Perencanaan transportasi bertujuan mengembangkan sistem transportasi yang memungkinkan manusia dan barang bergerak dengan aman, nyaman dan murah. Sistem transportasi terdiri dari sistem kegiatan, jaringan, dan pergerakan lalu lintas yang saling terkait. Kebutuhan transportasi berasal dari interaksi aktivitas sosial dan ekonomi. Tata guna lahan dan transportasi saling mempengaruhi, di mana peningkatan aksesibilitas dapat mengubah penggunaan
1. Perencaanaan Transportasi Dapat Didefinisikan
Sbb
Suatu proses yang tujuannya mengembangkan
sistem transportasi yang memungkinkan manusia
dan barang bergerak atau berpindah tempat
dengan aman, nyaman dan murah (Pignataro,
1973).
Perenc. Transportasi merupakan proses yang
dinamis, dan harus tanggap terhadap perubahan
tata guna lahan, keadaan ekonomi, dan pola arus
lalu lintas.
2. Sistem Kelembagaan
Untuk terwujudnya sistem pergerakan yang aman,
lancar, murah dan handal, maka dalam sistem
transportasi secara menyeluruh (makro)
dipecahkan menjadi sistem yang lebih kecil
(mikro), yang masing-masing saling terkait dan
saling mempengaruhi.
Sistem Transportasi mikro terdiri dari:
a. Sistem kegiatan (tata guna tanah)
b. Sistem jaringan (Dep perhub, Bina Marga)
c. Sistem pergerakan lalu lintas (DLLAJ,
Organda, Polantas, masyarakat)
3. SISTEM TRANSPORTASI MAKRO
Sistem
Kegiatan
Sistem
Pergerakan
Sistem
Jaringan
Sistem Kelambagaan
Sumber : Tamin (2000)
4. Sistem Tata Guna Lahan -
Transportasi
Sasaran Perencanaan Transportasi : membuat
interaksi tata guna lahan dan transportasi
menjadi semudah dan seefesiensi mungkin
Kebijakan yang diambil:
◦ Sistem Kegiatan : rencana tata guna lahan yang baik
dapat mengurangi kebutuhan perjalanan yang
panjang sehingga interaksi menjadi mudah
◦ Sistem Jaringan : meningkatkan kapasitas
pelayanan prasarana
◦ Sistem Pergerakan : mengatur teknik dan
manajemen lalu lintas
5. ANALISIS PERMINTAAN TRANSPORTASI
Kebutuhan akan transportasi berasal dari:
Interaksi antara aktivitas sosial dan ekonomi
yang tersebar di suatu daerah.
Keanekaragaman aktivitas dan pola interaksi
yang kompleks menghasilkan berbagai faktor
yang menentukan kebutuhan akan transportasi.
Alasan orang untuk melakukan perjalanan:
Berkisar antara pencarian untuk makanan dan
naungan untuk mobilitas kegiatan atau
kebutuhan rekreasi.
6. Tata Guna Lahan
Defenisi umum adalah:
Pengaturan pemanfaatan lahan yang masih kosong
disuatu lingkup wilayah (nasional, regional, lokal)
atau sebaran ruang /pola geografis dari fungsi suatu
kota (daerah hunian, perniagaan, pertokoan, kantor
pemerintahan, sekolahan, serta kegiatan-kegiatan
tertentu)
7. Kebijakan tata ruang erat kaitannya dengan
kebijakan transportasi, ruang adalah merupakan
kegiatan.
Transportasi merupakan sistem jaringan yang
secara fisik menghubungkan suatu ruang
kegiatan dengan kegiatan lainnya.
Dengan berkembangnya ruang kegiatan tersebut,
meningkat pula kebutuhan transportasi.
Kebutuhan akan pergerakan selalu menimbulkan
permasalahan , khususnya pada saat orang ingin
bergerak untuk tujuan yang sama didalam
daerah tertentu dan saat yang bersamaan
8. Pengaturan Tata Guna Lahan
Dalam pengaturannya, tidak diperkenankan
terjadinya campur aduk dalam hal tata guna
lahan (mixed land-use).
Hal ini menyangkut antara lain :
a. Kondisi fisik lahan (geografi suatu wilayah
harga tanah, faktor ekonomi dll)
b. Kondisi transportasi (menghindari
bercampurnya lalu lintas seperti mobil pribadi
dengan mobil truk, mobil tangki dll).
Hal ini akan menyebabkan lalu lintas macet dan
mudah terjadi konflik lalu lintas
9. Hubungan Tata Guna Lahan Dengan
Transportasi
Tata guna lahan merupakan salah satu faktor
penentu dari pergerakan dan aktivitas.
Aktivitas ini dikenal sebagai pembangkit
perjalanan dan akan menentukan jenis prasarana
/sarana transportasi yang dibutuhkan untuk
memindahkan lalu lintas seperti angkutan
umum atau mobil pribadi.
10. Bila disediakan suatu sarana/prasarana
transportasi, secara alamiah akan menambah nilai
aksesibilitas ,bila nilai aksesibilitas meningkat
biasanya akan merubah nilai lahan.
Perubahan nilai lahan akan merubah pola
penggunaan lahan misalnya dari daerah pertanian
menjadi perumahan,daerah perumahan berubah
menjadi pertokoan ,dan seterusnya.
11. Hubungan tata guna Lahan dengan Transportasi
membentuk suatu Lingkaran tertutup yang dapat
diilustrasikan sebagai skema Gambar berikut:
Kebutuhan Perjalanan
Perjalanan
Tata Guna Lahan
Fasilitas Transportasi
Nilai Lahan Aksesibilitas
12. Aksesibilitas: Adalah kemudahan untuk
mengadakan perjalanan , hal ini
mengakibatkan kenaikan harga tanah
(nilai NJOP berubah).
