SlideShare a Scribd company logo
1 of 24
PEGAWAI NEGERI SIPIL
MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Terstruktur
dalam Mata Kuliah: Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu: Tato Nuryanto,M.Pd
Disusun oleh:
1. Deden Hamdan
2. Devi Risnawati
3. Lili Sulaihah
4. Nafilah El Sa’idah
Tadris Bahasa Inggris Semester 2
IAIN SYEKH NURJATI CIREBON
Jl. Perjuangan By Pass Sunyaragi Cirebon - Jawa Barat 45132
Telp : (0231) 481264 Faxs : (0231) 489926
1
PEMBAHASAN
PEGAWAI NEGERI
A. Definisi Pegawai Negeri Sipil
Dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang
Perubahan Atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok
Kepegawaian, disebutkan bahwa Pegawai Negeri adalah setiap warga Negara
Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh
pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau
diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku..
Dalam undang-undang ini jelas bahwa pegawai negeri adalah seseorang
yang menjalankan tugas negara. Dan, pegawai negeri terdiri dari Pegawai
Negeri Sipil, Anggota Tentara Nasional Indonesia, dan Anggota Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
B. .Sejarah Tentang Pegawai Negeri Sipil
Semenjak kemerdekaan diproklomasikan telah ada upaya dari
pemerintah RI pada saat itu untuk mengelola kepegawaian Pemerintah RI
secara lebih baik. Lembaga pemerintah pertama yang diberi tanggung jawab
untuk mengelola hal itu adalah Kantor Urusan Pegawai (KUP) Yang dibentuk
berdasarkan PP No. 11 Tahun 1948 dan berkedudukan di Yogyakarta. KUP
khusus diperuntukkan menangani pegawai Pemerintah RI, sedangkan
pegawai yang mengabdi pada Pemerintah Hindia Belanda dikelola oleh
Djawatan Umum Urusan Pegawai (DUUP) yang dibentuk berdasarkan
Keputusan Gubernur Jendral Hindia Belanda No.13 Tahun 1938. Pada
perkembangan selanjutnya berdasarkan peraturan pemerintah No.32 Tahun
1950 kedua lembaga disatukan dan menjadi cikal bakal dari lahirnya lembaga
2
yang disebut Badan Administrasi Kepegawaian Negara (BAKN) dikemudian
hari. Lembaga ini berkedudukan langsung dibawah dan bertanggungjawab
kepada Perdana Menteri. Namun kemudian, KUP ini tidak mampu
menjalankan fungsi sebagaimana mestinya, karena sejumlah faktor yang
berkaitan dengan ketidakstabilan politik yang sangat tinggi pada saat itu.
Situasi politik yang tidak kondusif bagi terciptanya aparatur negara
yang sehat dan bersih ketika itu tidak menyurutkan upaya pemerintah untuk
mengelola birokrasi dan manajemen PNS secara lebih profesional. Berbagai
lembaga yang bertanggungjawab terhadap masalah kepegawaian dibentuk
oleh pemerintah, misalnya pembentukkan Panitia Organisasi Kementrian
(PANOK) dan pembentukan Lembaga Administrasi Negara (LAN). Kedua
lembaga yang dibentuk dengan Peraturan Pemerintah No.30 Tahun 1957 ini
bertugas menyempurnakan aparatur dan administrasi negara; dan
kedudukannya dibawah dan bertanggungjawab langsung kepada Perdana
Menteri. Selain kedua lembaga, dibentuk pula Panitia Retooling Aparatur
Negara (PARAN) yang menghasilkan PP Nomor 5 Tahun 1962 tentang
Pokok-pokok Organisasi Aparatur Pemerintah Negara Tingkat tertinggi.
Lembaga yang syarat nilai politis sesuai kondisi pada saat itu adalah
Komando Tertinggi Retooling Aparatur Revolusi (KONTRAR) sebagai
kelanjutan dari PARAN.
Periode yang mulai kondusif untuk memperbaiki kinerja aparatur
negara adalah semasa Kabinet Ampera. Kebijakan yang dibuat oleh kabinet
ini antara lain dengan membentuk Panitia Pembantu Presiden berlandaskan
instruksi Ketua Presidium Kabinet Ampera Nomor 01/U/IN/8/1996 dan
diketuai oleh Dr. Awaloedin Djamin. Panitia ini bertugas memberikan saran
tentang maalah penertiban dan penyempurnaan administrasi negara dan
landasan pelaksanaanya dibantu oleh Lembaga Adminstrasi Negara (LAN),
Kantor Urusan Pegawai RI, dan Biro Pusat Statistik (BPS). Keberadaan
panitia ini kemudian lebih diperkuat lagi dengan Keputusan Presidium
Kabinet Ampera No. 266 Tahun 1967 dengan nama “Tim Pembantu untuk
3
Penertiban Aparatur dan Administrasi Pemerintah” (PAAP) yang diketuai
oleh Menteri Tenaga Kerja.
