SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
Download to read offline
Tata Cara Shalat Tarawih dan Witir 
﴿ كيفية صلاة الليل ﴾ 
[ Indonesia – Indonesian – [ إندونيسي 
Penyusun : Syaikh Muhammad Nashiruddin al Albani, 
Syaikh Salim bin Ied Al-Hilaaly, Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid 
Terjemah : Komar As Su’aidi 
Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad 
2009 ‐ 1430
﴿ كيفية صلاة الليل ﴾ 
« باللغة الإندونيسية » 
الشيخ ناصر الدين الألباني 
الشيخ على حسن علي عبد الحميد والشيخ سليم بن عيد الهلالي 
مقتبسة من كتاب: "قيام رمضان " و"صفة صوم النبي ^ في رمضان" 
ترجمة: قمر السعيدي 
مراجعة: أبو زياد إيكو هاريانتو 
2009 ‐ 1430
Seputar Sholat Tarawih dan Qunut Witir 
Sholat Tarawih 
Syaikh Nashiruddin Al-Albani telah menjelaskan perincian tentang 
tata cara shalat tarawih dalam kitab “Shalat Tarawih” (hal.101- 
105), kemudian disini diringkasnya untuk mempermudah pembaca 
dan sebagai peringatan. 
Cara Pertama 
Shalat 13 rakaat yang dibuka dengan 2 rakaat yang ringan atau 
yang pendek, 2 rakaat itu menurut pendapat yang kuat adalah 
shalat sunnah ba’diyah Isya’. Atau 2 rakaat yang dikhususkan untuk 
membuka shalat malam, kemudian 2 rakaat panjang sekali, 
kemudian 2 rakaat kurang dari itu, kemudian 2 rakaat kurang dari 
sebelumnya, kemudian 2 rakaat kurang dari sebelumnya, kemudian 
2 rakaat kurang dari sebelumnya, kemudian witir 1 kali. 
Cara Kedua 
Shalat 13 rakaat diaantaranya 8 rakaat salam pada setiap 2 rakaat 
kemudian melakukan witir 5 rakaat tidak duduk dan salam kecuali 
pada rakaat kelima. 
Cara Ketiga 
Shalat 11 rakaat, salam pada setiap 2 rakaat dan witir 1 rakaat. 
Cara Keempat 
Shalat 11 rakaat, shalat 4 rakaat dengan 1 salam, kemudian 4 
rakaat lagi seperti itu kemudian 3 rakaat. Lalu apakah duduk 
(tasyahud –pent) pada setiap 2 rakaat pada yang 4 dan 3 rakaat? 
Kami belum mendapatkan jawaban yang memuaskan dalam 
masalah ini. Tapi dudukpada rakaat kedua dari yang tiga rakaat 
tidak disyariatkan !. 
Cara Kelima 
Shalat 11 rakaat diantaranya 8 rakaat, tidak duduk kecuali pada 
yang kedelapan, (pada yang ke-8 ini –pent) bertsyahud dan 
bershalawat kepada Nabi Shallaalhu ‘alaihi wa sallam, kemudian 
berdiri lagi dan tidak salam, kemudian witir 1 rakaat, lalu salam, ini 
berjumlah 9 rakaat, kemudian shalat 2 rakaat lagi sambil duduk.
Cara Keenam 
Shalat 9 rakaat, 6 rakaat pertama tidak diselingi duduk (tasyahud – 
pent) kecuali pada rakaat keenam dan bershalawat kepada Nabi 
Shallaalhu ‘alaihi wa sallam dan seterusnya sebagaimana tersebut 
dalam cara yang telah lau. 
Inilah tata cara yang terdapat dari Nabi Shallaalhu ‘alaihi wa sallam 
secara jelas, dan dimungkinkan ditambah cara-cara yang lain yaitu 
dengan dikurangi pada setaip cara berapa rakaat yang dikehendaki 
walaupun tinggal 1 rakaat dalam rangka mengamalkan hadist 
Rasulullah Shallaalhu ‘alaihi wa sallam yang telah lalu 
(“…Barangsiapa yang ingin, witirlah dengan 5 rakaat, barangsiapa 
yang ingin, witirlah dengan 3 rakaat, barang siapa yang 
ingin,witirlah dengan 1 rakaat) [Faedah penting : Berkata Ibnu 
Khuzaimah dalam “Shahih Ibni Khuzaimah” 2/194, setelah 
menyebutkan hadist Aisyah dan yang lainnya pada sebagian cara-cara 
tersebut, maka dibolehkan shalat dengan jumlah yang ana dari 
yang diasukai dari yang telah diriwayatkan daari Nabi Shallallahu 
‘alaihi wa sallam melakukannya tida larangan bagi siapapun 
padanya, Saya katakan: Ini difahami sangat sesuai dengan apa 
yang kita pilih yang konsisten dengan jumlah yang shahih. Dari 
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tidak menambahinya. Segala 
puji bagi Allah atas taufiq-Nya dan aku meminta Nya untuk 
menambahi keutamaan-Nya.] [1]. 
Shalat 5 dan 3 rakaat ini, jika seseorang menghendaki untuk 
melakukannya dengan 1 kali duduk (tasyahud –pent) dan satu kali 
salam sebagaimana pada cara kedua, boleh. Dan jika ingin, bisa 
dengan salam pada setiap 2 rakaat seperti pada cara ketiga dan 
yang lain dan itu lebih baik[2]. Adapun shalat yang 5 dan 3 rakaat 
denagn duduk (tasyahud –pent) pada setiap 2 rakaat tanpa salam, 
kita tidak mendapatinya terdapat dari Nabi Shallaalhu ‘alaihi 
wasallam, pada asalnya boleh, akan tetapi nabi Shallaalhu ‘alaihi wa 
sallam ketika melarang untuk 3 rakaat dan memberikan alasannya 
dengan sabda beliau “Jangan serupakan dengan shalat mahgrib...” 
(diriwayatkan At-Thahawi dan Daruquthni dan selain keduanya lihat 
“Shalatut Tarawih” hal 99-110) . 
Maka bagi yang ingin shalat witir 3 rakaat hendaknya keluar dari 
cara penyerupaan terhadap mahgrib dan itu dengan 2 cara : 
1. Salam antara rakaat genap dan ganjil itu lebih utama. 
2. Tidak duduk (tasyahud –pent) antara genap dan ganjil, (yakni 
pada rakaat kedua –pent).
(Dinukil dari terjemahan kitab Qiyamu Ramadhan, karya Syaikh 
Muhammad Nashiruddin al Albani, edisi Indonesia “Shalat Tarawih 
Bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ”, Penerjemah : Al- 
Ustadz Qomar Su’aidi, Bab “Tata Cara Shalat Tarawih” 
Hal : 60 - 71, Penerbit “Cahaya Tauhid Press) 
Bacaan pada witir yang Tiga rakaat 
Diantara sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, ialah membaca 
pada rakaat pertamanya surat Al-A’la dan kedua membaca surat Al 
Kafirun dan pada rakaat ketiga membaca surat Al-Ikhlas dan 
terkadang menambahkan dengan surat Al-Alaq dan An-Naas. Telah 
terdapat pula dalam riwayat yang shahih bahwa beliau Shallallahu 
‘alaihi wa sallam membaca pada satu rakaat witir dengan 100 ayat 
dari surat An-Nisa’. (Riwayat An-Nasai dan Ahmad dengan sanad 
yang shahih). 
Doa Qunut witir dan tempatnya 
Sesudah membaca bacaan (surat –pent) sebelum ruku’ terkadang 
beliau melakukan qunut dan berdoa dengan doa yang Nabi 
Shallallahu ‘alaihi wa sallam ajarkan kepada cucunya Hasan bin Ali, 
yaitu : 
َاللَّهُمَّ اهْدِِنيْ فِيْمَنْ هَدَيْتَ، وَعَافِِنيْ فِيْمَنْ عَاَفيْتَ، وَتَوَلَِّنيْ فِيْمَنْ تَوَلَّيْتَ، 
وَبَا ِ ركْ لِيْ فِيْمَا َأعْ َ طيْتَ، وَقِِنيْ شَرَّ مَا َقضَيْتَ، َفِإنَّكَ تَ ْ قضِيْ وَ َ لا يُ ْ قضَى 
عََليْكَ، ِإنَّهُ َ لا يَذِلُّ مَنْ وَاَليْتَ، [وَ َ لا يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ]، تَبَارَكْتَ رَبَّنَا 
وَتَعَاَليْت. 
“Ya Allah! Berilah aku petunjuk sebagaimana orang yang telah 
Engkau beri petunjuk, berilah aku perlindungan (dari penyakit dan 
apa yang tidak disukai) sebagaimana orang yang telah Engkau 
lindungi, sayangilah aku sebagaimana orang yang telah Engkau 
sayangi. Berilah berkah apa yang Engkau berikan kepadaku, 
jauhkan aku dari kejelekan apa yang Engkau takdirkan, 
sesungguhnya Engkau yang menjatuhkan qadha, dan tidak ada 
orang yang memberikan hukuman kepadaMu. Sesungguhnya orang 
yang Engkau bela tidak akan terhina, dan orang yang Engkau 
musuhi tidak akan mulia. Maha Suci Engkau, wahai Tuhan kami dan 
Maha Tinggi Engkau.” [HR. Empat penyusun kitab Sunan, Ahmad, 
Ad-Darimi, Al-Hakim dan Al- Baihaqi. Sedang doa yang ada di 
antara dua kurung, menurut riwayat Al-Baihaqi. Lihat Shahih At-
Tirmidzi 1/144, Shahih Ibnu Majah 1/194 dan Irwa’ul Ghalil, oleh 
Al- Albani 2/172.] 
Kemudian terkadang bersholawat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa 
