SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
BAB VI
SAMBUNGAN ULIR
6.1 Pendahuluan
Sebuah ulir (screwed) dibuat dengan melakukan pemotongan secara kontinyu alur melingkar
pada permukaan silinder. Sambungan ulir sebagian besar terdiri dari dua elemen yaitu baut (bolt)
dan mur (nut). Sambungan ulir banyak digunakan dimana bagian mesin dibutuhkan dengan
mudah disambung dan dilepas kembali tanpa merusak mesin. Ini dilakukan dengan maksud untuk
menyesuaikan/menyetel pada saat perakitan (assembly) atau perbaikan, atau perawatan.
6.2 Istilah penting pada ulir
Istilah berikut digunakan pada ulir seperti pada Gambar 6.1 adalah penting untuk diperhatikan.
Gambar 6.1: Istilah pada ulir
Keterangan Gambar 3.1:
1. Major diameter adalah diameter terbesar pada ulir eksternal atau internal. Dinamakan juga
outside atau nominal diameter.
2. Minor diameter adalah diameter terkecil pada ulir eksternal atau internal. Dinamakan juga
core atau root diameter.
3. Pitch diameter adalah diameter rata-rata silinder. Dianamakan juga effective diameter.
4. Pitch adalah jarak antara puncak ulir. Secara matematika dapat dihitung:
ulir panjangunit per ulir puncak Jumlah 1=Pitch
67
5. Crest adalah permukaan atas pada ulir.
6. Root adalah permukaan bawah yang dibentuk oleh dua sisi berdekatan dari ulir.
7. Depth of thread adalah jarak tegak lurus antara crest dan root.
8. Flank adalah permukaan antara crest dan root.
9. Angle of thread adalah sudut antara flank ulir.
10. Slope adalah setengah pitch ulir.
6.3 Jenis ulir
Jenis ulir adalah sebagai berikut:
1. British standard whitworth (B.S.W) thread. Ulir jenis ini banyak digunakan dimana kekuatan
yang tinggi pada root yang dibutuhkan, seperti pada Gambar 6.2.
Gambar 6.2 : B.S.W. thread
2. British association (B.A) thread. Merupakan ulir jenis B.S.W. dengan pitch yang baik dan
banyak digunakan untuk instrumentasi (alat ukur) dan pekerjaan lain yang presisi, seperti
pada Gambar 6.3.
Gambar 6.3: B.A. thread
68
3. American national standard thread. Ulir ini digunakan untuk tujuan umum seperti baut, mur,
lubang ulir dan tap, seperti pada Gambar 6.4.
Gambar 6.4: American national
standard thread
4. Square thread. Ulir ini banyak digunakan untuk transmisi daya, biasanya dijumpai pada
mekanisme mesin perkakas, katup, spindle, uli jack dan lain-lain seperti pada Gambar
6.5.
Gambar 6.5: Square thread
5. Acme thread. Ulir ini banyak digunakan pada ulir mesin bubut, katup kuningan, ulir kerja
bangku, seperti pada Gambar 6.6.
Gambar 6.6: Acme thread
6. Knukle thread. Ulir ini banyak digunakan untuk pekerjaan kasar seperti railway kopling,
hydrant dan lain-lain seperti pada Gambar 6.7.
Gambar 6.7: Knukle thread
69
7. Buttress thread. Ulir banyak digunakan untuk transmisi daya satu arah, seperti pada Gambar
6.8.
Gambar 6.8: Buttress thread
6.4 Jenis Sambungan ulir
1. Through bolts. Seperti pada Gambar 6.9 (a) terlihat bahwa baut dan mur mengikat dua
bagian/plat secara bersamaan. Jenis baut ini banyak digunakan pada baut mesin, baut
pembawa, baut automobil dan lain-lain.
Gambar 6.9
2. Tap bolts. Seperti pada Gambar 6.9 (b), ulir dimasukkan ke lubang tap pada salah satu
bagiannya dikencangkan tanpa mur.
3. Stud. Seperti pada Gambar 6.9 (c), ulir ini pada kedua ujungnya berulir. Salah satu ujung ulir
dimasukkan ke lubang tap kemudian dikencangkan sementara ujung yang lain ditutup
dengan mur.
4. Cap screws. Ulir ini sama jenisnya dengan tap bolts tetapi berukuran kecil dan variasi bentuk
kepala seperti pada Gambar 6.10.
70
Gambar 6.10: Cap screws
6.5 Dimensi standar ulir
Dimensi desain ISO untuk ulir, baut dan mur dapat dilihat pada Tabel 6.1 berikut:
Tabel 6.1: Dimensi standar ISO untuk Ulir
6.6 Sambungan baut akibat beban eksentris
