SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
8.1. Kurva Regangan-Tegangan Teknik
Tension test ( uji tarik ) banyak digunakan untuk mencari informasi kekuatan material
dan sebagai uji kelayakan dari suatu spesifikasi material. Pada uji tarik, spesimen yang terus
menerus diberikan gaya tarik secara vertikal diobservasi pertambahan panjangnya. Kurva
tegangan-regangan dibentuk dengan hasil pengukuran beban-pertambahan panjang dari
spesimen.
(a) (b) (b)
Gambar 8.1. Persamaan untuk membentuk kurva regangan dari hasil observasi beban-
elongasi (a); dan kurva rengangan-tegangan yang dihasilkan (b).
Bentuk dari kurava regangan-tegangan dari metal bergantung kepada komposisinya,
perlakuan panas, pernah tidaknya mengalami deformasi plastis dan seberapa besar
regangannya, suhu, serta bentuk tegangan yang diberikan saat tes berlangsung. Parameter yang
digunakan untuk mendeskripsikan kurva rengangan-tegangan dari metal adalah tesile strength,
yield strength atau yield point, persentase elongasi, dan reduksi luas permukaan. Kedua
parameter pertama adalah parameter kekuatan, sedangkan sisanya adalah perameter keuletan
material. Berikut ini penjelasan lebih jelas mengenai parameter – parameter tersebut :
8.1.1. Tensile Strength
Tensile strength atau ultimate tensile strength (UTS) dalah beban maksimal yang
dibagi luas cross-sectional spesimen. Untuk material ulet, tensile strength dijadikan sebagi
alat ukur untuk mengukur beban maksimum yang bisa ditahan material dalam kondisi
pembebanan terbatas uniaxial. Untuk material getas, tensile strength merupakan salah satu
kriteria utama dalam desain. Tensile strength dapat dihitungan dengan rumus berikut :
(8-1)
8.1.2. Pengukuran Yielding ( Deformasi Plastis )
Pada kebanyakan material terdapat transisi bertahap dari perubahan perilaku elastis ke
plastis, dan titik dimana deformasi plastis mulai terjadi sulit didefinisikan secara presisi.
Berbagai kriteria untuk deformasi plastis mulai terjadi bergantung kepada sensitivitas
pengukuran regangan. Beberapa kriteria tersebut diantaranya :
a. Batas elastis asli (true elastic limit) berdasarkan pengukuran mikro regangan dengan
ketelitian 2 x 10-6. Batas elastis ini nilainya sangat kecil dan berhubungan dengan
pergerakan dari ratusan dislokasi.
b. Batas proporsional (proportional limit) adalah nilai tegangan maksimal dimana
tegangan nilainya proporsional dengan regangan dilihat pada kurva regangan-tegangan.
c. Batas elastis (elastic limit) adalah tegangan maksimal yang bisa material tahan tanpa
regangan permanen tersisa saat beban dilepas. Batas elastis memerlukan proses
pembebanan dan pelepasan beban berulang dan terus menerus hingga didapatkan nilai
yang dibutuhkan.
d. Kekuatan luluh (yield strength) adalah tegangan yang diperlukan untuk membentuk
suatu jumlah kecil deformasi plastis. Sifat ini disebut offset yield strength dan
ditentukan oleh tegangan terhadap silangan pada kurva regangan-tegangan dan garis
paralel terhadap bagian elastis cari kurva offset dengan regangan spesifik. ( terdapat
pada gambar 8.1). Kekuatan luluh dapat dihitung dengan :
(8-2)
8.1.3. Pengukuran Keuletan (Ductility)
Pengukuran keuletan adalah pengukuran kepada suatu material untuk mendapatkan:
a. Seberapa kemampuan material untuk dideformasi tanpa fraktur pada operasi
metalworking seperti rolling dan ekstrusi.
b. Kemampuan material untuk mengalir secara plastis sebelum fraktur terjadi dan
kemapuan untuk dideformasi secara lokal tanpa fraktur uyntuk mempermudah
pengukuran tegangan atau prediksi pembebanan.
c. Indikator perubahan impuritas atau pengkondisian pemrosesan material.
Nilai keuletan didapat dengan mencari ef (elongasi) dan q (pengecilan luasan pada
fraktur). Kemudian dilanjutkan dengan pengukuran Lf dan Af seperti berikut ini :
(8-3)
(8-4)
Penurunan luasan fraktur dapat dikonversi ke zero-gage-length elongation e0. Dari
hubungan volume yang konstan untuk deformasi plastis AL = A0L0 , kita mendapatkan :
(8-5)
Yang menunjukkan elongasi berdasarkan pengukuran panjang yang sangat pendek
didekat fraktur.
8.1.4. Modulus Elastisitas (Modulus Young)
Lereng pada bagian awal linear di kurva tegangan-regangan adalah modulus
elastisitas. Modulus elastisitas diukur dari kekakuan material. Semakin besar modulusnya,
semakil kecil regangan elastis terjadi pada saat material diberikan tegangan. Modulus
elastisitas biasa digunakan untuk mengukur defleksi suatu batang atau bagian lain.
Modulus elastisitas ditentukan dari gaya ikat anatara atom. Karena gaya ini tidak bisa
diubah tanpa mengubah sifat alamai material, modulus elastisitas adalah salah satu sifat
mekanis paling tidak terpengaruhi struktur. Ia hanya bisa terpengaruhi oleh alloying,
perlakuan panas, atau cold work. Namun, kenikan suhu menurunkan nilai modulus elastisitas,
maka pengukuran biasanya dilakukan pada suhu stabil.
Tabel 8.1. Nilai modulus elastisitas pada berbagai temperatur
8.1.5. Resilience
Kemampuan material untuk menyerap energi saat dideformasi elastis dan
mengembalikannya saat beban dilepas adalah resilience. Resilience dihitung dengan modulus
resilience, yaitu energi regangan per unit volume yang digunakan untuk menegangkan
material dari tegangan nol ke yield stress σ0. Nilai energi regangan per unit volume dapat
dicari dengan :
Kemudian, modulus resilience dapat dicari dengan :
(8-6)
Tabel 8.2. Modulus resilience untuk berbagai material
8.1.5. Toughness
Toughness adalah kemampuan material untuk menyerap energi plastis. Kemampuan
untuk menahan tegangan yang terkadang diatas tegangan luluh tanpa mengalami fraktur
dibutuhkan pada beberapa part seperti kopling kendaraan pengankut, gir, rantai, dan pengait
crane.
Gambar 8.2. Perbandingan kurva tegangan-regangan unutk material dengan toughness tinngi
dan rendah.
Toughness dihitung dari total luas dibawah kurva tegangan-regangan seperti yang
digambarkan pada gambar diatas. Beberapa persamaan matematis digunakan untuk
menghitung luasan dibawah kurva tegangan-regangan tersebut. Untuk logam ulet seperti baja,
luasannya dapat dihitung dengan salah satu dari dua persamaan berikut :
(8.7)
(8.8)
Untuk material getas yang kurva tegangan-regangannya parabola, luasannya dapat
dihitung dengan :
(8.9)
8.2. Kurva tegangan asli-regangan asli (true-stress-true-strain curve)
Kurva tegangan asli-regangan asli tidak memberikan indkasi yang sebenarnya dari
karkteristik deformasi dari suatu logam karena kurva tersebut seluruhnya dibuat berdasarkan
