SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
TUGAS PENDIDIKAN PANCASILA
                 (KEDUDUKAN MPR DAN TAB MPR)




                                    Oleh :

                           ABD. HADI MUZAKI

                                (1031130039)

                         T. Telekomunikasi /01/ 3C




KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
      POLITEKNIK NEGERI MALANG
 Jl. SoekarnoHatta 9 PO.BOX 04 Malang 65141 Telp.(0341) 404424-25 (Hunting) Fax.
                                 (0341)404420
                        http://www.poltek-malang.ac.id
                                    2012
Pada masa sebelum Perubahan (Amandemen) UUD 1945, Ketetapan MPR
merupakan Peraturan Perundangan yang secara hierarki berada di bawah UUD
1945 dan di atas Undang-Undang. Pada masa awal reformasi, ketetapan MPR
tidak lagi termasuk urutan hierarki Peraturan Perundang-undangan di Indonesia.
Namun pada tahun 2011, berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011,
Tap MPR kembali menjadi Peraturan Perundangan yang secara hierarki berada di
bawah UUD 1945. Pimpinan MPR menyatakan bahwa kembali berlakunya Tap
MPR pun tidak serta-merta mengembalikan posisi MPR seperti kondisi
sebelumnya, dikarenakan pada era reformasi pembuatan Tap MPR baru tidak akan
seperti masa yang sebelumnya, mengingat peran pembuatan Undang-Undang
(legislatif) pada era reformasi diserahkan sepenuhnya kepada Presiden dan DPR.
Perubahan UUD 1945 membawa implikasi terhadap kedudukan, tugas, dan
wewenang MPR. MPR yang dahulu berkedudukan sebagai lembaga tertinggi
negara, kini berkedudukan sebagai lembaga negara yang setara dengan lembaga
negara lainnya (seperti Kepresidenan, DPR, DPD, BPK, MA, dan MK).

STATUS KEDUDUKAN MPR PASCA AMANDEMEN KE-IV UUD 1945

Pasca amandemen (perubahan) keempat UUD 1945, telah terjadi perubahan
menonjol dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. Perubahan UUD 1945
mengakibatkan adanya perubahan kedudukan dan hubungan beberapa lembaga
negara. Setidaknya terdapat 28 subyek kelembagaan atau subyek hukum tata
negara dan administrasi negara. Lembaga-lembaga tersebut ada yang merupakan
lembaga-lembaga baru seperti Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Konstitusi,
Komisi Yudisial, Dewan Pertimbangan Presiden. Namun lembaga-lembaga lama
yang masih mempunyai kewenangan dalam pemerintahan seperti legislatif dan
eksekutif, masih tetap ada. Hanya saja, kewenangan-kewenangan masing-masing
lembaga tersebut lebih dipertegas. Hal ini dikarenakan alasan-alasan mengapa
UUD 1945 perlu diamandemen agar tidak terjadi executive heavy serta benar-
benar menjalankan sistem check and balances. Kemudian dari masing-masing
lembaga tersebut, ada yang diberi kewenangan langsung oleh UUD Negara
Republik Indonesia tahun 1945 seperti misalnya MPR, DPR, DPD, Presiden dan
Wakil Presiden. Ada pula yang hanya disebutkan secara eksplisit nama
lembaganya saja serta hanya disebutkan fungsinya saja, misalnya KPK, KPU,
Bank Sentral, dan sebagainya.

Selain perubahan terhadap struktur ketatanegaraan, perubahan UUD 1945
berimplikasi pada sistem ketatanegaraan dan sistem politik di Indonesia. Yang
menarik untuk dikaji secara mendalam ialah tentang lembaga Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR). MPR yang selama ini super body tak luput
menjadi incaran untuk diamandemen. Hal tersebut memang harus dilakukan,
mengingat penyelenggaraan kedaulatan rakyat melalui sistem supremasi MPR
telah menimbulkan kekuasaan yang begitu besar dibidang eksekutif. Keadaan
yang demikian telah menempatkan MPR hanya sebatas pelengkap demokrasi saja.
Namun setelah amandemen, terjadi perombakan besar-besaran dalam tubuh MPR.
Jika dahulu terdapat utusan-utusan golongan maupun daerah, maka sekarang
utusan-utusan tersebut dihilangkan dan diganti dengan sebuah lembaga baru yaitu
Dewan Perwakilan Daerah (DPD).

Salah satu alasan mengapa MPR perlu dirombak (dalam amandemen UUD 1945)
karena kekuasaan yang besar dari MPR itu sendiri, tidak jarang diselewengkan
atau dipergunakan sebagai alat memperbesar kekuasaan Presiden di luar ketentuan
UUD 1945. Sebagai contohnya ialah pemberian kekuasaan tidak terbatas pada
Presiden melalui TAP MPR No.V/MPR/1998 tentang Pemberian Tugas dan
Wewenang Khusus Kepada Presiden/Mandataris MPR RI dalam Rangka
Penyuksesan dan Pengamanan Pembangunan Nasional Sebagai Pengamalan
Pancasila.