Beberapa aplikasi sambungan baut yang mendapat beban eksentris seperti bracket, tiang crane,
dll. Beban eksentris dapat berupa:
1. Sejajar dengan sumbu baut.
2. Tegak lurus dengan sumbu baut.
3. Dalam bidang baut.
6.7 Beban eksentris yang sejajar terhadap dengan sumbu baut
Perhatikan Gambar 6.11, ada empat baut yang mana setiap baut mendapat beban tarik
utama W
t1
=W/n, dimana n adalah jumlah baut.
Gambar 6.11: Beban eksentris yang sejajar dengan sumbu baut
Misalkan w = beban baut per unit jarak terhadap pengaruh balik bracket
W
1
dan W
2
= beban setiap baut pada jarak L
1
dan L
2
dari sisi tepi.
Beban setiap baut pada jarak L
1
adalah:
W
1
= w.L
1
dan momen gaya terhadap sisi tepi = w
.
L
1
. L
1
= w
.
(L
1
)
2
Beban setiap baut pada jarak L
2
adalah:
W
2
= w.L
2
dan momen gaya terhadap sisi tepi = w
.
L
2
. L
2
= w
.
(L
2
)
2
Total momen gaya pada baut terhadap sisi tepi = 2w
.
(L
1
)
2
+ 2w
.
(L
2
)
2
(6-1)
Momen akibat beban W terhadap sisi tepi = W.L (6-2)
Dari persamaan (6-1) dan (6-2), diperoleh:
W.L = 2w
.
(L
1
)
2
+ 2w
.
(L
2
)
2
])()[(2.2221LLLWw+=
73
Beban tarik dalam setiap baut pada jarak L
2
adalah:
W
t2
= W
2
= w.L
2
=])()[(2..22212LLLLW+ (6-3)
Total beban tarik pada baut yang dibebani paling besar adalah:
W
t
= W
t1
+ W
t2
(6-4)
Jika d
c
adalah diameter core (minor) dari baut dan σ
t
adalah tegangan tarik untuk material baut,
maka total beban tarik W
t
:
W
t
= 4π(d
c
)
2
. σ
t
(6-5)
Dari persamaan (6-4) dan (6-5), nilai d
c
dapat diperoleh.
Contoh 1:
sebuah bracket seperti pada Gambar 6.11, menahan sebuah beban 30 kN. Tentukan ukuran baut,
jika tegangan tarik maksimum yang diijinkan dalam material adalah 60 MPa. Jarak L
1
= 80mm,
L
2
= 250mm, dan L = 500mm.
Penyelesaian:
Diketahui: W = 30kN ; σ
t
= 60 MPa = 60 N/mm
2
; L
1
= 80mm , L
2
= 250mm , dan L = 500mm.
Beban tarik utama yang dibawa oleh setiap baut adalah:
W
t1
=W/n = 30/4 = 7,5 kN
dan beban dalam setiap baut per unit jarak w adalah:
N/mm 109,0])250()80[(2500 .30])()[(2.222221kLLLWw=+=+=
Ketika beban baut yang terbesar adalah pada jarak L
2
dari sisi tepi, sehingga beban baut terbesar
adalah:
W
t2
= W
2
= w.L
2
= 0,109. 250 = 27,25 kN
Beban tarik maksimum pada baut dengan beban terbesar pada persamaan (6-4) adalah:
W
t
= W
t1
+ W
t2
= 7,5 + 27,25 = 34,75 kN = 34 750 N
Beban tarik maksimum pada baut adalah persamaan (6-5):
W
t
= 4π(d
c
)
2
. σ
t
34 750 = 4π(d
c
)
2
. 60
(d
c
)
2
= 34 750/47 = 740
d
c
= 27,2 mm
74
Dari Tabel 6.1, kita temukan bahwa standar diameter minor (core) baut adalah 28,706mm dan
jika dihubungkan dengan ukuran baut yang tepat adalah M33.
6.8 Beban eksentris yang tegak lurus terhadap sumbu baut
Sebuah dinding bracket membawa beban eksentris yang tegak lurus terhadap sumbu baut seperti
pada Gambar 6.12.
Gambar 6.12
Dalam kasus ini, baut menerima beban geser utama yang sama pada seluruh baut. Sehingga
beban geser utama pada setiap baut adalah:
W
s
= W/n, dimana n = jumlah baut.
Beban tarik maksimum pada baut 3 dan 4 adalah seperti pada persamaan (6-3):
W
t2
= W
t
= w.L
2
=])()[(2..22212LLLLW+ (6-3)
Ketika baut dikenai geser yang sama dengan beban tarik, kemudian beban ekuivalen dapat
ditentukan dengan hubungan berikut:
Beban tarik ekuivalen adalah:
(6-6)
dan beban geser ekuivalen adalah:
(6-7)
Contoh 2:
Sebuah bracket dijepit pada batang baja seperti pada Gambar 6.13. Beban maksimum yang
diberikan bracket sebesar 12 kN secara vertikal pada jarak 400 mm dari permukaan batang.
Permukaan vertikal bracket dikunci ke batang oleh empat baut, dalam dua baris pada jarak 50
mm dari sisi terbawah bracket. Tentukan ukuran baut jika tegangan
75
tarik yang diijinkan dari material sebesar 84 MPa. Juga tentukan penampang lengan bracket yang
