SlideShare a Scribd company logo
1 of 4
Tugas Identifikasi Hama Tanaman Pangan Padi : Tikus
Nama : Happy Nur Afni R.
NIM    : 12143


       Tikus sebagai hama padi umumnya yang dikenal adalah spesies Rattus argentiventer atau
disebut tikus sawah. Karakter morfologi tikus sawah meliputi warna dorsal coklat kekuningan
dengan bercak-bercak hitam di rambut. Warna ventral putih keperakan atau putih keabu-abuan.
Warna ekor coklat tua dengan panjang sekitar 110-160 mm. Warna permukaan atas kaki seperti
warna badan dan bagian bawah coklat tua. Tikus sawah memiliki 12 buah puting susu (6 pasang)
dan memiliki ciri khas rambut perut berwarna putih, tekstur rambut agak kasar, dan ekor lebih
pendek daripada kepala dan badan.

Perilaku tikus sawah
       Tikus sawah merupakan hewan nokturnal yang telah beradaptasi dengan fenologi
tanaman padi. Secara rutin, aktifitas harian dimulai pada senja hari hingga menjelang fajar.
Selama periode tersebut, tikus sawah dari kelompok lain. Siang hari dilalui dengan bersembunyi
didalam lubang, semak belukar, atau mengeksplorasi sumber pakan dan air, tempat berlindung,
serta mengenali pasangan dan individu petakan sawah.
       Tikus sawah tergolong kedalam hewan omnivora yang mampu memanfaatkan beragam
pakan untuk bertahan hidup. Komposisi pakan yang dikonsumsi tergantung kondisi lingkungan
dan bervariasi sepanjang stadia tumbuh padi. Meskipun demikian, padi merupakan pakan utama
yang paling disukainya. Kebutuhan pakan kurang lebih 10-15% dari bobot badannya dan minum
air kurang lebih 15-30 ml per hari. Tikus sawah mencari makan berupa endosperm padi, bagian
pangkal batang padi, serpihan rumput-rumputan, potongan tubuh arthropoda, bagian tanaman
dikotil, dan lain-lain. Dalam mengkonsumsi pakan, tikus sawah lebih dahulu mencicipi untuk
mengetahui reaksi terhadap tubuhnya dan apabila tidak membahayakan akan segera
memakannya.

       Perkembangbiakan tikus sawah sangat tergantung pada keberadaan tanaman padi.
Kondisi aktif reproduksi hanya terjadi pada padi stadia generatif. Selama bera panjang hingga
padi vegetatif, tikus sawah dewasa tidak aktif reproduksi. Pada saat tidak aktif, testis tikus sawah
kembali masuk dalam rongga perut (testis abdominal), dan akan kembali ke scrotum pada saat
musim kawin (testis scrotal). Akses kawin terhadap sejumlah betina dikuasai oleh jantan
dominan yang menguasai teritorial tertentu.

        sawah merupakan hewan terestrial yang membuat lubang di dalam tanah sebagai tempat
tinggal. Lubang yang dihuni tikus disebut “lubang aktif”. Pada saat bera panjang, tikus sawah
lebih banyak tinggal di habitat pelarian (refuge area) seperti semak, pekarangan, atau migrasi ke
gudang padi. Pada stadia vegetatif padi, lubang aktif berbentuk sederhana dan dangkal, tetapi
menjadi komplek dan bercabang pada stadia generatif padi yang juga merupakan saat
berkembang biak tikus sawah. Pada umumnya, lubang aktif berisi tikus betina beserta anak-anak
pradewasa. Selama aktif reproduksi, tikus jantan tinggal dalam petak lahan menunggu malam
hari untuk kawin dengan betina dalam kelompoknya.

