Dokumen tersebut membahas rekomendasi vaksinasi pada pasien dengan kondisi imunokompromais seperti kanker, transplantasi organ, HIV, terapi kortikosteroid, asplenia, dan penyakit autoimun. Vaksinasi harus disesuaikan dengan status kekebalan pasien dan jenis vaksin agar tetap efektif namun aman.
2. Pendahuluan
• Gangguan sistem imun dikenal dengan
imunukompromais.
• Pada orang dewasa, imunokompromais sering
didapatkan pada keadaan imunodefisiensi sekunder.
• Kondisi Imunokompromais : malnutrisi, HIV, usia lanjut,
penyakit metabollik, trauma, pembedahan, infeksi berat
dan radiasi.
3. ImunisasiKlasifikasi
Vaksin
Bakteri Virus
Vaksin hidup BCG
Campak OPV
Parotitis Yellow
fever
Rubella
Varisela
Vaksin mati
Meningokokus
Pneumokokus
Hib
Typhim Vi
Difteri
Pertusis
Kolera
Pertusis
Influenza
HPV
Rabies
Hepatitis A
Hepatitis B
4. ImunisasiVaksin hidup dilemahkan
• Memerlukan replikasi organisme (terutama
virus) pada penerima vaksin untuk
meningkatkan rangsangan antigen
• Proses pelemahan melalui pembiakan sel,
pertumbuhan jaringan embrionik pada suhu
rendah atau pengurangan gen patogen secara
selektif
• Biasanya memberikan imunitas jangka panjang
5. ImunisasiVaksin dimatikan
• Mengandung organisme yang tidak aktif
• Melalui proses pemanasan atau penambahan
bahan kimiawi ( aseton, formalin, timerosal atau
fenol )
• Memerlukan beberapa dosis dan bahan ajuvan
untuk meningkatkan resmon imunologik
6. 1. Pasien Kanker
• Resiko penyakit yang dapat dicegah vaksin pada pasien
kanker sangat bervariasi pada paparan, riwayat vaksinasi
dan tingkat imunosupresi.
• Bila memungkinkan, vaksin yang direkomendasikan harus
diberikan sebelum perawatan.
• Pemberian kembali vaksin yang diberikan sebelum
kemoterapi umumnya tidak diperlukan kecuali kemoterapi
yang diikuti dengan haematopoietic stem transplantasi
(HSCT).
7. Rekomendasi...
• 1. Vaksinasi pneumokokus direkomendasikan untuk
semua pasien kanker. Idealnya, vaksinasi sebelum
kemoterapi.
- Bagi pasien yang belum pernah menerima
PCV atau PPV23, berikan dosis tunggal dari
PCV diikuti PPV23 setelah selang waktu
minimum 8 minggu.
- Bagi pasien yang telah menerima 1 atau
lebih dosis PPV23, berikan satu dosis PCV
minimal 1 tahun setelah PPV23 diterima.
- Anak-anak yang telah menerima PCV7 juga
harus menerima PCV13 dan PPV23
- Dosis penguat PPV23 harus diberikan paling
sedikit 5 tahun setelah Dosis sebelumnya jika
masih mengalami penekanan kekebalan atau
saat berusia 65 tahun.
8. • 2.Hib tidak direkomendasikan secara rutin untuk pasien
kanker kecuali jika menjalani HSCT (Haematopoietic
Stem Cell Transplant)
• 3. Vaksin influenza direkomendasikan untuk semua
pasien kanker. Berikan setelah selang waktu minimum 3
sampai 4 minggu kemoterapi dan bila jumlah limfosit>
1000 x109 / L.
• 4. BCG, tidak dianjurkan untuk pasien kanker.
9. • 5. Penderita leukemia, limfoma atau keganasan lainnya yang sedang
dalam remisi, yang sedang menjalani kemoterapi minimal 3 - 6 bulan
dan yang dianggap berisiko tinggi bisa menerima vaksin varicella.
• 6. Secara umum, penderita kanker sebaiknya tidak menerima MMR.
Namun, MMR bisa diberikan kepada pasien leukemia atau limfoma
dalam remisi dan telah menjalani kemoterapi selama 6 bulan. Dimana
ada resiko tinggi infeksi interval minimum pasca kemoterapi untuk
pemberian MMR adalah 3 bulan
• 7. Polio, MenB, MenC, MenACWY, HAV, HBV dan HPV bisa diberikan
jika ada indikasi.
10. 2. Haematopoietic Stem Cell Transplant
(HSCT)
• --> Pemberian sel punca hematopoetik melalui infus dari
donor pada pasien yang menerima kemoterapi, daimbil dari
sumsum tulang.
• Kegunaan :
1. Mengobati kanker
2. Kelainan darah
3. Sindrom imunodefisensi
4. Defisiensi enzim kongenital
5. Penyakit autoimun.
Dilakukan revaksinasi karena titer antibodi dari vaksin
akan menurun dalam 1-4 tahun setelah transplantasi
sel punca.
