Dokumen tersebut membahas tentang istirahat dan tidur, termasuk definisi, fisiologi, fungsi, gangguan, pengkajian, diagnosis, dan tindakan keperawatan yang terkait dengan memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur pasien.
2. • Istirahat merupakan keadaan relaks
tanpa adanya tekanan emosional,
bukan hanya keadaan tidak
beraktivitas tetapi juga kondisi yang
membutuhkan ketenangan.
• Kata istirahat berarti berhenti
sebentar untuk melepaskan lelah,
bersantai untuk menyegarkan diri,
atau suatu keadaan melepaskan diri
dari segala hal yang membosankan,
menyulitkan bahkan
menjengkelkan.
3. • Tidur merupakan kondisi
tidak sadar dimana individu
dapat dibangunkan oleh
stimulus atau sensoris yang
sesuai ( Guyton, 1986), atau
juga dapat dikatakan sebagai
keadaan tidak sadarkan diri
yang relatif.
4. Fisiologi Tidur
• Fisiologi tidur -> mekanisme serebral -> mengaktifkan dan menekan pusat otak
agar dapat tidur dan bangun.
• aktivitas tidur -> system pengaktivasi retikularis -> seluruh tingkatan kegiatan
susunan saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur.
• Pusat pengaturan aktivitas kewaspadaan dan tidur -> mesensefalon dan bagian
atas pons.
• Reticular activating system (RAS) -> rangsangan visual, pendengaran, nyeri, dan
perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk
rangsangan emosi dan proses pikir.
• Dalam keadaan sadar, neuron dalam RAS -> katekolamin seperti norepneprin.
• Saat tidur, -> pelepasan serum serotonin -> bulbar synchronizing regional (BSR),
sedangkan bangun tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima dipusat
otak dan system limbic.
• Dengan demikian, sistem pada batang otak yang mengatur siklus atau
perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR.
5. • Dalam prosesnya, tidur dibagi kedalam 2 jenis.
1. Jenis tidur yang disebabkan oleh menurunnya
kegiatan dalam sistem pengaktivasi reticularis,
disebut dengan tidur gelombang lambat (slow
wave sleep) karena gelombang otak bergerak
sangat lambat atau disebut juga tidur non rapid
eye movement (NREM).
2. Jenis tidur yang disebabkan oleh penyaluran
abnormal dari isyarat-isyarat dalam otak
meskipun kegiatan otak mungkin tidak tertekan
secara berarti, disebut dengan jenis tidur paradox
atau disebut juga dengan tidur rapid eye
movement (REM).
6.
7. Fungsi dan Tujuan Tidur
• Secara umum terdapat 2 efek fisiologis dari tidur.
1. Efek pada sistem saraf yang diperkirakan dapat
memulihkan kepekaan normal dan
keseimbangan diantara berbagai susunan saraf
2. Efek pada struktur tubuh dengan memulihkan
kesegaran dan fungsi dalam organ tubuh karena
selama tidur terjadi penurunan.
8. • 0 - 1 bulan Masa Neonatus 14-18 jam/hari
• 1 bulan - 18 bulan Masa Bayi 12-14 jam/hari
• 18 bulan - 3 tahun Masa Anak 11-12 jam/hari
• 3 tahun - 6 tahun Masa Prasekolah 11 jam/hari
• 6 tahun - 12 tahun Masa Sekolah 10 jam/hari
• 12 tahun - 18 tahun Masa Remaja 8,5 jam/hari
• 18 tahun - 40 tahun Masa Dewasa Muda 7-8
jam/hari
• 40 tahun - 60 tahun Masa Paruh Baya 7 jam/hari
• 60 tahun ke atas Masa Dewasa Tua 6 jam/hari
9. 1. Penyakit
2. Latihan dan Kelelahan
3. Stres Psikologis
4. Obat
5. Nutrisi
6. Lingkungan
7. Motivasi
10. Masalah pada Kebutuhan Istirahat dan
Tidur
1. Insomnia
2. Hipersomnia
3. Parasomnia
4. Enuresa
5. Apnea Tidur dan Mendengkur
6. Narcolepsi
7. Mengigau
8. Gangguan pola tidur secara umum
11.
12. 1. Riwayat Tidur. Pengkajian riwayat tidur antara lain: kuantitas
(lama tidur) dan kualitas tidur di siang maupun malam hari.
2. Gejala klinis. Ditandai dengan perasaan lelah, gelisah, emosi,
apatis, adanya kehitaman di daerah sekitar mata, kelopak mata
bengkak, konjungtiva merah dan mata perih, perhatian tidak
focus serta sakit kepala.