TAP MPR PASCA PENETAPAN UU NO.12 TAHUN 2011

Kedudukan TAP MPR Pasca Penetapan UU No.12 tahun 2011 hingga saat ini
masih menimbulkan sejumlah pertanyaan. Pasalnya, sebelum UU No.12 tahun
2011 diberlakukan, berdasar UU No.10 tahun 2004, Ketetapan MPR
No.III/MPR/2000 dinyatakan tidak lagi berlaku mengikat secara umum.

Salah satu produk hukum yang dihasilkan oleh MPR adalah Ketetapan MPR atau
      TAP MPR yang merupakan bentuk putusan MPR yang berisi hal-hal yang
      bersifat penetapan. Anggota Fraksi Partai Golkar KH Muhammad Busro
      Suhud mengatakan bahwa TAP MPR menimbulkan banyak kontroversi
      bahkan seorang guru besar Hukum Tata Negara ada yang menyebutnya
      sebagai barang haram.

Jika MPR membuat ketetapan siapa yang akan melaksanakan?karena kedudukan
      MPR saat ini sudah sederajat dengan BPK dan MA, meskipun MPR tidak
      lagi berwenang membentuk Ketetapan namun masih terdapat kategori Tap
      MPR yang masit tetap berlaku dan tidak dapat dicabut atau diganti dengan
      undang-undang, serta kategori Tap MPR yang masih berlaku selama belum
      diatur dalam UU.

Ketetapan-ketatapan MPR yang masih tetap berlaku dan tidak dapat dicabut atau
      diganti dengan undang-undang adalah: Tap MPRS Nomor
      XXV/MPRS/1966 tentang Pembubaran Partai Komunis Indonesia. Yang
      merupakan pernyataan sebagai organisasi terlarang di seluruh wilayah
      Negara Republik Indonesia bagi Partai Komunis Indonesia dan larangan
      setiap kegiatan untuk menyebarkan atau mengembangkan faham atau
      ajaran Komunis/Marxisme Lenisme.

Permasalahan :

   1. Dipertahankan atau dihilangkan TAP MPR di dalam tata urutan Peraturan
      Perundang-undangan, mengingat terdapat UU No.10 tahun 2004.
Analisa :

Mengapa diadakan amandemen terhadap MPR dan TAP MPR karena MPR
mempunyai wewenang penuh sebagai lembaga tertinggi, tidak jarang
diselewengkan atau dipergunakan sebagai alat memperbesar kekuasaan Presiden
di luar ketentuan UUD 1945. Sebagai contohnya ialah pemberian kekuasaan tidak
terbatas pada Presiden melalui TAP MPR No.V/MPR/1998 tentang Pemberian
Tugas dan Wewenang Khusus Kepada Presiden/Mandataris MPR RI dalam
Rangka Penyuksesan dan Pengamanan Pembangunan Nasional Sebagai
Pengamalan Pancasila.

Praktik-praktik yang melanggar UUD 1945 di atas, meyebabkan MPR dalam
Sidang Tahunan 2001 memutuskan meniadakan Pasal 1 ayat (2) dan
menggantinya menjadi: “kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan
menurut UUD”. Perubahan itu mengisyaratkan bahwa kedudukan MPR tidak lagi
sebagai lembaga tertinggi negara namun hanya menjadi lembaga negara yang
setara dengan Presiden.

Hal ini merupakan suatu perubahan yang fundamental dalam sistem
ketatanegaraan Indonesia karena prinsip supremasi MPR telah berganti menjadi
keseimbangan antar lembaga negara.

Salah satu produk hukum yang dihasilkan oleh MPR adalah Ketetapan MPR atau
      TAP MPR yang merupakan bentuk putusan MPR yang berisi hal-hal yang
      bersifat penetapan.

Sejak di keluarkan UU No.10 tahun 2004, MPR tidak terdapat pada tata urutan
     Peraturan Perundang-undangan. Sejak dihilangkannya MPR yang
     berkedudukan sebagai Lembaga Tertinggi Negara membawa konsekuensi
     bagi penyelenggaraan Negara. Salah satu konsekuensinya ialah kedudukan
     ketetapan-ketetapan MPR (TAP MPR) yang telah banyak dikeluarkan
     sebelumnya mengingat bahwasanya MPR bukan lagi sebagai Lembaga
     Tertinggi Negara. Kedudukan TAP MPR berdasarkan ketentuan Pasal 2
     TAP MPR No. III/MPR/2000, hasil produk MPR tersebut menempati urutan
     kedua setelah UUD. Contonya : TAP MPR Nomor XVI/MPR/1998 tentang
     Politik Ekonomi dalam rangka Demokrasi Ekonomi.

Tap MPRS Nomor XXV/MPRS/1966 tentang Pembubaran Partai Komunis
    Indonesia. Yang merupakan pernyataan sebagai organisasi terlarang di
    seluruh wilayah Negara Republik Indonesia bagi Partai Komunis Indonesia
    dan larangan setiap kegiatan untuk menyebarkan atau mengembangkan
    faham atau ajaran Komunis/Marxisme Lenisme.
Untuk mengatasi masalah tersebut maka dilakukan pengalihan pengaturan
     terhadap TAP MPR yang telah dikeluarkan itu sesuai dengan materi yang
     diatur, seandainya ketentuan-ketentuan yang dimaksud dirasakan masih
     diperlukan. Terhadap TAP MPR yang mengatur hal-hal yang bersifat pokok
     menyangkut kepentingan rakyat dan negara secara umum dimasukkan
     menjadi materi yang diatur oleh konstitusi. Sedangkan terhadap TAP MPR
     yang bersifat mengatur masalah penyelenggaraan negara, materi pengaturan
     dialihkan untuk menjadi undang-undang.