berbentuk persegi.
Gambar 6.13
Penyelesaian:
Diketahui: W = 12 kN = 12.10
3
N ; L = 400 mm ; L
1
= 50 mm ; L
2
= 375 mm ; σ
t
= 84 MPa = 84 N/mm
2
; n = 4
Beban geser utama setiap baut:
W
s
= W/n = 12/4 = 3 kN
Beban tarik maksimum yang dibawa baut 3 dan 4 adalah:
Ketika baut menerima beban geser yang sama dengan beban tarik, sehingga beban tarik ekuivalen
pada persamaan (6-6) adalah:
• Ukuran baut
Beban tarik ekuivalen (W
te
) pada persamaan (6-5) adalah:
W
te
= 4π(d
c
)
2
. σ
t
7490 = 4π(d
c
)
2
. 84 = 66.(d
c
)
2
(d
c
)
2
= 7490/66 = 113,5
d
c
= 10,65 mm
Dari Tabel 6.1, kita temukan bahwa standar diameter minor (core) baut adalah 11,546 mm dan
jika dihubungkan dengan ukuran baut yang tepat adalah M14.
76
• Penampang lengan bracket
Misalkan: t dan b = tebal dan kedalaman lengan bracket.
Section modulus Z:
2..61btZ=
Momen bending maksimum bracket;
M = 12.10
3
.400 = 4,8.10
6
Nmm
Tegangan bending (tarik) ZMt=σ
sehingga: 26..6110.8,484bt=
t.b
2
= 343.10
3
atau t = 343.10
3
/b
2
Diasumsikan kedalaman lengan bracket , b = 250 mm, maka tebal bracket adalah:
t = 343.10
3
/250
2
= 5,5 mm.
6.9 Beban eksentris pada bracket dengan sambungan melingkar
Kadang-kadang landasan bracket dibuat melingkar seperti piringan bantalan pada mesin perkakas
seperti pada Gambar 6.14.
Gambar 6.14
Misalkan: R = Radius piringan (flens),
r = Radius melingkar pitch baut,
w = Beban per baut per unit jarak dari sisi tepi,
L = Jarak beban dari sisi tepi,
L
1
, L
2
, L
3
, dan L
4
= Jarak pusat baut dari sisi tepi A.
Seperti pernah dibahas pada sub bab di atas bahwa persamaan momen eksternal W.L merupakan
jumlah momen seluruh baut adalah:
77
(6-8)
Dari geometri pada Gambar 6.14 (b), kita dapat menentukan:
Sehingga nilai persamaan (8) menjadi:
Beban pada baut 1 =
Beban ini adalah maksimum ketika cos α adalah minimum yaitu ketika cos α = -1 atau α = 180
o
.
Beban maksimum pada baut adalah
Secara umum, jika n = jumlah baut,
kemudian beban sebuah baut adalah
dan beban maksimum baut adalah
(6-9)
Setelah diketahui beban maksimum, maka dapat dicari ukuran baut.
Contoh 3.
Sebuah piringan bantalan seperti pada Gambar 6.14 di atas, dikunci dengan 4 baut secara
melingkar berjarak antar bautnya 500 mm. Diameter piringan bantalan 650 mm dan beban 400
kN diberikan pada jarak 250 mm dari kerangka. Tentukan ukuran baut, jika tegangan tarik
material baut yang aman 60 MPa.
Penyelesaian:
Diketahui: n = 4 ; d = 500 mm atau r = 250 mm; D = 650 mm atau R = 325 mm ; W = 400 kN = 400.10
3
N ; L =
250 mm ; σ
t
= 60 MPa = 60 N/mm
2
Beban maksimum baut seperti pada persamaan (6-9) adalah :
Sedangkan beban maksimum pada persamaan (6-5) adalah:
W
t
= 4π(d
c
)
2
. σ
t
91 643 = 4π(d
c
)
2
. 60 = 47,13 (d
c
)
2
(d
c
)
2
= 91 643/47,13 = 1945 atau d
c
= 44 mm
Dari Tabel 6.1, kita temukan bahwa standar diameter minor (core) baut adalah 45,795 mm dan
jika dihubungkan dengan ukuran baut yang tepat adalah M52.
Latihan:
1. Sebuah plat disambung ke dinding dengan 4 baut M12 seperti pada Gambar 6.15. Diameter
core (minor) baut adalah 9,858 mm. Tentukan nilai W jika tegangan tarik yang diijinkan
dalam material baut adalah 6A MPa. (Huruf A diatas diganti dengan nomor terakhir NIM
yang mengerjakan).
Gambar 6.15
2. Sebuah bracket seperti pada Gambar 6.16, disambung ke dinding dengan 4 baut. Tentukan
ukuran baut, jika tegangan tarik yang aman untuk baut adalah 7A MPa. (Huruf A diatas
diganti dengan nomor terakhir NIM yang mengerjakan).
3. Sebuah bracket seperti pada Gambar 6.17, disambung ke tiang vertikal dengan 5 baut
standar. Tentukan ukuran baut, jika tegangan tarik material yang aman 7A MPa dan
tegangan geser yang aman 5A MPa. (Huruf A diatas diganti dengan nomor terakhir NIM
yang mengerjakan).
Gambar 6.1