       Perilaku sosial tikus mencakup perilaku menjaga wilayah kekuasaan (territorial) dan
tingkatan sosial (hierarkhi). Pada kerapatan populasi rendah hingga sedang, seekor jantan
dominan paling berkuasa atas sumber pakan, jalur jalan, lokasi bersarang, dan tikus betina dalam
kelompoknya. Pada densitas populasi tinggi, jantan yang kalah kompetisi (subordinat) keluar
mencari wilayah dan membentuk kelompok baru. Perilaku tersebut menyebabkan penyebaran
populasi yang merata sehingga tikus sawah mampu mengokupasi wilayah yang luas (terutama di
daerah endemik). Tikus sawah mempunyai kemampuan fisik selain mengerat juga menggali,
berlari, melompat dan meloncat, memanjat, berenang, dan menyelam.


Kemampuan belajar tikus sawah
       Otak tikus sawah berkembang sempurna sehingga memiliki kemampuan belajar dan
mengingat, meskipun sangat terbatas dibanding manusia. Tikus sawah mampu mengingat letak
sarang, lokasi sumber pakan dan air, serta pakan beracun yang menyebabkan sakit. Pada
percobaan laboratorium, tikus mampu belajar dan mengingat letak pintu yang menyediakan
pakan sebagai upahnya. Ragam media komunikasi tikus sawah adalah suara dan secara kimiawi
dengan air seni dan feromon. Tikus mengeluarkan suara peringatan untuk menyampaikan bahaya
dan penanda territorial. Air seni juga sebagai penanda wilayah, pembawa pesan tingkat sosial,
dan kondisi birahi tikus betina (feromon seks). Tikus curiga terhadap setiap benda baru
(termasuk pakan) di lingkungannya, sehingga akan menghindari kontak dengan benda tersebut.
Sifat tikus enggan memakan umpan beracun tanpa didahului pemberian umpan pendahuluan
(pre-baiting). Tikus yang mencicipi / memakan sedikit umpan beracun akut dan tidak mati
(tetapi sakit), akan mengingatnya sehingga pengumpanan lanjutan kadang mengalami kegagalan
(umpan tidak dimakan). Induk betina tikus sawah selalu membuat 2-3 pintu darurat untuk
meloloskan diri jika ada ancaman yang masuk sarangnya. Ketika diempos (fumigasi), induk
betina menyumbat lubang sarang dengan tubuhnya agar anak-anaknya selamat.

Karakter Ekologi Tikus Sawah
       Dinamika populasi tikus dipengaruhi oleh faktor biotik (pakan, kompetisi, predasi,
kanibalisme, migrasi dan perkembang biakan) dan abiotik (habitat, sumber air, iklim dan
pengendalian). Puncak populasi terjadi beberapa saat setelah bera pascapanen yang merupakan
hasil reproduksi pada stadia generatif sebelumnya. Pada pola tanam padi-padi-bera, terjadi dua
puncak populasi, sehingga tanpa pengendalian, populasi pada awal MT2 sangat tinggi dan
menjadi ancaman yang serius. Pada pola tanam serempak, komposisi umur tikus relative
seragam, sedangkan pada pola tanam tidak serempak komposisi umur tumpang tindih. Pada
ekosistem sawah irigasi, ketika masuk awal MT1, populasi tikus didominasi dewasa yaitu tikus
pelopor yang mampu bertahan selama masa bera panjang. Migrasi tikus ditandai dengan
melonjaknya populasi tikus secara mendadak akibat datangnya tikus dalam jumlah besar dalam
waktu singkat, dibedakan menjadi :
   •   Migrasi musiman :
       Berhubungan pada saat bera panjang 70% populasi tikus pindah ke habitat pelarian, 30%
   tetap menghuni di dengan ketersediaan pakan lingkungan sawah. Pada saat ada pertanaman
   terjadi migrasi besar-besaran habitat pelarian
   •   Migrasi karena bencana alam
       Tikus akan mengungsi ke tempat yang aman sekaligus sumber pakan yang baru.
   Biasanya populasi terdiri dari dewasa yang kuat
   Pengaruh iklim terhadap keberadaan tikus misalnya tikus menyukai daerah yang beriklim
hangat dan stabil, sehingga keberadaannya cocok di daerah ekosistem padi sawah dataran
rendah. Populasi tikus juga dikontrol oleh mekanisme predasi dan pengendalian oleh manusia.


