Dokumen tersebut membahas tentang hubungan antara realita dan asa dalam pembangunan Indonesia. Meskipun Indonesia memiliki banyak sumber daya alam dan manusia serta kesempatan untuk berkembang, namun kesiapan yang kurang membuat negara ini belum mampu mewujudkan asa-asanya. Pembangunan yang tidak merata dan budaya asing yang masuk telah melemahkan kesiapan bangsa. Oleh karena itu diperlukan pembenahan sist
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
Realita dan asa
1. Realita dan Asa
Banyak orang bertanya tentang factor yang mempengaruhi keberhasilan jawabnya mulai strategi,
antisipasi, sampai hal-hal terkecil sekalipun. Banyak yang orang berhasil lewat cara sistematis tersebut.
Namun orang yang berhasil karna “keberuntungan” masihkah sistematis itu berlaku? Menilik rumus
keberuntungan dari Albert Einstein bahwa keberuntungaan= kesiapan+kesempatan. Maka
sederhananya keberuntungan pun masih memerlukan usaha yang sistematis. Jika orang memiliki
kesempatan tapi sedianya tidak siap maka dia pun belum beruntung dan jauh dari keberhasilan maka bisa
di pastikan termasuk orang gagal.
Sekarang mari bicara masalah Indonesia diantara realita dan asanya. Negri ini sejak di lahirkan hampir 70
tahun silam memiliki mimpi memiliki asa yang tercermin dalam pembukaan UUD 1945 sebagai Negara
yang memiliki mimpi tentu proses dan keberhasilan menjadi indicator utama progress Negara ini. Kita,
bapak-bapak bangsa kita, kakek-kakek kita bermimpi memiliki Negara makmur damai dan kebutuhan
rakyat tercukupi “gemah ripah loh jinawi” .
bagaimana realisasinya? 70 tahun dan lebih dari 5% penduduk negri masih hidup di bawah garis
kemiskinan. Kebutuhan pokok sulit terbeli. Pelayanan masyarakat di desa belum selayaknya.
Kesenjangan ekonomi antar daerah. Pembangunan yang belum merata. Hukum yang harusnya menjadi
sosial engginering belum dapat mencegah masalah. Dan lebih banyak masalah dari pada kata-kata dalam
essay saya.
Apa yang salah? kita punya mimpi? Tentu jawabnya, orang cerdas hebat dan penuh integritas? sangat
banyak malah. Kembali ke pokok yang kita inginkan adalah keberhasilan dan membutuhkan
“keberuntungan” jika keberuntungan= kesiapan+kesempatan mari kita kupas satu-satu.
Apa kita punya kesempatan? Saya rasa kita punya ribuan kesempatan untuk berhasil Sumber Daya Alam
yang melimpahruah dari ujung timur sampat barat nergi mulai hasil tambang sampai hasil bumi. Sumber
daya manusia ribuan sarjana yang di cetak seluruh perguruan tinggi di setiap tahun. Banyak yang Hanya
menganggur bersama mimpi yang terkubur. Dan kesempatan terbesar kita adalah kita Negara bebas
merdeka dan memiliki kuasa penuh atas semua itu.
Jika memang demikian mari kita tengok dari segi Kesiapan. Sejak awal para founding father berpesan
kita berani mengambil nasib kita sendiri maka kita harus siap apa pun yang terjadi. Mungkin inilah yang
menjadi masalah kita belum benar-benar siap. Secara niat kita terlihat siap namun dalam actionya kita
lemah dan terkesan ogah-ogahan. Melihat hukum Negara saja hanya mampu menjadi “pemadam
kebakaran” bukan pencegah masalah. Pembangunan yang maju tidak di sertai dengan pembangunan
ekonomi yang merata sehingga kemakmuran hanya di rasakan sebagian orang. Pertumbuhan yang hanya
2. di sentralkan di jawa menandakan kita belum benar-benar siap membawa bahtera bangsa ini, negri ini
tidak hanya jawa bung, di tambah masuknya budaya asing memupuskan budaya bangsa akibat era
globalisasi menandakan semakin tidak siap kita membawa haluan Negara ini.
Negri ini punya asa namun terlalu melupakan realita. Asa yang tak sebanding dengan realita membuatnya
hanya seperti negri para pemimpi. Sekarang yang harus kita mulai adalah pembenahan mendasar tentang
system negri ini harus kita sesuaikan dengan relita yang ada. realita bangsa bukan realita asing. Dengan
begitu kita akan siap. jika sudah demikian maka kesempatan akan datang sendiri dengan anggunya, maka
lengkaplah rumus tadi bahwa keberuntungan= kesiapan+kesempatan. alangkah indahnya jika realita
dan asa bersatu sinergis membentuk negri indah dengan gugusan ribuan pulaunya yang bernama
Indonesia.
Oleh:
Mocammad imron rosyidi(miro)
Penulis adalah “arek” surabaya dan sebagai mahasiswa ilmu komunikasi. universitas trunojoyo madura