More Related Content

What's hot

Elemen Mesin 3 - Perencanaan Kopling
Elemen Mesin 3 - Perencanaan KoplingElemen Mesin 3 - Perencanaan Kopling
Elemen Mesin 3 - Perencanaan KoplingDewi Izza
 
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensional
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensionalModul perpindahan panas konduksi steady state one dimensional
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensionalAli Hasimi Pane
 
Elemen Mesin 1 - Keling 2
Elemen Mesin 1 - Keling 2Elemen Mesin 1 - Keling 2
Elemen Mesin 1 - Keling 2Charis Muhammad
 
Presentasi Mesin Bubut
Presentasi Mesin BubutPresentasi Mesin Bubut
Presentasi Mesin BubutEssyKarundeng
 
Dasar perencanaan elemen mesin
Dasar perencanaan elemen mesinDasar perencanaan elemen mesin
Dasar perencanaan elemen mesinRinaldi Sihombing
 
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESINMACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESINDwi Ratna
 
Laporan mesin bubut (selesai)
Laporan mesin bubut (selesai)Laporan mesin bubut (selesai)
Laporan mesin bubut (selesai)ade jalaludin
 
Elemen Mesin 1 - Bantalan
Elemen Mesin 1 - BantalanElemen Mesin 1 - Bantalan
Elemen Mesin 1 - BantalanCharis Muhammad
 
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban PuntirElemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban PuntirDewi Izza
 
Thermodinamika : Hukum I - Sistem Terbuka
Thermodinamika : Hukum I - Sistem TerbukaThermodinamika : Hukum I - Sistem Terbuka
Thermodinamika : Hukum I - Sistem TerbukaIskandar Tambunan
 
Modul mekanika fluida: Dasar-dasar Perhitungan Aliran Fluida
Modul mekanika fluida: Dasar-dasar Perhitungan Aliran FluidaModul mekanika fluida: Dasar-dasar Perhitungan Aliran Fluida
Modul mekanika fluida: Dasar-dasar Perhitungan Aliran FluidaAli Hasimi Pane
 
ATURAN DAN CARA MEMBERI UKURAN GAMBAR
ATURAN DAN CARA MEMBERI UKURAN GAMBARATURAN DAN CARA MEMBERI UKURAN GAMBAR
ATURAN DAN CARA MEMBERI UKURAN GAMBARMOSES HADUN
 
getaran-mekanik 1
getaran-mekanik 1getaran-mekanik 1
getaran-mekanik 1555
 
metalurgi serbuk
metalurgi serbukmetalurgi serbuk
metalurgi serbukMega Audina
 
Kelelahan Logam (Fatigue)
Kelelahan Logam (Fatigue)Kelelahan Logam (Fatigue)
Kelelahan Logam (Fatigue)Abrianto Akuan
 
6. mesin perkakas
6. mesin perkakas6. mesin perkakas
6. mesin perkakasAgus Witono
 
Peralatan kerja bangku
Peralatan kerja bangkuPeralatan kerja bangku
Peralatan kerja bangkuEdi Sutanto
 

What's hot (20)

Elemen Mesin 3 - Perencanaan Kopling
Elemen Mesin 3 - Perencanaan KoplingElemen Mesin 3 - Perencanaan Kopling
Elemen Mesin 3 - Perencanaan Kopling
 
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensional
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensionalModul perpindahan panas konduksi steady state one dimensional
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensional
 
Elemen Mesin 1 - Keling 2
Elemen Mesin 1 - Keling 2Elemen Mesin 1 - Keling 2
Elemen Mesin 1 - Keling 2
 
Presentasi Mesin Bubut
Presentasi Mesin BubutPresentasi Mesin Bubut
Presentasi Mesin Bubut
 
Dasar perencanaan elemen mesin
Dasar perencanaan elemen mesinDasar perencanaan elemen mesin
Dasar perencanaan elemen mesin
 
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESINMACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
 
Laporan mesin bubut (selesai)
Laporan mesin bubut (selesai)Laporan mesin bubut (selesai)
Laporan mesin bubut (selesai)
 
laporan praktikum motor bakar
laporan praktikum motor bakarlaporan praktikum motor bakar
laporan praktikum motor bakar
 
Laporan Praktikum Kerja Bangku
Laporan Praktikum Kerja BangkuLaporan Praktikum Kerja Bangku
Laporan Praktikum Kerja Bangku
 
Elemen Mesin 1 - Bantalan
Elemen Mesin 1 - BantalanElemen Mesin 1 - Bantalan
Elemen Mesin 1 - Bantalan
 
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban PuntirElemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
 
Thermodinamika : Hukum I - Sistem Terbuka
Thermodinamika : Hukum I - Sistem TerbukaThermodinamika : Hukum I - Sistem Terbuka
Thermodinamika : Hukum I - Sistem Terbuka
 
Modul mekanika fluida: Dasar-dasar Perhitungan Aliran Fluida
Modul mekanika fluida: Dasar-dasar Perhitungan Aliran FluidaModul mekanika fluida: Dasar-dasar Perhitungan Aliran Fluida
Modul mekanika fluida: Dasar-dasar Perhitungan Aliran Fluida
 
ATURAN DAN CARA MEMBERI UKURAN GAMBAR
ATURAN DAN CARA MEMBERI UKURAN GAMBARATURAN DAN CARA MEMBERI UKURAN GAMBAR
ATURAN DAN CARA MEMBERI UKURAN GAMBAR
 
getaran-mekanik 1
getaran-mekanik 1getaran-mekanik 1
getaran-mekanik 1
 
metalurgi serbuk
metalurgi serbukmetalurgi serbuk
metalurgi serbuk
 
Kelelahan Logam (Fatigue)
Kelelahan Logam (Fatigue)Kelelahan Logam (Fatigue)
Kelelahan Logam (Fatigue)
 
Bantalan (bearing)
Bantalan (bearing)Bantalan (bearing)
Bantalan (bearing)
 
6. mesin perkakas
6. mesin perkakas6. mesin perkakas
6. mesin perkakas
 
Peralatan kerja bangku
Peralatan kerja bangkuPeralatan kerja bangku
Peralatan kerja bangku
 