Kesadaran pemerintah terhadap pentingnya aparatur negara yang
bersih dan berwibawa semakin meningkat ketika Kabinet Pembangunan I
menciptakan Menteri Negara Penyempurna dan Pembersih Aparatur Negara
(MENPA) yang dijabat pertama kali dijabat oleh H. Harsono Tjokroaminoto.
Berdasarkan Keppres No. 19 Tahun 1968 kementrian ini bertugas membantu
presiden dalam menyempurnakan dan membersihkan aparatur negara dalam
operasionalisasinya dibantu oleh Tim PAAP dan Sekretariat Panitia
Koordinasi Efisiensi Aparatur Ekonomi Negara dan Aparatur Pemerintahan
sebagai unsur staf. Perubahan lain yang cukup penting semasa Kabinet
Pembangunan I ini adalah diubahnya KUP menjadi Badan Administrasi
Kepegawaian Negara (BAKN) berdasarkan PP No. 32 Tahun 1972.
Berdasarkan PP tersebut BAKN ditetapkan sebagai sebuah lembaga
pemerintah nondepartemen yang berkedudukan langsung di bawah dan
bertanggung jawab kepada presiden; dan berfungsi menyempurnakan,
memelihara, dan mengembangkan administrasi Negara di bidang
kepegawaian sehingga tercapai kelancaran jalannya pemerintahan.
C. Kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil
Peningkatan kesejahteraan PNS diusahakan secara bertahap sesuai dengan
kemampuan, sehingga pada akhirnya PNS dapat memusatkan perhatian
sepenuhnya untuk melaksanakan tugasnya. Usaha kesejahteraan yang
dimaksud meliputi kesejahteraan materiil maupun spiritual, seperti jaminan
hari tua, bantuan perawatan kesehatan, bantuan kematian, ceramah
keagamaan, dan lain-lain. Penyelenggaraan program kesejahteraan PNS
diatur dan dibina oleh Pemerintah Pusat.
Untuk membiayai usaha-usaha dalam bidang kesejahteraan, maka dari
setiap Pegawai Negeri dan Pejabat Negara dipungut iuran sebesar 10% dari
4
penghasilan setiap bulan sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 56 Tahun
1974 dan diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 1977, dengan
perinciannya:
1. 4 ¾ % untuk iuran dan pensiun
2. 2 % untuk iuran pemeliharaan kesehatan
3. 3 ¼ % untuk iuran tabungan hari tua.
- PNS mendapat asuransi sosial berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 25 Tahun 1981.
- PNS mendapat pemeliharaan kesehatan berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 22 Tahun 1984.
No Masa
kerja
Usia Alasan Keterangan
1 Minimal
20 tahun
Minimal 50
tahun
Mengajukan berhenti Diberhentikan
dengan hormat
2 _ _ Cacat jasmani/rohani Karena menjalankan
tugas jabatan
3 Minimal
4 tahun
_ Cacat jasmani/rohani Tidak karena
menjalankan tugas
jabatan
4 Minimal
10 tahun
Minimal 50
tahun
Diberhentikan karena
penghapusan jabatan
Diberhentikan
dengan hormat
5 Minimal
10 tahun
Minimal 50
tahun
Setelah tugas negara
tidak ditempatkan lagi
Diberhentikan
dengan hormat
6 Minimal
10 tahun
Kurang dari
50 tahun
Diberhentikan karena
penghapusan jabatan
atau setelah tugas
negara tidak
ditempatkan lagi
Diberhentikan
dengan hormat dan
pensiun diberikan
setelah usia 50 tahun
5
D. Payung Hukum Pegawai Negeri Sipil
Payung hukum Pegawai Negeri Sipil (PNS) tercantum dalam UNDANG-
UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG
POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN. Yang memuat:
BAB I
PENGERTIAN
Pasal 1
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:
a. Pegawai Negeri adalah mereka yang setelah memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, diangkat oleh
pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam sesuatu jabatan Negeri
atau diserahi tugas Negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan sesuatu
peraturan perundang-undangan dan digaji menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
b. Pejabat yang berwenang adalah pejabat yang mempunyai kewenangan
mengangkat dan atau memberhentikan Pegawai Negeri berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
c. Jabatan Negeri adalah jabatan dalam bidang eksekutip yang ditetapkan
berdasarkan peraturan perundang-undangan termasuk di dalamnya jabatan
dalam kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara dan kepaniteraan
Pengadilan;
d. Atasan yang berwenang adalah pejabat yang karena kedudukan atau
jabatannya membawahi seorang atau lebih Pegawai Negeri;
e. Pejabat yang berwajib adalah pejabat yang karena jabatan atau tugasnya
berwenang melakukan tindakan hukum berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
6
Pasal 2
(1) Pegawai Negeri terdiri dari:
a. Pegawai Negeri Sipil, dan
b. Anggota Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.
