Dokumen tersebut membahas tentang tiga jenis pergerakan hewan yaitu invasi dan pemencaran, nomad, dan migrasi. Invasi dan pemencaran adalah pergerakan perlahan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan, nomad adalah pergerakan tanpa arah tetap untuk mencari makanan, sedangkan migrasi adalah pergerakan musiman antara dua wilayah.
2. Ethologi-hewan –pergerakan-migrasi-deden 2
Pergerakan
Pergerakan adalah suatu strategi dari individu ataupun populasi untuk
menyesuaikan dan memanfaatkan keadaan lingkungannya agar dapat hidup dan
berkembang biak secara normal. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan,
baik yang berasal dari dalam maupun luar. Pergerakan hewan (satwa liar) merupakan
suatu perilaku, sehingga mempunyai pola-pola tertentu sesuai dengan jenisnya.
Pergerakan hewan baik dalam skala sempit maupun luas merupakan usaha untuk
memenuhi tuntutan hidupnya. Pergerakan ini erat hubungannya dengan sifat individu dan
kondisi lingkungannya seperti 1) ketersediaan makanan, 2) fasilitas untuk berkembang
biak, 3) pemangsaan (predator), 4) kondisi cuaca/iklim, 5) sumber air maupun 6) adanya
perusakan lingkungan. Mereka bergerak untuk mencari makan, mencari air, dan untuk
berkembang biak ataupun menghindarkan diri dari pemangsaan dan gangguan lainnya.
Greenwood dan Swingland (1983) menekankan pada adanya faktor yang membatasi
pergerakan hewan, yaitu makanan dan pemangsa, dan khusus bagi hewan ektotermal,
temperatur sangat membatasi pergerakannya daripada faktor-faktor lainnya. Untuk
primata, pergerakan di dalam wilayah jelajahnya sangat ditentukan oleh sumberdaya
makanan, pohon-pohon yang dipergunakan sebagai tempat tidur dan pohon-pohon yang
dipergunakan sebagai tempat bernyanyi (Whitten, 1982).
Pergerakan populasi secara alam pada saat ini banyak terganggu karena adanya
aktivitas manusia, terutama yang telah mengubah habitat mereka menjadi lebih sempit.
Pergerakan hewan baik yang dilakukan secara soliter maupun dalam kelompok sangat
menentukan prospek kelestarian mereka. Sesuai dengan tujuan, faktor penyebab dan
prosesnya, pergerakan hewan dapat digolongkan menjadi: (1) invasi dan pemencaran,
(2) nomad dan (3) migrasi.
(1) Invasi dan pemencaran
Invasi dan pemencaran merupakan tipe pergerakan populasi yang dilakukan
secara perlahan-lahan terutama untuk menyesuaikan diri dengan keadan iklim
ataupun perubahan lingkungannya. Pergerakan ini dapat memperluas daerah
penyebaran hewan. Untuk menjamin berhasilnya invasi dan pemencaran diperlukan
suatu koridor yang dapat menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan dan
perkembangan populasi. Koridor yang paling efektif untuk menunjang proses invasi
3. Ethologi-hewan –pergerakan-migrasi-deden 3
dan pemencaran adalah hutan. Jika koridor-koridor ini terputus, akan terputus pula
kesinambungan proses invasi dan pemencaran. Sebagai akibatnya, kemungkinan
besar akan terjadi peledakan populasi, ataupun sebagaian individu atau populasinya
akan mencari jalannya sendiri-sendiri sehingga seringkali menimbulkan gangguan ke
sekitarnya.
Pergerakan mamalia besar dari daratan utama Asia ke Subwilayah Sunda 18.000
tahun yang lalu, berlangsung pada saat terjadinya penggumpalan es sehingga
permukaan air laut turun 85 m dari keadaanya sekarang. Pada saat itu muncul
Paparan Sunda yang menghubungkan P. Jawa, P. Sumatera, P. Kalimantan dan
Semenanjung Malaysia. Berbagai jenis hewan terutama herbivora melakukan
penyesuaian dengan cara bergerak secara perlahan-lahan dari utara ke selatan (dari
daratan Asia menuju wilayah khatulistiwa mengikuti pola pertumbuhan daratan baru
yang mampu menyediakan makanan. Anwar dkk (1984) menyatakan bahwa keadaan
permukaan laut yang dangkal serta suhu yang lebih dingin pada masa itu
menyebabkan beberapa jenis hewan seperti kambing hutan (Capricornis sumatrensis)
dan tumbuhan yang sekarang hanya dijumpai pada wilayah pegunungan, dapat
menyeberang ke Sumatra dari daratan Asia.