Similar to ULIR

Mechanical-fasterener standard for engineering.pdf
Mechanical-fasterener standard for engineering.pdfMechanical-fasterener standard for engineering.pdf
Mechanical-fasterener standard for engineering.pdfDeni Prasetyo
 
Perencanaan sambungan-profil-baja
Perencanaan sambungan-profil-bajaPerencanaan sambungan-profil-baja
Perencanaan sambungan-profil-bajaFajar Istu
 
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1MOSES HADUN
 
Perencanaan sambungan-profil-baja
Perencanaan sambungan-profil-bajaPerencanaan sambungan-profil-baja
Perencanaan sambungan-profil-bajafrans2014
 
Elemen Mesin 1 - Keling 1
Elemen Mesin 1 - Keling 1Elemen Mesin 1 - Keling 1
Elemen Mesin 1 - Keling 1Charis Muhammad
 
Modul Elemen Mesin 4
Modul Elemen Mesin 4Modul Elemen Mesin 4
Modul Elemen Mesin 4Dewi Izza
 
materi pengenalan baut dan mur untuk bengkel otomotif
materi pengenalan baut dan mur untuk bengkel otomotifmateri pengenalan baut dan mur untuk bengkel otomotif
materi pengenalan baut dan mur untuk bengkel otomotifDedi43
 
SNI Tata Cara Perencanaan Struktur Baja.ppt
SNI Tata Cara Perencanaan Struktur Baja.pptSNI Tata Cara Perencanaan Struktur Baja.ppt
SNI Tata Cara Perencanaan Struktur Baja.pptdarmadi ir,mm
 
Analisis desain baja ringan
Analisis desain baja ringanAnalisis desain baja ringan
Analisis desain baja ringanmoses hadun
 
STRUKTUR BAJA TARIK DAN TEKAN rev.ppt
STRUKTUR BAJA TARIK DAN TEKAN rev.pptSTRUKTUR BAJA TARIK DAN TEKAN rev.ppt
STRUKTUR BAJA TARIK DAN TEKAN rev.pptDitaLestari18
 
Pertemuan 5 pesawat angkat ok
Pertemuan 5 pesawat angkat ok Pertemuan 5 pesawat angkat ok
Pertemuan 5 pesawat angkat ok Marfizal Marfizal
 
2. Tegangan Sederhana pada bagian mesin.pdf
2. Tegangan Sederhana pada bagian mesin.pdf2. Tegangan Sederhana pada bagian mesin.pdf
2. Tegangan Sederhana pada bagian mesin.pdfTotohHanafiah1
 
Slide-CIV204-CIV204-slide-3-7.pdf
Slide-CIV204-CIV204-slide-3-7.pdfSlide-CIV204-CIV204-slide-3-7.pdf
Slide-CIV204-CIV204-slide-3-7.pdfMuhamadIlham279890
 
Materi i teknik mesin m6 kb1
Materi i teknik mesin m6 kb1Materi i teknik mesin m6 kb1
Materi i teknik mesin m6 kb1PPGhybrid3
 
Batang Tarik Baja.pptx
Batang Tarik Baja.pptxBatang Tarik Baja.pptx
Batang Tarik Baja.pptxnugrahafillah1
 
Kekuatan sambungan las paku kelling
Kekuatan sambungan las paku kellingKekuatan sambungan las paku kelling
Kekuatan sambungan las paku kellingRycson Sianturi
 

Similar to ULIR (20)

Baut dan-mur
Baut dan-murBaut dan-mur
Baut dan-mur
 
Mechanical-fasterener standard for engineering.pdf
Mechanical-fasterener standard for engineering.pdfMechanical-fasterener standard for engineering.pdf
Mechanical-fasterener standard for engineering.pdf
 
Perencanaan sambungan-profil-baja
Perencanaan sambungan-profil-bajaPerencanaan sambungan-profil-baja
Perencanaan sambungan-profil-baja
 
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1
 
Perencanaan sambungan-profil-baja
Perencanaan sambungan-profil-bajaPerencanaan sambungan-profil-baja
Perencanaan sambungan-profil-baja
 
Elemen Mesin 1 - Keling 1
Elemen Mesin 1 - Keling 1Elemen Mesin 1 - Keling 1
Elemen Mesin 1 - Keling 1
 
Modul Elemen Mesin 4
Modul Elemen Mesin 4Modul Elemen Mesin 4
Modul Elemen Mesin 4
 
materi pengenalan baut dan mur untuk bengkel otomotif
materi pengenalan baut dan mur untuk bengkel otomotifmateri pengenalan baut dan mur untuk bengkel otomotif
materi pengenalan baut dan mur untuk bengkel otomotif
 
Bab 07-poros1
Bab 07-poros1Bab 07-poros1
Bab 07-poros1
 
SNI Tata Cara Perencanaan Struktur Baja.ppt
SNI Tata Cara Perencanaan Struktur Baja.pptSNI Tata Cara Perencanaan Struktur Baja.ppt
SNI Tata Cara Perencanaan Struktur Baja.ppt
 
Analisis desain baja ringan
Analisis desain baja ringanAnalisis desain baja ringan
Analisis desain baja ringan
 
STRUKTUR BAJA TARIK DAN TEKAN rev.ppt
STRUKTUR BAJA TARIK DAN TEKAN rev.pptSTRUKTUR BAJA TARIK DAN TEKAN rev.ppt
STRUKTUR BAJA TARIK DAN TEKAN rev.ppt
 
