Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Pengetahuan Prosedural Matematika
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bangsa yang maju adalah bangsa yang peduli dengan kualitas pendidikan
masyarakatnya. Sehingga memungkinkan munculnya ide-ide baru untuk
membangun bangsa dimasa depan yang lebih baik. Gaya hidup masyarakat
menjadi lebih berkualitas, baik dari segi ilmu pengetahuan maupun kesejahteraan
hidup. Menurut Lauder dkk dalam Ampadu (2011). Kekuatan suatu bangsa
dibangun di atas sumberdaya manusia yang dikembangkan oleh lembaga
pendidikan yang melatih otak, memberikan ketrampilan dan membuka peluang
untuk pertumbuhan ekonomi nasional, keadilan sosial dan pengentasan
kemiskinan.
Dalam semua sistem pendidikan, peserta didik diperkenalkan ke berbagai
mata pelajaran di semua disiplin ilmu dan program-program untuk dua tujuan
utama yaitu tujuan akademis dan tujuan profesional. Namun matematika
memegang posisi kunci dalam kurikulum sekolah dan hampir di semua negara
matematika adalah komponen inti. Hal ini juga dilihat sebagai subjek penting,
baik dalam dirinya sendiri, dan juga koneksi penting dalam berbagai bidang
seperti ilmu alam, tehnik, kedokteran, dan ilmu-ilmu sosial (Keith dalam Ampadu
2011).
2. 2
Dalam kurikulum nasional Indonesia, matematika menjadi salah satu mata
pelajaran yang wajib bagi peserta didik mulai satuan pendidikan sekolah sampai
perguruan tinggi. Matematika sendiri secara garis besar dibagi menjadi 4 cabang
yaitu; aritmatika, aljabar, geometri, dan analisis (Bell, 1978:27).
Disini peneliti akan fokus pada materi aritmatika sosial pada kelas VII
SMP karena di sekolah di mana peneliti sekaligus guru matematika, menemukan
banyak peserta didik yang kesulitan pada materi aritmatika sosial. Hal tersebut
telah berlangsung beberapa tahun terakhir dengan dibuktikan nilai ulangan harian,
nilai ujian akhir semester, dan nilai ujian sekolah pada materi aritmatika. Hanya
beberapa peserta didik saja yang mendapat nilai diatas KKM yang telah
ditetapkan.
Dalam observasi awal yang peniliti lakukan diperoleh nilai ulangan harian
pada materi aritmatika dari 32 peserta didik diperoleh hasil sebagai berikut: 11
peserta didik berada diatas KKM dan 21 peserta didik berada dibawah KKM. Dari
hasil ulangan tersebut dapat kita simpulkan bahwa hanya 34 % peserta didik yang
mampu menguasai materi aritmatika dengan benar, baik dari segi pemahaman
konsep dan pengetahuan prosedural. Ini menunjukkan bahwa nilai ulangan peserta
didik khususnya pada pokok bahasan aritmatika sosial masih belum mencapai
ketuntasan. Berdasarkan persentase tingkat pencapaian hasil belajar peserta didik
dengan mengacu pada teori belajar tuntas (mastery learning), Mukminan
(2003:14) menyatakan bahwa peserta didik harus menguasai sekurang-kurangnya
65 % dari kompetensi dasar yang ditetapkan.
Dalam sekala nasional sistem pendidikan di Indonesia juga belum
menunjukkan kemajuan, terutama pada materi matematika. Hal ini dibuktikan
3. 3
dengan hasil tes PISA dari tahun 2000 Indonesia berada pada nomor 39 dari 41
Negara, tahun 2003 Indonesia berada pada urutan ke-39 dari 40 Negara peserta,
tahun 2006 Indonesia berada pada urutan ke-48 dari 56 Negara peserta, dan yang
terbaru tes PISA tahun 2012 Indonesia masih belum mampu menunjukkan
kualitas sistem pendidikannya yaitu menempati urutan ke-64 dari 65 Negara
peserta. Dari hasil tes PISA tersebut membuktikan bahwa kemampuan peserta
didik di Indonesia dalam penguasaan konsep masih dibawah rata-rata
Internasional.
