SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Dasar Pegas
Pegas berfungsi menyimpan tenaga kerja atau energi potensial yang
dihasilkan oleh rocker arm pada kendaraan sepeda motor. Pegas klep terbuat
dari bahan elastis atau melenting yang berarti dapat berubah pada saat diberi
pembebanan dengan penyimpanan kerja (energi potensial) ketika bebannya
dilepaskan maka bentuknya kembali seperti semula dan di sini kerja yang
disimpan di berikan kembali. hasil kerja tersebut disebabkan oleh bentuk
khusus yang sesuai dan pemilihan bahan yang di dapat dalam ukuran yang di
tingkatkan.
Pegas secara umum memiliki berberapa fungsi sebagai berikut
(Niemann G, 1992):
-

Sebagai pengarah balik dari katup dan pengendali: untuk
melunakkan kejutan contohnya sebagai pelindung kejutan
untuk peralatan yang peka

-

Untuk pengukuran gaya contohnya pengepresan.

-

Untuk pengaturan contohnya pegas pada katup pengatur

-

Untuk memelihara hubungan gaya pada penggerakan atau
keausan (engsel pegas dan pengkedapan)

Gambar 2.1 Pegas klep motor Honda Supra X 125
5
6

Pada pegas yang memiliki beban statis atau beban yang dikenakan pelanpelan untuk umur pegas 1000 siklus. di golongkan kerja ringan, yang di
maksud dengan kerja berat adalah keadaan kerja dimana pegas di kenai beban
dengan lendutan besar dan bervariasi serta harus mempunyai 1.000.000 siklus
atau lebih,untuk jangka panjang ,seperti pada pegas katup sepeda motor,kerja
rata-rata adalah kondisi seperti kerja berat ,tetapi umurnya pendek yaitu antara
10.000-100000 siklus seperti pada kopling dan rem (Niemann G, 1992).
2.2 Bahan Pegas
Pegas dapat dibuat dari berjenis-jenis bahan menurut pemakaiannya . bahan
baja dengan penampang lingkaran adalah yang paling banyak pemakaiannya,
pegas untuk pemakaian umum dengan diameter kawat sampai 9,2 (mm)
biasanya di buat dari kawat tarik keras yang dibentuk dingin, atau kawat yang
di temper dengan minyak.pada pegas yang terbuat dari kawat tarik keras, tidak
dilakukan perlakuan panas setelah dibentuk menjadi pegas (Ir.Sularso, 1991)
Tabel 2.1 Bahan pegas silindris menurut pemakaiannya
pemakaiannya
Pegas biasa ( dibentuk panas)

Bahan
SUP4, SUP6, SUP7, SUP, SUP 10,
SUP 11.

Pegas biasa (di bentuk dingin)

SW, SWP, SUS, NSWS, PBW, BsW.

Pegas tumpuan kendaraan

SUP4, SUP6, SUP7, SUP9, SUP11

Pegas untuk keamanan ketel

SWP, SUP6, SUP7, SUP9, SUP11

Pegas untuk governor kecepatan

SWP, SUP4, SUP6, SUP7, kawat
ditemper dengan minyak.

Pegas untuk katup

SWPV,

kawat

ditemper

dengan

minyak untuk pegas katup.
Pegas tahan korosi

SUS, BsW,NSWS, PBW,BeCuW

Tabel diatas berisi macam-macam bahan pegas silindris menurut pada
pemakaiannya.
7

Table 2.2 harga modulus geser G
Bahan

Lambang

Harga (kg/mm²)

Baja pegas

SUP

8 × 10 ³

Kawat baja keras

SW

8 × 10 3

Kawat piano

SWP

8 × 10 3

-

8 × 10 3

Kawat

ditemper

dengan

minyak.
SUS

7,5 × 10 3

Kawat kuningan.

BsW

4 × 10 3

Kawat perak nikel

NSWS

4 × 10 3

Kawat baja tahan karat
(SUS 27,34,40)

Kawat perunggu fosfor
Kawat tembaga berilium.

PBW
BeCuW

4,5 × 10 3
5 × 10 3

Tabel diatas berisi angka modulus geser berdasarkan yang ditentukan
berdasarkan bahannya.
kawat yang ditemper dalam minyak diberikan perlakuan panas pada waktu
proses pembuatan kawat berlangsung untuk memperoleh sifat fisik yang di
tentukan, atau di gulung dalam keadaan lunak lalu diberi perlakuan panas.
pegas dari bahan seperti ini agak mahal harganya.
Baja yang paling umum di pakai untuk pegas yang dibentuk panas adalah baja
pegas (SUP), karena pembentukannya dilakukan pada temperatur tinggi, maka
perlu di beri perlakuan panas setelah dibentuk.
2.2 Perhitungan pada pegas
Pada perhitungan pegas terhadap gaya pembebanan, maka didapat garis
pengenal pegas, contohnya garis pengenal a, b, atau c dalam gambar 2.2.
makin curam garis pengenalnya, berarti makin ”keras” pegasnya, pada garis
pengenal a( harus normal) maka c = d F / d ƒ= konst. ; pada garis pengenal
yang progresif b maka pegas dengan pengambilan ƒ yang lebih keras (d F / d
8