Pertemuan 5 pesawat angkat ok
Pertemuan 5 pesawat angkat ok Pertemuan 5 pesawat angkat ok
Pertemuan 5 pesawat angkat ok
 
2. Tegangan Sederhana pada bagian mesin.pdf
2. Tegangan Sederhana pada bagian mesin.pdf2. Tegangan Sederhana pada bagian mesin.pdf
2. Tegangan Sederhana pada bagian mesin.pdf
 
Slide-CIV204-CIV204-slide-3-7.pdf
Slide-CIV204-CIV204-slide-3-7.pdfSlide-CIV204-CIV204-slide-3-7.pdf
Slide-CIV204-CIV204-slide-3-7.pdf
 
Materi i teknik mesin m6 kb1
Materi i teknik mesin m6 kb1Materi i teknik mesin m6 kb1
Materi i teknik mesin m6 kb1
 
Batang Tarik Baja.pptx
Batang Tarik Baja.pptxBatang Tarik Baja.pptx
Batang Tarik Baja.pptx
 
Kekuatan sambungan las paku kelling
Kekuatan sambungan las paku kellingKekuatan sambungan las paku kelling
Kekuatan sambungan las paku kelling
 
3
33
3
 
JALAN REL KA.pdf
JALAN REL KA.pdfJALAN REL KA.pdf
JALAN REL KA.pdf
 

ULIR

  • 1. BAB VI SAMBUNGAN ULIR 6.1 Pendahuluan Sebuah ulir (screwed) dibuat dengan melakukan pemotongan secara kontinyu alur melingkar pada permukaan silinder. Sambungan ulir sebagian besar terdiri dari dua elemen yaitu baut (bolt) dan mur (nut). Sambungan ulir banyak digunakan dimana bagian mesin dibutuhkan dengan mudah disambung dan dilepas kembali tanpa merusak mesin. Ini dilakukan dengan maksud untuk menyesuaikan/menyetel pada saat perakitan (assembly) atau perbaikan, atau perawatan. 6.2 Istilah penting pada ulir Istilah berikut digunakan pada ulir seperti pada Gambar 6.1 adalah penting untuk diperhatikan. Gambar 6.1: Istilah pada ulir Keterangan Gambar 3.1: 1. Major diameter adalah diameter terbesar pada ulir eksternal atau internal. Dinamakan juga outside atau nominal diameter. 2. Minor diameter adalah diameter terkecil pada ulir eksternal atau internal. Dinamakan juga core atau root diameter. 3. Pitch diameter adalah diameter rata-rata silinder. Dianamakan juga effective diameter. 4. Pitch adalah jarak antara puncak ulir. Secara matematika dapat dihitung: ulir panjangunit per ulir puncak Jumlah 1=Pitch 67
  • 2. 5. Crest adalah permukaan atas pada ulir. 6. Root adalah permukaan bawah yang dibentuk oleh dua sisi berdekatan dari ulir. 7. Depth of thread adalah jarak tegak lurus antara crest dan root. 8. Flank adalah permukaan antara crest dan root. 9. Angle of thread adalah sudut antara flank ulir. 10. Slope adalah setengah pitch ulir. 6.3 Jenis ulir Jenis ulir adalah sebagai berikut: 1. British standard whitworth (B.S.W) thread. Ulir jenis ini banyak digunakan dimana kekuatan yang tinggi pada root yang dibutuhkan, seperti pada Gambar 6.2. Gambar 6.2 : B.S.W. thread 2. British association (B.A) thread. Merupakan ulir jenis B.S.W. dengan pitch yang baik dan banyak digunakan untuk instrumentasi (alat ukur) dan pekerjaan lain yang presisi, seperti pada Gambar 6.3. Gambar 6.3: B.A. thread 68
  • 3. 3. American national standard thread. Ulir ini digunakan untuk tujuan umum seperti baut, mur, lubang ulir dan tap, seperti pada Gambar 6.4. Gambar 6.4: American national standard thread 4. Square thread. Ulir ini banyak digunakan untuk transmisi daya, biasanya dijumpai pada mekanisme mesin perkakas, katup, spindle, uli jack dan lain-lain seperti pada Gambar 6.5. Gambar 6.5: Square thread 5. Acme thread. Ulir ini banyak digunakan pada ulir mesin bubut, katup kuningan, ulir kerja bangku, seperti pada Gambar 6.6. Gambar 6.6: Acme thread 6. Knukle thread. Ulir ini banyak digunakan untuk pekerjaan kasar seperti railway kopling, hydrant dan lain-lain seperti pada Gambar 6.7. Gambar 6.7: Knukle thread 69
  • 4. 7. Buttress thread. Ulir banyak digunakan untuk transmisi daya satu arah, seperti pada Gambar 6.8. Gambar 6.8: Buttress thread 6.4 Jenis Sambungan ulir 1. Through bolts. Seperti pada Gambar 6.9 (a) terlihat bahwa baut dan mur mengikat dua bagian/plat secara bersamaan. Jenis baut ini banyak digunakan pada baut mesin, baut pembawa, baut automobil dan lain-lain. Gambar 6.9 2. Tap bolts. Seperti pada Gambar 6.9 (b), ulir dimasukkan ke lubang tap pada salah satu bagiannya dikencangkan tanpa mur. 3. Stud. Seperti pada Gambar 6.9 (c), ulir ini pada kedua ujungnya berulir. Salah satu ujung ulir dimasukkan ke lubang tap kemudian dikencangkan sementara ujung yang lain ditutup dengan mur. 4. Cap screws. Ulir ini sama jenisnya dengan tap bolts tetapi berukuran kecil dan variasi bentuk kepala seperti pada Gambar 6.10.
