Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang hadis yang menjelaskan bahwa Rasulullah saw. menyarankan untuk menyembelih dua ekor kambing untuk anak laki-laki dan satu ekor kambing untuk anak perempuan dalam pelaksanaan aqiqah.
2. Dibahas pula pendapat ulama tentang hukum dan jumlah kambing yang disembelih dalam pelaksanaan aqiqah. Ada perbedaan pend
1. AQIQAH DUA KAMBING UNTUK ANAK LAKI-LAKI DAN SATU
UNTUK ANAK PEREMPUAN
(Analisis Tahlili terhadap Hadis Riwayat Amr Bin Syu’aib)
Makalah
Diajukan sebagai Tugas Mata Kuliah Hadis Ahkam al-Qadha
Oleh:
Irfan (Nim:20156120009)
Tasya ReskiAmaliah (Nim:20156120023)
Dosen Pemandu:
Zulkifli, S. Ag., M. Ag.
PRODI HUKUM KELUARGA ISLAM
JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI BISNIS ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI MAJENE
2021
2. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aqiqah merupakan suatu tradisi islam yang mana telah ada sejakzaman Nabi Saw.
Yakni selamatan atas kelahiran seorang bayi ke dunia. Kelahiran bayi dirayakan
merupakan sebagaian rasa syukur terhadap Allah SWT. Tradisi ini betujuan untuk
menjamu dengan memasak daging yang mana mempunyai tujuan yang baik yakni bentuk
sosial yang mana adanya interaksi sosial masyarakat.
Aqiqah berasal dari kata aqiq yang berarti rambut bayi yang baru lahir, karena itu
aqiqah selalu diartikan sebagai selamatan lahirnya seorang bayi dengan menyembeli
hewan (sekurangnya ekor kambing). Menurut istilah syara’ artinya menyembelih ternak
pada hari ketujuh dari kelahiran anak, yang pada hari itu anak diberi nama dan rambutnya
di potong.
Sejarahnya, aqiqah termasuk salah satu dari ritual orang praislam yang dilaksanakan
dengan menyembelih kambing yang pada saat kelahiran anak laki-laki mereka kemudian
darah sembelihan dioleskan ke kepala si bayi. Dengan datangnya syara’ islam, praktek
tersebut diubah menyembeli kambing dan memotong rambut si bayi serta bayi tersebut
dibubuhi dengan minyak za’faran.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Kandungan Hadis Tentang Aqiqah Dua Kambing Anak Laki-laki dan Satu
Kambing Untuk Anak Perempuan?
2. Bagaimana Kualitas Hadist Tentang Aqiqah Dua Kambing Anak Laki-laki dan Satu
Kambing Untuk Anak Perempuan?
3. Bagaimana Pandangan Ulama Tentang Aqiqah Dua Kambing Anak Laki-laki dan Satu
Kambing Untuk Anak Perempuan?
4. Bagaimana Tata Cara Pelaksanaa Aqiqah?
5. Apa Hikmah Dari Pelaksanaan Aqiqah ?
3. BAB II
PEMBAHASAN
A. HADITS TENTANG AQIQAH DUA KAMBING UNTUK ANAK LAKI-LAKI
DAN SATU UNTUK ANAK PEREMPUAN
1. TEKS HADITS
َو ْنَع َكُسْنَي ْنَا ْمُكْنِم َّبَحَا ْنَم ص ِهللا ُل ْوُس َر َلاَق ،َلاَق ِهّدَج ْنَع ِهْيِبَا ْنَع ٍبْيَعُش ِْنب و ِرْمَع ْنَع
ِهِدََل
ُغَلْا ِنَع ْلَعْفَيْلَف
ِِ ََال
1َاةش ِةَي ِارَجَلْا ِنَع َو ِانَتَئِفاَكُم ِانَتَاش
Artinya : Dari Dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya, dari kakeknya berkata, Rasulullah
bersabda : barang siapa diantara kamu ingin menyembelih karena kelahiran bayi maka
hendaklah dilakukan untuk anak laki-laki dua ekor kambing yang sama dan untuk anak
perempuan seekor kambing.(H.R. ahmad, Abu dawud dan Nasa’i)
2. Biografi singkat periwayat hadits
Amr bin syu’aib memiliki nama lengkap Amr bin Syu’aib bin Muhammad bin
‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash al-Quraisy as-Sahmi. Ia tidak di ketahui kapan lahirnya,
namu ia wafat pada tahun 118 h.2 amr bin syu’aib hidup dimasa tabi’in, ayahnya bernama
syu’ain bin muhammad dan dia memilki kakek buyut yang bernama abdullah bin amr.