ƒ menanjak).maka misalnya untuk pegas penyangga pada kendaraan yang
dikehendaki lintasan menurut b, sehingga jumlah ayunan sendiri. pegas
penyangga pada kendaraan yang penuh atau kosong akan kira-kira tetap
sama ; kalau pada suatu kerja kejutan tertentu dikehendaki gaya kejut kecil,
maka lintasan menurut c lebih dikehendaki.
bb

a
c

Gambar 2.2 berbagai garis pengenal pegas a,b,c kerja pegas w untuk garis
pengenal c diarsir (Lit 3, Hal208)
Pegas memiliki bagian yang perlu diperhatikan sebagai berikut:
2.2.1 Kekakuan Pegas
Kekakuan pegas:
c = d F / d ƒ......................................................................................( Lit 3, Hal
208)
keterangan:
c

= konstanta pegas (N/mm)

d F = Gaya diferensial
d f = Perubahan bentuk gaya
atau kekerasan pegas yang ditunjukkan pada garis pengenal yang lurus (a)
dengan
c = Δ F / Δ ƒ atau dahulu konstanta pegas dan diberikan dalam N/mm atau
Nmm/rad.angka pegas yang diperlukan untuk perhitungan dari perubahan
bentuk dan proses ayunan dan kejutan.
9

2.2.2 Kerja pegas
Kerja pegas W = SF . df .................................................................(Lit 3, Hal
208)
Keterangan:
SF = Gaya terkecil (N)
df = jarak terendah
disebut juga dengan kemampuan kerja , adalah sama dengan luas di bawah
garis pengenal ( diarsir gambar 2.2.untuk garis pengenal yang lurus (kejadian
normal) adalah untuk pegas tarik,tekan dan tekuk.
W=F.ƒ/2=c.ƒ²/2

N . mm......................................(Lit 3, Hal

208)
Keterangan:
W = Kerja pegas (N.mm)
F = Gaya

(N)

Dan untuk pegas putar .
W=Mt.φ/2=c.φ²/2

N. mm . rad................................(Lit 3, Hal

208)
Keterangan:
M t = Momen putar

(Nmm)

ϕ

= Sudut putar pegas

(Rad)

c

= Konstanta pegas

(N/mm)

2.2.3 Efisiensi dan angka peredaman
Efesiensi

ηw = W’ / W ...............................................................(Lit 3, Hal

208)
Keterangan:
ηw = Nilai guna usaha
ηv = Nilai guna kerja
w’

(N/mm2)

= Kerja pegas yang diambil (N.mm)

kerja = kerja pegas

(N)
10

Pada proses ayunan dan peredaman semuanya di hitung dengan
Angka peredaman δ = W – W’ = 1 – ηw
W + W’ = 1 + ηw
Keterangan:
∆ = kerapatan
Yang menetapkan perbandingan dari kerja gesekan total (W – W’) terhadap
total daripada pembebanan dan pelepasan beban dari kerja pegas (W + W’)
yang di habiskan.
Sebagi contoh pada perdeman ayunan dan kejutan, maka suatu angka
peredaman yang sangat di kehendaki ,yang ada pemegangan kendaraan di
usahakan sekecil mungkin ,dan dijaga agar pemanasannya tetap rendah.
2.2.4 Nilai penggunaan η A
Nilai guna jenis ·
W = η A · σ ² / (2 · E) ,
Keterangan:
η A = Nilai guna jenis
σ

= Tegangan

E

= Modulus elastisitas (N/mm2)

yang

(N/mm)

berhubungan

dengan

W

=

η

A

·

V

·

)

/

²‫ד‬

2·G)..................................................................................................(Lit 3, Hal
208)
keterangan:
V = volume (mm3)
τ = Tegangan desak (N/mm2)
Nilai tetapan η

A

tergantung pada distribusi tegangan ,juga pada bentuk dan

cara pembebanan pegas dan hanya mencapai nilai deal 1 pada tegangan yang
merata besarnya dalam keseluruhan volume, kalau W adalah kerja pegas
elastis. Pengaruh dari σ dan E serta ‫ ד‬dan G dari kerja pegas yang dapat
dihasilkan adalah tidak dicakup oleh η A (Lit 3, Hal 209)
11

Table 2.3 Nilai pengenal penggunaan beberapa pegas (menonjolkan nilai
terbaik).
Bahan

baja

pegas

Jenis pegas
Nilai guna Nilai guna Nilai
jenis

volume
Ηv
(N/mm²)

η/Q . Q

ηA.V.σ²/2

nilai guna

berat

W=

perhitungan

guna

ηA (-)