Pembelajaran matematika di SMP Al Kautsar Srono, guru biasanya
menyajikan materi terlebih dahulu kepada peserta didik, kemudian memberikan
contoh soal, dan selanjutnya memberikan soal-soal latihan kepada peserta didik.
Peserta didik biasanya memperhatikan penjelasan guru kemudian mencatat apa
yang ditulis guru di papan tulis. Dalam situasi pembelajaran seperti ini, peserta
didik cenderung pasif, menunggu guru menyampaikan materi, dan kegiatan tanya
jawab terjadi hanya jika guru melontarkan pertanyaan. Ditambah lagi dengan
tuntutan untuk lulus UN (Ujian Nasional) sehingga peserta didik lebih tertarik jika
materi tersebut langsung berkaitan dengan soal-soal UN seperti tips dan trik, cara-
cara cepat, dan lain sebagainya.
Tinggi rendahnya kemampuan dan hasil belajar matematika peserta didik
dalam suatu proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor. Diantaranya,
karena banyaknya peserta didik yang menganggap matematika sulit dipelajari.
Seperti yang diungkapkan Candia Morgan, Anne Watson dan Clare Tikly
(2004:49) yaitu: “Some common ideas about the nature of mathematics and
learning mathematics include: mathematics is the same now as it has always
4. 4
been; mathematics is dry and abstract”. Dalam berbagai kesempatan juga sering
ditemukan peserta didik di SMP Al Kautsar Srono yang kesulitan dalam
mengerjakan soal sederhana. Seperti menterjemahkan soal cerita kedalam kalimat
matematika, menghitung diskon, persentase untung dan rugi, dan bunga tunggal.
Padahal ketika diberi contoh soal peserta didik mampu menyelesaikan dengan
baik. Kemungkinan terbesarnya adalah peserta didik tidak mampu memahami
konsep dengan hanya memperhatikan contoh-contoh soal yang diberikan.
Dampaknya adalah kurangnya pemahaman konsep matematika peserta didik dan
tidak memahami proseduralnya. Seharusnya peserta didik tidak sekedar
menghafal cara mengerjakan soal-saol tetapi aktif terlibat secara fisik dan mental
untuk menemukan pemahaman konsep tersebut. Menurut Hudojo dalam pa’is
(2010:3) mengatakan agar proses belajar matematika terjadi, bahasan matematika
seyogyanya tidak disajikan dalam bentuk yang sudah tersusun secara final,
melainkan peserta didik dapat terlibat secara aktif di dalam menemukan konsep-
konsep, struktur-struktur sampai kepada definisi atau teorema.
Pengetahuan konseptual bisa dikatakan sebagai suatu pengetahuan yang
mempunyai keterkaitan atau hubungan antara fakta satu dengan fakta yang lain.
Sebagaimana definisi Hiebert dan Lefevre dalam Nik NoralHuda (2010)
“knowledge that is rich in relationships. It can be thought of as a
connected web of knowledge, a network in which the linking
realtionships are as prominent as the discrete pieces of information.
Relationships pervade the individual facts and propositions so that all
pieces of information are linked to some network.” (Hiebert dan
Lefevre, 1986, ms. 3-4)
Hal ini menunjukkan pentingnya peserta didik memahami pengetahuan
konseptual. Pengetahuan konseptual merupakan dasar yang penting untuk
5. 5
mengembangkan ide-ide matematik untuk memahami prosedural yang
dilakukan.
Hiebert dan Lefevre dalam Nik NoralHuda (2010) juga
mendefinisikan pengetahuan prosedural sebagai:
“One kind of procedural knowledge is a familiarity with the individual
symbols of the system and with the syntactic convention for acceptable
configurations of symbols. The second kind of procedural knowledge
consists of rules or procedures for solving mathematical problems.