Abdullah bin amr hidup di zaman sahabat Yang merupakan salah satu sahabat yang
pertama menulis hadits sekitar seribu riwayat dari Nabi Saw. Bahkan, Abu Hurairah
pernah berkata “Tak ada seorangpun yang lebih hafal dariku mengenai hadiṡ Rasulullah
saw., kecuali Abdullah bin ‘Amrû bin ‘Ash. Karena ia mencatat sedangkan aku tidak”.
Amr bin syuaib Di antara guru-guru ‘Amr bin Syu’aib antara lain: Syu’aib bin
Muhammad, Sulaiman bin Yasar, ‘Abdullah bin Abī bin Ṭawus bin Kaisan, Sa’id bin Abī
Sa’id. Adapun murid-murid antara lain: Sawwar bin Dāwud, Sulaiman bin Musa, Zuhair
bin Muhammad at-Tamimi, Abbās bin Jabir, ‘Abdul Malik bin Jurij, Muhammad bin
Ishaq, Qatādah bin Di’amah. Adapun hadits yang diriwayatkan oleh Amr Bin Syuaib,
1H. Sulaiman Rasyid, Fiqih islam (Cet. XVII; Jakarta: Attahiriyah, 1976), h. 452
2 Winda Sari. “Takhrij Hadis Bacaan Wukuf Di Arafah” Shahih,Volume 1, Nomor 2 (Juli 2018)
4. kebanyakan ulama hadits berhujjah dan menshahihkannya. Diantaranya Ahmad, Ishaaq,
dan yang lainnya.
3. Kajian kosakata
غلم
)
َلميماو ِ َلَالاو َلغينا ) merupakan asal yang shahih bukan huruf illat, menunjukkan atas
sesuatu yang baru artinya seorang anak yang baru lahir, sampai ia menjadi dewasa, dan
bangkitnya syahwat atau keinginan, dari pada itulah adapun ِ َالُغَلا artinya pemuda, yang
tumbuh اربَّشَلا dan adapun dia itu penjelasaan tentang kepemudaan dan pemuda,adapun
ِ َالُغَلا jamaknya مةْلِغ (para pemuda).
B. Kandungan hadits
Hadits ini menjelaskan tentang pentingnya syari’at Aqiqah, ia merupakan suatu
sembelihan yang dilaksanakan berkaitan dengan lahirnya seseorang, baik laki-laki
ataupun perempuan sesuai dengan ketentuan-ketentuan syara’. 3Jika telah lahir seorang
bayi laki-laki maupun perempuan maka orang tua bayi tersebut, disunnahkan
mengaqiqahi anaknya dengan cara menyembelihkan dua ekor kambing untuk anak laki-
laki dan satu ekor kambing untuk anak perempuan. Maka makna aqiqah secara umum
adalah menyembelih kambing untuk anak pada hari ketujuh dari hari kelahirannya.
Aqiqah merupakan salah satu bentuk kasih sayang orang tua terhadap anaknya dan
syari’at aqiqah ini juga merupakan bentuk taqarrub (pendekatan diri) kepada Allah
sekaligus sebagai wujud rasa syukur atas karunia yang dianugerahkan Allah SWT.
Disamping itu juga, Aqiqah sebagai sarana menampakkan rasa gembira dalam
melaksanakan syari'at Islam sekaligus menampakkan syi’ar kebersamaan sesama kaum
muslimin.
Jadi secara sederhana syari’at aqiqah dapat ditinjau dari dua aspek. Pertama adalah
aspek vertikal sebagai bentuk syukur kepada Allah atas karunia yang diperoleh, dan yang
Kedua adalah aspek horizontal dengan mengaktualisasikan rasa syukur tersebut melalui
penyembelihan hewan yang dibagikan pada masyarakat sekitar.