Untuk

W = ηv.V

E
Kawat baja tipis 1,0
terhadap tarik
Kabel

Pegas

370

cincin 1,62*

baja
Pegas
segitiga

62,8
tekuk 0,334
baja 10,2

tekuk 0,334

segitiga stantar
Pegas
putar baja

3,74

ℓ = 7,8 kg/dm²
σ=8,3 N/mm²
A=1,3 cm²ƒ=L

ℓ= I kg
4,90 σ=1150 N/mm²
E=2,1.105 N/mm²
ℓ=7,8 kg/dm³
0,795 σ=1000N/mm²
E=2.1.105 N/mm
ℓ =7,8 kg/dm³

atau pegas daun
terlapis
pegas

E=2,1.105 kg/dm ³

68,7

karet 0,9

berselubung

5,36 σ=1500N/mm²

12,1

batang 0,5
24,8

ά=14º ; ℓ'=8º
0,086 σ=80 N/mm²
E=12500N/mm²
ℓ=0,7 kg /dm²
1,93 800=‫ ד‬N/mm²
G= 83.000N/mm ²
ℓ=0,7 kg / dm²
12

Atau
sekrup

pegas 0,626

2,42 Seperti sebelumnya
d1/d =0,5

dengan 31,1

penampang
melintang
lingkaran
Tabel diatas berisi angka ketentuan untuk perhitungan nilai guna pada pegas
yang digunakan pada umumnya.
2.2.5 Nilai guna volume dan berat
Pada berbagai fungsi konstruktif adalah berdasarkan keuntungan, yang
didekati dari perbandingan kerja pegas terhadap volume pegas V yang
diperlukan atau terhadap berat pegas Q.digambarkan:
Nilai guna volume η v = W / V = η A · σ ² / (2 · A) N / mm 2

und

den.....................................................................................................(Lit 3, Hal
209)
Keterangan:
A = Luas penampang (N/mm²)
σ = Tegangan normal (Nmm)
Nilai guna berat

η Q = W/Q mm..................................................(Lit 3, Hal

209)
ηQ = Nilai guna berat (10² mm)
Q

= berat

(M.g)

2.2.6 Tegangan yang di izinkan
Sehubungan dengan masing-masing standar dari batas kekuatan dan umurnya
maka tegangan yang diizinkan pada pembebanan jarang atau pembebanan
tengan (statis, pada pegas penyangga)harus terletak di bawah batas elastisitas ;
tetapi semua σ

diizinkan

dan ‫ד‬

dizinkan

diletakkan dalam perbandingan terhadap

σ B (0,5..0,7 σ B)
Pada pembebanan dinamis (pegas katup) maka σ diizinkan selain harus terletak
dibawah kekuatan lelah σ D = σm ± σA , juga tegangan ayunan σa

diizinkan
13

harus dibawah kekuatan ayunan σA (pada umur yang terbatas di bawah
kekuatan waktu yang berhubungan ).
Peletakan dari tegangan yang diizinkan: tegangan yang diizinkan diletakkan
dibawah nilai kekuatan standar dikarenakan:
a) Mengingat bahaya patahnya pegas
b) Mengingat ketidak pastian nilai kekuatan dari pegas (kurangnya
pengawasan dalam pembuatannya )
c) Mengingat kurangnya penguasaan terhadap tegangan yang diizinkan.

Gambar 2.3 Penimbulan tegangan(kanan) dan garis pengenal (kiri)pegas yang
dimiliki pada suatu pegas katup (Lit 3, Hal 210)
13

harus dibawah kekuatan ayunan σA (pada umur yang terbatas di bawah
kekuatan waktu yang berhubungan ).
Peletakan dari tegangan yang diizinkan: tegangan yang diizinkan diletakkan
dibawah nilai kekuatan standar dikarenakan:
a) Mengingat bahaya patahnya pegas
b) Mengingat ketidak pastian nilai kekuatan dari pegas (kurangnya
pengawasan dalam pembuatannya )
c) Mengingat kurangnya penguasaan terhadap tegangan yang diizinkan.

Gambar 2.3 Penimbulan tegangan(kanan) dan garis pengenal (kiri)pegas yang
dimiliki pada suatu pegas katup (Lit 3, Hal 210)

More Related Content

What's hot

Perencanaan pondasi telapak persegi beton bertulang
Perencanaan pondasi telapak persegi beton bertulangPerencanaan pondasi telapak persegi beton bertulang
Perencanaan pondasi telapak persegi beton bertulangAfret Nobel
 
Contoh penyelesaian soal uas beton ii
Contoh penyelesaian soal uas beton iiContoh penyelesaian soal uas beton ii
Contoh penyelesaian soal uas beton iiHarry Calbara
 
Tahapan perenc kuda-kuda-02
Tahapan perenc kuda-kuda-02Tahapan perenc kuda-kuda-02
Tahapan perenc kuda-kuda-02wijaya01
 
Analisa dimensi dan biaya struktur baja
Analisa dimensi dan biaya struktur bajaAnalisa dimensi dan biaya struktur baja
Analisa dimensi dan biaya struktur bajamoses hadun
 