(2) Pegawai Negeri Sipil terdiri dari: 3
a. Pegawai Negeri Sipil Pusat;
b. Pegawai Negeri Sipil Daerah; dan
c. Pegawai Negeri Sipil lain yang ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.
BAB II
KETENTUAN UMUM
Bagian Pertama
Kedudukan
Pasal 3
Pegawai Negeri adalah unsur Aparatur Negara, Abdi Negara, dan Abdi
Masyarakat yang dengan penuh kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila,
Undang-Undang Dasar 1945, Negara, dan Pemerintah menyelenggarakan tugas
pemerintahan dan pembangunan.
Bagian Kedua
Kewajiban
Pasal 4
Setiap Pegawai Negeri wajib setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila
Undang-Undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah.
7
Pasal 5
Setiap Pegawai Negeri wajib mentaati segala peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepadanya
dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggungjawab.
Pasal 6
(1) Setiap Pegawai Negeri wajib menyimpan rahasia jabatan.
(2) Pegawai Negeri hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan kepada dan atas
perintah pejabat yang berwajib atas kuasa Undang-undang.
Bagian Ketiga
Hak
Pasal 7
Setiap Pegawai Negeri berhak memperoleh gaji yang layak sesuai dengan
pekerjaan dan tanggungjawabnya.
Pasal 8
Setiap Pegawai Negeri berhak atas cuti.
Pasal 9
(1) Setiap Pegawai Negeri yang ditimpa oleh sesuatu kecelakaan dalam dan
karena menjalankan tugas kewajibannya, berhak memperoleh perawatan.
(2) Setiap Pegawai Negeri yang menderita cacat jasmani atau cacat rohani
dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya yang
mengakibatkannya tidak dapat bekerja lagi dalam jabatan apapun juga,
berhak memperoleh tunjangan.
8
(3) Setiap Pegawai Negeri yang tewas, keluarganya berhak memperoleh uang
duka.
Pasal 10
Setiap Pegawai Negeri yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan,
berhak atas pensiun.
Bagian Keempat
Pejabat Negara
Pasal 11
Seorang Pegawai Negara yang diangkat menjadi Pejabat Negara, di bebaskan
untuk sementara waktu dari jabatan organiknya selama menjadi Pejabat Negara
tanpa kehilangan statusnya sebagai Pegawai Negeri.
BAB III
PEMBINAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL
Bagian Pertama
Tujuan Pembinaan
Pasal 12
(1) Pembinaan Pegawai Negeri Sipil diarahkan untuk menjamin
penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan secara berdaya
guna dan berhasil guna.
(2) Pembinaan yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini dilaksanakan
berdasarkan sistim karier dan sistim prestasi kerja.
9
Bagian Kedua
Kebijaksanaan Pembinaan
Pasal 13
Kebijaksanaan pembinaan Pegawai Negeri Sipil secara menyeluruh berada di
tangan Presiden.
Pasal 14
Untuk lebih meningkatkan pembinaan, keutuhan, dan kekompakan serta dalam
rangka usaha menjamin kesetiaan dan ketaatan penuh seluruh Pegawai Negeri
Sipil terhadap Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara, dan Pemerintah,
perlu dipupuk dan dikembangkan jiwa korps yang bulat di dan Pemerintah,
perlu dipupuk dan dikembangkan jiwa korps yang bulat dan kalangan Pegawai
Negeri Sipil.
Bagian Ketiga
Formasi dan Pengadaan
Pasal 15
Jumlah dan susunan pangkat Pegawai Negeri Sipil yang diperlukan ditetapkan
dalam formasi untuk jangka waktu tertentu berdasarkan jenis, sifat, dan beban
kerja yang harus dilaksanakan.
Pasal 16
(1) Pengadaan Pegawai Negeri Sipil adalah untuk mengisi formasi.
(2) Setiap Warga Negara yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan,
mempunyai kesempatan yang sama untuk melamar menjadi Pegawai
Negeri Sipil.