sallam. 
Dan tidak mengapa melakukan qunut setelah ruku', juga 
menambah melaknati orang-orang kafir, dan bersholawat kepada 
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta mendoakan kaum muslimin 
pada pertengahan kedua dari bulan ramadhan, karena telah ada 
yang demikian ini dimasa Umar radhiyallahu ‘anhu, yang telah 
tersebut pada hadist Abdurrahman bin Abdul Qari’ : Dan mereka 
melaknati orang-orang kafir pada pertengahan (ramadhan –pent)” : 
اللهم قا تل الكفرة الذين يصدون عن سبيلك ويكذبون رسلك، ولا 
يؤمنون بوعدك، وخالف بين كلمتهم، وألق في قلوﺑﻬم الرعب، وألق 
عليهم رجزك وعذا بك، يا اله الحق 
“Ya Allah! Perangilah orang-orang kafir yang menghalangi dari 
jalan-Mu dan mendustakan para Rasul-Mu dan tidak beriman 
dengan janji-Mu. Cerai beraikan persatuan mereka, lemparkan rasa 
takut pada hati mereka, dan lemparkan adzab-Mu atas mereka 
wahai Illah yang haq.” 
Kemudia bersholawat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan 
berdoa untuk kaum muslimin semampunya dari kebaikan, lalu 
mintakan ampun untuk mereka. Dia berkata juga “Setelah selesai 
melaknati orang-orang kafir dan bersholawat kepada Nabi 
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka diteruskan dengan membaca : 
َاللَّهُمَّ إيـَّاكَ نَعْبُدُ، وََلكَ نُصَلِّيْ وَنَسْجُدُ، وَِإَليْكَ نَسْعَى وَنَحْفِدُ، نَرْجُوْ 
رَحْمَتَكَ، وَنَخْشَى عَ َ ذابَكَ، ِإنَّ عَذَابَكَ ِبالْكَافِِريْنَ مُلْحَقٌ. َاللَّهُمَّ ِإنَّا 
نَسْتَعِيْنُكَ وَنَسْتَغْفِرُكَ، وَنُْثِنيْ عََليْكَ الْخَيْرَ، وَ َ لا نَ ْ كُفرُكَ، وَنُؤْمِنُ ِبكَ، 
وَنَخْضَعُ َلكَ، وَنَخَْلعُ مَنْ يَكْفُرُكَ.
“Ya Allah! KepadaMu kami menyembah. UntukMu kami melakukan 
shalat dan sujud. KepadaMu kami berusaha dan melayani. Kami 
mengharapkan rahmatMu, kami takut pada siksaanMu. 
Sesungguhnya siksaanMu akan menimpa pada orang- orang kafir. 
Ya, Allah! Kami minta pertolongan dan minta ampun kepadaMu, 
kami memuji kebaikanMu, kami tidak ingkar kepada-Mu, kami 
beriman kepadaMu, kami tunduk padaMu dan berpisah pada orang 
yang kufur kepadaMu.” [HR. Al-Baihaqi dalam As-Sunanul Kubra, 
sanadnya menurut pendapat Al- Baihaqi adalah shahih 2/211. 
Syaikh Al-Albani dalam Irwa’ul Ghalil 2/170 berkata: Sanadnya 
shahih dan mauquf pada Umar] 
Kemudian bertakbir dan menuju sujud. (Riwayat Ibnu Khuzaimah 
dalam kitab “Shahihnya” (2/155-156/1100)). 
Yang diucapkan di akhir witir 
Termasuk dari sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah 
mengucapkan pada akhir shalat witir sebelum atau sesudah salam : 
وَِبمُعَافَاتِكَ مِنْ عُُقوْبَتِكَ، وََأعُوْذُ َاللَّهُمَّ ِإنِّيْ َأعُوْذُ ِبرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ، 
.عََليْكَ َأنْتَ َ كمَا َأثْنَيْتَ عََلى نَفْسِكَ ِبكَ مِنْكَ، َ لا ُأحْصِيْ َثنَاءَ 
“Ya, Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan kerelaanMu dari 
kemarahanMu, dan dengan keselamatanMu dari siksaMu. Aku 
berlindung kepadaMu dari ancamanMu. Aku tidak mampu 
menghitung pujian dan sanjungan kepadaMu, Engkau adalah 
sebagaimana yang Engkau sanjungkan kepada diriMu sendiri.” [HR. 
Empat peenyusun kitab Sunan dan Imam Ahmad. Lihat Shahih At- 
Tirmidzi 3/180 dan Shahih Ibnu Majah 1/194 serta kitab Irwa’ul 
Ghalil 2/175. [HR. Al-Baihaqi dalam As-Sunanul Kubra, sanadnya 
menurut pendapat Al- Baihaqi adalah shahih 2/211. Syaikh Al- 
Albani dalam Irwa’ul Ghalil 2/170 berkata: Sanadnya shahih dan 
mauquf pada Umar] 
Kemudian jika telah salam dari shalat witir mengucapkan : 
سُبْحَا َ ن الْمَلِكِ اْلُقدُّوْ ِ س[رَبِّ الْمَ َ لائِ َ كةِ وَالرُّوْ ِ ح] (يجهر ﺑﻬا ويمد ﺑﻬا صوته 
يقول 3 مرات)
Subhaanal malikil qudduusi (rabbul malaaikati warruh) tiga kali, 
sedang yang ketiga, beliau membacanya dengan suara keras dan 
panjang. [HR. An-Nasai 3/244, Ad-Daruquthni dan beberapa imam 
hadis yang lain. Sedang kalimat antara dua tanda kurung adalah 
tambahan menurut riwayatnya 2/31. Sanadnya shahih, lihat Zadul 
Ma’ad yang ditahqiq oleh Syu’aib Al-Arnauth dan Abdul Qadir Al- 
Arnauth 1/337. 
Dua rakaat setelah witir 
Dibolehkan shalat dua rakaat, karena telah terdapat dalil dari 
perbuatan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam (riwayat Muslim dan lain 
lihat “Shalat Tarwih”hala:108-109), bahkan beliau memerintahkan 
umatnya dengan sabdanya : 
“Sungguh safar ini payah dan berat, maka jika salah seorang dari 
kalian telah melakukan witir, hendaknya rukuk (shalat) dua rakaat, 
jika bangun, jika tidak keduanya telah memilikinya.” (Riwayat Ibnu 
Khuzaimah dalam “Shahih”nya dan darinya juga yang lainnya. Telah 
ditahkrij dalam “Silsilah Shahihah”. Dulu aku Tawaquf (tidak bisa 
memutuskan pada masalah itu) dalam waktu yang cukup lama, 
maka tatkala saya dapatkan perintah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa 
sallam yang mulia ini cepat-cepat saya mengambilnya dan saat itu 
saya tahu bahwa sabdanya :  اجعلوا اخر صلا تكم با ليل وترا “Jadikanlah witir 
akhir shalat kalian dimalam hari” adalah kewajiban pilihan saja 
bukan merupakan kewajiban dan itu adalah pendapat Ibnu Nashr 
hal:130 ) 
Dan disunnahkan untuk membaca pada kedua rakaatnya surat Al 
Zilzalah dan surat Al Kafiruun. (Riwayat Ibnu Khuzaimah 
(1104,11050 dari hadist Aisyah dan Anas radhiyallahu ‘anhum 
dengan dua sanad yang saling menguatkan) 
(Dinukil dari terjemahan kitab Qiyamu Ramadhan, karya Syaikh 
Muhammad Nashiruddin al Albani, edisi Indonesia “Shalat Tarawih 
Bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ”, Penerjemah : Al- 
Ustadz Qomar Su’aidi, Bab “Tata Cara Shalat Tarawih” 
Hal : 60 - 71, Penerbit “Cahaya Tauhid Press)
Bagaimana Sholat Tarawih Sesuai 
Sunnah Rasulullah 
Syaikh Salim bin Ied Al-Hilaaly, Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid 
1. Pensyari'atannya 
Shalat tarawih disyari'atkan secara berjama'ah berdasarkan 
hadits Aisyah Radhiyallahu 'anha : Rasulullah Shallallahu 'alaihi 
wa sallam pada suatu malam keluar dan shalat di masjid, orang-orang 
pun ikut shalat bersamanya, dan mereka 
memperbincangkan shalat tersebut, hingga berkumpullah 
banyak orang, ketika beliau shalat, mereka-pun ikut shalat 
bersamanya, mereka meperbincangkan lagi, hingga bertambah 
banyaklah penghuni masjid pada malam ketiga, Rasulullah 
Shallalalhu 'alaihi wa sallam keluar dan shalat, ketika malam 
keempat masjid tidak mampu menampung jama'ah, hingga 
beliau hanya keluar untuk melakukan shalat Shubuh. Setelah 
selesai shalat beliau menghadap manusia dan bersyahadat 
kemudian bersabda (yang artinya) : “ Amma ba'du. 
Sesungguhnya aku mengetahui perbuatan kalian semalam, 
namun aku khawatir diwajibkan atas kalian, sehingga kalian 
tidak mampu mengamalkannya. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa 
sallam wafat dalam keadaan tidak pernah lagi melakukan shalat 
tarawih secara berjama'ah [Hadits Riwayat Bukhari 3/220 dan 
Muslim 761] 
Ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menemui Rabbnya 
(dalam keadaan seperti keterangan hadits diatas) maka berarti 
syari'at ini telah tetap, maka shalat tarawih berjama'ah 
disyari'atkan karena kekhawatiran tersebut sudah hilang dan 
‘illat telah hilang (juga). Sesungguhnya 'illat itu berputar 