C. Pandangan Ulama
1. Hukum Aqigah.
a. Sebelum baligh
3 M. Khoir Al-Kusyairi . “Nilai-Nilai Pendidikan dalam Hadits Ibadah Aqiqah” Jurnal Al-Hikmah,
Volume 12, Nomor 2 (Oktober 2015).
5. Para ulama berselisih pendapat tentang hukum dari aqiqah: Mazhab Hanafi, mereka
menyebutkan bahwa hukum melaksanakan aqiqah adalah mubah bukan sunnat, di
Mazhab Syafi’i, Abu Tsaur dan Jumhur, mereka menyebutkan bahwa hukum
melaksanakan aqiqah adalah Sunnah Mu’akkadah.sedangkan dari ImamM alik berkata:
“Aqiqah adalah suatu sunnah yang sangat dituntut untuk mengerjakannya; dan Al-Laits
dari Mesir dan Imam Daud Az-Zahiri, mereka mengatakan bahwa aqiqah wajib dilakukan
pada hari yang ketujuh dari hari lahir si bayi. Jika tidak dikerjakan pada hari itu, tidaklah
dikerjakan lagi pada tujuh yang kedua, tujuh yang ketiga, dan seterusnya.4
b. Sesudah baligh (dewasa)
Beberapa pendapat dari para Tabi’ain, yaitu ‘Atha’, Al-Hasan Al-Bashir, dan Ibnu
Sirin, dan juga pendapat dari Imam Syafi’i, Imam Al-Qaffal Asy-Syasyi (Mazhab
Syafi’i) dan riwayat dari Imam Ahmad dikatakan bahwa: “Seseorang yang tidak
diaqiqahi pada masa kecil, maka boleh melakukan sendiri ketika sudah dewasa”.
Mungkin mereka berpegang dengan hadist Anas yang berbunyi: “Rasulullah
mengaqiqahi diri sendiri setelah beliau diangkat sebagai Nabi, yakni setelah turunnya
surat Al-Baqarah”. (Hadits Riwayat Abdur Razaq (4/326) dan Abu Syaikh dari Ibnu
Qatadah dari Anas)
Dari kitab I’anathutholibin (Syarah dari kitab Fathul Mu’in 2/336 menerangkan:
“Bahwa Rasulullah SAW, melaksanakan aqiqah atas dirinya sendiri setelah
beliaudiangkat menjadi Nabi”. Kalau ditinjau dari sejarah, berarti Rasulullah SAW
beraqiqah pada usia 40 tahun.
Riwayat Hadits Al Baihaqi dari Anas yang menyatakan bahwa Nabi SAW
menyembelih aqiqah untuk dirinya bersifat dha’if. Kalau dilihat dari sanadnya ada
seorang bernama ‘Abdullah bin Al Muharrar yang dinyatakan lemah oleh beberapa ahli
hadits seperti Ahmad, Ad Daruquthni, Ibnu Hibban, dan Ibnu Ma’iem.
Dari pendapat-pendapat tersebut, ada kecenderungan kepada pendapat Imam Syafi’i,
yakni tidak perlu lagi untuk mengaqiqahkan dirinya sendiri.Kembali ke sunnahnya aqiqah
yang terletak pada pihak orang tua/wali yang menanggung dimana pelaksanaannya
berkaitan erat dengan prosesi mencukur rambut dan menamai bayi. Mereka mengatakan
4Anang Doni Irawan, Risalah Aqiqah (Bojonegoro-Jawa Timur : PENERBIT KBM INDONESIA, 2021) h.
9.