Many of the procedures that studens possess probably are chains of
prescriptions for manipulating symbols.” (Hiebert dan Lefevre, 1986,
ms. 7-8)
Dapat kita ketahui bahwa pengetahuan prosedural merupakan suatu
pengetahuan yang banyak menggunakan simbol-simbol, dan juga
merupakan suatu pengetahuan yang melibatkan aturan-aturan dan langkah-
langkah penyelesaian masalah matematika.
Selain kesulitan belajar yang dihadapi oleh peserta didik itu sendiri,
rendahnya kemampuan pemahaman konseptual dan pengetahuan prosedural
matematika, juga disebabkan oleh metode pembelajaran yang masih berpusat
pada guru. Seperti model pembelajaran yang digunakan kurang bervariasi dan
cenderung monoton yang menyebabkan peserta didik pasif dan tidak termotivasi.
Sehingga peserta didik merasa jenuh dan bosan yang menyebabkan pencapaian
kemampuan dan hasil belajar tidak optimal. Oleh karena itu, guru dituntut untuk
menciptakan dan menerapkan suatu strategi dalam pembelajaran matematika.
Pembelajaran matematika dengan metode penemuan merupakan satu
komponen penting dalam pandangan konstruktivis yang telah memiliki sejarah
panjang dalam inovasi pendidikan (Jafaruddin, 2005:13). Peserta didik secara
6. 6
aktif baik fisik (bekerja) maupun mental (berpikir) dalam membentuk
pengetahuannya sendiri. Menurut Hudojo dalam Pa’is (2010:2) Belajar menurut
pandangan konstruktivis adalah proses membangun atau mengkonstruk
pengetahuan, bukan sekedar memindahkan pengetahuan yang terkesan pasif dan
statis, namun belajar itu harus aktif dan dinamis.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode
penemuan untuk mempelajari materi aritmatika sosial sangat diperlukan. Dengan
metode penemuan, peserta didik tidak sekedar menghafal konsep tetapi akan aktif
terlibat secara fisik dan mental untuk menemukan pola atau aturan yang
menghasilkan konsep tersebut. Metode penemuan akan memberi kebebasan
kepada peserta didik untuk mengembangkan cara berpikirnya dan dapat membuat
peserta didik mengetahui kemampuannya sendiri.
Metode penemuan yang dipandu oleh guru pertama dikenalkan oleh Plato
dalam suatu dialog antara Socrates dan seorang anak, maka sering disebut juga
dengan metoda Socratic (Cooney, Davis dalam Markaban, 2006:10). Metode ini
melibatkan suatu dialog/interaksi antara peserta didik dan guru di mana peserta
didik mencari kesimpulan yang diinginkan melalui lembar kerja yang diatur oleh
guru. Salah satu buku yang pertama menggunakan teknik penemuan terbimbing
adalah tentang aritmetika oleh Warren Colburn yang pelajaran pertamanya
berjudul: Intellectual Arithmetic upon the Inductive Method of Instruction,
diterbitkan pada tahun 1821, yang isinya menekankan penggunaan suatu urutan
pertanyaan dalam mengembangkan konsep dan prinsip matematika. Ini menirukan
metode Socratic di mana Socrates dengan pertolongan pertanyaan yang ia
7. 7
tanyakan dimungkinkan peserta didik untuk menjawab pertanyaan tersebut
(Markaban, 2006:10)
Metode belajar penemuan yang dipilih dalam penelitian ini adalah
penemuan terbimbing. Pemilihan ini berdasarkan pada beberapa pertimbangan,
yaitu: (1) penemuan murni kurang cocok jika diterapkan disekolah dengan
kurikulum yang telah diatur pemerintah, dan (2) peserta didik memerlukan
bimbingan guru untuk menemukan sesuatu yang kita inginkan. Selain itu, pada
umumnya peserta didik SMP Al Kautsar Srono bersifat heterogen dari segi
kemampuan, yaitu rendah, sedang, dan tinggi.