Gambar 1. Kambing Sumatra/ hutan (Capricornus sumatrensis)
Invasi dan pemencaran juga dapat terjadi karena adanya pengaruh dari
organisme lain, misalnya penyebaran burung kuntul kerbau (Bubulcus ibis)
mengikuti pergerakan dan penyebaran jenis mamalia herbivora. Burung-burung ini
sering hinggap di atas punggung herbivora sambil memakan serangga. Pada awalnya,
4. Ethologi-hewan –pergerakan-migrasi-deden 4
kuntul kerbau merupakan burung yang hanya di jumpai di Afrika dan Eurasia. Sejak
tahun 1877 jenis ini dijumpai di Suriname. Kedatangan kuntul kerbu ini diduga oleh
para ahli melalui tiga cara, yaitu secara alamiah, dirangsang oleh adanya
penerbangan pesawat-pesawat transatlantic, ataupun gabungan keduanya. Hingga
saat ini pergerakan transatlantic burung-burung juga dijumpai pada jenis yang lain,
seperti Egretta garzetta (Anderson, 1985).
Jenis cangak abu Florida (Bubulcus caerula), semula hanya dikenal di bagian
timur Amerika Serikat, Meksiko dan Amerika Selatan, sekarang dapat dijumpai di
bagian barat Amerika Utara. Burung jalak (Sturnus vulgaris) yang berasal dari
Amerika Utara, pada tahun 1890 dilepaskan 60 ekor di beberapa kota di New York,
berhasil berkembang biak dan dalam beberapa tahun kemudian mereka melakukan
emigrasi (Orr, 1970). Kelangsungan hidup burung-burung setelah dilepaskan selain
tergantung pada jumlahnya juga ditentukan pula oleh kondisi lingkungan yang cocok.
Pelepasan berbagai jenis burung endemic yang populasinya sudah menurun akan
berpengaruh terhadap kelestarian burung-burung yang bersangkutan. Secara tidak
sengaja burung-burung yang lepas dari sangkar peliharaan juga dapat membantu
penyebaran jenis yang bersangkutan, akan tetapi tingkat ketahanan hidup mereka di
alam sangat rendah.
Banteng (Bos javanicus) di Indonesia secara alami hanya dijumpai di P. Jawa
dan P. Kalimantan; di P. Sumatra jenis ini sudah punah. Pada saat ini banteng juga
terdapat di TN. Bali Barat. Perembesan banteng terutama dari Jawa ke Bali terjadi
sejak zaman kerajaan Hindu, melalui tukar menukar hadiah atau cenderamata.
Bahkan banteng liar sampai saat ini sudah berhasil dibudidayakan menjadi ternak
yang kita kenal sebagai sapi Bali (Bos sondaicus)(Alikodra, 1978,1983). Sapi Bali
sudah tersebar secara luas di seluruh kepulauan Indonesia, bahkan pada saat ini
banyak terdapat di daratan Australia. Secara tradisional pergerakan jenis herbivora
seperti banteng dan rusa, juga seringkali mengikuti pola pergerakan manusia, karena
pola perladangan berpindah dan pembakaran hutan dapat merangsang pertumbuhan
rumput muda yang sangat dipilih herbivora. Berarti jenis-jenis ini tidak dapat
menghendaki hutan yang keadaannya tertutup rapat.
5. Ethologi-hewan –pergerakan-migrasi-deden 5
Proses invasi dan pemencaran hewan dapat juga disebut sebagai proses
perembesan. Proses perembesan dari pusat penyebarannya keluar juga dapat terjadi
karena adanya rangsangan dari kondisi di luar yang lebih baik. Perembesan hewan
ini seringkali menjadi masalah yang rumit karena dapat merusak tanaman
perkebunan, misalnya adanya perembesan banteng dari Cagar Alam Leuweung
Sancang (Jawa Barat) ke perkebunan kelapa hibrida di sekitarnya, ataupun
perembesan gajah Sumatra dari hutan-hutan ke wilayah perkebunan kelapa sawit,
tebu dan perkebunan karet serta tnaman penduduk.
Beberapa jenis mamalia Subwilayah Sunda, dahulu lebih menyebar luas
dibandingkan dengan keadaan sekarang. Hal ini mungkin disebabkan oleh
terputusnya hubungan lahan akibat genangan air yang menghalangi rekolonisasi
pulau sehingga menyebabkan kepunahan jenis-jens tertentu. Di samping itu laju
kepunahan hewan di wilayah penyebarannya juga banyak dipengaruhi oleh aktivitas
manusia. Di antaranya ada beberapa jenis mamalia di Jawa, Sumatera dan
Kalimantan yang telah mengalami kepunahan
Aktivitas-aktivitas manusia yang telah menyebabkan terdesak bahkan
punahnya beberapa jenis hewan adalah: pemburuan atau penangkapan, perusakan
habitat, konversi hutan, dan pencemaran, lingkungan. Nampak bahwa faktor manusia
memegang peranan penting, sehingga perlu dilakukan pendekatan-pendekatan agar
orang mengerti dan sekaligus berperanan penting, sehingga perlu dilakukan
pendekatan-pendekatan agar orang mengerti dan sekaligus berperanan aktif dalam
melakukan upaya konservasi hewan.