3. Penyimpangan Tidur. Meliputi perubahan tingkah laku dan
auditorik, meningkatnya kegelisahan, gangguan persepsi,
halusinasi visual dan auditorik, bingung dan disorientasi tempat
dan waktu, gangguan koordinasi, serta bicara rancu, tidak sesuai
dan intonasinya tidak teratur.
13. 1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan: Kerusakan
transpor oksigen, gangguan metabolisme, kerusakan
eliminasi, pengaruh obat, immobilitas, nyeri pada kaki, takut
operasi, lingkungan yang mengganggu.
2. Cemas berhubungan dengan ketidakmampuan untuk tidur,
henti napas saat tidur (sleep apnea), dan ketidakmampuan
mengawasi perilaku.
3. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan insomnia
4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan henti napas
saat tidur
5. Potensial cedera berhubungan dengan somnambolisme
6. Gangguan konsep diri berhubungan dengan penyimpangan
tidur hipersomnia.
14. • Tujuan: Perencanaan Keperawatan berhubungan dengan
cara untuk mempertahankan kebutuhan istirahat dan tidur
dalam batas normal. Rencana Tindakan:
1. Lakukan identifikasi faktor yang mempengaruhi masalah
tidur
2. Lakukan pengurangan distraks lingkungan dan hal-hal
yang dapat mengganggu tidur
3. Tingkatkan aktivitas pada siang hari
4. Coba untuk memicu tidur (induce sleep)
5. Kurangi potensial cedera selama tidur
6. Berikan pendidikan kesehatan dan lakukan rujukan jika
diperlukan.
15. A. Tindakan Keperawatan pada Orang Dewasa
1. Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi masalah
tidur
2. Mengurangi distraksi lingkungan dan hal-hal yang
mengganggu tidur.
3. Meningkatkan aktivitas pada siang hari. Buat jadwal
aktivitas yang dapat menolong
4. Membuat pasien untuk memicu tidur
5. Mengurangi potensial cedera selama tidur.
6. Memindahkan pendidikan kesehatan dan rujukan
16. B. Tindakan Keperawatan pada Anak
1. Masa neonatus dan bayi. Beri sprei yang kering dan tebal untuk menutupi perlak dan
buat permukaan kasur tegang dan rata, hindarkan pemberian bantal yang terlalu
banyak, atur suhu ruangan sekitar 18-210 c pada malam hari dan 15.5-180 c pada
siang hari serta hindarkam pasien dari angin dan pakaikan selimut, berikan cahaya
lampu yang lembut, yakinkan bahwa bayi merasa nyaman dan kering, berikan
aktivitas yang tenang sebelum menidurkan bayi misalnya membelai, meminang
bersenandung dan berikan lingkungan yang nyaman.
2. Masa Anak. Berikan kebiasaan waktu tidur malam dan siang hari secara konsisten,
tempel jadwal tidur, berikan aktivitas yang tenang sebelum tidur, dukung aktivitas
“pereda ketegangan” seperti bercerita dan memberikan mainan.
3. Masa sebelum sekolah. Berikan kebiasaan waktu tidur malam san siang secara
konsisten, tempel jadwal tidur, berikan aktivitas yang tenang sebelum tidur, dukung
aktivitas “pereda ketegangan” seperti bercerita dan memberikan mainan, sering
perlihatkan ketergantungan selama menjelang tidur, dorong pasien untuk
mengekspresikan ketakutannya dan jelaskan bahwa perawat selalu dekat dengannya,
nyalakan lampu yang agak terang.
17. 4. Masa Sekolah. Perawat perlu mengingatkan waktu istirahat dan tidur
karena anak pada usia ini memiliki banyak aktivitas.
5. Masa remaja. Usia ini sering memerlukan waktu sebelum tidur yang
cukup lama unutk berdandan dan membersihkan diri.
6. Masa dewasa (muda, paruh baya dan tua)
a. Bantu pasien melepaskan ketegangan sebelum tidur. Berikan hiburan,
kurangi rasa nyeri, bersihkan tempat tidur sehingga tempat tidur
nyaman dan bebas dar bau-bauan.
b. Sediakan lingkungan dimana pasien merasa aman dan nyaman serta
dekat dengan perawat. Berikan selimut sehingga tidak kedinginan,
anjurkan pasien untuk latihan relaksasi, berikan makanan ringan atau
susu hangat sebelum tidur, berikan obat sedatif sesuai dengan
program terapi kolaborasi, bantu pasien untuk mendapatkan posisi
tidur yang nyaman.