bersama ma'lulnya, adanya atau tidak adanya. 
Dan yang menghidupkan kembali sunnah ini adalah Khulafa'ur 
Rasyidin Umar bin Al-Khaththab Radhiyallahu 'anhu sebagaimana 
dikabarkan yang demikian oleh Abdurrahman bin Abdin Al- 
Qoriy[1] beliau berkata : Aku keluar bersama Umar bin Al- 
Khaththab Radhiyallahu 'anhu suatu malam di bulan Ramadhan 
ke masjid, ketika itu manusia berkelompok-kelompok[2] Ada 
yang shalat sendirian dan ada yang berjama'ah, maka Umar 
berkata : Aku berpendapat kalau mereka dikumpulkan dalam 
satu imam, niscaya akan lebih baik. Kemudian beliau 
mengumpulkan mereka dalam satu jama'ah dengan imam Ubay 
bin Ka'ab, setelah itu aku keluar bersamanya pada satu malam, 
manusia tengah shalat bersama imam mereka, Umar-pun 
berkata, Sebaik-baik bid'ah adalah ini, orang yang tidur lebih
baik dari yang bangun, ketika itu manusia shalat di awal 
malam.[Dikeluarkan Bukhari 4/218 dan tambahannya dalam 
riwayat Malik 1/114, Abdurrazaq 7733] 
Footnote: 
[1] Dengan tanwin ('abdin) dan (alqoriyyi) dengan bertasydid - 
tanpa dimudhofkan- lihat Al-Bab fi Tahdzib 3/6-7 karya Ibnul Atsir. 
[2]Berkelompok-kelompok tidak ada bentuk tunggalnya, seperti 
nisa' ibil ... dan seterusnya 
2. Jumlah raka'atnya 
Manusia berbeda pendapat tentang batasan raka'atnya, pendapat 
yang mencocoki petunjuk Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah 
delapan raka'at tanpa witir berdasarkan hadits Aisyah Radhiyallahu 
'anha (yang artinya) : “ Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak 
pernah shalat malam di bulan Ramadhan atau selainnya lebih dari 
sebelas raka'at [Dikeluarkan oleh Bukhari 3/16 dan Muslim 736 Al- 
Hafidz berkata (Fath 4/54)] 
Yang telah mencocoki Aisyah adalah Ibnu Umar Radhiyallahu 
anhuma, beliau menyebutkan, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam 
menghidupkan malam Ramadhan bersama manusia delapan raka'at 
kemudian witir [Dikeluarkan oleh Ibnu Hibban dalam Shahihnya 
920, Thabrani dalam As-Shagir halaman 108 dan Ibnu Nasr 
(Qiyamul Lail) halaman 90, sanadnya hasan sebagaimana 
syahidnya.] 
Ketika Umar bin Al-Khaththab menghidupkan sunnah ini beliau 
mengumpulkan manusia dengan sebelas raka'at sesuai dengan 
sunnah shahihah, sebagaimana yang diriwayatkan ole Malik 1/115 
dengan sanad yang shahih dari jalan Muhammad bin Yusuf dari Saib 
bin Yazid, ia berkata : Umar bin Al-Khaththab menyuruh Ubay bin 
Ka'ab dan Tamim Ad-Daari untuk mengimami manusia dengan 
sebelas raka'at. Ia berkata : Ketika itu imam membaca dua ratus 
ayat hingga kami bersandar/bertelekan pada tongkat karena 
lamanya berdiri, kami tidak pulang kecuali ketika furu' fajar [Furu' 
fajar : awalnya, permulaan]. 
Riwayat beliau ini diselisihi oleh Yazid bin Khashifah, beliau berkata 
: Dua puluh raka'at. 
Riwayat Yazid ini syadz (ganjil/menyelisihi yang lebih shahih), 
karena Muhammad bin Yusuf lebih tsiqah dari Yazid bin Khashifah. 
Riwayat Yazid tidak bisa dikatakan ziyadah tsiqah kalau kasusnya 
seperti ini, karena ziyadah tsiqah itu tidak ada perselisihan, tapi 
hanya sekedar tambahan ilmu saja dari riwayat tsiqah yang
pertama sebagaimana (yang disebutkan) dalam Fathul Mughits 
(1/199), Muhashinul Istilah hal. 185, Al-Kifayah hal 424-425. 
Kalaulah seandainya riwayat Yazid tersebut shahih, itu adalah 
perbuatan, sedangkan riwayat Muhammad bin Yusuf adalah 
perkataan, dan perkataan lebih diutamakan dari perbuatan 
sebagaiman telah ditetapkan dalam ilmu ushul fiqh. 
Abdur Razaq meriwayatkan dalam Al-Mushannaf 7730 dari Daud bin 
Qais dan lainnya dari Muhammad bin Yusuf dari Saib bin Yazid : 
Bahwa Umar mengumpulkan manusia di bulan Ramadhan, dengan 
dua puluh satu raka'at, membaca dua ratus ayat, selesai ketika 
awal fajar 
Riwayat ini menyelisihi yang diriwayatkan oleh Malik dari Muhamad 
bin Yusuf dari Saib bin Yazid, dhahir sanad Abdur Razaq shahih 
seluruh rawinya tsiqah. 
Sebagian orang-orang yang berhujjah dengan riwayat ini, mereka 
menyangka riwayat Muhammad bin Yusuf mudhtharib, hingga 
selamatlah pendapat mereka dua puluh raka'at yang terdapat 
dalam hadits Yazid bin Khashifah. 
Sangkaan mereka ini tertolak, karena hadits mudhtarib adalah 
hadits yang diriwayatkan dari seorang rawi satu kali atau lebih, atau 
diriwayatkan oleh dua orang atau lebih dengan lafadz yang 
berbeda-beda, mirip dan sama, tapi tidak ada yang bisa 
menguatkan (mana yang lebih kuat). [Tadribur Rawi 1/262] 
Namun syarat seperti ini tidak terdapat dalam hadits Muhammad 
bin Yusuf karena riwayat Malik lebih kuat dari riwayat Abdur Razaq 
dari segi hafalan. Kami ketengahkan hal ini kalau kita anggap sanad 
Abdur Razaq selamat dari illat (cacat), akan tetapi kenyataannya 
tidak demikian (karena hadits tersebut mempunyai cacat, pent) kita 
jelaskan sebagai berikut : 
1. Yang meriwayatkan Mushannaf dari Abdur Razaq lebih dari 
seorang, diantaranya adalah Ishaq bin Ibrahim bin Ubbad Ad- 
Dabari. 
2. Hadits ini dari riwayat Ad-Dabari dari Abdur Razaq, dia pula yang 
meriwayatkan Kitabus Shaum [Al-Mushannaf 4/153] 
3. Ad-Dabari mendengar dari Abdur Razaq karangan-karangannya 
ketika berumur tujuh tahun [Mizanul I'tidal 1/181] 
4. Ad-Dabari bukan perawi hadits yang dianggap shahih haditsnya, 
juga bukan seorang yang membidangi ilmu ini [Mizanul I'tidal 
1/181] 
5. Oleh karena itu dia banyak keliru dalam meriwayatkan dari Abdur 
Razaq, dia banyak meriwayatkan dari Abdur Razaq hadits-hadits
yang mungkar, sebagian ahlul ilmi telah mengumpulkan kesalahan-kesalahan 
Ad-Dabari dan tashif-tashifnya dalam Mushannaf Abdur 
Razaq, dalam Mushannaf [Mizanul I'tidal 1/181] 
Dari keterangan di atas maka jelaslah bahwa riwayat ini mungkar, 
Ad-Dabari dalam meriwayatkan hadits diselisihi oleh orang yang 
lebih tsiqah darinya, yang menentramkan hadits ini kalau kita 
nyatakan kalau hadits inipun termasuk tashifnya Ad-Dabari, dia 
mentashifkan dari sebelas raka'at (menggantinya menjadi dua 
puluh satu rakaat), dan engkau telah mengetahui bahwa dia banyak 
berbuat tashif [Lihat Tahdzibut Tahdzib 6310 dan Mizanul I'tidal 
1/181] 
Oleh karena itu riwayat ini mungkar dan mushahaf (hasil tashif), 
sehingga tidak bisa dijadikan hujjah, dan menjadi tetaplah sunnah 
yang shahih yang diriwayatkan di dalam Al-Muwatha' 1/115 dengan 
sanad Shahih dari Muhammad bin Yusuf dari Saib bin Yazid. 
Perhatikanlah. 
[Dan tambahan terperinci mengenai bantahan dari Syubhat ini, 
maka lihatlah: 
a. Al-Kasyfus Sharih 'an Aghlathis Shabuni fii Shalatit Tarawih oleh 
Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid 
b. Al-Mashabih fii Shalatit Tarawih oleh Imam Suyuthi, dengan ta'liq 
Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid, cetakan Dar 'Ammar] 
Judul Asli : Shifat shaum an Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam Fii 
Ramadhan, penulis Syaikh Salim bin Ied Al-Hilaaly, Syaikh Ali 
Hasan Abdul Hamid. Penerbit Al Maktabah Al islamiyyah cet. Ke 5 th 
1416 H. Edisi Indonesia Sifat Puasa Nabi Shallallahu 'alaihi wa 
sallam oleh terbitan Pustaka Al-Mubarok (PMR), penerjemah 
Abdurrahman Mubarak Ata. Cetakan I Jumadal Akhir 1424 H