6. bahwa aqiqah diisyaratkan atas orang tua, sehingga tidak perlu dilaksanakan oleh anak
setelah dia mencapai usia baligh. Mereka juga mengatakan hadis yang dijadikan sebagai
sandaran pendapat pertama tidak shahih
2. Jumlah kambing yang di sembelih.
Menurut Mazhab Maliki, jumlah kambing yang disembelih yaitu Satu ekor kambing
untuk anak laki-laki dan satu ekor kambing untuk anak perempuan. Berdasarkan hadits
riwayat Ibnu Abbas: Artinya: “Rasulullah Saw mengaqiqah-kan Hasan satu ekor
kambing dan Husain satu ekor kambing”. Sedangkan menurut Mazhab Syafi’i dan
Hanbali adalah dua ekor kambing untuk anak laki-laki dan satu ekor kambing untuk anak
perempuan, berdasarkan hadits riwayat Aisyah: Artinya: “Untuk anak laki-laki dua ekor
kambing yang sama dan untuk satu orang anak perempuan satu ekor kambing”.
Berdasarkan dua hadits tersebut, jika disembelihkan satu ekor kambing untuk anak laki-
laki, maka hukumnya sah. Jika disembelihkan dua ekor untuk anak laki-laki, maka
afdhal. Karena hadits riwayat Ibnu Abbas mengandung makna boleh. 5
3. Waktu Penyembelihan
Penyembelihan Aqiqah itu pada hari ke-tujuh setelah melahirkan, jika memungkinkan.
Jika tidak, maka pada hari ke-14. Jika tidak memungkinkan, maka pada hari ke-21 sejak
kelahirannya. Jika tidak memungkinkan, maka kapan saja pada hari-hari berikutnya.
Dalam hadits riwayat al-Baihaqi disebutkan: “Disembelihkan pada hari ke-7, ke-14 dan
ke-21”. Mazhab Syafi’i dan Hanbali menyatakan: jika disembelihkan Aqiqah sebelum
hari ketujuh atau setelah hari ketujuh, maka tetap sah. Namun di dalam kitab syarah
‘aunul ma’bud dijelaskan bahwasanya waktu aqiqah itu adalah pada hari ke tujuh, tidak
disyari’atkan sebelumnya dan tidak pula sesudahnya. Akan tetapi dibolehkan pada tujuh
kedua (hari ke 14) dan tujuh ketiga (hari ke-21), sebagaimana disebutkan oleh al-Baihaqi
dalam kitab Sunan al-Kubra
D. Tata Cara Aqiqah
1. Penyembelihan hewan aqiqah
a. Syarat hewan aqiqah6
5M. Khoir Al-Kusyairi . “Nilai-Nilai Pendidikan dalam Hadits Ibadah Aqiqah” Jurnal Al-Hikmah, Volume
12, Nomor 2 (Oktober 2015).
6 Anang Doni Irawan, Risalah Aqiqah (Bojonegoro-Jawa Timur : PENERBIT KBM INDONESIA, 2021),
h. 12.
7. Umurnya telah cukup, antara umur 6-12 bulan untuk kambing. Biasanya ditandai
dengan pupak atau tanggalnya gigi depan. Ukuran secara biologis, binatang yang telah
untuk dipotong atau terpenuhinya syarat aqiqah adalah telah dewasa kelaminnya.
Maksudnya, bahwa organ dan sistem reproduksi hewan tersebut telah sempurna dan
siap;
Jenis kelamin hewan aqiqah boleh berkelamin jantan yang sudah bertanduk atau betina
(tidak dalam keadaan mengandung ataupun menyusui);
Sehat, (misalnya kudisan, maupun penyakit dalam yang berbahaya);
Tidak boleh kurus kering dan tidak cacat mutlak. Hewan kondisinya tidak pincang,
bagian tubuh sempurna, telinganya tidak tuli ataupun hilang daun telinganya, baik
sebelah ataupun semuanya, ekor atau tanduknya utuh tidak putus lebih
darisepertiganya, tidak ompong semua giginya, dan kambingnya tidak gila ataupun
stres saat disembelih.