Kekeliruan mengeluarkan Tap MPR dari jenis dan tata susunan peraturan
perundang-undangan sejak diundangkannya UU No 10 Tahun 2004 itu akhirnya
disadari oleh pembentuk UU (Pemerintah dan DPR). Hal ini ditandai dengan di
undangkannya UU No 12 Tahun 2011 pada tanggal 12 Agustus 2011 lalu yang
memaksukannya kembali TAP MPR sebagai salah satu jenis peraturan
perundang-undangan. Gagasan meniadakan untuk meniadakan kedudukan MPR
sebagai Lembaga Tertinggi Negara secara konseptual ingin menegaskan, MPR
bukan satu-satunya lembaga yang melaksanakan kedaulatan rakyat. Setiap
lembaga yang mengemban tugas-tugas politik negara dan pemerintahan (tidak
termasuk kekuasaan kehakiman) adalah pelaksana kedaultan rakyat dan harus
tunduk serta bertanggung jawab kepada rakyat.

Seperti pada struktur kelembagaan MPR saat ini (pasca amandemen) terdiri dari
DPR dan DPD. Hal ini merupakan perwujudan dari perubahan Pasal 2 ayat (1)
UUD 1945 berbunyi “Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota-
anggota Dewan Perwakilan Rakyat, ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-
daerah dan golongan-golongan, menurut aturan yang ditetapkan dengan undang-
undang” kemudian setelah diubah berbunyi “Majelis Permusyawaratan Rakyat
terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan
Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih lanjut dengan
undang-undang.” Perubahan Pasal 2 ayat (1) menghapuskan unsur Utusan
Golongan dan mengubah Utusan Daerah menjadi DPD. Penghapusan golongan
menurut Bagir Manan, lebih didorong pertimbangan pragmatik daripada
konseptual. Pertama, tidak mudah menentukan golongan yang diwakili. Kedua,
cara pengisiannya mudah menimbulkan kolusi politik antara golongan yang
diangkat dengan yang mengangkat. Kemudian perubahan sistem utusan daerah
dimaksudkan agar lebih demokratik dan meningkatkan keikutsertaan daerah
dalam penyelenggaraan sehari-hari praktik negara dan pemerintahan, disamping
sebagai forum memperjuangkan kepentingan daerah.

MPR pasca amandemen keempat UUD 1945 telah banyak mengalami perubahan
serta perkembangan mendasar baik bagi sistem pemerintahan maupun bagi MPR
secara struktural. Dengan diubahnya Pasal 1 ayat (2) telah memberikan
konsekuensi bahwa MPR bukan lagi Lembaga Tertinggi Negara atau supreme
body. Ketentuan baru ini menggambarkan sebuah susunan kelembagaan negara
yang tadinya vertikal hirarkis (spremasi MPR) menjadi horizontal fungsional
dengan prinsip saling mengimbangi dan saling mengawasi antar lembaga negara
(check and balances).

Konsekuensi dari sistem perwakilan seperti ini ialah kerancuan terhadap sistem
perwakilan yang diterapkan di Indonesia. Apakah itu unikameral, bikameral, atau
trikameral? Namun ada beberapa pakar menyebutkan bahwa semuanya tidak
tercakup dalam sistem perwakilan kita, sehingga ada yang menyebut bahwa
sistem perwakilan di Indonesia ialah “sistem MPR”. Namun yang paling
mendekati adalah sistem perwakilan bikameral mangingat tidak adanya lagi
Utusan Golongan di MPR.



Daftar Pustaka

http://id.wikipedia.org/wiki/Ketetapan_Majelis_Permusyawaratan_Rakyat
(6-10-12/6.47 PM)
http://hukum.kompasiana.com/2012/05/13/implementasi-tap-mpr-no-ix-tahun-
2001
(6-10-12/6.51 PM)
STATUS DAN KEDUDUKAN MPR PASCA AMANDEMEN KE-IV UUD
1945 (6-10-12/10.19 AM)

http://www.mpr.go.id/pages/produk-mpr/tap-mpr (6-10-12/10.23 AM)

More Related Content

What's hot

Sistem politik indonesia sebelum dan sesudah amandemen
Sistem politik indonesia sebelum dan sesudah amandemenSistem politik indonesia sebelum dan sesudah amandemen
Sistem politik indonesia sebelum dan sesudah amandemen
asti_utami
 
Komparasi Tap MPR Nomor III/MPR/2000, UU No.10 Tahun 2004 dan UU No.12 Tahun ...
Komparasi Tap MPR Nomor III/MPR/2000, UU No.10 Tahun 2004 dan UU No.12 Tahun ...Komparasi Tap MPR Nomor III/MPR/2000, UU No.10 Tahun 2004 dan UU No.12 Tahun ...
Komparasi Tap MPR Nomor III/MPR/2000, UU No.10 Tahun 2004 dan UU No.12 Tahun ...
Rizky Pradnya
 