Elemen Mesin II - Rantai
Elemen Mesin II - RantaiElemen Mesin II - Rantai
Elemen Mesin II - RantaiCharis Muhammad
 
Tugas ii (dasar perencanaan poros)
Tugas ii (dasar perencanaan poros)Tugas ii (dasar perencanaan poros)
Tugas ii (dasar perencanaan poros)Rinaldi Sihombing
 
Konstruksi gudang-baja
Konstruksi gudang-bajaKonstruksi gudang-baja
Konstruksi gudang-bajaekobudi27
 
Bab iii analisis geser
Bab iii analisis geserBab iii analisis geser
Bab iii analisis geserKetut Swandana
 
Beton2 tata 15-perencanaan-pondasi-telapak
Beton2 tata 15-perencanaan-pondasi-telapakBeton2 tata 15-perencanaan-pondasi-telapak
Beton2 tata 15-perencanaan-pondasi-telapakMaman Asep
 
Struktur Beton Bertulang
Struktur Beton BertulangStruktur Beton Bertulang
Struktur Beton BertulangMira Pemayun
 
Makalah Poros dan Pasak
Makalah Poros dan PasakMakalah Poros dan Pasak
Makalah Poros dan PasakHari Hidayat
 

What's hot (18)

Perencanaan pondasi telapak persegi beton bertulang
Perencanaan pondasi telapak persegi beton bertulangPerencanaan pondasi telapak persegi beton bertulang
Perencanaan pondasi telapak persegi beton bertulang
 
Contoh penyelesaian soal uas beton ii
Contoh penyelesaian soal uas beton iiContoh penyelesaian soal uas beton ii
Contoh penyelesaian soal uas beton ii
 
kuliah kolom panjang
kuliah kolom panjangkuliah kolom panjang
kuliah kolom panjang
 
Tiang Pancang I
Tiang Pancang ITiang Pancang I
Tiang Pancang I
 
Pondasi
PondasiPondasi
Pondasi
 
Tahapan perenc kuda-kuda-02
Tahapan perenc kuda-kuda-02Tahapan perenc kuda-kuda-02
Tahapan perenc kuda-kuda-02
 
Analisa dimensi dan biaya struktur baja
Analisa dimensi dan biaya struktur bajaAnalisa dimensi dan biaya struktur baja
Analisa dimensi dan biaya struktur baja
 
Bab 07-poros1
Bab 07-poros1Bab 07-poros1
Bab 07-poros1
 
Perencanaan balok
Perencanaan balokPerencanaan balok
Perencanaan balok
 
Elemen Mesin II - Rantai
Elemen Mesin II - RantaiElemen Mesin II - Rantai
Elemen Mesin II - Rantai
 
Tugas ii (dasar perencanaan poros)
Tugas ii (dasar perencanaan poros)Tugas ii (dasar perencanaan poros)
Tugas ii (dasar perencanaan poros)
 
Konstruksi gudang-baja
Konstruksi gudang-bajaKonstruksi gudang-baja
Konstruksi gudang-baja
 
Bab iii analisis geser
Bab iii analisis geserBab iii analisis geser
Bab iii analisis geser
 
Perencanaan Poros Pisau Mesin Pemarut Kelapa
Perencanaan Poros Pisau Mesin Pemarut KelapaPerencanaan Poros Pisau Mesin Pemarut Kelapa
Perencanaan Poros Pisau Mesin Pemarut Kelapa
 
Beton2 tata 15-perencanaan-pondasi-telapak
Beton2 tata 15-perencanaan-pondasi-telapakBeton2 tata 15-perencanaan-pondasi-telapak
Beton2 tata 15-perencanaan-pondasi-telapak
 
Poros dan Pasak
Poros dan PasakPoros dan Pasak
Poros dan Pasak
 
Struktur Beton Bertulang
Struktur Beton BertulangStruktur Beton Bertulang
Struktur Beton Bertulang
 
Makalah Poros dan Pasak
Makalah Poros dan PasakMakalah Poros dan Pasak
Makalah Poros dan Pasak
 

Similar to Bab 2

Perhitungan turbin propeller poros horizontal
Perhitungan turbin propeller poros horizontalPerhitungan turbin propeller poros horizontal
Perhitungan turbin propeller poros horizontalSelly Riansyah
 
Poros present (elemen mesin)
Poros present (elemen mesin)Poros present (elemen mesin)
Poros present (elemen mesin)Khairul Fadli
 
Bab 10 spring arif hary
Bab 10 spring  arif hary Bab 10 spring  arif hary
Bab 10 spring arif hary Rumah Belajar
 
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban PuntirElemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban PuntirDewi Izza
 
PPT PENJELASAN MENGENAI STRUKTUR KAYU.pptx
PPT PENJELASAN MENGENAI STRUKTUR KAYU.pptxPPT PENJELASAN MENGENAI STRUKTUR KAYU.pptx
PPT PENJELASAN MENGENAI STRUKTUR KAYU.pptxSyupiyahAdawiyah
 