Sumber:
Anggara, Agus Wahyana dan Sudarmaji. 2008. Pengendalian Hama Tikus Terpadu (PHTT).
      Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

More Related Content

What's hot (20)

Protista
ProtistaProtista
Protista
 
Semut rangrang
Semut rangrangSemut rangrang
Semut rangrang
 
Laporan Identifikasi Tikus
Laporan Identifikasi TikusLaporan Identifikasi Tikus
Laporan Identifikasi Tikus
 
Budi daya semut rangrang
Budi daya semut rangrangBudi daya semut rangrang
Budi daya semut rangrang
 
PPT PARASITOLOGI - PINJAL DAN KUTU
PPT PARASITOLOGI - PINJAL DAN KUTU PPT PARASITOLOGI - PINJAL DAN KUTU
PPT PARASITOLOGI - PINJAL DAN KUTU
 
Makalah_35 Makalah laporan ilmiah hama kel 5
Makalah_35 Makalah laporan ilmiah hama kel 5Makalah_35 Makalah laporan ilmiah hama kel 5
Makalah_35 Makalah laporan ilmiah hama kel 5
 
Xmia2 sporozoa
Xmia2 sporozoaXmia2 sporozoa
Xmia2 sporozoa
 
Ppt klasifikasi makhluk hidup kelas 7
Ppt klasifikasi makhluk hidup kelas 7Ppt klasifikasi makhluk hidup kelas 7
Ppt klasifikasi makhluk hidup kelas 7
 
Xmia5 sporozoa
Xmia5 sporozoaXmia5 sporozoa
Xmia5 sporozoa
 
Kingdom animalia
Kingdom animaliaKingdom animalia
Kingdom animalia
 
Tugas biologi
Tugas biologiTugas biologi
Tugas biologi
 
Biologi 2
Biologi 2Biologi 2
Biologi 2
 
Vektor
VektorVektor
Vektor
 
hama dan penyakit
hama dan penyakithama dan penyakit
hama dan penyakit
 
TENTANG SPOROZOA
TENTANG SPOROZOA TENTANG SPOROZOA
TENTANG SPOROZOA
 
Ppt pelestarian makhluk hidup dan lingkungan kelas 7
Ppt pelestarian makhluk hidup dan lingkungan kelas 7Ppt pelestarian makhluk hidup dan lingkungan kelas 7
Ppt pelestarian makhluk hidup dan lingkungan kelas 7
 
Peranan arthropoda dalam ekosistem
Peranan arthropoda dalam ekosistemPeranan arthropoda dalam ekosistem
Peranan arthropoda dalam ekosistem
 
RODENTA HAMA GUDANG
RODENTA HAMA GUDANG RODENTA HAMA GUDANG
RODENTA HAMA GUDANG
 
Pengendalian Vektor Lalat
Pengendalian Vektor LalatPengendalian Vektor Lalat
Pengendalian Vektor Lalat
 
Insecta
InsectaInsecta
Insecta
 

Viewers also liked

Informatieavond groep3 2011_2012
Informatieavond groep3 2011_2012Informatieavond groep3 2011_2012
Informatieavond groep3 2011_2012DeaDelta
 
Resume etika bisnis bab 2
Resume etika bisnis bab 2Resume etika bisnis bab 2
Resume etika bisnis bab 2Teguh Wijayanto
 
Altero biografia klema
Altero biografia klemaAltero biografia klema
Altero biografia klemakgrimaneza
 
Stained Glass Project Instructions
Stained Glass Project InstructionsStained Glass Project Instructions
Stained Glass Project InstructionsKatherine Downie
 
RUB Technique by Bill Asbi
RUB Technique by Bill AsbiRUB Technique by Bill Asbi
RUB Technique by Bill AsbiBening Sangat
 
Informatieavond groep3 2011_2012
Informatieavond groep3 2011_2012Informatieavond groep3 2011_2012
Informatieavond groep3 2011_2012DeaDelta
 