Lembaga Negara Pasca Amandemen UUD 1945
Lembaga Negara Pasca Amandemen UUD 1945Lembaga Negara Pasca Amandemen UUD 1945
Lembaga Negara Pasca Amandemen UUD 1945
Muhamad Yogi
 
Dari Orde Baru ke Indonesia Baru lewat Reformasi Total - 1. L E M B A G A K...
Dari Orde Baru ke Indonesia Baru lewat Reformasi Total - 1.  L E M B A G A  K...Dari Orde Baru ke Indonesia Baru lewat Reformasi Total - 1.  L E M B A G A  K...
Dari Orde Baru ke Indonesia Baru lewat Reformasi Total - 1. L E M B A G A K...
terry_herianta_tarigan
 
MENGURAIKAN KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PELAKSANAAN SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA
MENGURAIKAN KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PELAKSANAAN SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIAMENGURAIKAN KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PELAKSANAAN SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA
MENGURAIKAN KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PELAKSANAAN SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA
January YunGky
 
Sistem Pemerintahan di Indonesia dan Perubahan UUD 1945
Sistem Pemerintahan di Indonesia dan Perubahan UUD 1945Sistem Pemerintahan di Indonesia dan Perubahan UUD 1945
Sistem Pemerintahan di Indonesia dan Perubahan UUD 1945
Susfi WiraTama
 
Contoh soal undang undang dan tap mpr ii
Contoh soal undang undang dan tap mpr iiContoh soal undang undang dan tap mpr ii
Contoh soal undang undang dan tap mpr ii
umyogaprasetya
 

What's hot (20)

Devi makalah
Devi makalahDevi makalah
Devi makalah
 
SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA
SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIASISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA
SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA
 
Dinamika Sistem Pemerintahan Indonesia
Dinamika Sistem Pemerintahan IndonesiaDinamika Sistem Pemerintahan Indonesia
Dinamika Sistem Pemerintahan Indonesia
 
Sistem politik indonesia sebelum dan sesudah amandemen
Sistem politik indonesia sebelum dan sesudah amandemenSistem politik indonesia sebelum dan sesudah amandemen
Sistem politik indonesia sebelum dan sesudah amandemen
 
Sistem Politik dan Pemerintahan Indonesia
Sistem Politik dan Pemerintahan IndonesiaSistem Politik dan Pemerintahan Indonesia
Sistem Politik dan Pemerintahan Indonesia
 
Komparasi Tap MPR Nomor III/MPR/2000, UU No.10 Tahun 2004 dan UU No.12 Tahun ...
Komparasi Tap MPR Nomor III/MPR/2000, UU No.10 Tahun 2004 dan UU No.12 Tahun ...Komparasi Tap MPR Nomor III/MPR/2000, UU No.10 Tahun 2004 dan UU No.12 Tahun ...
Komparasi Tap MPR Nomor III/MPR/2000, UU No.10 Tahun 2004 dan UU No.12 Tahun ...
 
Lembaga Negara Pasca Amandemen UUD 1945
Lembaga Negara Pasca Amandemen UUD 1945Lembaga Negara Pasca Amandemen UUD 1945
Lembaga Negara Pasca Amandemen UUD 1945
 
Dari Orde Baru ke Indonesia Baru lewat Reformasi Total - 1. L E M B A G A K...
Dari Orde Baru ke Indonesia Baru lewat Reformasi Total - 1.  L E M B A G A  K...Dari Orde Baru ke Indonesia Baru lewat Reformasi Total - 1.  L E M B A G A  K...
Dari Orde Baru ke Indonesia Baru lewat Reformasi Total - 1. L E M B A G A K...
 
MENGURAIKAN KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PELAKSANAAN SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA
MENGURAIKAN KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PELAKSANAAN SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIAMENGURAIKAN KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PELAKSANAAN SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA
MENGURAIKAN KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PELAKSANAAN SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA
 
Pkn broh
Pkn brohPkn broh
Pkn broh
 
Kelebihan dan Kelemahan Sistem Pemerintahan di Indonesia
Kelebihan dan Kelemahan Sistem Pemerintahan di IndonesiaKelebihan dan Kelemahan Sistem Pemerintahan di Indonesia
Kelebihan dan Kelemahan Sistem Pemerintahan di Indonesia
 
Sistem pemerintahan indonesia
Sistem pemerintahan indonesiaSistem pemerintahan indonesia
Sistem pemerintahan indonesia
 
UTS HTLN
UTS HTLN UTS HTLN
UTS HTLN
 
Adapun perbedaan kelembagaan dan tugas kenegaraaan sebelum dan sesudah amande...
Adapun perbedaan kelembagaan dan tugas kenegaraaan sebelum dan sesudah amande...Adapun perbedaan kelembagaan dan tugas kenegaraaan sebelum dan sesudah amande...
Adapun perbedaan kelembagaan dan tugas kenegaraaan sebelum dan sesudah amande...
 
