Apa itu Aqiqah?
Menurut bahasa ‘Aqiqah artinya : memotong. Asalnya dinamakan ‘Aqiqah, karena dipotongnya leher binatang dengan penyembelihan itu. Ada yang mengatakan bahwa aqiqah adalah nama bagi hewan yang disembelih, dinamakan demikian karena lehernya dipotong Ada pula yang mengatakan bahwa ‘aqiqah itu asalnya ialah : Rambut yang terdapat pada kepala si bayi ketika ia keluar dari rahim ibu, rambut ini disebut ‘aqiqah, karena ia mesti dicukur.
2. Apa itu Aqiqah?
Menurut bahasa ‘Aqiqah artinya : memotong. Asalnya dinamakan ‘Aqiqah,
karena dipotongnya leher binatang dengan penyembelihan itu. Ada yang
mengatakan bahwa aqiqah adalah nama bagi hewan yang disembelih,
dinamakan demikian karena lehernya dipotong Ada pula yang mengatakan
bahwa ‘aqiqah itu asalnya ialah : Rambut yang terdapat pada kepala si bayi
ketika ia keluar dari rahim ibu, rambut ini disebut ‘aqiqah, karena ia mesti
dicukur.
Aqiqah adalah penyembelihan domba/kambing untuk bayi yang dilahirkan
pada hari ke 7, 14, atau 21. Jumlahnya 2 ekor untuk bayi laki-laki dan 1 ekor
untuk bayi perempuan.
3. Dasar Aqiqah
Dari Samurah bin Jundab dia berkata : Rasulullah bersabda : “Semua anak
bayi tergadaikan dengan aqiqahnya yang pada hari ketujuhnya disembelih
hewan (kambing), diberi nama dan dicukur rambutnya.” [HR Abu Dawud,
Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah, Ahmad]
Dari Aisyah dia berkata : Rasulullah bersabda : “Bayi laki-laki diaqiqahi
dengan dua kambing yang sama dan bayi perempuan satu kambing.” [HR
Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah]
Dari ‘Aisyah RA, ia berkata, “Rasulullah SAW pernah ber ‘aqiqah untuk Hasan
dan Husain pada hari ke-7 dari kelahirannya, beliau memberi nama dan
memerintahkan supaya dihilangkan kotoran dari kepalanya (dicukur)”. [HR.
Hakim, dalam AI-Mustadrak juz 4, hal. 264]
4. Hukum Aqiqah
Hukum Aqiqah Anak adalah sunnah (muakkad) sesuai pendapat Imam Malik,
penduduk Madinah, Imam Syafi′i dan sahabat-sahabatnya, Imam Ahmad,
Ishaq, Abu Tsaur dan kebanyakan ulama ahli fiqih (fuqaha).
Dasar yang dipakai oleh kalangan Syafii dan Hambali dengan mengatakannya
sebagai sesuatu yang sunnah muakkadah adalah hadist Nabi SAW. Yang
berbunyi, “Anak tergadai dengan aqiqahnya. Disembelihkan untuknya pada
hari ketujuh (dari kelahirannya)”. (HR al-Tirmidzi, Hasan Shahih)
“Bersama anak laki-laki ada aqiqah, maka tumpahkan (penebus) darinya
darah sembelihan dan bersihkan darinya kotoran (Maksudnya cukur
rambutnya).” (HR: Ahmad, Al Bukhari dan Ashhabus Sunan)
Perkataan: “maka tumpahkan (penebus) darinya darah sembelihan” adalah
perintah, namun bukan bersifat wajib, karena ada sabdanya yang
memalingkan dari kewajiban yaitu: “Barangsiapa di antara kalian ada yang
ingin menyembelihkan bagi anak-nya, maka silakan lakukan.” (HR: Ahmad,
Abu Dawud dan An Nasai dengan sanad yang hasan).
5. Pelaksanaan Aqiqah
Pelaksanaan aqiqah menurut kesepakatan para ulama adalah hari ketujuh dari
kelahiran. Hal ini berdasarkan hadits Samirah di mana Nabi SAW bersabda,
“Seorang anak terikat dengan aqiqahnya. Ia disembelihkan aqiqah pada hari
ketujuh dan diberi nama”. (HR. al-Tirmidzi).
