asumsi-asumsi klasik yaitu tidak terjadi
autokorelasi, multikolinearitas, dan heterokedastisitas. Tujuan pemenuhan asumsi
klasik ini dimaksudkan agar variabel-variabel bebas yang digunakan sebagai
estimator dapat memberikan estimasi secara lebih akurat terhadap variabel terikat
dalam penelitian ini.
10. HASIL PEMBAHASAN
Pengujian Asumsi Klasik mengunakan empat buah alat uji yaitu: a)Uji Normalitas
Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis sumber distribusi
normalmaka digunakan pengujian Kolmogorov-Smirnov Goodness of Fit Test
terhadap model yang diuji.Tampak hasil dari perhitungan Kolmogorof Smirnov
Test sudah menunjukkan sumber distribusi yang normal pada model yang
digunakan sehingga bisa dilakukan regresi dengan Model Linear Berganda. Hasil
uji normalitas selengkapnya dapat dicermati pada tabel berikut:b) Uji Non-
Kolinieritas Ganda (Multicolin-earity) untuk mendeteksi adanya multikolinearitas
Uji Normalitas Sumber distribusiVariabelK-SZ* 2 tailed p.**Pengaruh
Profitabilitas (X i), dan Likuiditas (X 2), Struktur modal
(X3),Strukturkepemilikan saham (X 4), dengan Kebijakan Dividen (Y).1,117
0,165
dapat dilihat dari Variance Inflation Factor (VIF). Apabila nilai VIF >
10 maka terjadi multikolinearitas dan sebaliknya apabila VIF < 10 maka
tidak terjadi multikolinearitas (Aliman, 2000:27). Dalam penelitian ini
diperoleh VIF seperti pada tabel berikut:Uji Multikolinearitas Variance Inflation
Factor (VIF)
Variabel NILAI VIF keterangan
Profitabililas (X ,) 1,344 Tidak ada indikasi
kolinealitras antar
penjelas
Likuiditas(X2) 1.447 Tidak ada indikasi
kolinealitras antar
penjelas
Struklur modal (X3) 1,602 Tidak ada indikasi
kolinealitras antar
penjelas
Struktur (x4) 1,289 Tidak ada indikasi
kolinealitras antar
penjelas
11. Keterangan:
-Jumlah data (observasi)a=5% =1,992
Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk variabel (XpX2, X3, dan X4)
tidak terjadi multikolineritas denganditunjukkan nilai VIF lebih kecil dari 10 atau
nilai VI
F < 10. c). Uji Non-Autokorelasi Untuk mengetahui adanyaautokorelasi
digunakan uji Durbin-Watson yang bisa dilihat dari hasil uji regresi berganda.
Berikut hasil perhitungan
Durbin-Watson dengan menggunakan regresi:PengujianAsumsi Autokorelasi
Variabel(Xr X2, X3, X) Terhadap Yd). Uji NonHeteroskedastisitas Untuk
menguji tidak terjadinya heteroskedastisitas dilakukan dengan melakukan uji
Glejser.
Rule of thumb yang digunakan adalah bila nilai t-hitung> t-^,, berarti terjadi
heteroskedastisitas, namun sebaliknya apabilnilai t-hitung< t-tabdmaka akan
terjadi homoskedastisitas.Pengujian Asumsi Heteroskedastisitas Variabel (XrX2,
X3, XJ Terhadap absolut Residual Dengan Menggunakan Uji Glejser
Variabel bebas 1 hitung sig interprestasi
X1 -0,107 0,915 homoskedastisitas
X2 1,591 0,116 homoskedastisitas
X3 0,726 0,470 homoskedastisitas
X4 1,389 0,169 homoskedastisitas
Keterangan:
-Jumlah data (observasi) = 80
-Nilai T tabel: = 5% =1,99
Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwauntuk (X,, X2, X3, X4) terhadap
absolut residual(Y) tidak terjadiheteroskedastisitas dengan ditunjukkan
Thitunglebih kecil dari TtabelAnalisis Regresi Linier Berganda Dalam
pengolahan data dengan menggunakan persamaan regresi linier, dilakukan
beberapa tahapan untuk mencari hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen, melalui pengaruh variabel profitabilitas (X,),likuiditas (X2),
(struktur modal X3) dan struktur kepemilikan saham (X4)terhadap kebijakan
dividen (Y). Hasil regresi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Hasil Analisis Regresi
Variabel unstandardzed coefficient B T hitung sig Keterangan
Konstant 30,105
X1 6157 2,043 0,045 0,0529
X2 0020 0,006 0,995 0,000001
12. TIDAK
X3 6627 2,020 0,047 0,051529
X4 2,07 0,701 0,485 0,006561
TIDAK
R =0,399
R square=0,159
F hitung =3,556
F tabel =2,494
Sign F =0,010
Keterangan :
Jumlah data (observasi)Nilai T Dengan demikian tidak ada korelasi serial diantara
disturbance terms, sehingga variabel tersebut independen (tidak terjadi
autokorelasi) yang ditunjukkan dengan du<dw< 4-du (1,743 < 1,900 < 2,257).