KEDUDUKAN WAKIL PRESIDEN DALAM SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIAL
KEDUDUKAN WAKIL PRESIDEN DALAM SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIALKEDUDUKAN WAKIL PRESIDEN DALAM SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIAL
KEDUDUKAN WAKIL PRESIDEN DALAM SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIAL
 
Lembaga Legislatif
Lembaga LegislatifLembaga Legislatif
Lembaga Legislatif
 
Tugas PKN - Struktur Pemerintahan
Tugas PKN - Struktur PemerintahanTugas PKN - Struktur Pemerintahan
Tugas PKN - Struktur Pemerintahan
 
Sistem Pemerintahan di Indonesia dan Perubahan UUD 1945
Sistem Pemerintahan di Indonesia dan Perubahan UUD 1945Sistem Pemerintahan di Indonesia dan Perubahan UUD 1945
Sistem Pemerintahan di Indonesia dan Perubahan UUD 1945
 
Pembentuka per uu ii
Pembentuka per uu iiPembentuka per uu ii
Pembentuka per uu ii
 
Contoh soal undang undang dan tap mpr ii
Contoh soal undang undang dan tap mpr iiContoh soal undang undang dan tap mpr ii
Contoh soal undang undang dan tap mpr ii
 

Similar to Tugas pendidikan pancasila

Kewenangaan mk terhadap tap mpr
Kewenangaan mk terhadap tap mprKewenangaan mk terhadap tap mpr
Kewenangaan mk terhadap tap mpr
Ahmad Solihin
 
Tugas dan fungsi mpr serta hubungan antar lembaga negara dalam sistem ketata...
Tugas dan fungsi mpr serta hubungan antar lembaga negara  dalam sistem ketata...Tugas dan fungsi mpr serta hubungan antar lembaga negara  dalam sistem ketata...
Tugas dan fungsi mpr serta hubungan antar lembaga negara dalam sistem ketata...
Operator Warnet Vast Raha
 
Peraturan pemerintah
Peraturan pemerintahPeraturan pemerintah
Peraturan pemerintah
anggapriktew
 
Filosofis pendidikan
Filosofis pendidikanFilosofis pendidikan
Filosofis pendidikan
novianafarida
 

Similar to Tugas pendidikan pancasila (20)

FORMAT KELEMBAGAAN NEGARA DAN PERGESERAN KEKUASAAN DALAM UUD 1945
FORMAT KELEMBAGAAN NEGARA DAN PERGESERAN KEKUASAAN DALAM UUD 1945FORMAT KELEMBAGAAN NEGARA DAN PERGESERAN KEKUASAAN DALAM UUD 1945
FORMAT KELEMBAGAAN NEGARA DAN PERGESERAN KEKUASAAN DALAM UUD 1945
 
Kewenangaan mk terhadap tap mpr
Kewenangaan mk terhadap tap mprKewenangaan mk terhadap tap mpr
Kewenangaan mk terhadap tap mpr
 
Konstitusi dan Konstitusi Indonesia_PPT KWN Kel. 4.pptx
Konstitusi dan Konstitusi Indonesia_PPT KWN Kel. 4.pptxKonstitusi dan Konstitusi Indonesia_PPT KWN Kel. 4.pptx
Konstitusi dan Konstitusi Indonesia_PPT KWN Kel. 4.pptx
 
PPKN Pokok Pokok Pikiran UUD 1945
PPKN Pokok Pokok Pikiran UUD 1945 PPKN Pokok Pokok Pikiran UUD 1945
PPKN Pokok Pokok Pikiran UUD 1945
 
Ilmu Perundang-Undangan, Norma Hukum, dan yang Lainnya
Ilmu Perundang-Undangan, Norma Hukum, dan yang Lainnya Ilmu Perundang-Undangan, Norma Hukum, dan yang Lainnya
Ilmu Perundang-Undangan, Norma Hukum, dan yang Lainnya
 
Pkn
PknPkn
Pkn
 
Tugas dan fungsi mpr serta hubungan antar lembaga negara dalam sistem ketata...
Tugas dan fungsi mpr serta hubungan antar lembaga negara  dalam sistem ketata...Tugas dan fungsi mpr serta hubungan antar lembaga negara  dalam sistem ketata...
Tugas dan fungsi mpr serta hubungan antar lembaga negara dalam sistem ketata...
 
Journal efektivitas hak veto presiden dlm uud nri tahun 1945
Journal  efektivitas hak veto presiden dlm uud nri tahun 1945Journal  efektivitas hak veto presiden dlm uud nri tahun 1945
Journal efektivitas hak veto presiden dlm uud nri tahun 1945
 
LEMBAGA_LEMBAGA_NEGARA.ppt
LEMBAGA_LEMBAGA_NEGARA.pptLEMBAGA_LEMBAGA_NEGARA.ppt
LEMBAGA_LEMBAGA_NEGARA.ppt
 
Peraturan pemerintah
Peraturan pemerintahPeraturan pemerintah
Peraturan pemerintah
 
SOAL LCT 4 Pilar Berbangsa Dan Bernegara Tim SMAN 2 B.S
SOAL LCT 4 Pilar Berbangsa Dan Bernegara Tim SMAN 2 B.SSOAL LCT 4 Pilar Berbangsa Dan Bernegara Tim SMAN 2 B.S
SOAL LCT 4 Pilar Berbangsa Dan Bernegara Tim SMAN 2 B.S
 