Invasi dan pemencaran hewan dapat terjadi baik pada jarak yang dekat maupun
jauh. Invasi local dapat terjadi untuk beberapa jenis, karena adanya perubahan
kondisi makanan ataupun keadaan lingkungan yang kurang baik, sehingga
menyebabkan jenis-jenis tertentu meninggalkan tempat asalnya untuk mencari
wilayah-wilayah yang lebih menguntungkan bagi kehidupannya. Dari uraian-uraian
sebelumnya dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa disamping faktor-faktor alam,
faktor manusia beserta teknologinya juga mempunyai pengaruh yang besar
terhadap invasi dan pemencaran hewan. Proses invasi dan pemencaran tersebut
banyak dilakukan oleh individu-individu yang masih muda yang dikenal sebagai
6. Ethologi-hewan –pergerakan-migrasi-deden 6
“dipersal of the young”. Tingkat keberhasilan proses ini banyak ditentukan oleh
sifat-sifat individu muda dalam proses belajar mengenal lingkungannya. Jika suatu
saat individu-individu muda mendapatkan tempat yang cocok, ataupun pasangan
yang cocok, mereka dapat memutuskan untuk tidak kembali ke tempat asalnya. Pola
ini merupakan proses pembentukan wilayah jelajah (home range) maupun tempat-
tempat yang dikontrol dan dipertahankan secara aktif (territory). Dengan demikian
invasi dan pemencaran sangat besar peranannya sebagai langkah awal dalam
pembinaan individu-individu untuk membentuk populas yang tangguh.
Pergerakan invasi dan pemencaran semakin meningkat intensitasnya di pusat-
pusat penyebarannya, karena di pusat-pusat penyebarannya itu kepadatan populasi
hewan lebih tinggi daripada di wilayah-wilayah sekitarnya. Populasi herbivora
seperti banteng (Bos javanicus) di Ujung Kulon maupun Suaka Margasatwa
Blambangan Alas Purwo berpusat di padang rumput, semakin jauh dari padang
rumput akan semakin sedikit dijumpai banteng. Sedang populasi bekantan (Nasalis
larvatus) di Kalimantan, berpusat di hutan mangrove di tepi sungai; semakin jauh
dari tepi sungai akan semakin sulit dijumpai bekantan.
Gambar 2. Bekantan (Nasalis larvatus)
Penyebaran burung kokokan (Bubulcus ibis) di Ubud di desa Petulu, semakin
dekat dengan Petulu semakin sering dijumpai kokokan.
7. Ethologi-hewan –pergerakan-migrasi-deden 7
Gambar 3. Kokokan (Bhs Bali)/Bubulcus ibis
(2) Nomad
Pola pergerakan populasi lainnya adalah nomad, yaitu pergerakan individu
ataupun populasi yang tidak tetap dan sulit untuk dikenali secara pasti. Mereka
bergerak untuk mendapatkan makanan dan tidak harus kembali ke wilayah asalnya.
Beberapa jenis antelope Afrika selalu melakukan pergerakan nomad, dan beberapa
antelope lainnya melakukan migrasi, yaitu pergerakan yang dlakukan dengan arah
dan rute yang tetap mengikuti kondisi lingkungan yang mendukung kehidupannya
pada musim kering, dan kemudian kembali ke wilayah asalnya ketika tiba musim
hujan.
Gambar 4. Antelope (Blackbuck)
Pergerakan banteng tua soliter yang dijumpai di TN. Ujung Kulon merupakan
contoh pergerakan nomad (Alikodra, 1983). Banteng soliter nomad ini bergerak
tanpa arah yang tetap, sampai akhirnya menemui kematiannya, baik disebabkan oleh
8. Ethologi-hewan –pergerakan-migrasi-deden 8
alam (terperosok ke dalam jurang, terbawa arus air, tertimpa pohon, dimakan
pemangsa, dan mati karena sakit) ataupun diburu oleh manusia.
Terjadinya hewan nomad ini juga disebabkan karena perubahan ataupun perusakan
habitatnya, misalnya karena penebangan pohon, kebakaran hutan. MacKinnon (1975)
menjumpai adanya mawas nomad di Kalimantan Timur di daerah eksploitasi hutan.
Di satu pihak pola nomad seperti pada banteng tua sangat bermanfaat bagi
penjarangan individu-individu anggota populasi, dan dilain pihak adanya hewan
nomad dapatmemberikan indikator rusaknya habitat.
(3) Migrasi
Migrasi adalah jenis pergerakan hewan berorientasi yang paling umum dikenal.