18. Evaluasi terhadap masalah kebutuhan tidur dan istirahat dapat dinilai
dari adanya kemampuan dalam memenuhi:
1. Jumlah tidur, apakah sesuai dengan kebutuhan
2. Faktor-faktor yang mencegah gangguan tidur
3. Teknik-teknik yang dapat digunakan untuk mengatasi gangguan
tidur
4. Mendemonstrasikan adanya keseimbangan istirahat dan tidur
sesuai dengan status kesehatan pasien
5. Hilangnya tanda klinis gangguan tidur dan penyimpangan pada
pasien, seperti timbulnya perasaan segar, tidak gelisah, lesu dan
apatis, hilangnya kehitaman di daerah sekitar mata, mulai
menghilangnya kelopak mata yang bengkak, tidak adanya
konjungtiva merah dan nata paerih, pasien sudah dapat
berkonsentrasi penuh serta tidak ditemukan gangguan proses
berpikir, bicara dan lain-lain.
19.
20. Bermain adalah unsur yang
penting untuk perkembangan
anak baik fisik, emosi, mental,
intlektual, kreativitas dan sosial.
Anak yang mendapat kesempatan
cukup untuk bermain akan
menjadi orang dewasa yang
mudah berteman, kreatif dan
cerdas, bila dibandingkan dengan
mereka yang masa kecilnya
kurang mendapat kesempatan
bermain (Soetjiningsih, 1995).
21. 1. Permainan tidak boleh bertentangan dengan pengobatan yang
sedang dijalankan pada anak.
2. Permainan yang tidak membutuhkan banyak energi, singkat
dan sederhana.
3. Permainan yang harus mempertimbangkan keamanan anak.
Pilih alat permainan yang aman untuk anak, tidak tajam, tidak
merangsang anak untuk berlari-lari, dan bergerak secara
berlebihan.
4. Permainan harus melibatkan kelompok umur yang sama.
Apabila permainan khusus dilakukan di kamar bermain secara
berkelompok, permainan harus dilakukan pada kelompok umur
yang sama. Misalnya, permainan mewarnai pada kelompok
usia prasekolah.
5. Melibatkan orang tua.
22.
23. 1. Data Umum
2. Riwayat
3. Data lingkungan
4. Struktur keluarga
5. Fungsi keluarga
6. Stres dan koping keluarga
7. Pemeriksaan kesehatan tiap individu anggota
keluarga
8. Harapan keluarga
24. • Setelah pengkajian, perawat mengklasifikasikan data
untuk merumuskan diagnosis keperawatan. Pada
asuhan keperawatan keluarga, diagnosis keperawatan
yang muncul dapat dua sifat, yaitu yang berhubungan
dengan anak bertujuan agar anak dapat tumbuh dan
berkermbang secara optimal sesuai usia anak dan yang
berhubungan dengan keluarga dengan penyebab
(etiologi) berpedoman pada lima tugas keluarga di
bidang kesehatan yang bertujuan agar keluarga
memahami dan memfasilitasi perkembangan anak.
Masalah dalam diagnosis keperawatan merupakan
kebutuhan dasar klien (manusia) yang tidak terpenuhi.
25. 1. Menurunnya atau berkurangnya minat terhadap tugas sekolah
yang dibebankan berhubungan dengan anak terlalu asik bermain
• Tujuan : anak mau meningkatkan lama waktu belajarnya dan
mengurangi waktu bermain
• Intervensi :
a. Anjurkan keluarga untuk membuat kesepakatan tentang waktu
bermain dan belajar
b. Beri penjelasan pada anak tentang perlunya belajar dan sekolah
c. Anjurkan anak untuk mengurangi waktu bermain
d. Anjurkan orang tua agar mau menemani atau membantu anak
belajar
e. Anjurkan orang tua untuk memberikan hukuman jika anak tidak
mau belajar dan memberikan pujian jika anak mau belajar
26. 2. Gangguan pemenuhan kebersihan diri berhubungan
dengan terlalu banyak waktu yang digunakan untuk bermain
• Tujuan : anak mau melakukan aktivitas kebersihan diri
sesuai aturan keluarga
• Intervensi :
a. Beri penjelasan pada anak tentang perlunya menjaga
kebersihan diri
b. Beri penjelasan pada anak tentang bahayanya tidak
menjaga kebersihan diri
c. Anjurkan anak untuk disiplin dalam menaati peraturan
keluarga tentang
d. Beri pemahaman kepada keluarga tentang perlunya
kedisiplinan dalam menjaga kebersihan diri
27. • Tahap selanjutnya adalah melakukan evaluasi,
berdasarkan tujuan yang hendak dicapai
sesuai dengan kriteria hasil yang telah
diterapkan sebelumnya. Saat evaluasi perawat
hendaknya selalu memberi kesempatan
keluarga untuk menilai keberhasilannya,
kemudian diarahkan sesuai dengan tugas
keluarga di bidang kesehatan.