Konstitusi di indonesia
Konstitusi di indonesiaKonstitusi di indonesia
Konstitusi di indonesia
 
Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Di Indonesia Eric
Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Di Indonesia EricPelaksanaan Sistem Pemerintahan Di Indonesia Eric
Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Di Indonesia Eric
 
Amandemen kelima uud 1945
Amandemen kelima uud 1945Amandemen kelima uud 1945
Amandemen kelima uud 1945
 
Majelis permusyawaratan rakyat
Majelis permusyawaratan rakyatMajelis permusyawaratan rakyat
Majelis permusyawaratan rakyat
 
Majelis permusyawaratan rakyat
Majelis permusyawaratan rakyatMajelis permusyawaratan rakyat
Majelis permusyawaratan rakyat
 
KELOMPOK 1 MPR.pdf
KELOMPOK 1 MPR.pdf KELOMPOK 1 MPR.pdf
KELOMPOK 1 MPR.pdf
 
Bahan ajar lembaga kepresidenan
Bahan ajar   lembaga kepresidenanBahan ajar   lembaga kepresidenan
Bahan ajar lembaga kepresidenan
 
Kelas 8 BAB Sistem pemerintahan indonesia
Kelas 8 BAB Sistem pemerintahan indonesiaKelas 8 BAB Sistem pemerintahan indonesia
Kelas 8 BAB Sistem pemerintahan indonesia
 
Filosofis pendidikan
Filosofis pendidikanFilosofis pendidikan
Filosofis pendidikan
 