Perlu ditambahkan bahwa binatang aqiqah lebih afdhal jika berbulu putih, karena hal
ini lebih disukai oleh Allah SWT. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda:
”Darah binatang yang berbulu putih lebih disukai Allah dibanding darah binatang yang
berbulu hitam legam”. (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
b. Cara penyembelihan.7
Mempersiapkan dan mempertajam alat penyembelihannya;
Menutupi tubuh dan kepala binatang yang disembelih dengan kain atau daun yang
lebar;
Tidak memperlihatkan penyembelihan kepada binatang lainnya (karena ketika
menyembelih dua ekor binatang untuk bayi laki-laki, binatang satunya hendaknya
ditempatkan di tempat yang lain terlebih dahulu);
Mengendalikan binatang yang akan disembelih agar mudah dalam prosesi
penyembelihan;
Membaringkan hewan yang akan disembelih pada lambung kiri menempel ke tanah,
sehingga tangan kiri penyembelih berada di sebelah kepala hewan yang terletak pada
arah selatan;
7 Anang Doni Irawan, Risalah Aqiqah (Bojonegoro-Jawa Timur : PENERBIT KBM INDONESIA, 2021),
h. 17.
8. Penyembelihan menghadap kiblat;
Ketika menyembelih hendaknya membaca basmallah, membaca takbir, dan membaca
do’a:Bismillahirrahmanirrahiim. Allaahumma minka wailaika ‘aqiqaati fulaani .....
fataqobbal minni.
”Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang.
Ya Allah, dari Engkau dan untuk Engkau aqiqah fulan (sebut nama anak yang
diaqiqahi), maka terimalah aqiqah ini dariku”.
Membaca shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW.
Letakkan pisau dengan kuat pada leher binatang dengan menggerakkan untuk
memotong saluran pernafasan dan saluran makanan tanpa lepas dari leher binatang
hingga benar-benar terputus saluran tersebut;
Penyembelih harus seorang Muslim, lebih baik jika seseorang yang terjaga Iman dan
Islamnya, serta sehat jasmani dan rohani.
Khusus pada penyembelihan binatang aqiqah, selain sunnah-sunnah tersebut,
disunahkan pula waktu penyembelihannya pada saat terbitnya matahari. (Kifayatul
Akhyar Juz II hal. 243)Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prosesi penyembelihan dan
pemotongan bagian tubuh binatang aqiqah adalah makruh menghancurkan tulang
binatang aqiqah.Hal ini kita usahakan dengan memotong bagian tubuh binatang
sembelihan, pemotongan pada persendian dan tidak menghancurkannya.8Semua tulang
harus diupayakan utuh tanpa ada yang terpecahkan. Daging yang membungkus tulang
atau yang berada disela-sela tulang harus diambil dengan hati-hati.Tulang belulang harus
dilepaskan dari sambungannya masing-masing, bukan dengan dipecahkan pada bagian
pertengahannya.Yang demikian mengandung sunnah pelajaran dan harapan (tafa’ul) agar
nantinya fisik si bayi yang diaqiqahkan kelak saat tumbuh dewasa secara normal dan
sehat tanpa ada cacat ataupun penyakit tulang.
2. Penyaluran daging aqiqah
8 Anang Doni Irawan, Risalah Aqiqah (Bojonegoro-Jawa Timur : PENERBIT KBM INDONESIA, 2021),
h. 17.
9. Berbeda dengan daging qurban yang dianjurkan untuk dibagikan dalam keadaan
mentah, daging aqiqah dianjurkan untuk diberikan dalam kondisi sudah dimasak.9
Rasulullah saw. bersabda, “Sunahnya dua ekor kambing untuk anak laki-laki dan satu
ekor kambing untuk anak perempuan. Ia dimasak tanpa mematahkan tulangnya. Lalu
dimakan (oleh keluarganya), dan disedekahkan pada hari ketujuh.” (Riwayat Baihaqi)
Pun demikian dengan jangkauan pembagian daging aqiqah berbeda dengan daging
qurban, daging qurban bisa dibagikan secara lebih luas sesuai dengan syara’, akan tetapi
yang layak untuk daging aqiqah adalah adalah orang miskin dikalangan umat Islam.
Namun berdasarkan beberapa buah hadis dan amalan Rasulullah tetangga dan kerabat
dekat (keluarga si bayi) disunahkan juga memakan sebahagian daripada daging tersebut.10
Dengan membagi-bagikan daging aqiqah tersebut, khususnya kepada fakir miskin,
dapat diharapkan para fakir miskin yang disedekahi daging aqiqah itu akan senantiasa
mendo’akan kebaikan kepada si jabang bayi. Apalagi kalau kita meyakini bahwa do’a
fakir miskin dan dhu’afa lebih mudah dikabulkan, maka muncul harapan akan
terbentuknya diri pribadi yang shalih bagi si bayi yang diaqiqahkan juga semakin banyak.