Para migran umumnya melakukan perjalanan pulang pergi tahunan antara dua wilayah
(misalnya burung, paus, beberapa kupu-kupu, beberapa ikan pelagis).
Migrasi = Perpindahan hewan secara musiman dalam jarak yang relatif jauh.
Hewan yang bermigrasi menggunakan tiga mekanisme: piloting, orientasi, dan
navigasi.
Piloting = Pergerakan hewan dari satu tempat ke tempat lain.
Perilaku ini digunakan dalam jarak dekat, dan tidak berguna pada malam hari
atau di atas lautan.
Orientasi = Pergerakan hewan sepanjang garis kompas.
Hewan yang menggunakan orientasi dapat mendeteksi arah kompas dan
melakukan perjalanan lurus ke suatu tujuan.
Navigasi = Kemampuan hewan yang dapat melakukan orientasi sepanjang garis
kompas untuk menentukan lokasinya dalam kaitannya dengan tujuannya.
Burung jalak migran yang ditangkap di Belanda dilepasliarkan di Swiss, burung
yang masih muda berorientasi garis lurus ke Spanyol. Burung dewasa menavigasi
rute baru menuju tempat musim dingin mereka di Eropa utara. Banyak burung
menggunakan titik langit untuk orientasi dan navigasi. Hewan-hewan ini
membutuhkan jam internal untuk mengimbangi pergerakan matahari dan bintang.
Bendera nila menghindari kebutuhan akan jam internal dengan memasang pada
bintang utara. Beberapa burung, lebah, bakteri, dan penyu, berorientasi pada medan
9. Ethologi-hewan –pergerakan-migrasi-deden 9
magnet bumi. Mekanismenya kurang diketahui, tetapi magnetit, bijih yang
mengandung besi, telah ditemukan pada hewan yang berorientasi pada medan
magnet.
Secara umum penyebab terjadinya migrasi dapat dikelompokkan menjadi tiga
kategori, yaitu alimental, gametik dan klimatik.
1. Alimental
Alimental adalah kegiatan makhluk hidup untuk mendapatkan makanan atau
bahan-bahan untuk pertumbuhan. Jadi manfaat alimental dari migrasi untuk
beberapa jenis hewan adalah terhadap mekanisme untuk menemukan dukungan
makanan yang cukup sepanjang tahun. Pergerakan berbagai jenis ikan ke wilayah
perkembangbiakannya disebut gametik. Tetapi setelah aktivitas reproduksinya
selesai, pergerakan migrasi mereka ke wilayah yang dapat menyediakan
makanannya termasuk dalam kategori alimental.
Pergerakan alimental juga dilakukan oleh penyu, setelah mereka selesai
meletakkan telurnya di dalam lubang-lubang di pantai yang berpasir (gametik),
mereka kembali bermigrasi ke laut lepas untuk mendapatkan makanan (alimental).
Burung-burung wader (burung berkaki panjang) pada waktu musim dingin di
belahan bumi utara bermigrasi ke wilayah tropis untuk mendapatkan makanan dan
perlindungan dari kondisi iklim yang jelek. Pergerakan musiman beberapa
herbivora besar mempunyai motivasi utama untuk memenuhi keperluannya akan
makanan.
Migrasi yang dilakukan oleh beberapa caribou (Rangifer tarandus) sejenis rusa
di Alaska sampai mencapai ratusan kilometer bertujuan untuk mendapatkan makanan
yang cukup selama musim dingin. Pergerakan wildebeest (Gorgon taurinus), salah
satu jenis kerbau di wilayah Serengeti yang jumlahnya sampai ribuan ekor,
merupakan migrasi tetap menuju wilayah yang subur akan makanan dan air. Pada
saat musim hujan tiba mereka kembali ke wilayah asalnya bersama anak-anaknya.
Dalam perjalanan kembali ini mereka harus melewati sungai-sungai yang besar
dengan air yang melimpah, sehingga banyak diantara anggotanya yang mati
tenggelam ataupun dimakan oleh pemangsa yang bermukim di sungai seperti buaya.
10. Ethologi-hewan –pergerakan-migrasi-deden 10
Pengurangan populasi secara alami ini merupakan proses seleksi alam yang sangat
penting artinya bagi kualitas struktur populasi.
2) Gametik
Ada beberapa jenis organisme yang melakukan pergerakan dengan tujuan bukan
untk mencari makan ataupun air, tetapi untuk mendapatkan wilayah yang cocok bagi
kepentingan perkembangbiakan. Rangsangan pergerakan seperti ini termasuk ke
dalam kategori gametik. Misalnya pergerakan beberapa jenis ikan untuk
mendapatkan lokasi yang cocok untuk bertelur. Pergerakan kembali ikan salmon
(Oncorhynchus spp.) dari daerah penetasan di perairan tawar ke daerah perairan laut
merupakan migrasi alimental, karena system perairan sungai tidak mampu
menyediakan makanan yang cukup. Setelah menetap beberapa tahun di wilayah
lautan, mereka kembali lagi ke wilayah perairan tawar (aliran sungai) untuk
kepentingan perkembangbiakan; pergerakan ini termasuk dalam kategori gametik.