Tugas pendidikan pancasila

  • 1. TUGAS PENDIDIKAN PANCASILA (KEDUDUKAN MPR DAN TAB MPR) Oleh : ABD. HADI MUZAKI (1031130039) T. Telekomunikasi /01/ 3C KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN POLITEKNIK NEGERI MALANG Jl. SoekarnoHatta 9 PO.BOX 04 Malang 65141 Telp.(0341) 404424-25 (Hunting) Fax. (0341)404420 http://www.poltek-malang.ac.id 2012
  • 2. Pada masa sebelum Perubahan (Amandemen) UUD 1945, Ketetapan MPR merupakan Peraturan Perundangan yang secara hierarki berada di bawah UUD 1945 dan di atas Undang-Undang. Pada masa awal reformasi, ketetapan MPR tidak lagi termasuk urutan hierarki Peraturan Perundang-undangan di Indonesia. Namun pada tahun 2011, berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011, Tap MPR kembali menjadi Peraturan Perundangan yang secara hierarki berada di bawah UUD 1945. Pimpinan MPR menyatakan bahwa kembali berlakunya Tap MPR pun tidak serta-merta mengembalikan posisi MPR seperti kondisi sebelumnya, dikarenakan pada era reformasi pembuatan Tap MPR baru tidak akan seperti masa yang sebelumnya, mengingat peran pembuatan Undang-Undang (legislatif) pada era reformasi diserahkan sepenuhnya kepada Presiden dan DPR. Perubahan UUD 1945 membawa implikasi terhadap kedudukan, tugas, dan wewenang MPR. MPR yang dahulu berkedudukan sebagai lembaga tertinggi negara, kini berkedudukan sebagai lembaga negara yang setara dengan lembaga negara lainnya (seperti Kepresidenan, DPR, DPD, BPK, MA, dan MK). STATUS KEDUDUKAN MPR PASCA AMANDEMEN KE-IV UUD 1945 Pasca amandemen (perubahan) keempat UUD 1945, telah terjadi perubahan menonjol dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. Perubahan UUD 1945 mengakibatkan adanya perubahan kedudukan dan hubungan beberapa lembaga negara. Setidaknya terdapat 28 subyek kelembagaan atau subyek hukum tata negara dan administrasi negara. Lembaga-lembaga tersebut ada yang merupakan lembaga-lembaga baru seperti Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Konstitusi, Komisi Yudisial, Dewan Pertimbangan Presiden. Namun lembaga-lembaga lama yang masih mempunyai kewenangan dalam pemerintahan seperti legislatif dan eksekutif, masih tetap ada. Hanya saja, kewenangan-kewenangan masing-masing lembaga tersebut lebih dipertegas. Hal ini dikarenakan alasan-alasan mengapa UUD 1945 perlu diamandemen agar tidak terjadi executive heavy serta benar- benar menjalankan sistem check and balances. Kemudian dari masing-masing lembaga tersebut, ada yang diberi kewenangan langsung oleh UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 seperti misalnya MPR, DPR, DPD, Presiden dan Wakil Presiden. Ada pula yang hanya disebutkan secara eksplisit nama lembaganya saja serta hanya disebutkan fungsinya saja, misalnya KPK, KPU, Bank Sentral, dan sebagainya. Selain perubahan terhadap struktur ketatanegaraan, perubahan UUD 1945 berimplikasi pada sistem ketatanegaraan dan sistem politik di Indonesia. Yang menarik untuk dikaji secara mendalam ialah tentang lembaga Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). MPR yang selama ini super body tak luput menjadi incaran untuk diamandemen. Hal tersebut memang harus dilakukan, mengingat penyelenggaraan kedaulatan rakyat melalui sistem supremasi MPR telah menimbulkan kekuasaan yang begitu besar dibidang eksekutif. Keadaan yang demikian telah menempatkan MPR hanya sebatas pelengkap demokrasi saja. Namun setelah amandemen, terjadi perombakan besar-besaran dalam tubuh MPR.
  • 3. Jika dahulu terdapat utusan-utusan golongan maupun daerah, maka sekarang utusan-utusan tersebut dihilangkan dan diganti dengan sebuah lembaga baru yaitu Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Salah satu alasan mengapa MPR perlu dirombak (dalam amandemen UUD 1945) karena kekuasaan yang besar dari MPR itu sendiri, tidak jarang diselewengkan atau dipergunakan sebagai alat memperbesar kekuasaan Presiden di luar ketentuan UUD 1945. Sebagai contohnya ialah pemberian kekuasaan tidak terbatas pada Presiden melalui TAP MPR No.V/MPR/1998 tentang Pemberian Tugas dan Wewenang Khusus Kepada Presiden/Mandataris MPR RI dalam Rangka Penyuksesan dan Pengamanan Pembangunan Nasional Sebagai Pengamalan Pancasila. TAP MPR PASCA PENETAPAN UU NO.12 TAHUN 2011 Kedudukan TAP MPR Pasca Penetapan UU No.12 tahun 2011 hingga saat ini masih menimbulkan sejumlah pertanyaan. Pasalnya, sebelum UU No.12 tahun 2011 diberlakukan, berdasar UU No.10 tahun 2004, Ketetapan MPR No.III/MPR/2000 dinyatakan tidak lagi berlaku mengikat secara umum. Salah satu produk hukum yang dihasilkan oleh MPR adalah Ketetapan MPR atau TAP MPR yang merupakan bentuk putusan MPR yang berisi hal-hal yang bersifat penetapan. Anggota Fraksi Partai Golkar KH Muhammad Busro Suhud mengatakan bahwa TAP MPR menimbulkan banyak kontroversi bahkan seorang guru besar Hukum Tata Negara ada yang menyebutnya sebagai barang haram. Jika MPR membuat ketetapan siapa yang akan melaksanakan?karena kedudukan MPR saat ini sudah sederajat dengan BPK dan MA, meskipun MPR tidak lagi berwenang membentuk Ketetapan namun masih terdapat kategori Tap MPR yang masit tetap berlaku dan tidak dapat dicabut atau diganti dengan undang-undang, serta kategori Tap MPR yang masih berlaku selama belum diatur dalam UU. Ketetapan-ketatapan MPR yang masih tetap berlaku dan tidak dapat dicabut atau diganti dengan undang-undang adalah: Tap MPRS Nomor XXV/MPRS/1966 tentang Pembubaran Partai Komunis Indonesia. Yang merupakan pernyataan sebagai organisasi terlarang di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia bagi Partai Komunis Indonesia dan larangan setiap kegiatan untuk menyebarkan atau mengembangkan faham atau ajaran Komunis/Marxisme Lenisme. Permasalahan : 1. Dipertahankan atau dihilangkan TAP MPR di dalam tata urutan Peraturan Perundang-undangan, mengingat terdapat UU No.10 tahun 2004.