dimensi asli spesimen. Selain itu, logam ulet yang diuji akan menjadi tidak stabil dan
mengalami necking. Karena area cross-sectional dari spesimen turun drastis pada fase necking,
maka beban yang diperlukan untuk melanjutkan deformasi juga menurun drastis.
Jika true stress berdasarkan luas cross-sectional aktual dari spesimen digunakan,
diketahui bahwa kurva tegangan-regangan meningkat terus – menerus hingga fraktur terjadi.
Jika pengukuran regangan juga berdasarkan pengukuran langsung, maka kurva yang didapat
adalah Kurva tegangan asli-regangan asli.
Tegangan asli σ diekspresikan oleh lambang s dengan :
(8-10)
Persamaan 8-10 mengasumsikan konstannya volume don distribusi homogen regangan
sepanjang panjang yang diukur dari spesimen tension dan hanya valid digunakan untuk
pengukuran hingga tepat saat necking mulai terjadi. Setelah itu, tegangan asli ditentukan dari
pengukuran aktual dari beban dengan luas cross-sectional, yaitu :
(8-11)
Nilai regangan asli dapat dicari dengan :
(8-12)
Namun setelah necking mulai terjadi, persamaan yang berlaku adalah :
(8-13)
Beriku ini adalah perbandingan kurva regangan-tegangan asli, asli, dan asli yang
dikoreksi dengan persamaan – persamaan diatas:
Gambar 8.3. Perbandingan kurva regangan-tegangan asli, asli, dan asli yang dikoreksi
8.2.1. Tegangan asli pada beban maksimum
Tegangan asli pada beban maksimun berhubungan terhadap tensile strength asli. Untuk
kebanyakan material, necking mulai tejadi pada beban maksimum dengan nilai regangan tepat
saat tegangan asli sebanding dengan lereng dari kurva flow (regangan-tegangan-asli). Jika σu
dan εu menujukkan tegangan asli dan regangan asli pada beban maksimum dengan luas cross-
sectional Au. Ultimate tensile strength dapat dicari dengan.
(8-14)
8.2.2. Tegangan fraktur asli
Tegangan fraktur asli adalah beban saat fraktur dibagi oleh luas cross-sectional saat
fraktur. Tegangan harus dikoreksi untuk kondisi triaxial dari tegangan yang muncul pada
spesimen saat fraktur. Karena data sering tidak lengkap, nilai tegangan fraktur asli sering kali
eror.
8.2.3. Regangan fraktur asli.
Regangan fraktur asli εf adalah regangan asli berdasarkan luas asli A0 dan area setelah
fraktur Af.
(8-15)
Untuk spesimen tarik silinder, pengurangan area q berhubungan dengan regangan
fraktur sesuai persamaan.
(8-16)
8.2.4. Regangan asli seragam
Regangan asli seragam εu adalah regangan asli berdasarkan regangan hanya samapi
beban maksimum dan dapat dihiutng dengan persamaan :
(8-17)
8.2.5. Regangan necking lokal asli
Regangan necking lokal asli εn aalah regangan yang diperlukan untuk mendeformasi
spesimen dari bebam maksimum hingga mengalami fraktur.
(8-18)
(a) (b)
Gambar 8.4. plot log-log kurva tegangan-regangan asli (a); dan berbagai bentuk kurva power
σ = Kεn (b)
Tabel 8.3. Nilai untuk n dan K untuk logam pada suhu ruangan
8.3. Ketidakstabilan dalam penarikan
Necking biasanya dimulai saat beban maksimum pada deformasi tarik pada logam ulet.
Material plastis ideal yang diasumsikan tanpa mengalami pengerasan akibat regangan (strain
hardening) akan menjadi tidak stabil dan mulai mengalami necking tepat saat keluluhan mulai
terjadi. Tetapi pada kenyataannya saat material mulai mengalami necking, strain hardening
akan terjadi dan mengakibatkan peningkatan kemampuan spesimen menahan beban tarik
selama deformasi menigkat namun peningkatan kekuatan tersebut dilawan oleh penuruhan
bertahap daru luas cross-sectional spesimen yang mengalami elongasi. Maka kondisi ini
disebut dengan deformasi terlokalisi yang dapat dijelaskan dengan persamaan dP=0, yaitu:
(8-19)
Titik necking pada pembebanan maksimum dapat dicatat dari kurva true-stress-true-
strain dengan mencari kurva yang memiliki kesatuan sub-tangent (gambar 8.5 a) atau titik
dimana tingkat strain hardening sama dengan tegangan (gambar 8.5 b). Kriteria necking dapat
diekspesikan bila regangan digunakan, yaitu dengan :
(8-20)
Gambar 8.5. Interpretasi grafis dari necking
8.4. Distribusi tegangan pada saat neck
Pembentukan neck pada spesimen tarik menunjukkan bentuk tegangan triaxial pada
bagian tersebut. Bagian yang mengalami neck tejadi karena efek takik (notch), sehingga ketika
ditarik, akan mengakibatkan munculnya tegangan radial dan transversal yang menigkatkan
nilai tegangan longitudinal yang dibutuhkan untuk mengakibatkan deformasi plastis.
Gambar 8.6. geometri bagian yang mengalami necking (a); dan tegangan yang beraksi pada
titik 0 (b).
Bridgman membuat analisa matematis untuk koreksi terhadap tegangan aksial rata –
rata untuk mengkompensasi munculnya teganan melintang dengan asumsi :
a. Kontur neck kurang lebih berbebntuk seperti kurva lingkaran
b. Bagian cross-section tetap berbentuk circular selama tes
c. Kriteria von Mises untuk keluluhan berlaku
d. Regangan konstan sepanjang cross-section dari neck
Maka berlaku :
(8-21)
8.5. Pengukuran keuletan pada tes uji tarik
Diketahui sebelumnya bahwa kondisi elongasi pada uji tarik berubah – ubah, yaitu
seragam sebelum necking terjadi dan terlokalisir saat necking terjadi. Elongasi seragam
bergantung pada kondisi metalurgi material, efek ukuran spesimen, dan bentuk pembentukan
neck. Semakin pendek panjang yang terukur pada necking, makin besar pengaruh deformasi
terlokalisir pada neck terhadap elongasi total dari panjang yang diukur.
Gambar 8.7. Gage length atau panjang yang diukur
Dari pernyataan tersebut diketahui bahwa elongasi total adalah funsi dari gage length
spesimen, yang bisa diekspesikan dengan persamaan :
(8-22)
Berbagai percobban sejak 1850 telah dibuat untuk merasionalkan distribusi regangan
pada uji tarik. Kesimpulan yang paling umum adalah spesimen dengan bentuk geometri mirip
akan membentuk geometri necking yang mirip. Menurut hukum Barba, 𝛼 = 𝛽√ 𝐴0 dan
persamaan elongasinya menjadi :
(8-23)
Persamaan tersebut menunjukkan faktor geometrikal penting yang harus dijaga
kemiripannya adalah 𝐿0/√ 𝐴0 untuk spesimen berbentuk lembaran dan 𝐿0/𝐷0 untuk batang
bulat.
Tabel 8.4. hubungan dimensional spesimen tarik di negara yang berbeda
Terjadinya necking pada pengujian tarik membuat semua konversi kuantitatif antara
elongasi dengan penurunan luasan spesimen mustahil dilakukan. Namun didapat pula bahwa
penurunan ukuran luas spesimen adalah parameter keuletan paling sensitif terhadap struktur
yang dapat berguna saat mendeteksi pqrubahan kualitas pada material.