Viewers also liked (9)

Picola説明資料
Picola説明資料Picola説明資料
Picola説明資料
 
Informatieavond groep3 2011_2012
Informatieavond groep3 2011_2012Informatieavond groep3 2011_2012
Informatieavond groep3 2011_2012
 
Resume etika bisnis bab 2
Resume etika bisnis bab 2Resume etika bisnis bab 2
Resume etika bisnis bab 2
 
Altero biografia klema
Altero biografia klemaAltero biografia klema
Altero biografia klema
 
Stained Glass Project Instructions
Stained Glass Project InstructionsStained Glass Project Instructions
Stained Glass Project Instructions
 
Picola資料2
Picola資料2Picola資料2
Picola資料2
 
Picola
PicolaPicola
Picola
 
RUB Technique by Bill Asbi
RUB Technique by Bill AsbiRUB Technique by Bill Asbi
RUB Technique by Bill Asbi
 
Informatieavond groep3 2011_2012
Informatieavond groep3 2011_2012Informatieavond groep3 2011_2012
Informatieavond groep3 2011_2012
 

Similar to TikusPangan

KLP 9_EKOLOGI UMUM.pptx
KLP 9_EKOLOGI UMUM.pptxKLP 9_EKOLOGI UMUM.pptx
KLP 9_EKOLOGI UMUM.pptxNisaTansa
 
Pengendalian tikus
Pengendalian tikusPengendalian tikus
Pengendalian tikusDian Saputra
 
Makalah xenopsylla cheopis
Makalah xenopsylla cheopisMakalah xenopsylla cheopis
Makalah xenopsylla cheopisNovi Fachrunnisa
 
Makalah filum sma negeri 1 raha
Makalah filum sma negeri 1 rahaMakalah filum sma negeri 1 raha
Makalah filum sma negeri 1 rahaWarnet Raha
 
Makalah filum sma negeri 1 raha
Makalah filum sma negeri 1 rahaMakalah filum sma negeri 1 raha
Makalah filum sma negeri 1 rahaWarnet Raha
 
Pergerakan hewan revisi 27 Oktober 2023.doc
Pergerakan hewan revisi 27 Oktober 2023.docPergerakan hewan revisi 27 Oktober 2023.doc
Pergerakan hewan revisi 27 Oktober 2023.docssuserd74aff
 
Phlum platyhelminthes
Phlum platyhelminthesPhlum platyhelminthes
Phlum platyhelminthesBima Aditiya
 
Harimau satwa kharismatik_bernilai_tinggi
Harimau satwa kharismatik_bernilai_tinggiHarimau satwa kharismatik_bernilai_tinggi
Harimau satwa kharismatik_bernilai_tinggiAgung Nugroho Zaini
 
Faktor alasan penyebab kepunahan, cara pelestarian, hwn dan tumbuhan langka
Faktor alasan penyebab kepunahan, cara pelestarian, hwn dan tumbuhan langkaFaktor alasan penyebab kepunahan, cara pelestarian, hwn dan tumbuhan langka
Faktor alasan penyebab kepunahan, cara pelestarian, hwn dan tumbuhan langkaNaila Khofshoh
 
MAISA YUSLENA_PTM 3 kesehatan masyarakat.pptx
MAISA YUSLENA_PTM 3 kesehatan masyarakat.pptxMAISA YUSLENA_PTM 3 kesehatan masyarakat.pptx
MAISA YUSLENA_PTM 3 kesehatan masyarakat.pptxMaisaYuslena
 
Pembasmi lalat bekasi 085747890221
Pembasmi lalat bekasi   085747890221Pembasmi lalat bekasi   085747890221
Pembasmi lalat bekasi 085747890221winendar bisri
 
Pembasmi lalat bekasi 085747890221
Pembasmi lalat bekasi   085747890221Pembasmi lalat bekasi   085747890221
Pembasmi lalat bekasi 085747890221winendar bisri
 
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMANSERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMANJosua Sitorus
 