11. • Tingkat imunosupresi dan kecepatan pemulihan
kekebalan tubuh bergantung pada:
- Umur saat transplantasi,
- Diagnosis yang mendasarinya,
- Intensitas dosis,
- Durasi pengobatan sebelumnya transplantasi, dan
- Regimen transplantasi.
12. Rekomendasi
1. Vaksinasi dengan vaksin non-live harus dimulai 6 bulan pasca
transplantasi.
2.Tingginya risiko penyakit pneumokokus pada pasca transplantasi Pasien,
vaksinasi PCV bisa diberikan sedini 3 bulan pasca transplantasi.
3. BCG tidak indikasi pasca transplantasi.
4.Uji pasca vaksinasi pasien HSCT dapat dipertimbangkan setiap 5 tahun
untuk menilai kekebalan terhadap HBV, campak, tetanus, difteri dan polio
13. 5. Vaksin Pneumokok : PPV23 memiliki imunogenitas terbatas
untuk resipien transplantasi. Diberikan 12-24 bulan setelah
transplantsi.
6. Haemophilus influenza type b (Hib) : Diberikan pada bulan
12,14 dan 24 setelah transplantasi.
Karena kadar antibodi Hib polisakarida rendah setelah lebih 4
bulan transplantasi.
Profilaksis rifampisin diberikan pada resipien jika kontak dengan
penderita Hib
14.
15. 3. Solid organ transplant (SOT) candidates
and recipients
1.Vaksinasi langsung, selain BCG, bisa diberikan
sebelum transplantasi tapi tidak dalam waktu 1
bulan setelah transplantasi, dan bukan untuk
yang menerima terapi imunosupresif.
2. Idealnya pasien juga harus menerima PCV,
PPV23, varicella, MenACWY, Vaksin MenB,
Hepatitis A dan B.
3. Vaksin MMR dapat diberikan dari usia 6 bulan
dan harus diberikan awal jika transplantasi
sebelum usia 13 bulan sudah diantisipasi
Pre
1. Vaksin non-live bisa diberikan dari 6 bulan
pasca transplantasi.
2. Mereka yang menerima vaksin non-live dalam
waktu 2 minggu sebelum transplantasi harus
diimunisasi ulang tidak lebih cepat dari 6 bulan
pasca transplantasi.
3. Vaksin hidup umumnya tidak diberi
transplantasi pasca karena pasien ini cenderung
tetap menjalani terapi imunosupresif.
4. BCG tidak boleh diberi post SOT.
5. Pasien yang berusia lebih dari 6 bulan harus
menerima vaksinasi influenza tahunan
Post
17. 4. Terapi Kortikosteroid
• Penerimaan harian kortikosteroid dosis tinggi berpotensi
imunosupresif.
• Pemulihan daya tahan tubuh tergantung pada dosis,
frekuensi masuk(harian atau selang seling) dan durasi
terapi
• Adults and children >40kg : More than 20mg/day for 2 weeks or longer
• Children <40 kg: 0.5mg/kg/day or more for 2 weeks or longer
18. Terapi Kortikosteroid
• Idealnya,imunisasi lengkap sebelum inisiasi steroid.
• Secara umum bahwa vaksin virus hidup dapat diberikan
dari 3 bulan setelah berhentinya terapi steroid dosis
tinggi, dengan beberapa ahli merekomendasikan vaksin
segera setelah 1 bulan setelah penghentian steroid.
19. Terapi Kortikosteroid
1. Vaksin non-hidup dapat diberikan secara aman kepada
pasien yang menerima steroid,
2. Pasien yang mendapat terapi steroid imunosupresif
seharusnya tidak diberi vaksin hidup.
3. Tunda vaksin virus hidup minimal 1 bulan, setelah
menghentikan terapi steroid dosis tinggi.
4. Menunda BCG minimal 3 dan umumnya 6 bulan setelah
berhenti terapi kortikosteroid dosis tinggi
20. Terapi Kortikosteroid
5. Tunda BCG sampai usia 3 bulan untuk bayi yang lahir
dari ibu yang menerima terapi steroid dosis tinggi selama
dua minggu atau lebih
• 6. Tidak ada kontraindikasi untuk menggunakan vaksin
hidup, bakteri atau virus, jika Pengobatan steroid untuk:
1. Jangka pendek (<14 hari) terlepas dari dosis
2. Jangka panjang dengan prednisolon kurang dari 20mg (0,5mg / kg pada anak-anak
<40kg) atau setara per hari
3. Pengobatan jangka panjang dan alternate daydengan sediaan short-acting
4. Perawatan dosis fisiologis (terapi pengganti)
5. Topikal (kulit atau mata) atau inhalasi
6. Injeksi intra-artikular, bursal, atau tendon.
7. Fludrokortison <300 mikrogram / hari
24. HIV
• Respon vaksin tergantung pada jumlah CD4+, semakin
rendah CD4+, makin rendah respon vaksinasi yang
didapat.