10 rancang bangun load cell sebagai sensor gaya pada sistem uji
10   rancang bangun load cell sebagai sensor gaya pada sistem uji10   rancang bangun load cell sebagai sensor gaya pada sistem uji
10 rancang bangun load cell sebagai sensor gaya pada sistem ujiIvAn AQuin
 
Kekuatan sambungan las paku kelling
Kekuatan sambungan las paku kellingKekuatan sambungan las paku kelling
Kekuatan sambungan las paku kellingRycson Sianturi
 
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja)
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja) Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja)
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja) NitaMewaKameliaSiman
 
Its paper-32776-4107100041-paper
Its paper-32776-4107100041-paperIts paper-32776-4107100041-paper
Its paper-32776-4107100041-paperlina meliana
 
S struktur-batang lentur murni
S struktur-batang lentur murniS struktur-batang lentur murni
S struktur-batang lentur murniiky
 
Unit 3 Kaji Daya Bahan
Unit 3 Kaji Daya BahanUnit 3 Kaji Daya Bahan
Unit 3 Kaji Daya BahanMalaysia
 
Materi-Bahan Presentasi_013362.pdf
Materi-Bahan Presentasi_013362.pdfMateri-Bahan Presentasi_013362.pdf
Materi-Bahan Presentasi_013362.pdfArif Matondang
 
PERATURAN PERENCANAAN KONSTRUKSI BAJA DI INDONESIA
PERATURAN PERENCANAAN KONSTRUKSI BAJA DI INDONESIAPERATURAN PERENCANAAN KONSTRUKSI BAJA DI INDONESIA
PERATURAN PERENCANAAN KONSTRUKSI BAJA DI INDONESIAMOSES HADUN
 
Cek penampang balok rafter baja gable
Cek penampang balok rafter baja gableCek penampang balok rafter baja gable
Cek penampang balok rafter baja gableAfret Nobel
 
Analisis Struktur Perkerasan Lentur Menggunakan Program Everseries dan Metode...
Analisis Struktur Perkerasan Lentur Menggunakan Program Everseries dan Metode...Analisis Struktur Perkerasan Lentur Menggunakan Program Everseries dan Metode...
Analisis Struktur Perkerasan Lentur Menggunakan Program Everseries dan Metode...Debora Elluisa Manurung
 
Konstruksi gudang-baja
Konstruksi gudang-bajaKonstruksi gudang-baja
Konstruksi gudang-bajaasroel1995
 

Similar to Bab 2 (20)

Perhitungan turbin propeller poros horizontal
Perhitungan turbin propeller poros horizontalPerhitungan turbin propeller poros horizontal
Perhitungan turbin propeller poros horizontal
 
Poros present (elemen mesin)
Poros present (elemen mesin)Poros present (elemen mesin)
Poros present (elemen mesin)
 
Bab 10 spring arif hary
Bab 10 spring  arif hary Bab 10 spring  arif hary
Bab 10 spring arif hary
 
Bab iii perencanaan kuda
Bab iii perencanaan kudaBab iii perencanaan kuda
Bab iii perencanaan kuda
 
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban PuntirElemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
 
PPT PENJELASAN MENGENAI STRUKTUR KAYU.pptx
PPT PENJELASAN MENGENAI STRUKTUR KAYU.pptxPPT PENJELASAN MENGENAI STRUKTUR KAYU.pptx
PPT PENJELASAN MENGENAI STRUKTUR KAYU.pptx
 
10 rancang bangun load cell sebagai sensor gaya pada sistem uji
10   rancang bangun load cell sebagai sensor gaya pada sistem uji10   rancang bangun load cell sebagai sensor gaya pada sistem uji
10 rancang bangun load cell sebagai sensor gaya pada sistem uji
 
Kekuatan sambungan las paku kelling
Kekuatan sambungan las paku kellingKekuatan sambungan las paku kelling
Kekuatan sambungan las paku kelling
 
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja)
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja) Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja)
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja)
 
Perhitungan propulsi kapal
Perhitungan propulsi kapalPerhitungan propulsi kapal
Perhitungan propulsi kapal
 
Its paper-32776-4107100041-paper
Its paper-32776-4107100041-paperIts paper-32776-4107100041-paper
Its paper-32776-4107100041-paper
 
S struktur-batang lentur murni
S struktur-batang lentur murniS struktur-batang lentur murni
S struktur-batang lentur murni
 
Unit 3 Kaji Daya Bahan
Unit 3 Kaji Daya BahanUnit 3 Kaji Daya Bahan
Unit 3 Kaji Daya Bahan
 
Bantalan (bearing)
Bantalan (bearing)Bantalan (bearing)
Bantalan (bearing)
 
Materi-Bahan Presentasi_013362.pdf
Materi-Bahan Presentasi_013362.pdfMateri-Bahan Presentasi_013362.pdf
Materi-Bahan Presentasi_013362.pdf
 