Kelompok 13 super kelas mamalia
Kelompok 13 super kelas mamaliaKelompok 13 super kelas mamalia
Kelompok 13 super kelas mamaliaf' yagami
 
Kelompok 13 super kelas mamalia
Kelompok 13 super kelas mamaliaKelompok 13 super kelas mamalia
Kelompok 13 super kelas mamaliaf' yagami
 

Similar to TikusPangan (20)

KLP 9_EKOLOGI UMUM.pptx
KLP 9_EKOLOGI UMUM.pptxKLP 9_EKOLOGI UMUM.pptx
KLP 9_EKOLOGI UMUM.pptx
 
KELELAWAR.ppt.pptx
KELELAWAR.ppt.pptxKELELAWAR.ppt.pptx
KELELAWAR.ppt.pptx
 
Pengendalian tikus
Pengendalian tikusPengendalian tikus
Pengendalian tikus
 
Makalah xenopsylla cheopis
Makalah xenopsylla cheopisMakalah xenopsylla cheopis
Makalah xenopsylla cheopis
 
Makalah filum sma negeri 1 raha
Makalah filum sma negeri 1 rahaMakalah filum sma negeri 1 raha
Makalah filum sma negeri 1 raha
 
Makalah filum sma negeri 1 raha
Makalah filum sma negeri 1 rahaMakalah filum sma negeri 1 raha
Makalah filum sma negeri 1 raha
 
Makalah filum sma negeri 1 raha
Makalah filum sma negeri 1 rahaMakalah filum sma negeri 1 raha
Makalah filum sma negeri 1 raha
 
Pergerakan hewan revisi 27 Oktober 2023.doc
Pergerakan hewan revisi 27 Oktober 2023.docPergerakan hewan revisi 27 Oktober 2023.doc
Pergerakan hewan revisi 27 Oktober 2023.doc
 
Phlum platyhelminthes
Phlum platyhelminthesPhlum platyhelminthes
Phlum platyhelminthes
 
carnivora dan proboscidea
carnivora dan proboscidea carnivora dan proboscidea
carnivora dan proboscidea
 
Harimau satwa kharismatik_bernilai_tinggi
Harimau satwa kharismatik_bernilai_tinggiHarimau satwa kharismatik_bernilai_tinggi
Harimau satwa kharismatik_bernilai_tinggi
 
Faktor alasan penyebab kepunahan, cara pelestarian, hwn dan tumbuhan langka
Faktor alasan penyebab kepunahan, cara pelestarian, hwn dan tumbuhan langkaFaktor alasan penyebab kepunahan, cara pelestarian, hwn dan tumbuhan langka
Faktor alasan penyebab kepunahan, cara pelestarian, hwn dan tumbuhan langka
 
MAISA YUSLENA_PTM 3 kesehatan masyarakat.pptx
MAISA YUSLENA_PTM 3 kesehatan masyarakat.pptxMAISA YUSLENA_PTM 3 kesehatan masyarakat.pptx
MAISA YUSLENA_PTM 3 kesehatan masyarakat.pptx
 
Pembasmi lalat bekasi 085747890221
Pembasmi lalat bekasi   085747890221Pembasmi lalat bekasi   085747890221
Pembasmi lalat bekasi 085747890221
 
Pembasmi lalat bekasi 085747890221
Pembasmi lalat bekasi   085747890221Pembasmi lalat bekasi   085747890221
Pembasmi lalat bekasi 085747890221
 
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMANSERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
 
Makalah sisver mono & chiro
Makalah sisver mono & chiroMakalah sisver mono & chiro
Makalah sisver mono & chiro
 
Parasitologi. Nematoda
Parasitologi. NematodaParasitologi. Nematoda
Parasitologi. Nematoda
 
Kelompok 13 super kelas mamalia
Kelompok 13 super kelas mamaliaKelompok 13 super kelas mamalia
Kelompok 13 super kelas mamalia
 
Kelompok 13 super kelas mamalia
Kelompok 13 super kelas mamaliaKelompok 13 super kelas mamalia
Kelompok 13 super kelas mamalia
 