More Related Content

What's hot

3. Pengertian adzan dan iqamah
3. Pengertian adzan dan iqamah3. Pengertian adzan dan iqamah
3. Pengertian adzan dan iqamahasni furoida
 
Sholat pendahuluan, isi, penutup, daftar pustaka
Sholat pendahuluan, isi, penutup, daftar pustakaSholat pendahuluan, isi, penutup, daftar pustaka
Sholat pendahuluan, isi, penutup, daftar pustakaJae Aya
 
Slide adzan dan iqamah
Slide adzan dan iqamahSlide adzan dan iqamah
Slide adzan dan iqamahJusuf AN
 
10 pertanyaan yang menyadarkan
10 pertanyaan yang menyadarkan10 pertanyaan yang menyadarkan
10 pertanyaan yang menyadarkanloevera
 
Adzan & iqomah (4 Madzhab)
Adzan & iqomah (4 Madzhab)Adzan & iqomah (4 Madzhab)
Adzan & iqomah (4 Madzhab)Muhammad Jamhuri
 
Tata cara sholat fardu
Tata cara sholat farduTata cara sholat fardu
Tata cara sholat farduimage_room
 
Ancaman allah bagi orang yang meninggalkan sholat
Ancaman allah bagi orang yang meninggalkan sholatAncaman allah bagi orang yang meninggalkan sholat
Ancaman allah bagi orang yang meninggalkan sholatNila Fauziah
 
fiqh 3 - 2010 shalat wajib, jama'ah, sujud-sujud
fiqh 3 - 2010  shalat wajib, jama'ah, sujud-sujudfiqh 3 - 2010  shalat wajib, jama'ah, sujud-sujud
fiqh 3 - 2010 shalat wajib, jama'ah, sujud-sujudMarhamah Saleh
 
Shalat Dhuha
Shalat DhuhaShalat Dhuha
Shalat Dhuharheiz16
 
Tata Cara Sholat Dhuha dan Wudhu
Tata Cara Sholat Dhuha dan WudhuTata Cara Sholat Dhuha dan Wudhu
Tata Cara Sholat Dhuha dan WudhuKhusnul Khotimah
 
Mengumandangkan azan dan iqamah
Mengumandangkan azan dan iqamahMengumandangkan azan dan iqamah
Mengumandangkan azan dan iqamahAmran Jaya
 
Sholat dhuha
Sholat dhuhaSholat dhuha
Sholat dhuhaKang Aniq
 

What's hot (18)

3. Pengertian adzan dan iqamah
3. Pengertian adzan dan iqamah3. Pengertian adzan dan iqamah
3. Pengertian adzan dan iqamah
 
Shalat dhuha
Shalat dhuhaShalat dhuha
Shalat dhuha
 
Sholat pendahuluan, isi, penutup, daftar pustaka
Sholat pendahuluan, isi, penutup, daftar pustakaSholat pendahuluan, isi, penutup, daftar pustaka
Sholat pendahuluan, isi, penutup, daftar pustaka
 
Slide adzan dan iqamah
Slide adzan dan iqamahSlide adzan dan iqamah
Slide adzan dan iqamah
 
10 pertanyaan yang menyadarkan
10 pertanyaan yang menyadarkan10 pertanyaan yang menyadarkan
10 pertanyaan yang menyadarkan
 
Shalat dhuha
Shalat dhuhaShalat dhuha
Shalat dhuha
 
Adzan & iqomah (4 Madzhab)
Adzan & iqomah (4 Madzhab)Adzan & iqomah (4 Madzhab)
Adzan & iqomah (4 Madzhab)
 
Sholat sunnah 3 idain + gerhana
Sholat sunnah 3   idain + gerhanaSholat sunnah 3   idain + gerhana
Sholat sunnah 3 idain + gerhana
 
Sholat sunnah 6 Istisqo - Tasbih
Sholat sunnah 6   Istisqo - TasbihSholat sunnah 6   Istisqo - Tasbih
Sholat sunnah 6 Istisqo - Tasbih
 
Tata cara sholat fardu
Tata cara sholat farduTata cara sholat fardu
Tata cara sholat fardu
 
Power point shalat
Power point shalatPower point shalat
Power point shalat
 
Ancaman allah bagi orang yang meninggalkan sholat
Ancaman allah bagi orang yang meninggalkan sholatAncaman allah bagi orang yang meninggalkan sholat
Ancaman allah bagi orang yang meninggalkan sholat
 
Makalah shalat
Makalah shalatMakalah shalat
Makalah shalat
 
fiqh 3 - 2010 shalat wajib, jama'ah, sujud-sujud
fiqh 3 - 2010  shalat wajib, jama'ah, sujud-sujudfiqh 3 - 2010  shalat wajib, jama'ah, sujud-sujud
fiqh 3 - 2010 shalat wajib, jama'ah, sujud-sujud
 
Shalat Dhuha
Shalat DhuhaShalat Dhuha
Shalat Dhuha
 
Tata Cara Sholat Dhuha dan Wudhu
Tata Cara Sholat Dhuha dan WudhuTata Cara Sholat Dhuha dan Wudhu
Tata Cara Sholat Dhuha dan Wudhu
 
Mengumandangkan azan dan iqamah
Mengumandangkan azan dan iqamahMengumandangkan azan dan iqamah
Mengumandangkan azan dan iqamah
 
Sholat dhuha
Sholat dhuhaSholat dhuha
Sholat dhuha
 

Viewers also liked

PHP Courses in Chandigarh
PHP Courses in ChandigarhPHP Courses in Chandigarh
PHP Courses in ChandigarhDaksha Academy
 
ruang lingkup ajaran agama Islam
ruang lingkup ajaran agama Islamruang lingkup ajaran agama Islam
ruang lingkup ajaran agama IslamTeguh Prasetyo
 
Plots near hinjewadi
Plots near hinjewadiPlots near hinjewadi
Plots near hinjewadiChetan Thakur
 
tata cara shalat tarawih dan witir
tata cara shalat tarawih dan witirtata cara shalat tarawih dan witir
tata cara shalat tarawih dan witirTeguh Prasetyo
 
KETELADANAN RASULULLAH PADA PERIODE MADINAH
KETELADANAN RASULULLAH PADA PERIODE MADINAHKETELADANAN RASULULLAH PADA PERIODE MADINAH
KETELADANAN RASULULLAH PADA PERIODE MADINAHTeguh Prasetyo
 
Ntp 05.02.2014
Ntp 05.02.2014Ntp 05.02.2014
Ntp 05.02.2014tarunacme
 
KETELADANAN RASULULLAH SAW PERIODE MAKKAH
KETELADANAN RASULULLAH SAW PERIODE MAKKAHKETELADANAN RASULULLAH SAW PERIODE MAKKAH
KETELADANAN RASULULLAH SAW PERIODE MAKKAHTeguh Prasetyo
 