PERATURAN PERENCANAAN KONSTRUKSI BAJA DI INDONESIA
PERATURAN PERENCANAAN KONSTRUKSI BAJA DI INDONESIAPERATURAN PERENCANAAN KONSTRUKSI BAJA DI INDONESIA
PERATURAN PERENCANAAN KONSTRUKSI BAJA DI INDONESIA
 
Cek penampang balok rafter baja gable
Cek penampang balok rafter baja gableCek penampang balok rafter baja gable
Cek penampang balok rafter baja gable
 
Analisis Struktur Perkerasan Lentur Menggunakan Program Everseries dan Metode...
Analisis Struktur Perkerasan Lentur Menggunakan Program Everseries dan Metode...Analisis Struktur Perkerasan Lentur Menggunakan Program Everseries dan Metode...
Analisis Struktur Perkerasan Lentur Menggunakan Program Everseries dan Metode...
 
Konstruksi gudang-baja
Konstruksi gudang-bajaKonstruksi gudang-baja
Konstruksi gudang-baja
 
Bab vijb
Bab vijbBab vijb
Bab vijb
 

More from Fajar Herlambang (7)

Jenis alat ukur berat
Jenis alat ukur beratJenis alat ukur berat
Jenis alat ukur berat
 
Bab 3
Bab 3Bab 3
Bab 3
 
Bab 4
Bab 4Bab 4
Bab 4
 
Bab 5
Bab 5Bab 5
Bab 5
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Daftar pustaka
Daftar pustakaDaftar pustaka
Daftar pustaka
 