TikusPangan

  • 1. Tugas Identifikasi Hama Tanaman Pangan Padi : Tikus Nama : Happy Nur Afni R. NIM : 12143 Tikus sebagai hama padi umumnya yang dikenal adalah spesies Rattus argentiventer atau disebut tikus sawah. Karakter morfologi tikus sawah meliputi warna dorsal coklat kekuningan dengan bercak-bercak hitam di rambut. Warna ventral putih keperakan atau putih keabu-abuan. Warna ekor coklat tua dengan panjang sekitar 110-160 mm. Warna permukaan atas kaki seperti warna badan dan bagian bawah coklat tua. Tikus sawah memiliki 12 buah puting susu (6 pasang) dan memiliki ciri khas rambut perut berwarna putih, tekstur rambut agak kasar, dan ekor lebih pendek daripada kepala dan badan. Perilaku tikus sawah Tikus sawah merupakan hewan nokturnal yang telah beradaptasi dengan fenologi tanaman padi. Secara rutin, aktifitas harian dimulai pada senja hari hingga menjelang fajar. Selama periode tersebut, tikus sawah dari kelompok lain. Siang hari dilalui dengan bersembunyi didalam lubang, semak belukar, atau mengeksplorasi sumber pakan dan air, tempat berlindung, serta mengenali pasangan dan individu petakan sawah. Tikus sawah tergolong kedalam hewan omnivora yang mampu memanfaatkan beragam pakan untuk bertahan hidup. Komposisi pakan yang dikonsumsi tergantung kondisi lingkungan dan bervariasi sepanjang stadia tumbuh padi. Meskipun demikian, padi merupakan pakan utama yang paling disukainya. Kebutuhan pakan kurang lebih 10-15% dari bobot badannya dan minum air kurang lebih 15-30 ml per hari. Tikus sawah mencari makan berupa endosperm padi, bagian pangkal batang padi, serpihan rumput-rumputan, potongan tubuh arthropoda, bagian tanaman dikotil, dan lain-lain. Dalam mengkonsumsi pakan, tikus sawah lebih dahulu mencicipi untuk mengetahui reaksi terhadap tubuhnya dan apabila tidak membahayakan akan segera memakannya. Perkembangbiakan tikus sawah sangat tergantung pada keberadaan tanaman padi. Kondisi aktif reproduksi hanya terjadi pada padi stadia generatif. Selama bera panjang hingga padi vegetatif, tikus sawah dewasa tidak aktif reproduksi. Pada saat tidak aktif, testis tikus sawah kembali masuk dalam rongga perut (testis abdominal), dan akan kembali ke scrotum pada saat
  • 2. musim kawin (testis scrotal). Akses kawin terhadap sejumlah betina dikuasai oleh jantan dominan yang menguasai teritorial tertentu. sawah merupakan hewan terestrial yang membuat lubang di dalam tanah sebagai tempat tinggal. Lubang yang dihuni tikus disebut “lubang aktif”. Pada saat bera panjang, tikus sawah lebih banyak tinggal di habitat pelarian (refuge area) seperti semak, pekarangan, atau migrasi ke gudang padi. Pada stadia vegetatif padi, lubang aktif berbentuk sederhana dan dangkal, tetapi menjadi komplek dan bercabang pada stadia generatif padi yang juga merupakan saat berkembang biak tikus sawah. Pada umumnya, lubang aktif berisi tikus betina beserta anak-anak pradewasa. Selama aktif reproduksi, tikus jantan tinggal dalam petak lahan menunggu malam hari untuk kawin dengan betina dalam kelompoknya. Perilaku sosial tikus mencakup perilaku menjaga wilayah kekuasaan (territorial) dan tingkatan sosial (hierarkhi). Pada kerapatan populasi rendah hingga sedang, seekor jantan dominan paling berkuasa atas sumber pakan, jalur jalan, lokasi bersarang, dan tikus betina dalam kelompoknya. Pada densitas populasi tinggi, jantan yang kalah kompetisi (subordinat) keluar mencari wilayah dan