3. Fertilisasi
Pengertian Fertilisasi
Proses peleburan (fusi) gamet-gamet haploid,
yaitu sel sperma dan sel ovum yang sudah matang untuk
membentuk zigot haploid. Tempat terjadinya
fertilisasi umumnya di 1/3 Tuba fallopi (Oviduct), bisa
juga di luar Oviduct (Fertilisasi In vitro).
4. Begitu lepas dari Ovarium, Oosit akan melengkapi Meiosis
1 dan memulai Meiosis 2 (berhenti di Metafase II) sambil
bergerak menuju Oviduct dengan bantuan epitel bersilia.
Setelah sperma diejakulasi, sperma bergerak dari serviks
(leher rahim), uterus, hingga tiba di oviduct/tuba fallopi.
Dibutuhkan waktu 14-72 jam bagi sperma untuk membuahi
Oosit.
Terjadi penggabungan inti sperma yang mengandung 23
kromosom (haploid) dengan inti ovum yang mengandung 23
kromosom (haploid) sehingga menghasilkan zigot.
Kapasitasi Spermatozoa di Oviduct adalah masa
penyesuaian dalam saluran reproduksi wanita di mana
terjadi pelepasan selubung glikoprotein dan protein-
protein plasma semen yang membungkus akrosom yang
berlangsung kira-kira 7 jam pada manusia, selain
itu Spermatozoa diberi nutrisi dan ATP oleh jaringan
Oviduct.
Proses Fertilisasi
5. Pada sperma terjadi Reaksi Akrosom, yaitu pelepasan enzim-
enzim yang dapat menembus dinding Oosit, diantaranya:
Hialuronidase, enzim yang dapat melarutkan
senyawa hilarunoid yang terdapat pada lapisan
korona radiata.
Akrosin, protease yang dapat menghancurkan
glikoprotein pada zona pelusida.
Antifertilizin, antigen terhadap oosit sekunder
sehingga sperma dapat melekat pada oosit
sekunder.
6. Selain sperma, oosit sekunder juga mengeluarkan
senyawa tertentu. Senyawa tersebut adalah
fertilizin, yang tersusun atas glikoprotein yang
berfungsi:
Mengaktifkan sperma agar bergerak lebih
cepat.
Menarik sperma secara kemostaksis positif.
Mengumpulkan sperma di sekeliling oosit
sekunder.
7. Fusi membran Oosit dan membran Sperma
sehingga terjadi Reaksi Granula Korteks Oosit
untuk mencegah lebih dari 1 sperma yang masuk
(anti polispermia) dengan cara
Perubahan tegangan listrik membran Oosit dari
20 μV menjadi 60 μV.
Terbentuk membran fertilisasi.
13. Proses Perkembangan Embrio
Fase Morula
Pada fase ini zigot mengalami pembelahan.
Pembelahan sel dimulai dari satu menjadi dua, dua
menjadi empat, dan seterusnya.
14. Fase Blastula
Pada fase blastula terjadi pembagian sitoplasma ke
dalam dua kutub yang dibentuk pada fase morula.
Konsentrasi sitoplasma pada kedua kutub tersebut
berbeda.
Pada kutub fungsional terdapat sitoplasma yang lebih
sedikit dibandingkan dengan kutub vegetatif.
Konsentrasi sitoplasma yang berbeda menentukan arah
pertumbuhan dan perkembangan embrio selanjutnya.
15. Fase Gastrula
Pada fase gastrula, embrio mengalami proses
diferensiasi dengan mulai menghilangkan blastosol.
Sel-sel pada kutub fungsional akan membelah dengan
cepat. Akibatnya, sel-sel pada kutub vegetatif
membentuk lekukan ke arah dalam (invaginasi).
Invaginasi akan membentuk dua formasi, yaitu lapisan
luar (ektoderm) dan lapisan dalam (endoderm).