  • 4. Analisa : Mengapa diadakan amandemen terhadap MPR dan TAP MPR karena MPR mempunyai wewenang penuh sebagai lembaga tertinggi, tidak jarang diselewengkan atau dipergunakan sebagai alat memperbesar kekuasaan Presiden di luar ketentuan UUD 1945. Sebagai contohnya ialah pemberian kekuasaan tidak terbatas pada Presiden melalui TAP MPR No.V/MPR/1998 tentang Pemberian Tugas dan Wewenang Khusus Kepada Presiden/Mandataris MPR RI dalam Rangka Penyuksesan dan Pengamanan Pembangunan Nasional Sebagai Pengamalan Pancasila. Praktik-praktik yang melanggar UUD 1945 di atas, meyebabkan MPR dalam Sidang Tahunan 2001 memutuskan meniadakan Pasal 1 ayat (2) dan menggantinya menjadi: “kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD”. Perubahan itu mengisyaratkan bahwa kedudukan MPR tidak lagi sebagai lembaga tertinggi negara namun hanya menjadi lembaga negara yang setara dengan Presiden. Hal ini merupakan suatu perubahan yang fundamental dalam sistem ketatanegaraan Indonesia karena prinsip supremasi MPR telah berganti menjadi keseimbangan antar lembaga negara. Salah satu produk hukum yang dihasilkan oleh MPR adalah Ketetapan MPR atau TAP MPR yang merupakan bentuk putusan MPR yang berisi hal-hal yang bersifat penetapan. Sejak di keluarkan UU No.10 tahun 2004, MPR tidak terdapat pada tata urutan Peraturan Perundang-undangan. Sejak dihilangkannya MPR yang berkedudukan sebagai Lembaga Tertinggi Negara membawa konsekuensi bagi penyelenggaraan Negara. Salah satu konsekuensinya ialah kedudukan ketetapan-ketetapan MPR (TAP MPR) yang telah banyak dikeluarkan sebelumnya mengingat bahwasanya MPR bukan lagi sebagai Lembaga Tertinggi Negara. Kedudukan TAP MPR berdasarkan ketentuan Pasal 2 TAP MPR No. III/MPR/2000, hasil produk MPR tersebut menempati urutan kedua setelah UUD. Contonya : TAP MPR Nomor XVI/MPR/1998 tentang Politik Ekonomi dalam rangka Demokrasi Ekonomi. Tap MPRS Nomor XXV/MPRS/1966 tentang Pembubaran Partai Komunis Indonesia. Yang merupakan pernyataan sebagai organisasi terlarang di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia bagi Partai Komunis Indonesia dan larangan setiap kegiatan untuk menyebarkan atau mengembangkan faham atau ajaran Komunis/Marxisme Lenisme.
  • 5. Untuk mengatasi masalah tersebut maka dilakukan pengalihan pengaturan terhadap TAP MPR yang telah dikeluarkan itu sesuai dengan materi yang diatur, seandainya ketentuan-ketentuan yang dimaksud dirasakan masih diperlukan. Terhadap TAP MPR yang mengatur hal-hal yang bersifat pokok menyangkut kepentingan rakyat dan negara secara umum dimasukkan menjadi materi yang diatur oleh konstitusi. Sedangkan terhadap TAP MPR yang bersifat mengatur masalah penyelenggaraan negara, materi pengaturan dialihkan untuk menjadi undang-undang. Kekeliruan mengeluarkan Tap MPR dari jenis dan tata susunan peraturan perundang-undangan sejak diundangkannya UU No 10 Tahun 2004 itu akhirnya disadari oleh pembentuk UU (Pemerintah dan DPR). Hal ini ditandai dengan di undangkannya UU No 12 Tahun 2011 pada tanggal 12 Agustus 2011 lalu yang memaksukannya kembali TAP MPR sebagai salah satu jenis peraturan perundang-undangan. Gagasan meniadakan untuk meniadakan kedudukan MPR sebagai Lembaga Tertinggi Negara secara konseptual ingin menegaskan, MPR bukan satu-satunya lembaga yang melaksanakan kedaulatan rakyat. Setiap lembaga yang mengemban tugas-tugas politik negara dan pemerintahan (tidak termasuk kekuasaan kehakiman) adalah pelaksana kedaultan rakyat dan harus tunduk serta bertanggung jawab kepada rakyat. Seperti pada struktur kelembagaan MPR saat ini (pasca amandemen) terdiri dari DPR dan DPD. Hal ini merupakan perwujudan dari perubahan Pasal 2 ayat (1) UUD 1945 berbunyi “Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota- anggota Dewan Perwakilan Rakyat, ditambah dengan utusan-utusan dari daerah- daerah dan golongan-golongan, menurut aturan yang ditetapkan dengan undang- undang” kemudian setelah diubah berbunyi “Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih lanjut dengan undang-undang.” Perubahan Pasal 2 ayat (1) menghapuskan unsur Utusan Golongan dan mengubah Utusan Daerah menjadi DPD. Penghapusan golongan menurut Bagir Manan, lebih didorong pertimbangan pragmatik daripada konseptual. Pertama, tidak mudah menentukan golongan yang diwakili. Kedua, cara pengisiannya mudah menimbulkan kolusi politik antara golongan yang diangkat dengan yang mengangkat. Kemudian perubahan sistem utusan daerah dimaksudkan agar lebih demokratik dan meningkatkan keikutsertaan daerah dalam penyelenggaraan sehari-hari praktik negara dan pemerintahan, disamping sebagai forum memperjuangkan kepentingan daerah. MPR pasca amandemen keempat UUD 1945 telah banyak mengalami perubahan serta perkembangan mendasar baik bagi sistem pemerintahan maupun bagi MPR secara struktural. Dengan diubahnya Pasal 1 ayat (2) telah memberikan konsekuensi bahwa MPR bukan lagi Lembaga Tertinggi Negara atau supreme body. Ketentuan baru ini menggambarkan sebuah susunan kelembagaan negara yang tadinya vertikal hirarkis (spremasi MPR) menjadi horizontal fungsional
  • 6. dengan prinsip saling mengimbangi dan saling mengawasi antar lembaga negara (check and balances). Konsekuensi dari sistem perwakilan seperti ini ialah kerancuan terhadap sistem perwakilan yang diterapkan di Indonesia. Apakah itu unikameral, bikameral, atau trikameral? Namun ada beberapa pakar menyebutkan bahwa semuanya tidak tercakup dalam sistem perwakilan kita, sehingga ada yang menyebut bahwa sistem perwakilan di Indonesia ialah “sistem MPR”. Namun yang paling mendekati adalah sistem perwakilan bikameral mangingat tidak adanya lagi Utusan Golongan di MPR. Daftar Pustaka http://id.wikipedia.org/wiki/Ketetapan_Majelis_Permusyawaratan_Rakyat (6-10-12/6.47 PM) http://hukum.kompasiana.com/2012/05/13/implementasi-tap-mpr-no-ix-tahun- 2001 (6-10-12/6.51 PM) STATUS DAN KEDUDUKAN MPR PASCA AMANDEMEN KE-IV UUD 1945 (6-10-12/10.19 AM) http://www.mpr.go.id/pages/produk-mpr/tap-mpr (6-10-12/10.23 AM)