More Related Content

What's hot

Mechanical Properties, measurements, hardness, toughness
Mechanical Properties, measurements, hardness, toughnessMechanical Properties, measurements, hardness, toughness
Mechanical Properties, measurements, hardness, toughnessIslahun Nihayah
 
Modul metalurgi-2011-2012
Modul metalurgi-2011-2012Modul metalurgi-2011-2012
Modul metalurgi-2011-2012Feby Aulia
 
Bab 02 material dan proses
Bab 02 material dan prosesBab 02 material dan proses
Bab 02 material dan prosesRumah Belajar
 
Mekanika Kekuatan Material 1
Mekanika Kekuatan Material 1Mekanika Kekuatan Material 1
Mekanika Kekuatan Material 1frendi prasetyo
 
Makalah Tentang Mekanisme Penguatan Material Teknik
Makalah Tentang Mekanisme Penguatan Material TeknikMakalah Tentang Mekanisme Penguatan Material Teknik
Makalah Tentang Mekanisme Penguatan Material TeknikHera Rosdiana
 
Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)
Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)
Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)Surya BS
 
uji-kuat-tarik-tak-langsung
uji-kuat-tarik-tak-langsunguji-kuat-tarik-tak-langsung
uji-kuat-tarik-tak-langsungfajar1992
 
Laporan awal uji impak kalih
Laporan awal uji impak kalihLaporan awal uji impak kalih
Laporan awal uji impak kalihKalih Rizki
 
Mekanisme penguatan bahan
Mekanisme penguatan bahanMekanisme penguatan bahan
Mekanisme penguatan bahanichsan_madya
 

What's hot (20)

Modul 4_Uji Kekerasan
Modul 4_Uji KekerasanModul 4_Uji Kekerasan
Modul 4_Uji Kekerasan
 
Mechanical Properties, measurements, hardness, toughness
Mechanical Properties, measurements, hardness, toughnessMechanical Properties, measurements, hardness, toughness
Mechanical Properties, measurements, hardness, toughness
 
D047268825
D047268825D047268825
D047268825
 
Modul metalurgi-2011-2012
Modul metalurgi-2011-2012Modul metalurgi-2011-2012
Modul metalurgi-2011-2012
 