La cover
La coverLa cover
La cover
 

Bab 2

  • 1. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Pegas Pegas berfungsi menyimpan tenaga kerja atau energi potensial yang dihasilkan oleh rocker arm pada kendaraan sepeda motor. Pegas klep terbuat dari bahan elastis atau melenting yang berarti dapat berubah pada saat diberi pembebanan dengan penyimpanan kerja (energi potensial) ketika bebannya dilepaskan maka bentuknya kembali seperti semula dan di sini kerja yang disimpan di berikan kembali. hasil kerja tersebut disebabkan oleh bentuk khusus yang sesuai dan pemilihan bahan yang di dapat dalam ukuran yang di tingkatkan. Pegas secara umum memiliki berberapa fungsi sebagai berikut (Niemann G, 1992): - Sebagai pengarah balik dari katup dan pengendali: untuk melunakkan kejutan contohnya sebagai pelindung kejutan untuk peralatan yang peka - Untuk pengukuran gaya contohnya pengepresan. - Untuk pengaturan contohnya pegas pada katup pengatur - Untuk memelihara hubungan gaya pada penggerakan atau keausan (engsel pegas dan pengkedapan) Gambar 2.1 Pegas klep motor Honda Supra X 125 5
  • 2. 6 Pada pegas yang memiliki beban statis atau beban yang dikenakan pelanpelan untuk umur pegas 1000 siklus. di golongkan kerja ringan, yang di maksud dengan kerja berat adalah keadaan kerja dimana pegas di kenai beban dengan lendutan besar dan bervariasi serta harus mempunyai 1.000.000 siklus atau lebih,untuk jangka panjang ,seperti pada pegas katup sepeda motor,kerja rata-rata adalah kondisi seperti kerja berat ,tetapi umurnya pendek yaitu antara 10.000-100000 siklus seperti pada kopling dan rem (Niemann G, 1992). 2.2 Bahan Pegas Pegas dapat dibuat dari berjenis-jenis bahan menurut pemakaiannya . bahan baja dengan penampang lingkaran adalah yang paling banyak pemakaiannya, pegas untuk pemakaian umum dengan diameter kawat sampai 9,2 (mm) biasanya di buat dari kawat tarik keras yang dibentuk dingin, atau kawat yang di temper dengan minyak.pada pegas yang terbuat dari kawat tarik keras, tidak dilakukan perlakuan panas setelah dibentuk menjadi pegas (Ir.Sularso, 1991) Tabel 2.1 Bahan pegas silindris menurut pemakaiannya pemakaiannya Pegas biasa ( dibentuk panas) Bahan SUP4, SUP6, SUP7, SUP, SUP 10, SUP 11. Pegas biasa (di bentuk dingin) SW, SWP, SUS, NSWS, PBW, BsW. Pegas tumpuan kendaraan SUP4, SUP6, SUP7, SUP9, SUP11 Pegas untuk keamanan ketel SWP, SUP6, SUP7, SUP9, SUP11 Pegas untuk governor kecepatan SWP, SUP4, SUP6, SUP7, kawat ditemper dengan minyak. Pegas untuk katup SWPV, kawat ditemper dengan minyak untuk pegas katup. Pegas tahan korosi SUS, BsW,NSWS, PBW,BeCuW Tabel diatas berisi macam-macam bahan pegas silindris menurut pada pemakaiannya.
  • 3. 7 Table 2.2 harga modulus geser G Bahan Lambang Harga (kg/mm²) Baja pegas SUP 8 × 10 ³ Kawat baja keras SW 8 × 10 3 Kawat piano SWP 8 × 10 3 - 8 × 10 3 Kawat ditemper dengan minyak. SUS 7,5 × 10 3 Kawat kuningan. BsW 4 × 10 3 Kawat perak nikel NSWS 4 × 10 3 Kawat baja tahan karat (SUS 27,34,40) Kawat perunggu fosfor Kawat tembaga berilium. PBW BeCuW 4,5 × 10 3 5 × 10 3 Tabel diatas berisi angka modulus geser berdasarkan yang ditentukan berdasarkan bahannya. kawat yang ditemper dalam minyak diberikan perlakuan panas pada waktu proses pembuatan kawat berlangsung untuk memperoleh sifat fisik yang di tentukan, atau di gulung dalam keadaan lunak lalu diberi perlakuan panas. pegas dari bahan seperti ini agak mahal harganya. Baja yang paling umum di pakai untuk pegas yang dibentuk panas adalah baja pegas (SUP), karena pembentukannya dilakukan pada temperatur tinggi, maka perlu di beri perlakuan panas setelah dibentuk. 2.2 Perhitungan pada pegas Pada perhitungan pegas terhadap gaya pembebanan, maka didapat garis pengenal pegas, contohnya garis pengenal a, b, atau c dalam gambar 2.2. makin curam garis pengenalnya, berarti makin ”keras” pegasnya, pada garis pengenal a( harus normal) maka c = d F / d ƒ= konst. ; pada garis pengenal yang progresif b maka pegas dengan pengambilan ƒ yang lebih keras (d F / d
  • 4. 8 ƒ menanjak).maka misalnya untuk pegas penyangga pada kendaraan yang dikehendaki lintasan menurut b, sehingga jumlah ayunan sendiri. pegas penyangga pada kendaraan yang penuh atau kosong akan kira-kira tetap sama ; kalau pada suatu kerja kejutan tertentu dikehendaki gaya kejut kecil, maka lintasan menurut c lebih dikehendaki. bb a c Gambar 2.2 berbagai garis pengenal pegas a,b,c kerja pegas w untuk garis pengenal c diarsir (Lit 3, Hal208) Pegas memiliki bagian yang perlu diperhatikan sebagai berikut: 2.2.1 Kekakuan Pegas Kekakuan pegas: c = d F / d ƒ......................................................................................( Lit 3, Hal 208) keterangan: c = konstanta pegas (N/mm) d F = Gaya diferensial d f = Perubahan bentuk gaya atau kekerasan pegas yang ditunjukkan pada garis pengenal yang lurus (a) dengan c = Δ F / Δ ƒ atau dahulu konstanta pegas dan diberikan dalam N/mm atau Nmm/rad.angka pegas yang diperlukan untuk perhitungan dari perubahan bentuk dan proses ayunan dan kejutan.