  • 5. 70
  • 6. Gambar 6.10: Cap screws 6.5 Dimensi standar ulir Dimensi desain ISO untuk ulir, baut dan mur dapat dilihat pada Tabel 6.1 berikut: Tabel 6.1: Dimensi standar ISO untuk Ulir
  • 7.
  • 8. 6.6 Sambungan baut akibat beban eksentris Beberapa aplikasi sambungan baut yang mendapat beban eksentris seperti bracket, tiang crane, dll. Beban eksentris dapat berupa: 1. Sejajar dengan sumbu baut. 2. Tegak lurus dengan sumbu baut. 3. Dalam bidang baut. 6.7 Beban eksentris yang sejajar terhadap dengan sumbu baut Perhatikan Gambar 6.11, ada empat baut yang mana setiap baut mendapat beban tarik utama W t1 =W/n, dimana n adalah jumlah baut. Gambar 6.11: Beban eksentris yang sejajar dengan sumbu baut Misalkan w = beban baut per unit jarak terhadap pengaruh balik bracket W 1 dan W 2 = beban setiap baut pada jarak L 1 dan L 2 dari sisi tepi. Beban setiap baut pada jarak L 1 adalah: W 1 = w.L 1 dan momen gaya terhadap sisi tepi = w . L 1 . L 1 = w . (L 1 ) 2 Beban setiap baut pada jarak L 2 adalah: W 2 = w.L 2 dan momen gaya terhadap sisi tepi = w . L 2 . L 2 = w . (L 2 ) 2 Total momen gaya pada baut terhadap sisi tepi = 2w . (L 1 ) 2 + 2w . (L 2 ) 2 (6-1) Momen akibat beban W terhadap sisi tepi = W.L (6-2) Dari persamaan (6-1) dan (6-2), diperoleh: W.L = 2w . (L 1 ) 2 + 2w . (L 2 ) 2 ])()[(2.2221LLLWw+= 73
  • 9. Beban tarik dalam setiap baut pada jarak L 2 adalah: W t2 = W 2 = w.L 2 =])()[(2..22212LLLLW+ (6-3) Total beban tarik pada baut yang dibebani paling besar adalah: W t = W t1 + W t2 (6-4) Jika d c adalah diameter core (minor) dari baut dan σ t adalah tegangan tarik untuk material baut, maka total beban tarik W t : W t = 4π(d c ) 2 . σ t (6-5) Dari persamaan (6-4) dan (6-5), nilai d c dapat diperoleh. Contoh 1: sebuah bracket seperti pada Gambar 6.11, menahan sebuah beban 30 kN. Tentukan ukuran baut, jika tegangan tarik maksimum yang diijinkan dalam material adalah 60 MPa. Jarak L 1 = 80mm, L 2 = 250mm, dan L = 500mm. Penyelesaian: Diketahui: W = 30kN ; σ t = 60 MPa = 60 N/mm 2 ; L 1 = 80mm , L 2 = 250mm , dan L = 500mm. Beban tarik utama yang dibawa oleh setiap baut adalah: W t1 =W/n = 30/4 = 7,5 kN dan beban dalam setiap baut per unit jarak w adalah: N/mm 109,0])250()80[(2500 .30])()[(2.222221kLLLWw=+=+= Ketika beban baut yang terbesar adalah pada jarak L 2 dari sisi tepi, sehingga beban baut terbesar adalah: W t2 = W 2 = w.L 2 = 0,109. 250 = 27,25 kN Beban tarik maksimum pada baut dengan beban terbesar pada persamaan (6-4) adalah: W t = W t1 + W t2 = 7,5 + 27,25 = 34,75 kN = 34 750 N Beban tarik maksimum pada baut adalah persamaan (6-5): W t = 4π(d c ) 2 . σ t 34 750 = 4π(d c ) 2 . 60 (d c ) 2 = 34 750/47 = 740 d c = 27,2 mm 74
  • 10. Dari Tabel 6.1, kita temukan bahwa standar diameter minor (core) baut adalah 28,706mm dan jika dihubungkan dengan ukuran baut yang tepat adalah M33. 6.8 Beban eksentris yang tegak lurus terhadap sumbu baut Sebuah dinding bracket membawa beban eksentris yang tegak lurus terhadap sumbu baut seperti pada Gambar 6.12. Gambar 6.12 Dalam kasus ini, baut menerima beban geser utama yang sama pada seluruh baut. Sehingga beban geser utama pada setiap baut adalah: W s = W/n, dimana n = jumlah baut. Beban tarik maksimum pada baut 3 dan 4 adalah seperti pada persamaan (6-3): W t2 = W t = w.L 2 =])()[(2..22212LLLLW+ (6-3) Ketika baut dikenai geser yang sama dengan beban tarik, kemudian beban ekuivalen dapat ditentukan dengan hubungan berikut: Beban tarik ekuivalen adalah: (6-6) dan beban geser ekuivalen adalah: (6-7) Contoh 2: Sebuah bracket dijepit pada batang baja seperti pada Gambar 6.13. Beban maksimum yang diberikan bracket sebesar 12 kN secara vertikal pada jarak 400 mm dari permukaan batang. Permukaan vertikal bracket dikunci ke batang oleh empat baut, dalam dua baris pada jarak 50 mm dari sisi terbawah bracket. Tentukan ukuran baut jika tegangan 75