Nilai T tabel: J,992(X -5%
• Dependent Variabel Y Variabel tergantung pada regresi ini adalah kebijakan
dividen (Y) sedangkan variabel bebasnya adalah variabel profitabilitas (X,),
likuiditas (X2), Struktur modal (X3), dan Struktur kepemilikan saham (X4).
Model regresi berdasarkan hasil analisis di atas adalah :Y= 30,105 + 6.157X1+
0.020 X2 + -6,627X3 + 2.070X4Tampak pada persamaan tersebut menunjukkan
angka yang signifikan pada
variabel leverage (X2), profitabilitas (X3), sedangkan variabel Struktur
kepemilikan saham (X,) dan likuiditas (X4) tidak menunjukkan angka yang
signifikan.Hasil Pengujian Hipotesis
Hipotesis yang diuji ada dua dengan menggunakan multiple regresion. Tujuannya
adalah untuk mengetahui apakah profitabilitas, likuiditas, Struktur modal, dan
variabel Struktur kepemilikan saham berpengaruh terhadap dividend payoutratio.
Berikut ini hasil perhitungan uji F, uji t dan R2.Pengujian hipotesis pertama Untuk
menunjukkan apakah semua variabel yang dimasukkan dalam model secara
bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel
terikat,menggunakan dasar hasil dari ujiF. Berikut ini disajikan tabel yang
menunjukkan hasil uji F dengan tingkat signifikansi (j) sebesar 5%:Pengujian
Hipotesis PertamaBerdasarkan tabel tersebut untuk melihat pengaruh secara
simultan dilakukan dengan Uji F yaitu pengujian secara simultan pengaruh dari
variabel profitabilitas, likuiditas, Struktur modal dan Struktur kepemilikan saham
terhadap kebijakan dividen. Pada pengujian ini besarnya nilai signifikansi pada uji
F sebesar 0,010, dimananilai signifikansi ini lebih kecil dari a = 0,05 atau (0,010
<0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari
variabel profitabilitas, likuiditas, Struktur modal dan Struktur kepemilikan saham
13. secara simultan terhadap kebijakan dividen.Setelah dilakukan uji F sebagai
pengujian
model, maka langkah selanjutnya adalah dilakukan perhitungan korelasi untuk
mengukur ketepatan garis regresi dalam menjelaskan variasi nilai variabel
independen. Hasil analisis
korelasi yang diperoleh dari output regresi mengkorelasi pengaruh yang diwakili
oleh variabel profitabilitas, likuiditas, Struktur modal dan Struktur kepemilikan
saham secara simultan
terhadap kebijakan dividen diperoleh nilai 2= 0,159. Angka ini menunjukkan
bahwa variasi nilai kebijakan dividen yang dapat dijelaskan oleh persamaan
regresi yang diperoleh sebesar 15,9% sedangkan sisanya, yaitu 84,1%, dijelaskan
oleh variabel lain di luar persamaan model.Untuk menunjukkan apakah variabel
ndependen secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel
terikat maka digunakan uji t. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan hasil uji t
dengan a = 0,05 (5%):J,992
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan. Penelitian ini bertujuan menjelaskan pengaruh profitabilitas,
likuiditas, struktur modal dan struktur kepemilikan saham terhadap kebijakan
dividen berdasarkan hasil uji hipotesis yang diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
l)Secarasimultan variabel variabel profitabilitas, likuiditas,struktur modal dan
struktur kepemilikan saham mempunyai pengaruh signifikan terhadap kebijakan
dividen.