Namun demikian, apabila terlewat dan tidak bisa dilaksanakan pada hari
ketujuh, ia bisa dilaksanakan pada hari ke-14. Dan jika tidak juga, maka pada
hari ke-21 atau kapan saja ia mampu. Imam Malik berkata : Pada dzohirnya
bahwa keterikatannya pada hari ke 7 (tujuh) atas dasar anjuran, maka
sekiranya menyembelih pada hari ke 4 (empat) ke 8 (delapan), ke 10
(sepuluh) atau setelahnya Aqiqah itu telah cukup. Karena prinsip ajaran Islam
adalah memudahkan bukan menyulitkan sebagaimana firman Allah SWT:
“Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran
bagimu”. (QS.Al Baqarah:185)
6. Pelaksanaan Aqiqah
Pelaksanaan aqiqah disunnahkan pada hari yang ketujuh dari kelahiran, ini
berdasarkan sabda Nabi SAW, yang artinya: “Setiap anak itu tergadai dengan
hewan aqiqahnya, disembelih darinya pada hari ke tujuh, dan dia dicukur, dan
diberi nama.” (HR: Imam Ahmad dan Ashhabus Sunan, dan dishahihkan oleh At
Tirmidzi)
Dan bila tidak bisa melaksanakannya pada hari ketujuh, maka bisa
dilaksanakan pada hari ke empat belas, dan bila tidak bisa, maka pada hari ke
dua puluh satu, ini berdasarkan hadits Abdullah Ibnu Buraidah dari ayahnya
dari Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam, beliau berkata yang artinya: “Hewan
aqiqah itu disembelih pada hari ketujuh, ke empat belas, dan ke dua puluh
satu.” (Hadits hasan riwayat Al Baihaqiy)
7. Tata Cara Aqiqah
Disunnatkan untuk memberi nama dan mencukur rambut (menggundul) pada
hari ke-7 sejak hari lahirnya. Misalnya lahir pada hari Ahad, ‘aqiqahnya jatuh
pada hari Sabtu.
Bagi anak laki-laki disunnatkan ber’aqiqah dengan 2 ekor kambing sedang bagi
anak perempuan 1 ekor.
‘Aqiqah ini terutama dibebankan kepada orang tua si anak, tetapi boleh juga
dilakukan oleh keluarga yang lain (kakek dan sebagainya).
Aqiqah ini hukumnya sunnah.
Upacara pemotongan rambut akan dilanjutkan dengan prosesi pemberian
nama bayi. Islam menganjurkan agar diberikan nama yang sebaik-baiknya.
Dan, jika perlu pemberian nama ini diumumkan kepada masyarakat sekitar.
8. Tata Cara Aqiqah
Doa Menyembelih Hewan Aqiqah
َِنمْحَّرال ِهللا ِم ْسِبِمْيِحَّرال.
ْىِّبَر َّمُهّللَا,ُةَقْيِقَع ِهِذَه...ْنِب....ََلو ِهِمَدِب َاهُمَدِهِمْظَعِب َاهُمْظََعو ِهِمْحَلِب َاهُمْح
ِهِرْع َشِب اَهُرْع ََشو ِهِدْلِجِب اَهُدْلِجَو.ِف َاهْلَعْاج َّمُهَّللَاِِ ًَاد...بن....ِارَّنال َنِم
Artinya:
Ya Allah, wahai Tuhanku, hewan ini adalah aqiqah untuk….bin… (sebutkan namanya),
dimana darahnya (hewan) adalah menebus darahnya (anak), dagingnya (hewan) untuk
menebus dagingnya (anak), tulangnya (hewan) adalah untuk menbus tulangnya (anak),
kulitnya (hewan) adalah untuk menebus kulitnya (anak) dan bulunya (hewan) untuk
menebus rambutnya (anak). Ya Allah, hendaklah Engkau menjadikan aqiqah ini sebagai
tebusan untuk….bin…. (sebutkan namanya) dari neraka.
9. Hikmah Aqiqah
Aqiqah Menurut Syaikh Abdullah nashih Ulwan dalam kitab Tarbiyatul Aulad Fil
Islam sebagaimana dilansir di sebuah situs memiliki beberapa hikmah
diantaranya :
Menghidupkan sunnah Nabi Muhammad SAW dalam meneladani Nabiyyullah
Ibrahim AS tatkala Allah SWT menebus putra Ibrahim yang tercinta Ismail AS.
Dalam aqiqah ini mengandung unsur perlindungan dari syaitan yang dapat
mengganggu anak yang terlahir itu, dan ini sesuai dengan makna hadits, yang
artinya: “Setiap anak itu tergadai dengan aqiqahnya.” [3]. Sehingga Anak
yang telah ditunaikan aqiqahnya insya Allah lebih terlindung dari gangguan
syaithan yang sering mengganggu anak-anak. Hal inilah yang dimaksud oleh Al
Imam Ibunu Al Qayyim Al Jauziyah “bahwa lepasnya dia dari syaithan tergadai
oleh aqiqahnya”.
Aqiqah merupakan tebusan hutang anak untuk memberikan syafaat bagi
kedua orang tuanya kelak pada hari perhitungan. Sebagaimana Imam Ahmad
mengatakan: “Dia tergadai dari memberikan Syafaat bagi kedua orang tuanya
(dengan aqiqahnya)”.
10. Hikmah Aqiqah
Merupakan bentuk taqarrub (pendekatan diri) kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala sekaligus sebagai wujud rasa syukur atas karunia yang dianugerahkan
Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan lahirnya sang anak.
Aqiqah sebagai sarana menampakkan rasa gembira dalam melaksanakan
syari’at Islam & bertambahnya keturunan mukmin yang akan memperbanyak
umat Rasulullah SAW pada hari kiamat.
Aqiqah memperkuat ukhuwah (persaudaraan) diantara masyarakat.