Viewers also liked (11)

PHP Courses in Chandigarh
PHP Courses in ChandigarhPHP Courses in Chandigarh
PHP Courses in Chandigarh
 
ruang lingkup ajaran agama Islam
ruang lingkup ajaran agama Islamruang lingkup ajaran agama Islam
ruang lingkup ajaran agama Islam
 
Plots near hinjewadi
Plots near hinjewadiPlots near hinjewadi
Plots near hinjewadi
 
tata cara shalat tarawih dan witir
tata cara shalat tarawih dan witirtata cara shalat tarawih dan witir
tata cara shalat tarawih dan witir
 
Bai giang ob 2015
Bai giang ob 2015Bai giang ob 2015
Bai giang ob 2015
 
KETELADANAN RASULULLAH PADA PERIODE MADINAH
KETELADANAN RASULULLAH PADA PERIODE MADINAHKETELADANAN RASULULLAH PADA PERIODE MADINAH
KETELADANAN RASULULLAH PADA PERIODE MADINAH
 
Ppt aqidah islam
Ppt aqidah islamPpt aqidah islam
Ppt aqidah islam
 
Fiqih muamalah
Fiqih muamalahFiqih muamalah
Fiqih muamalah
 
Ntp 05.02.2014
Ntp 05.02.2014Ntp 05.02.2014
Ntp 05.02.2014
 
KETELADANAN RASULULLAH SAW PERIODE MAKKAH
KETELADANAN RASULULLAH SAW PERIODE MAKKAHKETELADANAN RASULULLAH SAW PERIODE MAKKAH
KETELADANAN RASULULLAH SAW PERIODE MAKKAH
 
Resume of SM.Mohamed Ihlas
Resume of SM.Mohamed Ihlas Resume of SM.Mohamed Ihlas
Resume of SM.Mohamed Ihlas
 

Similar to Cara Shalat Tarawih dan Qunut Witir

Shalat sunnah tasbih
Shalat sunnah tasbihShalat sunnah tasbih
Shalat sunnah tasbihHelmon Chan
 
Materi sholat dan ancaman meninggalkan sholat.pptx
Materi sholat dan ancaman meninggalkan sholat.pptxMateri sholat dan ancaman meninggalkan sholat.pptx
Materi sholat dan ancaman meninggalkan sholat.pptxSuarniSuarni5
 
powerpointshalat-141203010044-conversion-gate01.pdf
powerpointshalat-141203010044-conversion-gate01.pdfpowerpointshalat-141203010044-conversion-gate01.pdf
powerpointshalat-141203010044-conversion-gate01.pdfNGAJIYOKTV
 
Khutbah jum'at-pentingnya shalat berjamaah [full]
Khutbah jum'at-pentingnya shalat berjamaah [full]Khutbah jum'at-pentingnya shalat berjamaah [full]
Khutbah jum'at-pentingnya shalat berjamaah [full]badruzaman82
 
Buletin 7 catatan dzikir
Buletin 7 catatan dzikirBuletin 7 catatan dzikir
Buletin 7 catatan dzikirNurulAfifah133
 
Waktu mustajab berdoa: 10 waktu mustajab untuk berdoa
Waktu mustajab berdoa: 10 waktu mustajab untuk berdoaWaktu mustajab berdoa: 10 waktu mustajab untuk berdoa
Waktu mustajab berdoa: 10 waktu mustajab untuk berdoaHendri Syahrial
 
Tata cara shalat 5 waktu dan sujud sahwi
Tata cara shalat 5 waktu dan sujud sahwiTata cara shalat 5 waktu dan sujud sahwi
Tata cara shalat 5 waktu dan sujud sahwiintanfitriasih
 
PPT Shalat 5 Waktu dan Dzikir do'a
PPT Shalat 5 Waktu dan Dzikir do'a PPT Shalat 5 Waktu dan Dzikir do'a
PPT Shalat 5 Waktu dan Dzikir do'a Intanrizkaagustia17
 
PPT Shalat 5 waktu dan Sujud Sahwi
PPT Shalat 5 waktu dan Sujud SahwiPPT Shalat 5 waktu dan Sujud Sahwi
PPT Shalat 5 waktu dan Sujud Sahwiintanfitriasih
 
Hukum solat tasbih
Hukum solat tasbihHukum solat tasbih
Hukum solat tasbihAnisK9
 
Id sifat shalat_nabi_dari_takbir_hingga_salam
Id sifat shalat_nabi_dari_takbir_hingga_salamId sifat shalat_nabi_dari_takbir_hingga_salam
Id sifat shalat_nabi_dari_takbir_hingga_salamSejahtera Affif
 
Id sifat shalat_nabi_dari_takbir_hingga_salam
Id sifat shalat_nabi_dari_takbir_hingga_salamId sifat shalat_nabi_dari_takbir_hingga_salam
Id sifat shalat_nabi_dari_takbir_hingga_salamSMPN4Cianjur
 

Similar to Cara Shalat Tarawih dan Qunut Witir (20)

Shalat dan khutbah jumat
Shalat dan khutbah jumatShalat dan khutbah jumat
Shalat dan khutbah jumat
 
Shalat sunnah tasbih
Shalat sunnah tasbihShalat sunnah tasbih
Shalat sunnah tasbih
 
Materi sholat dan ancaman meninggalkan sholat.pptx
Materi sholat dan ancaman meninggalkan sholat.pptxMateri sholat dan ancaman meninggalkan sholat.pptx
Materi sholat dan ancaman meninggalkan sholat.pptx
 
SHOLAT.pptx
SHOLAT.pptxSHOLAT.pptx
SHOLAT.pptx
 
powerpointshalat-141203010044-conversion-gate01.pdf
powerpointshalat-141203010044-conversion-gate01.pdfpowerpointshalat-141203010044-conversion-gate01.pdf
powerpointshalat-141203010044-conversion-gate01.pdf
 
Tata sholat tahajjud
Tata sholat tahajjudTata sholat tahajjud
Tata sholat tahajjud
 
Tata sholat tahajjud
Tata sholat tahajjudTata sholat tahajjud
Tata sholat tahajjud
 
Solat sunat tarawih lapan
Solat sunat tarawih lapanSolat sunat tarawih lapan
Solat sunat tarawih lapan
 
Khutbah jum'at-pentingnya shalat berjamaah [full]
Khutbah jum'at-pentingnya shalat berjamaah [full]Khutbah jum'at-pentingnya shalat berjamaah [full]
Khutbah jum'at-pentingnya shalat berjamaah [full]
 
Buletin 7 catatan dzikir
Buletin 7 catatan dzikirBuletin 7 catatan dzikir
Buletin 7 catatan dzikir
 
Waktu mustajab berdoa: 10 waktu mustajab untuk berdoa
Waktu mustajab berdoa: 10 waktu mustajab untuk berdoaWaktu mustajab berdoa: 10 waktu mustajab untuk berdoa
Waktu mustajab berdoa: 10 waktu mustajab untuk berdoa
 
Tata cara shalat 5 waktu dan sujud sahwi
Tata cara shalat 5 waktu dan sujud sahwiTata cara shalat 5 waktu dan sujud sahwi
Tata cara shalat 5 waktu dan sujud sahwi
 
PPT Shalat 5 Waktu dan Dzikir do'a
PPT Shalat 5 Waktu dan Dzikir do'a PPT Shalat 5 Waktu dan Dzikir do'a
PPT Shalat 5 Waktu dan Dzikir do'a
 
PPT Shalat 5 waktu dan Sujud Sahwi
PPT Shalat 5 waktu dan Sujud SahwiPPT Shalat 5 waktu dan Sujud Sahwi
PPT Shalat 5 waktu dan Sujud Sahwi
 
SOLAT.pptx
SOLAT.pptxSOLAT.pptx
SOLAT.pptx
 
One day one hadist
One day one hadistOne day one hadist
One day one hadist
 
Hukum solat tasbih
Hukum solat tasbihHukum solat tasbih
Hukum solat tasbih
 
Power_point_shalat.pptx
Power_point_shalat.pptxPower_point_shalat.pptx
Power_point_shalat.pptx
 
Id sifat shalat_nabi_dari_takbir_hingga_salam
Id sifat shalat_nabi_dari_takbir_hingga_salamId sifat shalat_nabi_dari_takbir_hingga_salam
Id sifat shalat_nabi_dari_takbir_hingga_salam
 
Id sifat shalat_nabi_dari_takbir_hingga_salam
Id sifat shalat_nabi_dari_takbir_hingga_salamId sifat shalat_nabi_dari_takbir_hingga_salam
Id sifat shalat_nabi_dari_takbir_hingga_salam
 

Recently uploaded

MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 

Recently uploaded (20)

MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 

Cara Shalat Tarawih dan Qunut Witir

  • 1. Tata Cara Shalat Tarawih dan Witir ﴿ كيفية صلاة الليل ﴾ [ Indonesia – Indonesian – [ إندونيسي Penyusun : Syaikh Muhammad Nashiruddin al Albani, Syaikh Salim bin Ied Al-Hilaaly, Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid Terjemah : Komar As Su’aidi Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad 2009 ‐ 1430
  • 2. ﴿ كيفية صلاة الليل ﴾ « باللغة الإندونيسية » الشيخ ناصر الدين الألباني الشيخ على حسن علي عبد الحميد والشيخ سليم بن عيد الهلالي مقتبسة من كتاب: "قيام رمضان " و"صفة صوم النبي ^ في رمضان" ترجمة: قمر السعيدي مراجعة: أبو زياد إيكو هاريانتو 2009 ‐ 1430
  • 3. Seputar Sholat Tarawih dan Qunut Witir Sholat Tarawih Syaikh Nashiruddin Al-Albani telah menjelaskan perincian tentang tata cara shalat tarawih dalam kitab “Shalat Tarawih” (hal.101- 105), kemudian disini diringkasnya untuk mempermudah pembaca dan sebagai peringatan. Cara Pertama Shalat 13 rakaat yang dibuka dengan 2 rakaat yang ringan atau yang pendek, 2 rakaat itu menurut pendapat yang kuat adalah shalat sunnah ba’diyah Isya’. Atau 2 rakaat yang dikhususkan untuk membuka shalat malam, kemudian 2 rakaat panjang sekali, kemudian 2 rakaat kurang dari itu, kemudian 2 rakaat kurang dari sebelumnya, kemudian 2 rakaat kurang dari sebelumnya, kemudian 2 rakaat kurang dari sebelumnya, kemudian witir 1 kali. Cara Kedua Shalat 13 rakaat diaantaranya 8 rakaat salam pada setiap 2 rakaat kemudian melakukan witir 5 rakaat tidak duduk dan salam kecuali pada rakaat kelima. Cara Ketiga Shalat 11 rakaat, salam pada setiap 2 rakaat dan witir 1 rakaat. Cara Keempat Shalat 11 rakaat, shalat 4 rakaat dengan 1 salam, kemudian 4 rakaat lagi seperti itu kemudian 3 rakaat. Lalu apakah duduk (tasyahud –pent) pada setiap 2 rakaat pada yang 4 dan 3 rakaat? Kami belum mendapatkan jawaban yang memuaskan dalam masalah ini. Tapi dudukpada rakaat kedua dari yang tiga rakaat tidak disyariatkan !. Cara Kelima Shalat 11 rakaat diantaranya 8 rakaat, tidak duduk kecuali pada yang kedelapan, (pada yang ke-8 ini –pent) bertsyahud dan bershalawat kepada Nabi Shallaalhu ‘alaihi wa sallam, kemudian berdiri lagi dan tidak salam, kemudian witir 1 rakaat, lalu salam, ini berjumlah 9 rakaat, kemudian shalat 2 rakaat lagi sambil duduk.
  • 4. Cara Keenam Shalat 9 rakaat, 6 rakaat pertama tidak diselingi duduk (tasyahud – pent) kecuali pada rakaat keenam dan bershalawat kepada Nabi Shallaalhu ‘alaihi wa sallam dan seterusnya sebagaimana tersebut dalam cara yang telah lau. Inilah tata cara yang terdapat dari Nabi Shallaalhu ‘alaihi wa sallam secara jelas, dan dimungkinkan ditambah cara-cara yang lain yaitu dengan dikurangi pada setaip cara berapa rakaat yang dikehendaki walaupun tinggal 1 rakaat dalam rangka mengamalkan hadist Rasulullah Shallaalhu ‘alaihi wa sallam yang telah lalu (“…Barangsiapa yang ingin, witirlah dengan 5 rakaat, barangsiapa yang ingin, witirlah dengan 3 rakaat, barang siapa yang ingin,witirlah dengan 1 rakaat) [Faedah penting : Berkata Ibnu Khuzaimah dalam “Shahih Ibni Khuzaimah” 2/194, setelah menyebutkan hadist Aisyah dan yang lainnya pada sebagian cara-cara tersebut, maka dibolehkan shalat dengan jumlah yang ana dari yang diasukai dari yang telah diriwayatkan daari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukannya tida larangan bagi siapapun padanya, Saya katakan: Ini difahami sangat sesuai dengan apa yang kita pilih yang konsisten dengan jumlah yang shahih. Dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tidak menambahinya. Segala puji bagi Allah atas taufiq-Nya dan aku meminta Nya untuk menambahi keutamaan-Nya.] [1]. Shalat 5 dan 3 rakaat ini, jika seseorang menghendaki untuk melakukannya dengan 1 kali duduk (tasyahud –pent) dan satu kali salam sebagaimana pada cara kedua, boleh. Dan jika ingin, bisa dengan salam pada setiap 2 rakaat seperti pada cara ketiga dan yang lain dan itu lebih baik[2]. Adapun shalat yang 5 dan 3 rakaat denagn duduk (tasyahud –pent) pada setiap 2 rakaat tanpa salam, kita tidak mendapatinya terdapat dari Nabi Shallaalhu ‘alaihi wasallam, pada asalnya boleh, akan tetapi nabi Shallaalhu ‘alaihi wa sallam ketika melarang untuk 3 rakaat dan memberikan alasannya dengan sabda beliau “Jangan serupakan dengan shalat mahgrib...” (diriwayatkan At-Thahawi dan Daruquthni dan selain keduanya lihat “Shalatut Tarawih” hal 99-110) . Maka bagi yang ingin shalat witir 3 rakaat hendaknya keluar dari cara penyerupaan terhadap mahgrib dan itu dengan 2 cara : 1. Salam antara rakaat genap dan ganjil itu lebih utama. 2. Tidak duduk (tasyahud –pent) antara genap dan ganjil, (yakni pada rakaat kedua –pent).
  • 5. (Dinukil dari terjemahan kitab Qiyamu Ramadhan, karya Syaikh Muhammad Nashiruddin al Albani, edisi Indonesia “Shalat Tarawih Bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ”, Penerjemah : Al- Ustadz Qomar Su’aidi, Bab “Tata Cara Shalat Tarawih” Hal : 60 - 71, Penerbit “Cahaya Tauhid Press) Bacaan pada witir yang Tiga rakaat Diantara sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, ialah membaca pada rakaat pertamanya surat Al-A’la dan kedua membaca surat Al Kafirun dan pada rakaat ketiga membaca surat Al-Ikhlas dan terkadang menambahkan dengan surat Al-Alaq dan An-Naas. Telah terdapat pula dalam riwayat yang shahih bahwa beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca pada satu rakaat witir dengan 100 ayat dari surat An-Nisa’. (Riwayat An-Nasai dan Ahmad dengan sanad yang shahih). Doa Qunut witir dan tempatnya Sesudah membaca bacaan (surat –pent) sebelum ruku’ terkadang beliau melakukan qunut dan berdoa dengan doa yang Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ajarkan kepada cucunya Hasan bin Ali, yaitu : َاللَّهُمَّ اهْدِِنيْ فِيْمَنْ هَدَيْتَ، وَعَافِِنيْ فِيْمَنْ عَاَفيْتَ، وَتَوَلَِّنيْ فِيْمَنْ تَوَلَّيْتَ، وَبَا ِ ركْ لِيْ فِيْمَا َأعْ َ طيْتَ، وَقِِنيْ شَرَّ مَا َقضَيْتَ، َفِإنَّكَ تَ ْ قضِيْ وَ َ لا يُ ْ قضَى عََليْكَ، ِإنَّهُ َ لا يَذِلُّ مَنْ وَاَليْتَ، [وَ َ لا يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ]، تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَاَليْت. “Ya Allah! Berilah aku petunjuk sebagaimana orang yang telah Engkau beri petunjuk, berilah aku perlindungan (dari penyakit dan apa yang tidak disukai) sebagaimana orang yang telah Engkau lindungi, sayangilah aku sebagaimana orang yang telah Engkau sayangi. Berilah berkah apa yang Engkau berikan kepadaku, jauhkan aku dari kejelekan apa yang Engkau takdirkan, sesungguhnya Engkau yang menjatuhkan qadha, dan tidak ada orang yang memberikan hukuman kepadaMu. Sesungguhnya orang yang Engkau bela tidak akan terhina, dan orang yang Engkau musuhi tidak akan mulia. Maha Suci Engkau, wahai Tuhan kami dan Maha Tinggi Engkau.” [HR. Empat penyusun kitab Sunan, Ahmad, Ad-Darimi, Al-Hakim dan Al- Baihaqi. Sedang doa yang ada di antara dua kurung, menurut riwayat Al-Baihaqi. Lihat Shahih At-