3) Klimatik
Pada umumnya sangat sulit bahkan tidak mungkin untuk memisahkan faktor iklim
dari alimental dan gametik pada kegiatan migrasi hewan. Produksi makanan sangat
tergantung pada keadaan iklim lingkungannya. Jika kondisi iklimnya mendukung
produktivitas habitatnya sehingga persediaan makanan menjadi berlimpah, akan
diikuti dengan kegiatan perkembangbiakan. Pada saat terjadi musim dingin di
wilayah Arktika, kondisi lingkungannya tidak cocok untuk kehidupan berbagai jenis
organisme karena tidak adanya makanan. Keadaan ini menyebabkan berkembangnya
pola migrasi berbagai jenis hewan yang berasal dari wilayah dingin.
Beberapa jenis invertebrata, terutama serangga memecahkan masalahnya pada
musim dingin dengan melakukan keadaan dorman, yaitu pola adaptasi suatu
organisme untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungannya dengan cara diam dan
tidak melakukan segala kegiatan. Keadaan dorman ini juga dilakukan oleh beberapa
jenis amfibi, reptilia dan beberapa jenis mammalia. Bahkan telah diketahui tentang
adanya satu jenis burung yang pada musim dingin melakukan keadaan dorman, yaitu:
11. Ethologi-hewan –pergerakan-migrasi-deden 11
poorwill (Phalaenoptilus nuttalii) sejenis burung cabak.
Gambar 5a. dan 5b
Burung Poorwill (Phalaenoptilus nuttalii)
Pada kebanyakan burung Poorwill, (Phalaenoptilus nuttallii), berkembang biak di
Amerika Serikat bagian barat, serta di wilayah kecil di barat daya Kanada dan
Meksiko utara. Musim dingin terjadi di Amerika Serikat bagian barat daya dan
Meksiko bagian utara. hBurung Poorwoll tersebut tersebar di negara bagian Utah
sebagai spesies berkembang biak selama musim panas. Habitatnya meliputi padang
rumput terbuka gersang dan kawasan semak belukar. Ia memakan serangga yang
terbang di malam hari, terutama ngengat dan kumbang.
Spesies ini bersarang di tanah, bertelur dua telur di celah atau lubang kecil, seringkali
sebagian dinaungi oleh semak atau batu. Kedua orang tua mengerami telurnya, yang
menetas setelah dua puluh hingga dua puluh satu hari. Anak-anaknya, yang dirawat
oleh kedua orang tuanya, pertama kali terbang pada dua puluh hingga dua puluh tiga
hari setelah menetas. Induk burung diketahui memindahkan telur atau anaknya
sebagai respons terhadap gangguan.
Nama burung Poorwill dimaksudkan untuk memberi kesan pada panggilan burung
itu sebagsi burung ini luar biasa dalam toleransinya terhadap panas dan dingin. Ia
dengan mudah memasuki keadaan mati suri sebagai respons terhadap kedinginan
atau kelaparan, dan dianggap hibernasi. Hal ini telah lama diketahui oleh masyarakat
Hopi, dan nama Hopi untuk burung ini, holchoko, berarti "yang sedang tidur".
Persediaan energi juga terdapat pada tubuh beberapa jenis vertebrata berdarah panas,
sehingga mampu bertahan dalam waktu yang pendek untuk mengatasi kekurangan
makanan, seperti dilakukan oleh beberapa jenis binatang pengerat dan beberapa
spesies burung. Beberapa spesies burung wader seperti trinil kaki-merah (Tringa
totanus), trinil kaki-hijau (T. nebularia), trinil semak (T. glareola), dan cerek
(Pluvialis dominica), mampu beradaptasi dan bertahan hidup pada kondisi makanan
12. Ethologi-hewan –pergerakan-migrasi-deden 12
yang sangat jelek dan minim selama 15 hari. Mungkin karena memiliki sifat
ketahanan yang sangat tinggi terhadap lingkungan yang jelek, menyebabkan
beberapa spesies wader yang melakukan migrasi mampu terbang menempuh jarak
puluhan ribu kilometer. Berbagai jenis organisme yang dapat bertahan dalam
keadaan dingin dengan jumlah makanan yang terbatas. Ada jenis ikan yang masih
dapat hidup dan beradaptasi pada wilayah perairan yang tertutup gumpalan es.