14. 2)Secara parsial hanya variabel profitabilitas dan struktur modal yang mempunyai
pengaruh signifikan terhadap kebijakandividen, sedangkan variabel likuiditas dan
struktur kepemilikan saham tidak berpe-ngaruh signifikan terhadap kebijakan
dividen. Saran . Pada akhir penelitian ini, dikemukakan beberapa saran sebagai
berikut:
l)Struktur kepemilikan saham yang tidak jelas antara kepemilikan manajemen dan
kepemilikanperusahaan pada perusahaan industri manufaktur yang go public
menyebabkan terjadinya praktek yang tidak sehat dan dapat merugikan
kepemilikan saham publik. Kondisi tersebut seharusnya diperlukannya perluasan
penyebaran kepemilikan saham perusahaan, sehingga terjadi penyebaran
kepemilikan yang menyebar dan tidak terkonsentrasi pada suatu pihak tertentu
2)Tingginya leverage pada perusahaan industri manufaktur yang go-public,
menyebabkan semakin tingginya risiko keuangan yang dihadapi oleh perusahaan.
Leverage pada
awalnya bermanfaat dalam hal perlindungan pajak, tetapi pada tingkat leverage
yang tinggi dimana manfaat perlindungan saham lebihlebih kecil dengan biaya
kepailitan menyebabkan
risiko keuangan perusahaan semakin tinggi. Perusahaan dalam melakukan
kegiatan pendanaan tidak harus mengandalkan hutang atau leverage dalam
membiayai kegiatan investasinya. Perusahaan selain menggunakan leverage,
perusahaan juga dapat memperoleh pendanaan melalui pendanaan internal yaitu
dengan menahan laba yang tersedia bagi pemegang saham menjadi laba ditahan
dan melalui pendanaan eksternal selain
leverage yaitu dengan menerbitkan saham baru.
3) Disarankan
kepada peneliti selanjutnya atau rekomendasi untuk penelitian di masayang akan
datang, perlu menguji kembali konsistensi
temuan penelitian ini dengan mengembangkan metode penelitian, menambah
variabel dan indikator variabel, menambah sampel, dan memperluas obyek
penelitian
15. DAFTAR PUSTAKA
:
Algifari. 2003. Statistika Induktif. Edisi II, UPP AMP YKPN,Yogyakarta.
Astuti, Dewi. 2004. Manajemen Keuangan Perusahaan.
Edisi Pertama. Jakarta: Ghalia.
Atmaja LS. 1994. Manajemen Keuangan, Yogyakarta,
PenerbitAndi Offset. Brigham, Eugene F., and Louis C. Gapenski., and PhilipsR.
Daves., 1999. "Intermediate FinancialManagement". Sixth Edition, The Dry
denPress,
Harcourt Brace Coilege Publisher, NewYork.Halim, Abdul. 2005. Analisis
Investasi. Edisi 2. Jakarta:
Salemba Empat.Hanafi, Mamduh M. 2004. Manajemen
Keuangan. EdisiPertama. Yogyakarta:
BPFE UGM. Hartono, Jogiyanto., 1998. Teori Portofolio dar
AnalisisInvestasf. Edisi Pertama, BPFE,
UniversitasGadjah Mada, Yogyakarta
Hilfert, Erich A., 1991, Techniques of Financial Analysis,
Seventh Edition, Home wood Illinois, RichardD. Irwin Inc.
Husnan, Suad dan Pudjiastuti. 2002. Dasar-dasar
Manajemen Keuangan. Yogyakarta: UPP STIEYKPN.
Martono dan Agus Harjito. 2003. ManajemenKeuangan.
Edisi Pertama. Yogyakarta:Ekonisia. Riduwan., 2003. Dasar-
dasar Statistika, Alfabeta,Bandung. Santoso, Singgih. 2002.
Mengolah Data StatistikSecara Profesional. Cetakan Ketiga. ElexMedia
Komputindo. Jakarta.
Sartono, Agus. 2000. Manajemen Keuangan.Yogyakarta: BPFE UGM.Sawir,
Agnes. 2001. Analisis Kinerja Keuangan dan
Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama.Segel, Jeremy, J. 1991, Does It Pay Stock Investor
toForecast the Business Cycle ?, Jurnal of
Portofolio Management, Vol. 18 No 1. Sugiyono, 2004, Metode Penelitian Bisnis,
Alfabeta,Bandung. Sutrisno, 2000. Manajemen Keuangan: (Teori, Konsepdan
Aplikasi). Edisi Pertama. Yogyakarta:Ekonisia.