membentuk kelompok baru. Perilaku tersebut menyebabkan penyebaran populasi yang merata sehingga tikus sawah mampu mengokupasi wilayah yang luas (terutama di daerah endemik). Tikus sawah mempunyai kemampuan fisik selain mengerat juga menggali, berlari, melompat dan meloncat, memanjat, berenang, dan menyelam. Kemampuan belajar tikus sawah Otak tikus sawah berkembang sempurna sehingga memiliki kemampuan belajar dan mengingat, meskipun sangat terbatas dibanding manusia. Tikus sawah mampu mengingat letak sarang, lokasi sumber pakan dan air, serta pakan beracun yang menyebabkan sakit. Pada percobaan laboratorium, tikus mampu belajar dan mengingat letak pintu yang menyediakan pakan sebagai upahnya. Ragam media komunikasi tikus sawah adalah suara dan secara kimiawi dengan air seni dan feromon. Tikus mengeluarkan suara peringatan untuk menyampaikan bahaya dan penanda territorial. Air seni juga sebagai penanda wilayah, pembawa pesan tingkat sosial, dan kondisi birahi tikus betina (feromon seks). Tikus curiga terhadap setiap benda baru (termasuk pakan) di lingkungannya, sehingga akan menghindari kontak dengan benda tersebut. Sifat tikus enggan memakan umpan beracun tanpa didahului pemberian umpan pendahuluan
  • 3. (pre-baiting). Tikus yang mencicipi / memakan sedikit umpan beracun akut dan tidak mati (tetapi sakit), akan mengingatnya sehingga pengumpanan lanjutan kadang mengalami kegagalan (umpan tidak dimakan). Induk betina tikus sawah selalu membuat 2-3 pintu darurat untuk meloloskan diri jika ada ancaman yang masuk sarangnya. Ketika diempos (fumigasi), induk betina menyumbat lubang sarang dengan tubuhnya agar anak-anaknya selamat. Karakter Ekologi Tikus Sawah Dinamika populasi tikus dipengaruhi oleh faktor biotik (pakan, kompetisi, predasi, kanibalisme, migrasi dan perkembang biakan) dan abiotik (habitat, sumber air, iklim dan pengendalian). Puncak populasi terjadi beberapa saat setelah bera pascapanen yang merupakan hasil reproduksi pada stadia generatif sebelumnya. Pada pola tanam padi-padi-bera, terjadi dua puncak populasi, sehingga tanpa pengendalian, populasi pada awal MT2 sangat tinggi dan menjadi ancaman yang serius. Pada pola tanam serempak, komposisi umur tikus relative seragam, sedangkan pada pola tanam tidak serempak komposisi umur tumpang tindih. Pada ekosistem sawah irigasi, ketika masuk awal MT1, populasi tikus didominasi dewasa yaitu tikus pelopor yang mampu bertahan selama masa bera panjang. Migrasi tikus ditandai dengan melonjaknya populasi tikus secara mendadak akibat datangnya tikus dalam jumlah besar dalam waktu singkat, dibedakan menjadi : • Migrasi musiman : Berhubungan pada saat bera panjang 70% populasi tikus pindah ke habitat pelarian, 30% tetap menghuni di dengan ketersediaan pakan lingkungan sawah. Pada saat ada pertanaman terjadi migrasi besar-besaran habitat pelarian • Migrasi karena bencana alam Tikus akan mengungsi ke tempat yang aman sekaligus sumber pakan yang baru. Biasanya populasi terdiri dari dewasa yang kuat Pengaruh iklim terhadap keberadaan tikus misalnya tikus menyukai daerah yang beriklim hangat dan stabil, sehingga keberadaannya cocok di daerah ekosistem padi sawah dataran rendah. Populasi tikus juga dikontrol oleh mekanisme predasi dan pengendalian oleh manusia. Sumber:
  • 4. Anggara, Agus Wahyana dan Sudarmaji. 2008. Pengendalian Hama Tikus Terpadu (PHTT). Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.