2. Puasa
Ramadhan
Puasa Ramadhan adalah puasa yang
diwajibkan terhadap setiap muslim selama sebulan
penuh pada bulan Ramadhan. Puasa pada bulan
Ramadhan termasuk salah satu puasa wajib yang
harus dilakukan oleh segenap kaum muslimin.
Bulan Ramadhan adalah bulan kesembilan dalam
bulan Islam.
Firman Allah Swt.:
ِالص ُمُكْيَلَع َبِتُك ْواُنَمآ َينِذَّال َاهُّيَأ َايَينِذَّال ىَلَع َبِتُك َامَك َُامي
َونُقَّتَت ْمُكَّلَعَل ْمُكِلْبَق نِم
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu agar kamu bertakwa.”(QS. Al-Baqarah:
183)
3. Niat, yaitu menyengaja puasa Ramadhan, setelah
terbenam matahari hingga sebelum fajar shadiq.
Artinya pada malam harinya, dalam hati telah tergerak
(berniat), bahwa besok harinya akan mengerjakan
puasa wajib Ramadhan.sebagaimana hadis Nabi
Saw.,:
َالَعَت ِ َّ َِلِل ِهِلِك َانَضَمَر ِرْه َش َمْوَص ُتْيَوَنى
Artinya: "Aku niat berpuasa selama satu bulan penuh di
bulan Ramadhan tahun ini karena Allah Taala."
4. Niat puasa Ramadhan harian (dibaca setiap
hari):
َّاالش ِضْرَف ِءَادَأ ْنَع ٍدَغ َمْوَص ُتْيَوَنِهِذَه َانَضَمَر ِرْه
ىَالَعَت ِ َّ َِلِل ِةَن َّالس
Artinya: "Aku niat berpuasa esok hari untuk
menunaikan kewajiban puasa pada bulan
Ramadhan tahun ini karena Allah Taala".
Meninggalkan segala yang membatalkan
puasa mulai dari terbit fajar hingga
terbenam matahari.
5. Dengan melihat bulan (Ru’yatul Hilal)
Dengan cara Istikmal
Dengan cara memperhatikan terbitnya bulan di hari ke-29 bulan
Sya’ban. Pada sore hari saat matahari terbenam di ufuk barat.
Perintah Allah untuk berpuasa setelah melihat bulan tsabit:
ُهْمُصَيْلَف َرْه َّالش ُمُكْنِم َدِه َش َْنمَف
Artinya: “Karena itu barangsiapa di antara kamu melihat bulan itu,
maka hendaklah berpuasa pada bulan itu.”
Maksudnya menyempurnakan bilangan bulan Sya’ban atau bulan
Ramadhan menjadi 30 hari. Hal ini dilakukan bila ru’yatul hilal tidak
tampak atau kurang jelas karena tertutup awan atau ada sebab lain.
Allah Swt., berfirman: اْوُلِمْكُتِلَوَةَّدِعْالواُرِبَكُتِلَوَللا
Artinya: “Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan
mengagungkan Allah.” (QS. Al-Baqarah ayat 185)
6. Dengan Cara Hisab (Perhitungan)
Yaitu, memperhitungkan peredaran bulan dibandingkan dengan
perbedaan matahari. Karena peredaran bulan dan matahari
bersifat tetap maka dapat diperhitungkan. Firman Allah Swt.:
َّدََقو ًارْوُن َرَمَقَْالو ًءَايِض َسْم َّالش َلَعَج ْىِذََّالوٌهِنِالس َدَدَع اْوُمَلَْعتِل َلَِازنَم ُهَرَنْي
ا ُلِصَفُي َِقحْالِب َّالِإ َكِلَذ ُللا َقَلَخ َام َاب َسِحَْالوَنْوُمَلَْعي ٍمْوَقِل ِتَايَ ْال
Artinya: “Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan
bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah
(tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu
mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak
menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia
menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang
yang mengetahui.” (QS. Yunus: 5)
7. Orang sedang sakit yang jika dipaksakan berpuasa, sakitnya akan
bertambah parah maka mereka boleh berbuka. Tetapi jika setelah
bulan Ramadhan penyakitnya sembuh maka mengqadha puasanya
yang telah ia tinggalkan.