  • 6. Tirmidzi 1/144, Shahih Ibnu Majah 1/194 dan Irwa’ul Ghalil, oleh Al- Albani 2/172.] Kemudian terkadang bersholawat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan tidak mengapa melakukan qunut setelah ruku', juga menambah melaknati orang-orang kafir, dan bersholawat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta mendoakan kaum muslimin pada pertengahan kedua dari bulan ramadhan, karena telah ada yang demikian ini dimasa Umar radhiyallahu ‘anhu, yang telah tersebut pada hadist Abdurrahman bin Abdul Qari’ : Dan mereka melaknati orang-orang kafir pada pertengahan (ramadhan –pent)” : اللهم قا تل الكفرة الذين يصدون عن سبيلك ويكذبون رسلك، ولا يؤمنون بوعدك، وخالف بين كلمتهم، وألق في قلوﺑﻬم الرعب، وألق عليهم رجزك وعذا بك، يا اله الحق “Ya Allah! Perangilah orang-orang kafir yang menghalangi dari jalan-Mu dan mendustakan para Rasul-Mu dan tidak beriman dengan janji-Mu. Cerai beraikan persatuan mereka, lemparkan rasa takut pada hati mereka, dan lemparkan adzab-Mu atas mereka wahai Illah yang haq.” Kemudia bersholawat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berdoa untuk kaum muslimin semampunya dari kebaikan, lalu mintakan ampun untuk mereka. Dia berkata juga “Setelah selesai melaknati orang-orang kafir dan bersholawat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka diteruskan dengan membaca : َاللَّهُمَّ إيـَّاكَ نَعْبُدُ، وََلكَ نُصَلِّيْ وَنَسْجُدُ، وَِإَليْكَ نَسْعَى وَنَحْفِدُ، نَرْجُوْ رَحْمَتَكَ، وَنَخْشَى عَ َ ذابَكَ، ِإنَّ عَذَابَكَ ِبالْكَافِِريْنَ مُلْحَقٌ. َاللَّهُمَّ ِإنَّا نَسْتَعِيْنُكَ وَنَسْتَغْفِرُكَ، وَنُْثِنيْ عََليْكَ الْخَيْرَ، وَ َ لا نَ ْ كُفرُكَ، وَنُؤْمِنُ ِبكَ، وَنَخْضَعُ َلكَ، وَنَخَْلعُ مَنْ يَكْفُرُكَ.
  • 7. “Ya Allah! KepadaMu kami menyembah. UntukMu kami melakukan shalat dan sujud. KepadaMu kami berusaha dan melayani. Kami mengharapkan rahmatMu, kami takut pada siksaanMu. Sesungguhnya siksaanMu akan menimpa pada orang- orang kafir. Ya, Allah! Kami minta pertolongan dan minta ampun kepadaMu, kami memuji kebaikanMu, kami tidak ingkar kepada-Mu, kami beriman kepadaMu, kami tunduk padaMu dan berpisah pada orang yang kufur kepadaMu.” [HR. Al-Baihaqi dalam As-Sunanul Kubra, sanadnya menurut pendapat Al- Baihaqi adalah shahih 2/211. Syaikh Al-Albani dalam Irwa’ul Ghalil 2/170 berkata: Sanadnya shahih dan mauquf pada Umar] Kemudian bertakbir dan menuju sujud. (Riwayat Ibnu Khuzaimah dalam kitab “Shahihnya” (2/155-156/1100)). Yang diucapkan di akhir witir Termasuk dari sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah mengucapkan pada akhir shalat witir sebelum atau sesudah salam : وَِبمُعَافَاتِكَ مِنْ عُُقوْبَتِكَ، وََأعُوْذُ َاللَّهُمَّ ِإنِّيْ َأعُوْذُ ِبرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ، .عََليْكَ َأنْتَ َ كمَا َأثْنَيْتَ عََلى نَفْسِكَ ِبكَ مِنْكَ، َ لا ُأحْصِيْ َثنَاءَ “Ya, Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan kerelaanMu dari kemarahanMu, dan dengan keselamatanMu dari siksaMu. Aku berlindung kepadaMu dari ancamanMu. Aku tidak mampu menghitung pujian dan sanjungan kepadaMu, Engkau adalah sebagaimana yang Engkau sanjungkan kepada diriMu sendiri.” [HR. Empat peenyusun kitab Sunan dan Imam Ahmad. Lihat Shahih At- Tirmidzi 3/180 dan Shahih Ibnu Majah 1/194 serta kitab Irwa’ul Ghalil 2/175. [HR. Al-Baihaqi dalam As-Sunanul Kubra, sanadnya menurut pendapat Al- Baihaqi adalah shahih 2/211. Syaikh Al- Albani dalam Irwa’ul Ghalil 2/170 berkata: Sanadnya shahih dan mauquf pada Umar] Kemudian jika telah salam dari shalat witir mengucapkan : سُبْحَا َ ن الْمَلِكِ اْلُقدُّوْ ِ س[رَبِّ الْمَ َ لائِ َ كةِ وَالرُّوْ ِ ح] (يجهر ﺑﻬا ويمد ﺑﻬا صوته يقول 3 مرات)
  • 8. Subhaanal malikil qudduusi (rabbul malaaikati warruh) tiga kali, sedang yang ketiga, beliau membacanya dengan suara keras dan panjang. [HR. An-Nasai 3/244, Ad-Daruquthni dan beberapa imam hadis yang lain. Sedang kalimat antara dua tanda kurung adalah tambahan menurut riwayatnya 2/31. Sanadnya shahih, lihat Zadul Ma’ad yang ditahqiq oleh Syu’aib Al-Arnauth dan Abdul Qadir Al- Arnauth 1/337. Dua rakaat setelah witir Dibolehkan shalat dua rakaat, karena telah terdapat dalil dari perbuatan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam (riwayat Muslim dan lain lihat “Shalat Tarwih”hala:108-109), bahkan beliau memerintahkan umatnya dengan sabdanya : “Sungguh safar ini payah dan berat, maka jika salah seorang dari kalian telah melakukan witir, hendaknya rukuk (shalat) dua rakaat, jika bangun, jika tidak keduanya telah memilikinya.” (Riwayat Ibnu Khuzaimah dalam “Shahih”nya dan darinya juga yang lainnya. Telah ditahkrij dalam “Silsilah Shahihah”. Dulu aku Tawaquf (tidak bisa memutuskan pada masalah itu) dalam waktu yang cukup lama, maka tatkala saya dapatkan perintah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mulia ini cepat-cepat saya mengambilnya dan saat itu saya tahu bahwa sabdanya : اجعلوا اخر صلا تكم با ليل وترا “Jadikanlah witir akhir shalat kalian dimalam hari” adalah kewajiban pilihan saja bukan merupakan kewajiban dan itu adalah pendapat Ibnu Nashr hal:130 ) Dan disunnahkan untuk membaca pada kedua rakaatnya surat Al Zilzalah dan surat Al Kafiruun. (Riwayat Ibnu Khuzaimah (1104,11050 dari hadist Aisyah dan Anas radhiyallahu ‘anhum dengan dua sanad yang saling menguatkan) (Dinukil dari terjemahan kitab Qiyamu Ramadhan, karya Syaikh Muhammad Nashiruddin al Albani, edisi Indonesia “Shalat Tarawih Bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ”, Penerjemah : Al- Ustadz Qomar Su’aidi, Bab “Tata Cara Shalat Tarawih” Hal : 60 - 71, Penerbit “Cahaya Tauhid Press)
  • 9. Bagaimana Sholat Tarawih Sesuai Sunnah Rasulullah Syaikh Salim bin Ied Al-Hilaaly, Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid 1. Pensyari'atannya Shalat tarawih disyari'atkan secara berjama'ah berdasarkan hadits Aisyah Radhiyallahu 'anha : Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pada suatu malam keluar dan shalat di masjid, orang-orang pun ikut shalat bersamanya, dan mereka memperbincangkan shalat tersebut, hingga berkumpullah banyak orang, ketika beliau shalat, mereka-pun ikut shalat bersamanya, mereka meperbincangkan lagi, hingga bertambah banyaklah penghuni masjid pada malam ketiga, Rasulullah Shallalalhu 'alaihi wa sallam keluar dan shalat, ketika malam keempat masjid tidak mampu menampung jama'ah, hingga beliau hanya keluar untuk melakukan shalat Shubuh. Setelah selesai shalat beliau menghadap manusia dan bersyahadat kemudian bersabda (yang artinya) : “ Amma ba'du. Sesungguhnya aku mengetahui perbuatan kalian semalam, namun aku khawatir diwajibkan atas kalian, sehingga kalian tidak mampu mengamalkannya. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam wafat dalam keadaan tidak pernah lagi melakukan shalat tarawih secara berjama'ah [Hadits Riwayat Bukhari 3/220 dan Muslim 761] Ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menemui Rabbnya (dalam keadaan seperti keterangan hadits diatas) maka berarti syari'at ini telah tetap, maka shalat tarawih berjama'ah disyari'atkan karena kekhawatiran tersebut sudah hilang dan ‘illat telah hilang (juga). Sesungguhnya 'illat itu berputar bersama ma'lulnya, adanya atau tidak adanya. Dan yang menghidupkan kembali sunnah ini adalah Khulafa'ur Rasyidin Umar bin Al-Khaththab Radhiyallahu 'anhu sebagaimana dikabarkan yang demikian oleh Abdurrahman bin Abdin Al- Qoriy[1] beliau berkata : Aku keluar bersama Umar bin Al- Khaththab Radhiyallahu 'anhu suatu malam di bulan Ramadhan ke masjid, ketika itu manusia berkelompok-kelompok[2] Ada yang shalat sendirian dan ada yang berjama'ah, maka Umar berkata : Aku berpendapat kalau mereka dikumpulkan dalam satu imam, niscaya akan lebih baik. Kemudian beliau mengumpulkan mereka dalam satu jama'ah dengan imam Ubay bin Ka'ab, setelah itu aku keluar bersamanya pada satu malam, manusia tengah shalat bersama imam mereka, Umar-pun berkata, Sebaik-baik bid'ah adalah ini, orang yang tidur lebih