Pergerakan migrasi harus dibedakan dari pergerakan invasi dan pemencaran
maupun nomad, karena migrasi merupakan pergerakan periodic hewan menuju ke
suatu wilayah dan sebaliknya. Seperti halnya dengan angka kelahiran dan kematian,
maka migrasi sangat berpengaruh terhadap kepadatan populasi. Pergerakan migrasi
keluar disebut emigrasi dan sebaliknya pergerakan kembali memasuki wilayah
asalnya disebut imigrasi. Migrasi juga dapat dibedakan ke dalam 1) migrasi
musiman, 2) migrasi harian dan 3) migrasi perubahan bentuk.
1) Migrasi musiman
Migrasi musiman adalah kegiatan migrasi yang disebabkan oleh perubahan iklim.
Migrasi ini dapat dilakukan menurut garis lintang, ketinggian tempat maupun secara
local.
Migrasi menurut garis lintang dapat terjadi dari mulai hanya beberapa kilometer
sampai mencapai puluhan ribu kilometer. Tipe migrasi ini dilakukan oleh burung,
ikan ataupun mamalia darat. Pada sekelompok burung yang melakukan migrasi,
biasa dijumpai jenis pendatang tetap (permanent residents), jenis yang menetap
selama musim panas (summer residents), biasanya pada musim berkembang biak,
dan jenis yang berkunjung selama musim dingin (winter visitors) atau bukan musim
perkembangbiakan. Ada pula jenis yang datang hanya sebentar dalam periode musim
migrasi dan tidak melakukan perkembangbiakan (transient), ataupun jenis yang
langka dan tidak teratur dijumpainya (accidentals).
Burung-burung di wilayah dingin di bagian Benua Antartika populasinya
meningkat, bukan saja karena adanya jenis yang datang secara tetap, tetapi juga
karena individu-individu berkembang di wilayah utara pada musim berkembang biak
dan kembali ke wilayah selatan dalam jumlah yang lebih besar dari semula. Migrasi
dari jenis burung trinil pantai (Tringa hypoleucos) yang berasal dari wilayah Asia
13. Ethologi-hewan –pergerakan-migrasi-deden 13
utara yang sedang mengalami musim dingin, bergerak menuju ke Australia yang
sedang mengalami musim panas.
Gambar 6. Tringa hypoleucos (Trinil pantai)
Dalam perjalanannya, mereka mencari makan di wilayah pantai, sawah-sawah
dan rawa-rawa dekat pantai. Makanannya terdiri dari moluska, cacing dan serangga
air. Burung-burung trinil ini akan kembali ke wilayah utara untuk berkembang biak
di musim panas.
Burung air juga lebih umum terdapat di Sulawesi daripada di bagian barat
Indonesia, mungkin karena Sulawesi terletak lebih dekat dengan jalur migrasi
mereka. Pada umumnya burung-burung besar seperti bangau, belekok dan kuntul
terlihat di sepanjang pantai, tetapi undan Australia (Pelecanus conspicillatus)
biasanya lebih dijumpai didekat danau-danau.
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya migrasi pada burung, dan faktor
tersebut sangat bervariasi tergantung pada jenis burungnya. Jenis burung di perairan
Benua Amerika harus segera meninggalkan wilayah dibagian utara sebelum
makanan mereka berkurang ataupun hilang karena pembekuan danau dan sungai-
sungai. Jens burung pemakan serangga yang tidak mampu untuk mengubah jenis
makanan serangga ke jenis makanan yang lainnya, harus bermigrasi sebelum
serangga tersebut mengalami hibernasi atau bermigrasi. Adanya kenaikan temperatur
juga dapat menyebabkan beberapa jenis burung melakukan migrasi. Terjadinya
migrasi burung kea rah utara dalam musim semi di Benua Amerika bertujuan untuk
menghindakan temperatur yang tinggi pada waktu musim panas di wilayah selatan.
Mekanisme migrasi telah banyak diteliti, baik melalui pola-pola bintang maupun
medan magnit bumi yang memungkinkan burung-burung untuk terbang kearah yang
tepat. Pengetahuan burung tentang migrasi sebagian dibawa sejak lahir (genetic),
akan tetapi burung-burung muda sering membuat kesalahan arah dan jarak. Migrasi
sangat berbahaya bagi burung-burung muda karena belum memiliki pengalaman
14. Ethologi-hewan –pergerakan-migrasi-deden 14
mengenai arah tujuan, padahal burung-burung tersebut harus menemukan lokasi
yang cocok untuk mendapatkan makanan yang jumlahnya cukup guna menimbun
lemak, agar tahan dalam perjalanan pulang kembali pada waktu yang tepat.
Pergerakan secara besar-besaran juga dapat terjadi untuk jenis yang jumlah
anggotanya banyak, pada saat keadaan lingkungannya mengalami perubahan
menjadi kritis, misalnya menyebabkan kekurangan persediaan makanan. Pada
kondisi seperti ini mereka akan bergerak menuju wilayah yang cocok untuk
memenuhi keperluan hidupnya. Pergerakan ini bila dilakukan secara teratur disebut
migrasi, dan bila dilakukan dengan cara yang tidak teratur disebut nomad.