Bab 02 material dan proses
Bab 02 material dan prosesBab 02 material dan proses
Bab 02 material dan proses
 
Mekanisme penguatan 1
Mekanisme penguatan 1Mekanisme penguatan 1
Mekanisme penguatan 1
 
Mekanika Kekuatan Material 1
Mekanika Kekuatan Material 1Mekanika Kekuatan Material 1
Mekanika Kekuatan Material 1
 
16 17
16 1716 17
16 17
 
Laporan uji kekerasan
Laporan uji kekerasanLaporan uji kekerasan
Laporan uji kekerasan
 
Tugas pengujian material
Tugas pengujian materialTugas pengujian material
Tugas pengujian material
 
Makalah Tentang Mekanisme Penguatan Material Teknik
Makalah Tentang Mekanisme Penguatan Material TeknikMakalah Tentang Mekanisme Penguatan Material Teknik
Makalah Tentang Mekanisme Penguatan Material Teknik
 
Pengenalan Bahan
Pengenalan BahanPengenalan Bahan
Pengenalan Bahan
 
Rumus hardness test
Rumus hardness testRumus hardness test
Rumus hardness test
 
Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)
Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)
Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)
 
uji-kuat-tarik-tak-langsung
uji-kuat-tarik-tak-langsunguji-kuat-tarik-tak-langsung
uji-kuat-tarik-tak-langsung
 
Laporan awal uji impak kalih
Laporan awal uji impak kalihLaporan awal uji impak kalih
Laporan awal uji impak kalih
 
Mekanisme penguatan bahan
Mekanisme penguatan bahanMekanisme penguatan bahan
Mekanisme penguatan bahan
 
Uji vickers
Uji vickersUji vickers
Uji vickers
 
Point load
Point loadPoint load
Point load
 
Uji berat titik (point load test) UNPAR
Uji berat titik (point load test) UNPARUji berat titik (point load test) UNPAR
Uji berat titik (point load test) UNPAR
 

Viewers also liked

Struktur atom dan ikatan antar atom
Struktur atom dan ikatan antar atomStruktur atom dan ikatan antar atom
Struktur atom dan ikatan antar atomAnam Taktujjuh
 
38368006 materi-pengetahuan-bahan-i
38368006 materi-pengetahuan-bahan-i38368006 materi-pengetahuan-bahan-i
38368006 materi-pengetahuan-bahan-ishanchan29
 
Ppt struktur atom spu ikatan kimia
Ppt struktur atom spu ikatan kimiaPpt struktur atom spu ikatan kimia
Ppt struktur atom spu ikatan kimiafkipkimia11
 
Ikatan Ion, Ikatan Kovalen, Senyawa Polar Non Polar, Gaya antar molekul
Ikatan Ion, Ikatan Kovalen, Senyawa Polar Non Polar, Gaya antar molekulIkatan Ion, Ikatan Kovalen, Senyawa Polar Non Polar, Gaya antar molekul
Ikatan Ion, Ikatan Kovalen, Senyawa Polar Non Polar, Gaya antar molekulNiel Victory
 
Material Teknik Polimer
Material Teknik PolimerMaterial Teknik Polimer
Material Teknik PolimerZhafran Anas
 
Kelelahan Logam (Fatigue)
Kelelahan Logam (Fatigue)Kelelahan Logam (Fatigue)
Kelelahan Logam (Fatigue)Abrianto Akuan
 

Viewers also liked (9)

Struktur atom dan ikatan antar atom
Struktur atom dan ikatan antar atomStruktur atom dan ikatan antar atom
Struktur atom dan ikatan antar atom
 
38368006 materi-pengetahuan-bahan-i
38368006 materi-pengetahuan-bahan-i38368006 materi-pengetahuan-bahan-i
38368006 materi-pengetahuan-bahan-i
 
Ppt struktur atom spu ikatan kimia
Ppt struktur atom spu ikatan kimiaPpt struktur atom spu ikatan kimia
Ppt struktur atom spu ikatan kimia
 
Material teknik
Material teknikMaterial teknik
Material teknik
 
Ikatan Ion, Ikatan Kovalen, Senyawa Polar Non Polar, Gaya antar molekul
Ikatan Ion, Ikatan Kovalen, Senyawa Polar Non Polar, Gaya antar molekulIkatan Ion, Ikatan Kovalen, Senyawa Polar Non Polar, Gaya antar molekul
Ikatan Ion, Ikatan Kovalen, Senyawa Polar Non Polar, Gaya antar molekul
 
Material Teknik Polimer
Material Teknik PolimerMaterial Teknik Polimer
Material Teknik Polimer
 
Ikatan kimia ppt
Ikatan kimia pptIkatan kimia ppt
Ikatan kimia ppt
 
Kelelahan Logam (Fatigue)
Kelelahan Logam (Fatigue)Kelelahan Logam (Fatigue)
Kelelahan Logam (Fatigue)
 
Diagram fasa
Diagram fasaDiagram fasa
Diagram fasa
 

Similar to KURVA REGANGAN-TEGANGAN

tarik tekan dan geser bahan.pdf
tarik tekan dan geser bahan.pdftarik tekan dan geser bahan.pdf
tarik tekan dan geser bahan.pdfYusufNugroho11
 
Bab4 mt uji tarik
Bab4 mt uji tarikBab4 mt uji tarik
Bab4 mt uji tarikkaatteell
 
2. Tegangan Sederhana pada bagian mesin.pdf
2. Tegangan Sederhana pada bagian mesin.pdf2. Tegangan Sederhana pada bagian mesin.pdf
2. Tegangan Sederhana pada bagian mesin.pdfTotohHanafiah1
 