  • 5. 9 2.2.2 Kerja pegas Kerja pegas W = SF . df .................................................................(Lit 3, Hal 208) Keterangan: SF = Gaya terkecil (N) df = jarak terendah disebut juga dengan kemampuan kerja , adalah sama dengan luas di bawah garis pengenal ( diarsir gambar 2.2.untuk garis pengenal yang lurus (kejadian normal) adalah untuk pegas tarik,tekan dan tekuk. W=F.ƒ/2=c.ƒ²/2 N . mm......................................(Lit 3, Hal 208) Keterangan: W = Kerja pegas (N.mm) F = Gaya (N) Dan untuk pegas putar . W=Mt.φ/2=c.φ²/2 N. mm . rad................................(Lit 3, Hal 208) Keterangan: M t = Momen putar (Nmm) ϕ = Sudut putar pegas (Rad) c = Konstanta pegas (N/mm) 2.2.3 Efisiensi dan angka peredaman Efesiensi ηw = W’ / W ...............................................................(Lit 3, Hal 208) Keterangan: ηw = Nilai guna usaha ηv = Nilai guna kerja w’ (N/mm2) = Kerja pegas yang diambil (N.mm) kerja = kerja pegas (N)
  • 6. 10 Pada proses ayunan dan peredaman semuanya di hitung dengan Angka peredaman δ = W – W’ = 1 – ηw W + W’ = 1 + ηw Keterangan: ∆ = kerapatan Yang menetapkan perbandingan dari kerja gesekan total (W – W’) terhadap total daripada pembebanan dan pelepasan beban dari kerja pegas (W + W’) yang di habiskan. Sebagi contoh pada perdeman ayunan dan kejutan, maka suatu angka peredaman yang sangat di kehendaki ,yang ada pemegangan kendaraan di usahakan sekecil mungkin ,dan dijaga agar pemanasannya tetap rendah. 2.2.4 Nilai penggunaan η A Nilai guna jenis · W = η A · σ ² / (2 · E) , Keterangan: η A = Nilai guna jenis σ = Tegangan E = Modulus elastisitas (N/mm2) yang (N/mm) berhubungan dengan W = η A · V · ) / ²‫ד‬ 2·G)..................................................................................................(Lit 3, Hal 208) keterangan: V = volume (mm3) τ = Tegangan desak (N/mm2) Nilai tetapan η A tergantung pada distribusi tegangan ,juga pada bentuk dan cara pembebanan pegas dan hanya mencapai nilai deal 1 pada tegangan yang merata besarnya dalam keseluruhan volume, kalau W adalah kerja pegas elastis. Pengaruh dari σ dan E serta ‫ ד‬dan G dari kerja pegas yang dapat dihasilkan adalah tidak dicakup oleh η A (Lit 3, Hal 209)
  • 7. 11 Table 2.3 Nilai pengenal penggunaan beberapa pegas (menonjolkan nilai terbaik). Bahan baja pegas Jenis pegas Nilai guna Nilai guna Nilai jenis volume Ηv (N/mm²) η/Q . Q ηA.V.σ²/2 nilai guna berat W= perhitungan guna ηA (-) Untuk W = ηv.V E Kawat baja tipis 1,0 terhadap tarik Kabel Pegas 370 cincin 1,62* baja Pegas segitiga 62,8 tekuk 0,334 baja 10,2 tekuk 0,334 segitiga stantar Pegas putar baja 3,74 ℓ = 7,8 kg/dm² σ=8,3 N/mm² A=1,3 cm²ƒ=L ℓ= I kg 4,90 σ=1150 N/mm² E=2,1.105 N/mm² ℓ=7,8 kg/dm³ 0,795 σ=1000N/mm² E=2.1.105 N/mm ℓ =7,8 kg/dm³ atau pegas daun terlapis pegas E=2,1.105 kg/dm ³ 68,7 karet 0,9 berselubung 5,36 σ=1500N/mm² 12,1 batang 0,5 24,8 ά=14º ; ℓ'=8º 0,086 σ=80 N/mm² E=12500N/mm² ℓ=0,7 kg /dm² 1,93 800=‫ ד‬N/mm² G= 83.000N/mm ² ℓ=0,7 kg / dm²
  • 8. 12 Atau sekrup pegas 0,626 2,42 Seperti sebelumnya d1/d =0,5 dengan 31,1 penampang melintang lingkaran Tabel diatas berisi angka ketentuan untuk perhitungan nilai guna pada pegas yang digunakan pada umumnya. 2.2.5 Nilai guna volume dan berat Pada berbagai fungsi konstruktif adalah berdasarkan keuntungan, yang didekati dari perbandingan kerja pegas terhadap volume pegas V yang diperlukan atau terhadap berat pegas Q.digambarkan: Nilai guna volume η v = W / V = η A · σ ² / (2 · A) N / mm 2 und den.....................................................................................................(Lit 3, Hal 209) Keterangan: A = Luas penampang (N/mm²) σ = Tegangan normal (Nmm) Nilai guna berat η Q = W/Q mm..................................................(Lit 3, Hal 209) ηQ = Nilai guna berat (10² mm) Q = berat (M.g) 2.2.6 Tegangan yang di izinkan Sehubungan dengan masing-masing standar dari batas kekuatan dan umurnya maka tegangan yang diizinkan pada pembebanan jarang atau pembebanan tengan (statis, pada pegas penyangga)harus terletak di bawah batas elastisitas ; tetapi semua σ diizinkan dan ‫ד‬ dizinkan diletakkan dalam perbandingan terhadap σ B (0,5..0,7 σ B) Pada pembebanan dinamis (pegas katup) maka σ diizinkan selain harus terletak dibawah kekuatan lelah σ D = σm ± σA , juga tegangan ayunan σa diizinkan
  • 9. 13 harus dibawah kekuatan ayunan σA (pada umur yang terbatas di bawah kekuatan waktu yang berhubungan ). Peletakan dari tegangan yang diizinkan: tegangan yang diizinkan diletakkan dibawah nilai kekuatan standar dikarenakan: a) Mengingat bahaya patahnya pegas b) Mengingat ketidak pastian nilai kekuatan dari pegas (kurangnya pengawasan dalam pembuatannya ) c) Mengingat kurangnya penguasaan terhadap tegangan yang diizinkan. Gambar 2.3 Penimbulan tegangan(kanan) dan garis pengenal (kiri)pegas yang dimiliki pada suatu pegas katup (Lit 3, Hal 210)
  • 10. 13 harus dibawah kekuatan ayunan σA (pada umur yang terbatas di bawah kekuatan waktu yang berhubungan ). Peletakan dari tegangan yang diizinkan: tegangan yang diizinkan diletakkan dibawah nilai kekuatan standar dikarenakan: a) Mengingat bahaya patahnya pegas b) Mengingat ketidak pastian nilai kekuatan dari pegas (kurangnya pengawasan dalam pembuatannya ) c) Mengingat kurangnya penguasaan terhadap tegangan yang diizinkan. Gambar 2.3 Penimbulan tegangan(kanan) dan garis pengenal (kiri)pegas yang dimiliki pada suatu pegas katup (Lit 3, Hal 210)