3. Mencukur rambut dan memberi nama
Dianjurkan menggundul kepala bayi pada hari ketujuh dan diberi nama. Berdasarkan
hadis Samurah. 11Jika dia bersedekah dengan perak seberat rambut itu, maka itu
merupakan perbuatan yang baik. Berdasarkan hadis bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam berpesan kepada Fatimah ketika melahirkan Hasan: “Cukur rambutnya,
bersedekahlah dengan perak seberat timbangan rambutnya kepada orang miskin dan
ahlussufah.”(HR.Ahmad).Mayoritas ulama di kalangan Malikiyah, Syafiiyah, dan
Hambali berpendapat dianjurkan untuk mencukur rambut bayi pada hari ketujuh,
kemudian bersedekah dengan emas atau perak seberat rambut menurut Malikiyah dan
Syafiiyah, sementara menurut Hambali, sedekahnya dengan perak saja. Jika bayi tidak
dicukur, orang tuanya bisa memperkirakan berat rambutnya dan bersedekah seberat
rambut itu. Kemudian mencukur rambut dilakukan setelah menyembelih aqiqah
9 Ma’ruf Muttaqien, Buku PintarQurban & Aqiqah (Jakarta Pusat : LAZIZMU, 2016), h. 16.
10 Abu Zaidan, Diktat Aqiqah (Solo : PKH, 2013), h. 8.
11 Ammi Nur Baits, “Waktu Mencukur Rambut Bayi Saat Aqiqah”, https://konsultasisyariah.com/15528-
waktu-mencukur-rambut-bayi-saat-aqiqah.html, Diakses Tanggal 17 Desember 2021, pukul 16.35
10. 4. Membaca doa untuk bayi yang di aqiqah.
Adapun do’a untuk bayi yang di aqiqah,12 sebagai mana dalam hadits yang di
riwyatkan oleh imam bukhari yaitu Innii u’iidzuka bikalimaatillaahit taammati min kulli
syaythaanin wa haammatin wamin kulli ‘aynin laammatin
“Aku berlindung untuk anak ini dengan kalimat Allah Yang Sempurna dari segala
gangguan syaitan dan gangguan binatang serta gangguan sorotan mata yang dapat
membawa akibat buruk bagi apa yang dilihatnya”
E. Hikmah Aqiqah
Aqiqah merupakan tanda syukur atas nikmat karunia Allah SWT, atas kelahiran
seorang anak dengan aqiqah. Juga sebagai sarana (washilah) memohon kepada Allah
SWT. agar senantiasa menjaga dan memelihara si bayi. Anjuran agar aqiqah disembelih
atas nama anak yang telah lahir. Hal ini berdasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh
Ibnu al-Mundzir dari ‘Aisyah r.a.: Nabi saw. bersabda: “Sembelihlah atas namanya (anak
yang dilahirkan), dan ucapkanlah, ‘Dengan menyebut nama Allah. Ya Allah, bagi-Mu-lah
dan kepada-Mu-lah ku persembahkan aqiqah si Fulan ini
Pelaksanaan aqiqah sebagai suatu perwujudan pengorbanan untuk mendekatkan
diri anak kepada Allah SWT. Dimasa-masa awal anak menghirup udara kehidupan.
Aqiqah juga merupakan sebagai wujud dari rasa syukur atas keberhasilan pelaksanaan
syari’at Islam dan kelahiran serta bertambahnya generasi Muslim yang akan bisa
memperkuat tali ikatan cinta dan kasih sayang diantara anggota masyarakat untuk
menyambut generasi muslim baru lainnya.