  • 11. tarik yang diijinkan dari material sebesar 84 MPa. Juga tentukan penampang lengan bracket yang berbentuk persegi. Gambar 6.13 Penyelesaian: Diketahui: W = 12 kN = 12.10 3 N ; L = 400 mm ; L 1 = 50 mm ; L 2 = 375 mm ; σ t = 84 MPa = 84 N/mm 2 ; n = 4 Beban geser utama setiap baut: W s = W/n = 12/4 = 3 kN Beban tarik maksimum yang dibawa baut 3 dan 4 adalah: Ketika baut menerima beban geser yang sama dengan beban tarik, sehingga beban tarik ekuivalen pada persamaan (6-6) adalah: • Ukuran baut Beban tarik ekuivalen (W te ) pada persamaan (6-5) adalah: W te = 4π(d c ) 2 . σ t 7490 = 4π(d c ) 2 . 84 = 66.(d c ) 2 (d c ) 2 = 7490/66 = 113,5 d c = 10,65 mm Dari Tabel 6.1, kita temukan bahwa standar diameter minor (core) baut adalah 11,546 mm dan jika dihubungkan dengan ukuran baut yang tepat adalah M14. 76
  • 12. • Penampang lengan bracket Misalkan: t dan b = tebal dan kedalaman lengan bracket. Section modulus Z: 2..61btZ= Momen bending maksimum bracket; M = 12.10 3 .400 = 4,8.10 6 Nmm Tegangan bending (tarik) ZMt=σ sehingga: 26..6110.8,484bt= t.b 2 = 343.10 3 atau t = 343.10 3 /b 2 Diasumsikan kedalaman lengan bracket , b = 250 mm, maka tebal bracket adalah: t = 343.10 3 /250 2 = 5,5 mm. 6.9 Beban eksentris pada bracket dengan sambungan melingkar Kadang-kadang landasan bracket dibuat melingkar seperti piringan bantalan pada mesin perkakas seperti pada Gambar 6.14. Gambar 6.14 Misalkan: R = Radius piringan (flens), r = Radius melingkar pitch baut, w = Beban per baut per unit jarak dari sisi tepi, L = Jarak beban dari sisi tepi, L 1 , L 2 , L 3 , dan L 4 = Jarak pusat baut dari sisi tepi A. Seperti pernah dibahas pada sub bab di atas bahwa persamaan momen eksternal W.L merupakan jumlah momen seluruh baut adalah: 77
  • 13. (6-8) Dari geometri pada Gambar 6.14 (b), kita dapat menentukan: Sehingga nilai persamaan (8) menjadi: Beban pada baut 1 = Beban ini adalah maksimum ketika cos α adalah minimum yaitu ketika cos α = -1 atau α = 180 o . Beban maksimum pada baut adalah Secara umum, jika n = jumlah baut, kemudian beban sebuah baut adalah dan beban maksimum baut adalah (6-9) Setelah diketahui beban maksimum, maka dapat dicari ukuran baut. Contoh 3. Sebuah piringan bantalan seperti pada Gambar 6.14 di atas, dikunci dengan 4 baut secara melingkar berjarak antar bautnya 500 mm. Diameter piringan bantalan 650 mm dan beban 400 kN diberikan pada jarak 250 mm dari kerangka. Tentukan ukuran baut, jika tegangan tarik material baut yang aman 60 MPa. Penyelesaian: Diketahui: n = 4 ; d = 500 mm atau r = 250 mm; D = 650 mm atau R = 325 mm ; W = 400 kN = 400.10 3 N ; L = 250 mm ; σ t = 60 MPa = 60 N/mm 2 Beban maksimum baut seperti pada persamaan (6-9) adalah :
  • 14. Sedangkan beban maksimum pada persamaan (6-5) adalah: W t = 4π(d c ) 2 . σ t 91 643 = 4π(d c ) 2 . 60 = 47,13 (d c ) 2 (d c ) 2 = 91 643/47,13 = 1945 atau d c = 44 mm Dari Tabel 6.1, kita temukan bahwa standar diameter minor (core) baut adalah 45,795 mm dan jika dihubungkan dengan ukuran baut yang tepat adalah M52. Latihan: 1. Sebuah plat disambung ke dinding dengan 4 baut M12 seperti pada Gambar 6.15. Diameter core (minor) baut adalah 9,858 mm. Tentukan nilai W jika tegangan tarik yang diijinkan dalam material baut adalah 6A MPa. (Huruf A diatas diganti dengan nomor terakhir NIM yang mengerjakan). Gambar 6.15 2. Sebuah bracket seperti pada Gambar 6.16, disambung ke dinding dengan 4 baut. Tentukan ukuran baut, jika tegangan tarik yang aman untuk baut adalah 7A MPa. (Huruf A diatas diganti dengan nomor terakhir NIM yang mengerjakan).
  • 15. 3. Sebuah bracket seperti pada Gambar 6.17, disambung ke tiang vertikal dengan 5 baut standar. Tentukan ukuran baut, jika tegangan tarik material yang aman 7A MPa dan tegangan geser yang aman 5A MPa. (Huruf A diatas diganti dengan nomor terakhir NIM yang mengerjakan). Gambar 6.1