Pergerakan hewan secara teratur di TN. Serengeti dimanfaatkan sebagai atraksi alam
yang banyak diminati wisatawan karena membentuk pemandangan ataupun
fenomena alam yang khas dan unik. Setiap bulan Mei – Juni rombongan wildebeest
dan zebra bergerak dari dataran rumput yangtidak ada kayu-kayunya di sebelah timur
menuju ke tempat yang berair di koridor barat di tepi danau Victoria. Pawai Bos
javanicus hewan ini panjangnya mencapai 7-10 km. Keunikan proses ini adalah
karena terjadinya seleksi alam, hewan yang telah tua dan sakit tertinggal di belakang
barisan dan biasanya akan dimangsa oleh pemangsa.
Migrasi menurut ketinggian tempat merupakan pergerakan hewan yang meliputi
beberapa kilometer naik-turun gunung. Biasanya terjadi dalam hubungannya
dengan kondisi salju, temperatur ataupun makanan. Migrasi semacam ini juga dapat
dijumpai di kawasan TN. Bali Barat ataupun TN. Baluran. Pada waktu musim
kemarau, jumlah makanan rusa (Cervus timorensis) di hutan musim sangat terbatas.
Kekurangan makanan ini menyebaban terjadinya vegetasi selalu hijau sepanjang
tahun. Di TN. Baluran dalam musim kemarau juga terjadi pergeseran wilayah
pergerakan banteng dibandingkan dengan musim penghujan, terutama untuk
menyesuaikan dengan keadaan makanan dan air yaitu dari wilayah yang rendah ke
daerah yang lebih tinggi. Menurut MacKinnon terdapat migrasi musiman pada
mawas (orangutan) dari wilayah berbukit-bukit ke wilayah dataran rendah.
Migrasi secara local terjadi pada lokasi yang tidak begitu luas, dan erat
hubungannya dengan kondisi sumber air, makanan, serta pelindung. Migrasi secara
local ini juga dilakukan oleh burung, ikan dan mamalia darat. Pada waktu musim
15. Ethologi-hewan –pergerakan-migrasi-deden 15
kemarau populasi banteng di TN. Bali Barat bergerak dari wilayah Batugondang
menuju sumber air di wilayah Tegal Bunder Timur (Alikodra, 1983). Pola migrasi
hewan ini hanya dapat diketahui dengan cara melakukan penelitian lapangan dalam
waktu yang cukup lama.
Van Noordwijk dalam penelitiannya selama 3 tahun terhadap social-ekologi kera
ekor panjang (Macaca fascicularis) di Ketambe TN. Gunung Leuser, menemukan
adanya 52 ekor kera jantan migrant. Pola migrasi tersebut dilakukan melalui:
Imigrasi kera jantan muda, yang lebih sering terjadi bila dibandingkan denga kera
jantan tua. Imigrasi ini lebih sering terjadi ke dalam grup lain yang jauh letaknya.
Imigrasi kera jantan muda, yang dlakukannya bersama-sama dengan grup yang
berpasang-pasangan. Imigrasi ini lebih sering terjadi pada kera jantan muda daripada
kera jantan tua.
Dua tipe kera migrant tersebut masing-masing disebut imigrasi unobtrusive
dan bluff. Imigran unobtrusive yang masuk ke dalam grup baru mempunyai hirarkhi
kekuaaan yang rendah dari semua golongan umur. Sedang imigran bluff mencoba
untuk mengambil alih kekuasaan tertinggi di antara semua kera golongan dewasa
dalam grup yang dimasukinya. Pengambilan alih kekuasaan juga terjadi di antara
kera-kera jantan muda setempat, terutama untuk meningkatkan kedewasaan mereka.
Perilaku kera-kera jantan muda setempat ini hampir sama dengan imigran bluff, akan
tetapi mereka lebih berhasil daripada imigran bluff.
2) Migrasi harian
Migrasi harian disebut juga pergerakan harian, karena berbagai jenis hewan dalam
jangka waktu 24 jam melakukan pergerakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Hampir semua makhluk hidup melakukan kegiatan harian, mereka mempunyai
tempat-tempat yang jelas untk tempat tidur, berlindung, mencari makanan dan air,
dan tempat berkembang biak. Jenis burung air yang paling menonjol dalam
melakukan pergerakan harian di P. Rambut adalah pecuk padi (Phalacrocorax
pygmaeus), yang tidur dan bersarang di hutan P. rambut dan pada waktu pagi
maupun siang hari mencari makanan di perairan rawa, sungai, ataupun tambak di P.
Jawa. Pergerakan harian ini berlangsung dalam watu 24 jam dengan ritme teratur
yang disebut ritme harian.