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa penerapan metode
penemuan terbimbing memberikan dampak yang positif tentang pembelajaran
matematika. Jafaruddin (2005), mengatakan pembelajaran melalui penemuan
terbimbing dapat membangun pemahaman peserta didik pada materi fungsi
invers, di samping itu juga dapat melatih peserta didik untuk belajar secara aktif,
mandiri, berpikir kritis dan kreatif, meningkatkan rasa percaya diri yaitu peserta
didik lebih berani mengemukakan pendapat atau menjawab pertanyaan guru,
kemudian dikatakan respon peserta didik terhadap model pembelajaran penemuan
terbimbing pada materi invers sangat positif. Selanjutnya Pa’is (2010),
mengatakan bahwa pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing
berkelompok dapat meningkatkan penguasaan konsep volume bangun ruang.
Berdasarkan uraian tentang metode penemuan terbimbing dan temuan-
temuan yang dihasilkan dalam pembelajaran melalui metode penemuan
terbimbing, maka penulis tertarik untuk mengembangkan pembelajaran aritmatika
sosial dengan judul penelitian: Peningkatan Pemahaman Konseptual Dan
8. 8
Pengetahuan Prosedural Pada Materi Aritmatika Sosial Dengan Metode
Penemuan Terbimbing Di Kelas VII SMP Al Kautsar Srono.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana langkah-langkah pembelajaran dengan metode penemuan
terbimbing berkelompok yang dapat meningkatkan pemahaman konseptual
pada materi aritmatika sosial pada peserta didik kelas VII SMP Al Kautsar
Srono tahun pelajaran 2013/2014?
2. Bagaimana langkah-langkah pembelajaran dengan metode penemuan
terbimbing berkelompok yang dapat meningkatkan pengetahuan prosedural
pada materi aritmatika sosial pada peserta didik kelas VII SMP Al Kautsar
Srono tahun pelajaran 2013/2014?
3. Bagaimana peningkatan hasil belajar peserta didik VII SMP Al Kautsar
Srono tahun pelajaran 2013/2014 pada pemahaman pengetahuan konseptual
dan pengetahuan prosedural tentang aritmatika sosial dengan metode
penemuan terbimbing berkelompok?
C. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari penafsiran yang keliru terhadap istilah yang digunakan
dalam penelitian ini, maka diberikan batasan penelitian sebagai berikut:
1. Penelitian ini mendeskripsikan langkah-langkah pembelajaran dengan metode
penemuan terbimbing untuk meningkatkan pemahaman konseptual dan
pengetahuan prosedural pada materi aritmatika sosial.
9. 9
2. Penelitian ini mendeskripsikan peningkatan pemahaman konseptual dan
pengetahuan prosedural dengan metode penemuan terbimbing pada materi
aritmatika sosial.
3. Penelitian ini dilakukan pada peserta didik kelas VIIA semester II di SMP Al
Kautsar Kecamatan Srono Kabupaten Banyuwangi tahun pelajaran 2013-
2014.
D. Definisi Istilah
Untuk menghindari penafsiran yang keliru terhadap istilah yang digunakan
dalam penelitian ini, maka diberikan definisi istilah sebagai berikut.
1. Pemahaman konseptual yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
pemahaman peserta didik terhadap konsep sekaligus kemampuan peserta didik
untuk mengaplikasikan dalam situasi yang baru dan berbeda.
2. Pemahaman pengetahuan prosedural yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah pemahaman peserta didik terhadap prosedur matematika sekaligus
kemampuan peserta didik menyelesaikan masalah secara matematis.
3. Metode penemuan terbimbing berkelompok merupakan suatu metode dalam
kegiatan belajar mengajar yang melibatkan suatu dialog/interaksi antara
peserta didik dan guru di mana peserta didik mencari kesimpulan yang
diinginkan melalui lembar kerja yang diatur oleh guru. (Markaban, 2006:10).
4. Aritmatika sosial yang dibahas dalam penelitian ini adalah materi penjualan,
pembelian, untung dan rugi, diskon, bruto, tara, netto, dan bunga tunggal