• Pasien HIV dengan CD4+ < 200 sel/mm3 merupakan
kontraindikasi pemberian vaksin hidup---> polio oral,
varisela, yellow fever dan MMR.
25. 1. Vaksinasi MMR
- Jika jumlah CD4 ≥200 sel x 106 / L: 2 dosis (interval 1 bulan).
- Jika jumlah CD4 <200 sel x 106 / L - MMR dikontraindikasikan.
2. Varicella untuk non-imun:
- Jika jumlah CD4 ≥400 sel x 106 / L memberikan 2 dosis (interval 1 bulan).
- Jika jumlah CD4 ≥ 200 tetapi <400 x 106 / L, pasien dapat menerima
varicella vaksin jika stabil pada terapi antiretroviral
- Jika CD4 <200 sel x 106 / L vaksin varicella dikontraindikasikan.
3. BCG dikontraindikasikan untuk semua orang yang terinfeksi HIV.
26. HIV
4. Pneumococcal:
- Bagi yang belum pernah menerima PCV13 atau PPV23,
berikan dosis tunggal dari PCV diikuti PPV23 setelah selang
waktu minimum 8 minggu.
- Bagi mereka yang telah menerima 1 atau lebih dosis PPV23,
berikan satu dosis PCV minimal 1 tahun setelah PPV23.
- Dosis penguat PPV23 dapat diberikan paling sedikit 5 tahun
setelah sebelumnya dosis (jika kurang dari 65 tahun).
27. HIV
5. Inaktivasi influenza: Berikan setiap tahun.
6. Hepatitis A: Berikan pasien yang rentan, jadwal 2 dosis.
7. Hepatitis B: Berikan pasien yang rentan, jadwal 3 dosis
(gabungan Vaksin Hepatitis A / Hepatitis B dapat digunakan).
8. HPV: 3 dosis jadwal pada interval yang sesuai untuk pria
dan wanita pasien <26 tahun
28. 6.Asplenia fungsional atau anatomi atau
hiposplenisme
• Individu dengan asplenia fungsional atau anatomi atau
hiposplenisme meningkatkan risiko bakteremia fulminan,
terutama dari pneumokokus tetapi juga dari bakteri
polisakarida yang dienkapsulasi lainnya (misalnya Hib,
meningococcus).
• Hiposplenisme dikaitkan dengan sejumlah kondisi, termasuk
penyakit sel sabit, talasemia, penyakit seliaka, peradangan
penyakit usus, SLE, dan HIV / AIDS.
29. • Vaksinasi yang dianjurkan : vaksin meningokok(dilakukan
berulang setelah 5 tahun), pneumokok, dan influenza (
menurunkan kematian hingga 54% pada asplenia).
• Vaksinasi untuk splenektomi diberikan minimal 2 minggu
sebelum operasi/ diberikan segera setelah kondisi stabil
pascaoperasi.
30.
31. 7. Pasien dialisis dan penyakit kronik
• Berisiko tinggi terinfeksi seperti Hep.B dan pneumokokus.
vaksin yang dianjurkan hep.B, influenza dan
pneumokokuk.
• Dianjurkan imunisasi sebelum memulai dialisis sebagai
persiapan dialisis pada penyakit gagal ginjal awal.
• Respon imun pasca vaksin dan titer antibodi akan lebih
baik dibanding diberikan setelah pasien menjalani dialisis.
32.
33. Pasien dialisis dan penyakit kronik
• Untuk melihat status imun dilakukan tes serologi dalam 1-
2 bulan setelah pemberian dosis terakhir dengan terget
anti HBs ≥10 mlU/mL.
• Pasien dialisis, pemeriksaan anti HBs diulang setiap
tahun.
• jika anti HBs <10mlU/mL, vaksin diulang
• Jika HBsAG negatif, perlu pemberian HBIG sebagai
pencegah paparan
34. Pasien dialisis dan penyakit kronik
• Vaksinasi pasien CAPD sama dengan pasien dialisis.
• Pasien transplantasi ginjal menunjukkan kadar antibodi
yang rendah daripada populasi umum, terutama setalh
vaksin hepB dan influenza.
• Vaksin varisela, MMR dan yellow fever kontraindikasi
pada pasien transplantasi ginjal.
35. 8. Penyakit Autoimun
• Pemberian terapi antibodi monoklonal terutama antitumor
necrosis factor, seperti adalimumab, infliximab dan
etanercept yang diikuti dengan pemberian vaksin hidup
akan :
• - Reaktivasi dari infeksi TB laten
• - Penyakit TBC
• - Timbulnya opportunistik lain