3+Kegiatan+belajar+3.pdf
3+Kegiatan+belajar+3.pdf3+Kegiatan+belajar+3.pdf
3+Kegiatan+belajar+3.pdfRismanYusuf1
 
Modul TKP M2KB3 - Mekanika Bahan
Modul TKP M2KB3 - Mekanika Bahan Modul TKP M2KB3 - Mekanika Bahan
Modul TKP M2KB3 - Mekanika Bahan PPGHybrid1
 
Modul1 mikael timotius kenny 2015041002
Modul1 mikael timotius kenny 2015041002Modul1 mikael timotius kenny 2015041002
Modul1 mikael timotius kenny 2015041002Michael Kenny
 
ITP UNS SEMESTER 1 Laporan Fisika Modulus young
ITP UNS SEMESTER 1 Laporan Fisika Modulus youngITP UNS SEMESTER 1 Laporan Fisika Modulus young
ITP UNS SEMESTER 1 Laporan Fisika Modulus youngFransiska Puteri
 
Pertemuan_ke_5_Tegangan_dan_Regangan.pptx
Pertemuan_ke_5_Tegangan_dan_Regangan.pptxPertemuan_ke_5_Tegangan_dan_Regangan.pptx
Pertemuan_ke_5_Tegangan_dan_Regangan.pptxbagus281236
 
Analisis tegangan dan regangan bidang
Analisis tegangan dan regangan bidangAnalisis tegangan dan regangan bidang
Analisis tegangan dan regangan bidangDeviana Ambar
 
Laporan Resmi Praktikum Tensile Test
Laporan Resmi Praktikum Tensile TestLaporan Resmi Praktikum Tensile Test
Laporan Resmi Praktikum Tensile TestRichoOdys
 
FISIKA-elastisitas dan hukum Hooke.pdf
FISIKA-elastisitas dan hukum Hooke.pdfFISIKA-elastisitas dan hukum Hooke.pdf
FISIKA-elastisitas dan hukum Hooke.pdfmuhammad azhar hadi
 
Testing
TestingTesting
TestingK .
 
Bab C3-Sifat-sifat mekanik logam/metal.ppt
Bab C3-Sifat-sifat mekanik logam/metal.pptBab C3-Sifat-sifat mekanik logam/metal.ppt
Bab C3-Sifat-sifat mekanik logam/metal.pptParyantoDwiSetyawan
 
Bab 10 spring arif hary
Bab 10 spring  arif hary Bab 10 spring  arif hary
Bab 10 spring arif hary Rumah Belajar
 
PERATURAN PERENCANAAN KONSTRUKSI BAJA DI INDONESIA
PERATURAN PERENCANAAN KONSTRUKSI BAJA DI INDONESIAPERATURAN PERENCANAAN KONSTRUKSI BAJA DI INDONESIA
PERATURAN PERENCANAAN KONSTRUKSI BAJA DI INDONESIAMOSES HADUN
 
MEKANIKA KEKUATAN MATERIAL SESSION 3 TORSI.pptx
MEKANIKA KEKUATAN MATERIAL SESSION 3 TORSI.pptxMEKANIKA KEKUATAN MATERIAL SESSION 3 TORSI.pptx
MEKANIKA KEKUATAN MATERIAL SESSION 3 TORSI.pptxZAIDSULAIMAN5
 
S-Tekanan-Strain-Gauge.pptx
S-Tekanan-Strain-Gauge.pptxS-Tekanan-Strain-Gauge.pptx
S-Tekanan-Strain-Gauge.pptxDennyHardiyanto2
 
Tugas ii (dasar perencanaan poros)
Tugas ii (dasar perencanaan poros)Tugas ii (dasar perencanaan poros)
Tugas ii (dasar perencanaan poros)Rinaldi Sihombing
 

Similar to KURVA REGANGAN-TEGANGAN (20)

tarik tekan dan geser bahan.pdf
tarik tekan dan geser bahan.pdftarik tekan dan geser bahan.pdf
tarik tekan dan geser bahan.pdf
 
Bab4 mt uji tarik
Bab4 mt uji tarikBab4 mt uji tarik
Bab4 mt uji tarik
 
2. Tegangan Sederhana pada bagian mesin.pdf
2. Tegangan Sederhana pada bagian mesin.pdf2. Tegangan Sederhana pada bagian mesin.pdf
2. Tegangan Sederhana pada bagian mesin.pdf
 
3+Kegiatan+belajar+3.pdf
3+Kegiatan+belajar+3.pdf3+Kegiatan+belajar+3.pdf
3+Kegiatan+belajar+3.pdf
 
Modul TKP M2KB3 - Mekanika Bahan
Modul TKP M2KB3 - Mekanika Bahan Modul TKP M2KB3 - Mekanika Bahan
Modul TKP M2KB3 - Mekanika Bahan
 
Modul1 mikael timotius kenny 2015041002
Modul1 mikael timotius kenny 2015041002Modul1 mikael timotius kenny 2015041002
Modul1 mikael timotius kenny 2015041002
 
ITP UNS SEMESTER 1 Laporan Fisika Modulus young
ITP UNS SEMESTER 1 Laporan Fisika Modulus youngITP UNS SEMESTER 1 Laporan Fisika Modulus young
ITP UNS SEMESTER 1 Laporan Fisika Modulus young
 
Pertemuan_ke_5_Tegangan_dan_Regangan.pptx
Pertemuan_ke_5_Tegangan_dan_Regangan.pptxPertemuan_ke_5_Tegangan_dan_Regangan.pptx
Pertemuan_ke_5_Tegangan_dan_Regangan.pptx
 
Elastisitas
ElastisitasElastisitas
Elastisitas
 
Analisis tegangan dan regangan bidang
Analisis tegangan dan regangan bidangAnalisis tegangan dan regangan bidang
Analisis tegangan dan regangan bidang
 