12 Ma’ruf Muttaqien, Buku PintarQurban & Aqiqah (Jakarta Pusat : LAZIZMU, 2016), h. 22.
11. BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Biografi Periwayat Hadits
Amr bin syu’aib memiliki nama lengkap Amr bin Syu’aib bin Muhammad bin
‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash al-Quraisy as-Sahmi. Ia tidak di ketahui kapan lahirnya,
namu ia wafat pada tahun 118 h. dia memilki kakek buyut yang bernama abdullah bin
amr. Abdullah bin amr hidup di zaman sahabat Abu Hurairah pernah berkata tentang
Abdullah bin Amr “Tak ada seorangpun yang lebih hafal dariku mengenai hadiṡ
Rasulullah saw., kecuali Abdullah bin ‘Amrû bin ‘Ash. Karena ia mencatat sedangkan
aku tidak”. Adapun hadits yang diriwayatkan oleh Amr Bin Syuaib, kebanyakan ulama
hadits berhujjah dan menshahihkannya. Diantaranya Ahmad, Ishaaq, dan yang lainnya.
2. Kandungan Hadits
Dalam Hadits menjelaskan tentang pentingnya syari’at Aqiqah,Jika telah lahir
seorang bayi laki-laki maupun perempuan maka orang tua bayi tersebut, disunnahkan
mengaqiqahi anaknya dengan cara menyembelihkan dua ekor kambing untuk anak laki-
laki dan satu ekor kambing untuk anak perempuan. Maka makna aqiqah secara umum
adalah menyembelih kambing untuk anak pada hari ketujuh dari hari kelahirannya.
3. Pandangan Ulama
Para ulama berselisih pendapat tentang hukum dari aqiqah: Mazhab Hanafi,
mereka menyebutkan bahwa hukum melaksanakan aqiqah adalah mubah bukan sunnat, di
Mazhab Syafi’i, Abu Tsaur dan Jumhur, mereka menyebutkan bahwa hukum
melaksanakan aqiqah adalah Sunnah Mu’akkadah.sedangkan dari ImamM alik berkata:
“Aqiqah adalah suatu sunnah yang sangat dituntut untuk mengerjakannya; dan Al-Laits
dari Mesir dan Imam Daud Az-Zahiri, mereka mengatakan bahwa aqiqah wajib dilakukan
pada hari yang ketujuh dari hari lahir si bayi.
12. B. Implikasi
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk melatih diri kita dalam
membuat dan juga menyusun tulisan ilmiah dengan baik dan benar. Dalam pembuatan
makalah ini juga mengajarkan kita untuk mengetahui cara-cara yang tepat dan juga benar
dalam membuat dan menyusun makalah ataupun skripsi sehingga menjadi sebuah
pembelajaran bagi kita dalam menulis karya Ilmiah. Kemudian yang terpenting dalam
pembuatan makalah ini adalah untuk menambah dan juga memperluas wawasan dan
pengetahuan bagi penulis dan pembaca mengenai hadis tentang “Aqiqah Dua Kambing
untuk Anak Laki-Laki dan Satu untuk Anak Perempuan”.
Mohon maaf apabila dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan terutama
mengenai kajian kosa kata, vote note, kandungan dan hal lainnya. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Harapan kami, semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan
wawasan bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin
13. DAFTAR PUSTAKA
Rasyid, H. Sulaiman. Fiqih islam. Jakarta: Attahiriyah, 1976.
Irawan, Anang Doni. Risalah Aqiqah. Bojonegoro-Jawa Timur : PENERBIT KBM
INDONESIA, 2021.
Muttaqien, Ma’ruf. Buku Pintar Qurban & Aqiqah. Jakarta Pusat : LAZIZMU, 2016
Zaidan, Abu. Diktat Aqiqah. Solo : PKH, 2013
Sari, Winda. “Takhrij Hadis Bacaan Wukuf Di Arafah” Jurnal Ilmu Kewahyuan, Juli 2018 :
2622-2388.
Al-Kusyairi, M. Khoir. “Nilai-Nilai Pendidikan dalam Hadits Ibadah Aqiqah” Jurnal Al-Hikmah,
Oktober 2015 : 1412-5382.
Baits, Ammi Nur. “Waktu Mencukur Rambut Bayi Saat Aqiqah”, https://konsultasisyariah.com
/15528-waktu-mencukur-rambut-bayi-saat-aqiqah.html (Diakses 17 Desember 2121)