  • 10. baik dari yang bangun, ketika itu manusia shalat di awal malam.[Dikeluarkan Bukhari 4/218 dan tambahannya dalam riwayat Malik 1/114, Abdurrazaq 7733] Footnote: [1] Dengan tanwin ('abdin) dan (alqoriyyi) dengan bertasydid - tanpa dimudhofkan- lihat Al-Bab fi Tahdzib 3/6-7 karya Ibnul Atsir. [2]Berkelompok-kelompok tidak ada bentuk tunggalnya, seperti nisa' ibil ... dan seterusnya 2. Jumlah raka'atnya Manusia berbeda pendapat tentang batasan raka'atnya, pendapat yang mencocoki petunjuk Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah delapan raka'at tanpa witir berdasarkan hadits Aisyah Radhiyallahu 'anha (yang artinya) : “ Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah shalat malam di bulan Ramadhan atau selainnya lebih dari sebelas raka'at [Dikeluarkan oleh Bukhari 3/16 dan Muslim 736 Al- Hafidz berkata (Fath 4/54)] Yang telah mencocoki Aisyah adalah Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma, beliau menyebutkan, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menghidupkan malam Ramadhan bersama manusia delapan raka'at kemudian witir [Dikeluarkan oleh Ibnu Hibban dalam Shahihnya 920, Thabrani dalam As-Shagir halaman 108 dan Ibnu Nasr (Qiyamul Lail) halaman 90, sanadnya hasan sebagaimana syahidnya.] Ketika Umar bin Al-Khaththab menghidupkan sunnah ini beliau mengumpulkan manusia dengan sebelas raka'at sesuai dengan sunnah shahihah, sebagaimana yang diriwayatkan ole Malik 1/115 dengan sanad yang shahih dari jalan Muhammad bin Yusuf dari Saib bin Yazid, ia berkata : Umar bin Al-Khaththab menyuruh Ubay bin Ka'ab dan Tamim Ad-Daari untuk mengimami manusia dengan sebelas raka'at. Ia berkata : Ketika itu imam membaca dua ratus ayat hingga kami bersandar/bertelekan pada tongkat karena lamanya berdiri, kami tidak pulang kecuali ketika furu' fajar [Furu' fajar : awalnya, permulaan]. Riwayat beliau ini diselisihi oleh Yazid bin Khashifah, beliau berkata : Dua puluh raka'at. Riwayat Yazid ini syadz (ganjil/menyelisihi yang lebih shahih), karena Muhammad bin Yusuf lebih tsiqah dari Yazid bin Khashifah. Riwayat Yazid tidak bisa dikatakan ziyadah tsiqah kalau kasusnya seperti ini, karena ziyadah tsiqah itu tidak ada perselisihan, tapi hanya sekedar tambahan ilmu saja dari riwayat tsiqah yang
  • 11. pertama sebagaimana (yang disebutkan) dalam Fathul Mughits (1/199), Muhashinul Istilah hal. 185, Al-Kifayah hal 424-425. Kalaulah seandainya riwayat Yazid tersebut shahih, itu adalah perbuatan, sedangkan riwayat Muhammad bin Yusuf adalah perkataan, dan perkataan lebih diutamakan dari perbuatan sebagaiman telah ditetapkan dalam ilmu ushul fiqh. Abdur Razaq meriwayatkan dalam Al-Mushannaf 7730 dari Daud bin Qais dan lainnya dari Muhammad bin Yusuf dari Saib bin Yazid : Bahwa Umar mengumpulkan manusia di bulan Ramadhan, dengan dua puluh satu raka'at, membaca dua ratus ayat, selesai ketika awal fajar Riwayat ini menyelisihi yang diriwayatkan oleh Malik dari Muhamad bin Yusuf dari Saib bin Yazid, dhahir sanad Abdur Razaq shahih seluruh rawinya tsiqah. Sebagian orang-orang yang berhujjah dengan riwayat ini, mereka menyangka riwayat Muhammad bin Yusuf mudhtharib, hingga selamatlah pendapat mereka dua puluh raka'at yang terdapat dalam hadits Yazid bin Khashifah. Sangkaan mereka ini tertolak, karena hadits mudhtarib adalah hadits yang diriwayatkan dari seorang rawi satu kali atau lebih, atau diriwayatkan oleh dua orang atau lebih dengan lafadz yang berbeda-beda, mirip dan sama, tapi tidak ada yang bisa menguatkan (mana yang lebih kuat). [Tadribur Rawi 1/262] Namun syarat seperti ini tidak terdapat dalam hadits Muhammad bin Yusuf karena riwayat Malik lebih kuat dari riwayat Abdur Razaq dari segi hafalan. Kami ketengahkan hal ini kalau kita anggap sanad Abdur Razaq selamat dari illat (cacat), akan tetapi kenyataannya tidak demikian (karena hadits tersebut mempunyai cacat, pent) kita jelaskan sebagai berikut : 1. Yang meriwayatkan Mushannaf dari Abdur Razaq lebih dari seorang, diantaranya adalah Ishaq bin Ibrahim bin Ubbad Ad- Dabari. 2. Hadits ini dari riwayat Ad-Dabari dari Abdur Razaq, dia pula yang meriwayatkan Kitabus Shaum [Al-Mushannaf 4/153] 3. Ad-Dabari mendengar dari Abdur Razaq karangan-karangannya ketika berumur tujuh tahun [Mizanul I'tidal 1/181] 4. Ad-Dabari bukan perawi hadits yang dianggap shahih haditsnya, juga bukan seorang yang membidangi ilmu ini [Mizanul I'tidal 1/181] 5. Oleh karena itu dia banyak keliru dalam meriwayatkan dari Abdur Razaq, dia banyak meriwayatkan dari Abdur Razaq hadits-hadits
  • 12. yang mungkar, sebagian ahlul ilmi telah mengumpulkan kesalahan-kesalahan Ad-Dabari dan tashif-tashifnya dalam Mushannaf Abdur Razaq, dalam Mushannaf [Mizanul I'tidal 1/181] Dari keterangan di atas maka jelaslah bahwa riwayat ini mungkar, Ad-Dabari dalam meriwayatkan hadits diselisihi oleh orang yang lebih tsiqah darinya, yang menentramkan hadits ini kalau kita nyatakan kalau hadits inipun termasuk tashifnya Ad-Dabari, dia mentashifkan dari sebelas raka'at (menggantinya menjadi dua puluh satu rakaat), dan engkau telah mengetahui bahwa dia banyak berbuat tashif [Lihat Tahdzibut Tahdzib 6310 dan Mizanul I'tidal 1/181] Oleh karena itu riwayat ini mungkar dan mushahaf (hasil tashif), sehingga tidak bisa dijadikan hujjah, dan menjadi tetaplah sunnah yang shahih yang diriwayatkan di dalam Al-Muwatha' 1/115 dengan sanad Shahih dari Muhammad bin Yusuf dari Saib bin Yazid. Perhatikanlah. [Dan tambahan terperinci mengenai bantahan dari Syubhat ini, maka lihatlah: a. Al-Kasyfus Sharih 'an Aghlathis Shabuni fii Shalatit Tarawih oleh Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid b. Al-Mashabih fii Shalatit Tarawih oleh Imam Suyuthi, dengan ta'liq Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid, cetakan Dar 'Ammar] Judul Asli : Shifat shaum an Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam Fii Ramadhan, penulis Syaikh Salim bin Ied Al-Hilaaly, Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid. Penerbit Al Maktabah Al islamiyyah cet. Ke 5 th 1416 H. Edisi Indonesia Sifat Puasa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam oleh terbitan Pustaka Al-Mubarok (PMR), penerjemah Abdurrahman Mubarak Ata. Cetakan I Jumadal Akhir 1424 H