Laporan Resmi Praktikum Tensile Test
Laporan Resmi Praktikum Tensile TestLaporan Resmi Praktikum Tensile Test
Laporan Resmi Praktikum Tensile Test
 
FISIKA-elastisitas dan hukum Hooke.pdf
FISIKA-elastisitas dan hukum Hooke.pdfFISIKA-elastisitas dan hukum Hooke.pdf
FISIKA-elastisitas dan hukum Hooke.pdf
 
Testing
TestingTesting
Testing
 
Bab C3-Sifat-sifat mekanik logam/metal.ppt
Bab C3-Sifat-sifat mekanik logam/metal.pptBab C3-Sifat-sifat mekanik logam/metal.ppt
Bab C3-Sifat-sifat mekanik logam/metal.ppt
 
Mekanika8
Mekanika8Mekanika8
Mekanika8
 
Bab 10 spring arif hary
Bab 10 spring  arif hary Bab 10 spring  arif hary
Bab 10 spring arif hary
 
PERATURAN PERENCANAAN KONSTRUKSI BAJA DI INDONESIA
PERATURAN PERENCANAAN KONSTRUKSI BAJA DI INDONESIAPERATURAN PERENCANAAN KONSTRUKSI BAJA DI INDONESIA
PERATURAN PERENCANAAN KONSTRUKSI BAJA DI INDONESIA
 
MEKANIKA KEKUATAN MATERIAL SESSION 3 TORSI.pptx
MEKANIKA KEKUATAN MATERIAL SESSION 3 TORSI.pptxMEKANIKA KEKUATAN MATERIAL SESSION 3 TORSI.pptx
MEKANIKA KEKUATAN MATERIAL SESSION 3 TORSI.pptx
 
S-Tekanan-Strain-Gauge.pptx
S-Tekanan-Strain-Gauge.pptxS-Tekanan-Strain-Gauge.pptx
S-Tekanan-Strain-Gauge.pptx
 
Tugas ii (dasar perencanaan poros)
Tugas ii (dasar perencanaan poros)Tugas ii (dasar perencanaan poros)
Tugas ii (dasar perencanaan poros)
 

Recently uploaded

Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studiossuser52d6bf
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptxMuhararAhmad
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxmuhammadrizky331164
 
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.pptSonyGobang1
 
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptxAnnisaNurHasanah27
 

Recently uploaded (6)

Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
 
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
 
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
 

KURVA REGANGAN-TEGANGAN

  • 1. 8.1. Kurva Regangan-Tegangan Teknik Tension test ( uji tarik ) banyak digunakan untuk mencari informasi kekuatan material dan sebagai uji kelayakan dari suatu spesifikasi material. Pada uji tarik, spesimen yang terus menerus diberikan gaya tarik secara vertikal diobservasi pertambahan panjangnya. Kurva tegangan-regangan dibentuk dengan hasil pengukuran beban-pertambahan panjang dari spesimen. (a) (b) (b) Gambar 8.1. Persamaan untuk membentuk kurva regangan dari hasil observasi beban- elongasi (a); dan kurva rengangan-tegangan yang dihasilkan (b). Bentuk dari kurava regangan-tegangan dari metal bergantung kepada komposisinya, perlakuan panas, pernah tidaknya mengalami deformasi plastis dan seberapa besar regangannya, suhu, serta bentuk tegangan yang diberikan saat tes berlangsung. Parameter yang digunakan untuk mendeskripsikan kurva rengangan-tegangan dari metal adalah tesile strength, yield strength atau yield point, persentase elongasi, dan reduksi luas permukaan. Kedua parameter pertama adalah parameter kekuatan, sedangkan sisanya adalah perameter keuletan material. Berikut ini penjelasan lebih jelas mengenai parameter – parameter tersebut : 8.1.1. Tensile Strength Tensile strength atau ultimate tensile strength (UTS) dalah beban maksimal yang dibagi luas cross-sectional spesimen. Untuk material ulet, tensile strength dijadikan sebagi alat ukur untuk mengukur beban maksimum yang bisa ditahan material dalam kondisi pembebanan terbatas uniaxial. Untuk material getas, tensile strength merupakan salah satu kriteria utama dalam desain. Tensile strength dapat dihitungan dengan rumus berikut : (8-1) 8.1.2. Pengukuran Yielding ( Deformasi Plastis ) Pada kebanyakan material terdapat transisi bertahap dari perubahan perilaku elastis ke plastis, dan titik dimana deformasi plastis mulai terjadi sulit didefinisikan secara presisi.
  • 2. Berbagai kriteria untuk deformasi plastis mulai terjadi bergantung kepada sensitivitas pengukuran regangan. Beberapa kriteria tersebut diantaranya : a. Batas elastis asli (true elastic limit) berdasarkan pengukuran mikro regangan dengan ketelitian 2 x 10-6. Batas elastis ini nilainya sangat kecil dan berhubungan dengan pergerakan dari ratusan dislokasi. b. Batas proporsional (proportional limit) adalah nilai tegangan maksimal dimana tegangan nilainya proporsional dengan regangan dilihat pada kurva regangan-tegangan. c. Batas elastis (elastic limit) adalah tegangan maksimal yang bisa material tahan tanpa regangan permanen tersisa saat beban dilepas. Batas elastis memerlukan proses pembebanan dan pelepasan beban berulang dan terus menerus hingga didapatkan nilai yang dibutuhkan. d. Kekuatan luluh (yield strength) adalah tegangan yang diperlukan untuk membentuk suatu jumlah kecil deformasi plastis. Sifat ini disebut offset yield strength dan ditentukan oleh tegangan terhadap silangan pada kurva regangan-tegangan dan garis paralel terhadap bagian elastis cari kurva offset dengan regangan spesifik. ( terdapat pada gambar 8.1). Kekuatan luluh dapat dihitung dengan : (8-2) 8.1.3. Pengukuran Keuletan (Ductility) Pengukuran keuletan adalah pengukuran kepada suatu material untuk mendapatkan: a. Seberapa kemampuan material untuk dideformasi tanpa fraktur pada operasi metalworking seperti rolling dan ekstrusi. b. Kemampuan material untuk mengalir secara plastis sebelum fraktur terjadi dan kemapuan untuk dideformasi secara lokal tanpa fraktur uyntuk mempermudah pengukuran tegangan atau prediksi pembebanan. c. Indikator perubahan impuritas atau pengkondisian pemrosesan material. Nilai keuletan didapat dengan mencari ef (elongasi) dan q (pengecilan luasan pada fraktur). Kemudian dilanjutkan dengan pengukuran Lf dan Af seperti berikut ini : (8-3) (8-4) Penurunan luasan fraktur dapat dikonversi ke zero-gage-length elongation e0. Dari hubungan volume yang konstan untuk deformasi plastis AL = A0L0 , kita mendapatkan : (8-5) Yang menunjukkan elongasi berdasarkan pengukuran panjang yang sangat pendek didekat fraktur.
  • 3. 8.1.4. Modulus Elastisitas (Modulus Young) Lereng pada bagian awal linear di kurva tegangan-regangan adalah modulus elastisitas. Modulus elastisitas diukur dari kekakuan material. Semakin besar modulusnya, semakil kecil regangan elastis terjadi pada saat material diberikan tegangan. Modulus elastisitas biasa digunakan untuk mengukur defleksi suatu batang atau bagian lain. Modulus elastisitas ditentukan dari gaya ikat anatara atom. Karena gaya ini tidak bisa diubah tanpa mengubah sifat alamai material, modulus elastisitas adalah salah satu sifat mekanis paling tidak terpengaruhi struktur. Ia hanya bisa terpengaruhi oleh alloying, perlakuan panas, atau cold work. Namun, kenikan suhu menurunkan nilai modulus elastisitas, maka pengukuran biasanya dilakukan pada suhu stabil. Tabel 8.1. Nilai modulus elastisitas pada berbagai temperatur 8.1.5. Resilience Kemampuan material untuk menyerap energi saat dideformasi elastis dan mengembalikannya saat beban dilepas adalah resilience. Resilience dihitung dengan modulus resilience, yaitu energi regangan per unit volume yang digunakan untuk menegangkan material dari tegangan nol ke yield stress σ0. Nilai energi regangan per unit volume dapat dicari dengan : Kemudian, modulus resilience dapat dicari dengan : (8-6) Tabel 8.2. Modulus resilience untuk berbagai material
  • 4. 8.1.5. Toughness Toughness adalah kemampuan material untuk menyerap energi plastis. Kemampuan untuk menahan tegangan yang terkadang diatas tegangan luluh tanpa mengalami fraktur dibutuhkan pada beberapa part seperti kopling kendaraan pengankut, gir, rantai, dan pengait crane. Gambar 8.2. Perbandingan kurva tegangan-regangan unutk material dengan toughness tinngi dan rendah. Toughness dihitung dari total luas dibawah kurva tegangan-regangan seperti yang digambarkan pada gambar diatas. Beberapa persamaan matematis digunakan untuk menghitung luasan dibawah kurva tegangan-regangan tersebut. Untuk logam ulet seperti baja, luasannya dapat dihitung dengan salah satu dari dua persamaan berikut : (8.7) (8.8) Untuk material getas yang kurva tegangan-regangannya parabola, luasannya dapat dihitung dengan : (8.9) 8.2. Kurva tegangan asli-regangan asli (true-stress-true-strain curve) Kurva tegangan asli-regangan asli tidak memberikan indkasi yang sebenarnya dari karkteristik deformasi dari suatu logam karena kurva tersebut seluruhnya dibuat berdasarkan dimensi asli spesimen. Selain itu, logam ulet yang diuji akan menjadi tidak stabil dan mengalami necking. Karena area cross-sectional dari spesimen turun drastis pada fase necking, maka beban yang diperlukan untuk melanjutkan deformasi juga menurun drastis. Jika true stress berdasarkan luas cross-sectional aktual dari spesimen digunakan, diketahui bahwa kurva tegangan-regangan meningkat terus – menerus hingga fraktur terjadi. Jika pengukuran regangan juga berdasarkan pengukuran langsung, maka kurva yang didapat adalah Kurva tegangan asli-regangan asli. Tegangan asli σ diekspresikan oleh lambang s dengan : (8-10)