Orang yang bepergian jauh (musafir) yang diperkirakan akan
kelelahan dan membawa madharat terhadapnya, maka mereka
boleh berbuka tetapi harus mengqadhanya setelah bulan
Ramadhan. Untuk kedua orang itu dalilnya adalah firman Allah
Swt.:
َْنمَوَرَخُا ٍماَّيَا ْنِم ٌةَّدَف ٍرَف َس ىَلَعْوَا اًضْيَِرم َن اَكط
ِرُي ََالو َر ْسُيْال ُمُكِب ُللا ُدْيِرُيُدْي
َر ْسُعْال ُمُكِب
Artinya: “Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak
berpuasa) maka wajib menggantinya sebanyak hari yang
ditinggalkannya itu pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki
kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.”
(QS. Al-Baqarah: 185)
8. Orang yang sudah tua atau karena usianya sudah lanjut, tidak
mampu berpuasa. Jika dipaksakan berpuasa akan terjadi
kemadharatan baginya. Mereka boleh tidak berpuasa, tetapi harus
membayar fidyah. Fidyah adalah memberi makan fakir miskin
setiap hari selama bulan Ramadhan. Dalilnya firman Allah Swt.:
ٌَةيْدِف ُهَن ْوُقْيِطُي َنْيِذَّال ىَلََعو
Artinya: “Dan bagi orang-orang yang berat menjalankannya, maka
wajib membayar fidyah.” (QS. Al-Baqrah: 184)
Orang hamil dan sedang menyusui anaknya. Mereka itu diboleh-
kan berbuka puasa jika mengkhawatirkan kesehatan dirinya dan
bayinya. Namun, bagi mereka diwajibkan mengqadha puasa yang
ditinggalkannya. Dalilnya sabda Rasulullah Saw.:
ْط ََشو َمْوَّصال ِرِف ا َسُمْال ِنَع َعَضَو َّلَجَو َّزَع َللا َّنِإىَلْبُحْال ِنََعو ِة ََلَّصال َر
َمْوَّصال ِعِضْرُمَْالو(الخمسة رواه)
Artinya: “Sesungguhnya Allah Swt., telah melepaskan kewajiban
dari seorang musafir berpuasa dan sebagian salat, dan kepada
perempuan yang sedang hamil dan sedang menyusui Allah telah
melepaskan kewajiban puasa atas keduanya.” (HR. Lima Ahli
Hadist)
9. Menyegerakan berbuka puasa jika waktu berbuka
puasa telah tiba
Berbukalah dengan makanan atau minuman yang manis
terlebih dahulu
Membaca do’a sebelum berbuka
Mengakhirkan makan sahur (menjelang matahari terbit)
Jika ada kelebihan rezeki sedekahkan kepada orang yang
sedang berpuasa atau mengajak mereka untuk berbuka
bersama
Perbanyak membaca Al-Qur’an (tadarus)
Laksanakan shalat malam (tarawih)
Sempatkan beri’khtikaf di masjid untuk beribadah
10. Selama menjalankan
ibadah puasa Ramadhan ada
beberapa larangan yang harus
diperhatikan. Apabila larangan
tersebut dilanggar maka batallah
puasa yang dikerja-kannya. Salah
satu larangan tersebut adalah
suami istri yang bersetubuhan pada
siang hari dibulan Ramadhan.
Allah Swt., melarang
ummat Islam yang sudah berumah
tangga melakukan hubungan suami
istri (bersetubuh) pada siang hari di
bulan Ramadhan, dan sebaliknya
membolehkan melakukan hal
tersebut pada malam hari.
Allah Swt.,
berfirman dalam QS.
Al-Baqarah ayat 187
َّلِحُاْمُلكَةَلْيَلِمَايِالص
ُثَفَّرالىَلِاَسِنآْمُكِئ...
Artinya: “Dihalalkan
bagimu pada malam
hari puasa ber-
campur dengan istri-
nya...” (QS.Al-
Baqarah:187)
11. Allah Swt., hanya melarang umatnya bersetubuh siang
hari pada bulan Ramadhan sedangkan pada malam hari
diperbolehkan. Jadi, barang siapa melakukan persetubuhan
dengan istrinya pada siang hari maka ia wajib membayar
kafarat atau denda. Kafarat bagi orang yang melakukan
pelanggaran ini ada tiga tingkatkan, yaitu:
Membebaskan budak belian
Apabila tidak mampu membebaskan hamba sahaya,
harus berpuasa dua bulan berturut-turut.
Apabila berpuasa selama dua bulan juga tidak kuat, harus
memberikan shadaqah kepada fakir miskin dengan makanan
pokok yang mengenyangkan. Jumlah fakir miskin yang harus
disedekahi 60 orang dan masing-masing ¾ liter perhari.