16. Ethologi-hewan –pergerakan-migrasi-deden 16
Gambar 7 . Pecuk padi (Phalacrocorax pygmaeus)
Setiap jenis mempunyai pergerakan harian dengan pola dan jangkauan wilayah
yang berbeda-beda. Sehingga luas wilayah untuk pergerakan harian juga berbeda-
beda, tergantung pada jenis hewan dan keadaan lingkungannya. Ada beberapa
jenis yang tinggal dan berkembang biak disuatu pulau dan mencari makanan di pulau
yang lain yang terdekat, seperti yang dilakukan oleh burung-burung air yang hidup di
P. Rambut. Sebaliknya kalong (Pteropus vampirus) yang hidup di P.Rambut , setelah
matahari terbenam terbang menuju ke P. Jawa untuk mencari buah-buahan, dan
kembali ke P.Rambut menjelang matahari terbit. Kegiatan ini dilakukan secara rutin
setiap hari, terbang bersamaan dalam jumlah banyak, sehingga merupakan obyek
yang sangat menarik, baik untuk penelitian maupun wisata. Namun dipihak lain,
kalong dan burung pemakan ikan itu, oleh masyarakat pemilik kebun buah-buahan
dan pemilik tambak dianggap sebagai hama.
Pola pergerakan harian juga dapat dipelajari pada larva-larva Charborus
(serangga air); mereka meletakkan diri di dasar perairan selama siang hari dan
kembali menuju ke permukaan air pada malam hari. Kelompok ikan salmon
melakukan pergerakan harian yang dapat disebut sebagai migrasi vertical. Selama
siang hari mereka tinggal di perairan dalam yang temperaturnya lebih dingin (5-10ºC)
daripada temperatur di permukaan air. Pada waktu senja, mereka bergerak menuju ke
permukaan air untuk mendapatkan makanannya dengan cara tinggal di permukaan
air selama malam hari sambil mencari temperatur yang cocok (15ºC). Jenis ikan
salmon termasuk golongan ektotermal, yaitu organisme yang laju pertumbuhannya
sangat tergantung pada keadaan temperatur. Ikan salmon memerlukan temperatur
maksimum bagi kehidupannya, yaitu pada 15ºC. Kelompok ikan salmon ini
menghendaki laju pertumbuhan yang tinggi, untuk mendapatkan hasil reproduki
yang maksimum dan meningkatkan daya hidupnya.
17. Ethologi-hewan –pergerakan-migrasi-deden 17
3) Migrasi perubahan bentuk
Untuk serangga yang mempunyai beberapa tingkat kehidupan (telur-larva-
stadium dewasa), terjadinya perpindahan lokasi relung adalah untuk menyesuaikan
dengan keadaan bentuk tingkat kehidupannya. Perpindahan organisme semacam ini
dapat dianggap sebagai kegiatan migrasi. Misalnya ada beberapa jenis serangga yang
larvanya hidup di air, setelah dewasa akan terbang sebentar ke udara dan meletakkan
kembali telurnya di air. Migrasi perubahn bentuk juga dapat dilihat pada siklus hidup
Fasciola dan Paramphistomum.
Proses migrasi hewan sangat rumit, dan terjadi karena adanya interaksi antara
ritme fisiologis (internal stimulant) dari organisme yang bersangkutan dengan
kondisi lingkungan yang kritis (external stimulant). Untuk kepentingan pelestarian
populasi diperlukan antara lain informasi tentang migrasi, termasuk pergerakan
hariannya, sebagai data dasar untuk kepentingan penyusunan program pengelolaan.
DAFTAR PUSTAKA
Alikodra,H.S. 1990. Pengelolaan Satwaliar. Jilid I. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Bligh, J., J.L. Cloudsley-thompson., A.G. Macdonald. 1976. Environmental
Physiology of Animal. Blackwell Scientific Publications. Oxford. London
Campbell,N.A., J.B. Reece, L.G. Mitchell. 2003. Biologi. Edisi V. Jilid III.
Penterjemah: W.Manalu. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Choate, E. A. 1985. The dictionary of American bird names. Harvard Common, Boston.
xiv + 226 pp.
Csada, R. D., and R. M. Brigham. 1992. Common poorwill. Birds of North America 32:
1–13.
Dewsbury, D. A. 1978. Comparative Animal Behavior. McGraw-Hill Book
Company. New York.
McFarland, D. 1985. Animal Behaviour. Longman Scientific & Technical.
Essex England.
Marler, P., W.J. Hamilton III. 1965. Mechanism of Animal Behavior.
John Wiley & Sons. New York.
Matthews, R.W. and J.R. Matthews. 1978. Insect Behavior. John Wiley & Sons.
New York.
Maurice and R. Burton. 1977. Inside the Animal World. An encyclopedia of
animal behaviour. Macmillan London Limited. London.
Simmons, K. 2005. Evolution, Ecology and Biodiversity.