  • 5. Persamaan 8-10 mengasumsikan konstannya volume don distribusi homogen regangan sepanjang panjang yang diukur dari spesimen tension dan hanya valid digunakan untuk pengukuran hingga tepat saat necking mulai terjadi. Setelah itu, tegangan asli ditentukan dari pengukuran aktual dari beban dengan luas cross-sectional, yaitu : (8-11) Nilai regangan asli dapat dicari dengan : (8-12) Namun setelah necking mulai terjadi, persamaan yang berlaku adalah : (8-13) Beriku ini adalah perbandingan kurva regangan-tegangan asli, asli, dan asli yang dikoreksi dengan persamaan – persamaan diatas: Gambar 8.3. Perbandingan kurva regangan-tegangan asli, asli, dan asli yang dikoreksi 8.2.1. Tegangan asli pada beban maksimum Tegangan asli pada beban maksimun berhubungan terhadap tensile strength asli. Untuk kebanyakan material, necking mulai tejadi pada beban maksimum dengan nilai regangan tepat saat tegangan asli sebanding dengan lereng dari kurva flow (regangan-tegangan-asli). Jika σu dan εu menujukkan tegangan asli dan regangan asli pada beban maksimum dengan luas cross- sectional Au. Ultimate tensile strength dapat dicari dengan. (8-14)
  • 6. 8.2.2. Tegangan fraktur asli Tegangan fraktur asli adalah beban saat fraktur dibagi oleh luas cross-sectional saat fraktur. Tegangan harus dikoreksi untuk kondisi triaxial dari tegangan yang muncul pada spesimen saat fraktur. Karena data sering tidak lengkap, nilai tegangan fraktur asli sering kali eror. 8.2.3. Regangan fraktur asli. Regangan fraktur asli εf adalah regangan asli berdasarkan luas asli A0 dan area setelah fraktur Af. (8-15) Untuk spesimen tarik silinder, pengurangan area q berhubungan dengan regangan fraktur sesuai persamaan. (8-16) 8.2.4. Regangan asli seragam Regangan asli seragam εu adalah regangan asli berdasarkan regangan hanya samapi beban maksimum dan dapat dihiutng dengan persamaan : (8-17) 8.2.5. Regangan necking lokal asli Regangan necking lokal asli εn aalah regangan yang diperlukan untuk mendeformasi spesimen dari bebam maksimum hingga mengalami fraktur. (8-18) (a) (b) Gambar 8.4. plot log-log kurva tegangan-regangan asli (a); dan berbagai bentuk kurva power σ = Kεn (b)
  • 7. Tabel 8.3. Nilai untuk n dan K untuk logam pada suhu ruangan 8.3. Ketidakstabilan dalam penarikan Necking biasanya dimulai saat beban maksimum pada deformasi tarik pada logam ulet. Material plastis ideal yang diasumsikan tanpa mengalami pengerasan akibat regangan (strain hardening) akan menjadi tidak stabil dan mulai mengalami necking tepat saat keluluhan mulai terjadi. Tetapi pada kenyataannya saat material mulai mengalami necking, strain hardening akan terjadi dan mengakibatkan peningkatan kemampuan spesimen menahan beban tarik selama deformasi menigkat namun peningkatan kekuatan tersebut dilawan oleh penuruhan bertahap daru luas cross-sectional spesimen yang mengalami elongasi. Maka kondisi ini disebut dengan deformasi terlokalisi yang dapat dijelaskan dengan persamaan dP=0, yaitu: (8-19) Titik necking pada pembebanan maksimum dapat dicatat dari kurva true-stress-true- strain dengan mencari kurva yang memiliki kesatuan sub-tangent (gambar 8.5 a) atau titik dimana tingkat strain hardening sama dengan tegangan (gambar 8.5 b). Kriteria necking dapat diekspesikan bila regangan digunakan, yaitu dengan : (8-20)
  • 8. Gambar 8.5. Interpretasi grafis dari necking 8.4. Distribusi tegangan pada saat neck Pembentukan neck pada spesimen tarik menunjukkan bentuk tegangan triaxial pada bagian tersebut. Bagian yang mengalami neck tejadi karena efek takik (notch), sehingga ketika ditarik, akan mengakibatkan munculnya tegangan radial dan transversal yang menigkatkan nilai tegangan longitudinal yang dibutuhkan untuk mengakibatkan deformasi plastis. Gambar 8.6. geometri bagian yang mengalami necking (a); dan tegangan yang beraksi pada titik 0 (b). Bridgman membuat analisa matematis untuk koreksi terhadap tegangan aksial rata – rata untuk mengkompensasi munculnya teganan melintang dengan asumsi : a. Kontur neck kurang lebih berbebntuk seperti kurva lingkaran b. Bagian cross-section tetap berbentuk circular selama tes c. Kriteria von Mises untuk keluluhan berlaku d. Regangan konstan sepanjang cross-section dari neck Maka berlaku : (8-21)
  • 9. 8.5. Pengukuran keuletan pada tes uji tarik Diketahui sebelumnya bahwa kondisi elongasi pada uji tarik berubah – ubah, yaitu seragam sebelum necking terjadi dan terlokalisir saat necking terjadi. Elongasi seragam bergantung pada kondisi metalurgi material, efek ukuran spesimen, dan bentuk pembentukan neck. Semakin pendek panjang yang terukur pada necking, makin besar pengaruh deformasi terlokalisir pada neck terhadap elongasi total dari panjang yang diukur. Gambar 8.7. Gage length atau panjang yang diukur Dari pernyataan tersebut diketahui bahwa elongasi total adalah funsi dari gage length spesimen, yang bisa diekspesikan dengan persamaan : (8-22) Berbagai percobban sejak 1850 telah dibuat untuk merasionalkan distribusi regangan pada uji tarik. Kesimpulan yang paling umum adalah spesimen dengan bentuk geometri mirip akan membentuk geometri necking yang mirip. Menurut hukum Barba, 𝛼 = 𝛽√ 𝐴0 dan persamaan elongasinya menjadi : (8-23) Persamaan tersebut menunjukkan faktor geometrikal penting yang harus dijaga kemiripannya adalah 𝐿0/√ 𝐴0 untuk spesimen berbentuk lembaran dan 𝐿0/𝐷0 untuk batang bulat. Tabel 8.4. hubungan dimensional spesimen tarik di negara yang berbeda Terjadinya necking pada pengujian tarik membuat semua konversi kuantitatif antara elongasi dengan penurunan luasan spesimen mustahil dilakukan. Namun didapat pula bahwa penurunan ukuran luas spesimen adalah parameter keuletan paling sensitif terhadap struktur yang dapat berguna saat mendeteksi pqrubahan kualitas pada material.