Mobilitas adalah tingginya keinginan
mengadakan perjalanan mengakibatkan
bertambahnya bangkitan lalu lintas dan
pada saatnya menurunnya kapasitas jalan.
Cara untuk mengatasinya antara lain:
13. Dibuat tata ruang yang baik (R U T R
harus dapat dikendalikan dengan baik)
Sistem hirarki jalan harus dibuat dengan
baik (jalan arteri, jalan kolektor, jalan
lokal)
Peraturan harus tetap dijalankan
Perubahan tata guna lahan harus dapat
dikendalikan dan bangkitan perjalanan
dianalisis dengan baik.
14. Masalah - masalah dalam proses
perencanaan lokasi harus ditinjau dari
sisi transportasi seperti,
a. Kapasitas akses
b. Bangkitan / tarikan pergerakan pada lokasi yang
dikembangkan
c. Sistem angkutan umum
d. Tingkat kecelakaan lalu lintas disekitar lokasi
15. Regional Planing
1. Land Use (Tata Guna Lahan) harus tetap
dalam waktu relatif panjang
2. Transport Strategi,(meningkatkan ekonomi
masyarakat)
a. Ekonomi strategi (menunjang strategi ekonomi
masyarakat )
b. Kebutuhan masyarakat, sesuai dengan kebutuhan
dan kemampuan (daya jangkau masyarakat)
c. Lingkungan, dampak lingkungan serta meperhatikan
kebiasaan masyarakat
d. Pengembangan masa yang akan datang
16. Konsep & Defenisi Struktur Perkotaan
Konsep dasar yang menyangkut bentuk perkotaan
(Urban) adalah pola/ tatanan ruang dari setiap
elemen perkotaan (gedung, parkir, aktivitas
masyarakat, aktivitas ekonomi, dan intuisi
masyarakat)
Interaksi perkotaan adalah serangkaian hubungan
yang terjadi untuk memadukan dan mengikat pola
dan perilaku setiap tata guna lahan.
17. Kebutuhan Transportasi Perkotaan (Urban
Travel Demand)
Kebutuhan Transportasi Perkotaan selalu bergerak
dinamis dan komplek (bergerak setiap saat)
berinteraksi dengan ekonomi.
Kebutuhan transportasi perkotaan, tergantung
kepada tingkat aktivitas tata guna lahan pada
daerah tersebut.
Makin tinggi tingkat aktivitas tata guna lahan,
semakin tinggi pula tingkat kemampuan menarik
lalu lintas .
18. Mewujudkan Transportasi Perkotaan
Penerapan sistem transportasi yang berkelanjutan
terletak pada kondisi pelayanan transportasi:
a. Sistem jaringan transportasi perkotaan terintegrasi
secara baik,
b. Penyediaan fasilitas untuk pejalan kaki dan kendaraan
tidak bermotor (non-motorized mobility).
c. Penyediaan fasilitas pejalan kaki dan kendaraan tidak
bermotor penting
d. Prasarana fasilitas khusus jalur sepeda di kota-kota
besar sangat minim.
19. Paradigma Kebutuhan Transportasi Masyarakat
Poin-poin penting paradigma kebutuhan
transportasi masyarakat :
Jika fasilitas pedestrian di perkotaan aman dan
nyaman,maka setiap perjalanan kurang dari 500
meter dapat ditempuh dengan berjalan kaki;
Jika akses terhadap angkutan umum mudah,
aman, nyaman, terjangkau dan memiliki kepastian
waktu, maka setiap orang akan tertarik
menggunakannya;
20. Lanjutan
Sistem transportasi yang berkelanjutan tercapai
jika: angkutan umum sudah dapat mengangkut
seluruh kebutuhan pelaku perjalanan, dan menjadi
moda andalan masyarakat.
Angkutan umum yang dapat menjadi tulang
punggung di kota-kota besar adalah Bus Rapid
Transit (BRT) dan Mass Rapid Transit (MRT).
21. Dalam pencapaiannya, angkutan umum harus
terintegrasi satu sama lain,
Pusat-pusat aktivitas dan kegiatan seperti :stasiun
kereta api, terminal bis, bandar udara, pelabuhan
laut dapat terkoneksi langsung ke dalam jaringan
Integrasi yang dimaksudkan mencakup integrasi
fisik, sistem (jadwal), maupun aspek ticketing.
24. Perwujudan Sistem Transportasi
Untuk mewujudkan sistem transportasi perkotaan
yang terintegrasi, nyaman dan aman, maka dapat
diwujudkan melalui:
1. Perencanaan, pembangunan,dan pemeliharaan
komponen-komponen transportasi beserta
infrastrukturnya;
2. Mengoptimalkan sumberdaya manusia (SDM) dan
teknologi
3. Desain stasiun dan rolling stock yang minimalis
dan tahan lama;
25. Lanjutan
4. Pengintegrasian simpul-simpul transportasi yang
dilokasikan dekat dengan pusat-pusat kegiatan
dan aktivitas masyarakat;
5. Mass Rapid Transit (MRT) dan Bus Rapid Transit
(BRT), menciptakan jaringan yang lebih padat,
akses jarak pendek dengan biaya yang sama.
Menciptakan nilai estetika yang tinggi dalam
pemandangan kota (city scape);
26. 6. Melakukan penghematan energi untuk rolling-stock
(kendaraan berbasis rel) yang bertenaga listrik
dengan cara mengurangi kebutuhan daya selama
pengoperasiannya,
7. Memanfaatkan interior maupun eksterior dari
rolling stock untuk pemasangan iklan yang
warnanya menarik serta memiliki layar LED baik di
dalamnya maupun di stasiun-stasiun;