(3) Apabila pelamar yang dimaksud dalam ayat (2) pasal ini diterima, maka ia
harus melalui masa percobaan dan selama masa percobaan itu berstatus
sebagai calon Pegawai Negeri Sipil.
10
(4) Calon Pegawai Negeri Sipil diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil setelah
memulai masa percobaan sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun dan selama-
lamanya2 (dua) tahun.
Bagian Keempat
Kepangkatan, Jabatan, Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian
Pasal 17
(1) Pegawai Negeri Sipil diangkat dalam pangkat dan jabatan tertentu.
(2) Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam sesuatu jabatan dilaksanakan
dengan memperhatikan jenjang pangkat yang ditetapkan untuk jabatan itu.
Pasal 18
(1) Pemberian kenaikan pangkat dilaksanakan berdasarkan sistim kenaikan
pangkat reguler dan kenaikan pangkat pilihan.
(2) Setiap Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan,
berhak atas kenaikan pangkat reguler.
(3) Pemberian kenaikan pangkat pilihan adalah pengharapan atas prestasi
kerja Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan.
(4) Syarat-syarat kenaikan pangkat reguler adalah prestasi kerja, disiplin kerja,
kesetiaan, pengabdian, pengalaman, dan syarat-syarat obyektip lainnya.
(5) Kenaikan pangkat pilihan, disamping harus memenuhi syarat-syarat yang
dimaksud dalam ayat (4) pasal ini, harus pula didasarkan atas jabatan yang
dipangkunya dengan memperhatikan daftar urut kepangkatan.
(6) Pegawai Negeri Sipil yang tewas diberikan kenaikan pangkat setingkat
lebih tinggi secara anumerta.
11
Pasal 19
Pengangkatan dalam jabatan didasarkan atas prestasi kerja, disiplin kerja,
kesetiaan, pengabdian, pengalaman, dapat dipercaya, serta syarat-syarat
obyektif lainnya.
Pasal 20
Untuk lebih menjamin obyektipitas dalam mempertimbangkan dan menetapkan
kenaikan pangkat dan pengangkatan dalam jabatan diadakan daftar penilaian
pelaksanaan pekerjaan dan daftar urut kepangkatan.
Pasal 21
Untuk kepentingan pelaksanaan tugas bagi Pegawai Negeri Sipil tertentu
ditetapkan tanda pengenal.
Pasal 22
Untuk kepentingan pelaksanaan tugas kedinasan dan dalam rangka pembinaan
Pegawai Negeri Sipil dapat diadakan perpindahan jabatan dan atau perpindahan
wilayah kerja.
Pasal 23
(1) Pegawai Negeri Sipil dapat diberhentikan dengan hormat, karena:
a. Permintaan sendiri;
b. telah mencapai usia pensiun;
c. adanya penyederhanaan organisasi Pemerintah;
d. tidak cakap jasmani atau rohani sehingga tidak dapat
menjalankankewajiban sebagai Pegawai Negeri Sipil.
12
(2) Pegawai Negeri Sipil yang meninggal dunia dengan sendirinya dianggap
diberhentikan dengan hormat.
(3) Pegawai Negeri Sipil dapat diberhentikan tidak dengan hormat, karena:
a. melanggar Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil, Sumpah/Janji Jabatan
Negeri atau Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil;
b. dihukum penjara, berdasarkan keputusan pengadilan yang sudah
mempunyai kekuatan hukum yang tetap karena dengan sengaja
melakukan sesuatu tindak pidana kejahatan yang diancam dengan
hukuman penjara setinggi-tingginya 4 (empat) tahun atau diancam
dengan hukuman yang lebih berat.
(4) Pegawai Negeri Sipil diberhentikan tidak dengan hormat, karena:
a. dihukum penjara atau kurungan, berdasarkan keputusan pengadilan yang
sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap karena melakukan
sesuatu tindak pidana kejahatan jabatan atau tindak pidana kejahatan
yang ada hubungannya dengan jabatan;
b. ternyata melakukan penyelewengan terhadap Ideologi Negara
Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, atau terlibat dalam kegiatan
yang menentang Negara dan atau Pemerintah.
Pasal 24
Pegawai Negeri Sipil yang dikenakan tahanan sementara oleh pejabat yang
berwajib karena disangka telah melakukan sesuatu tindak pidana kejahatan,
dikenakan pemberhentian sementara.
Pasal 25
Untuk memperlancarkan pelaksanaan pengangkatan, pemindahan, dan
pemberhentian Pegawai Negeri Sipil, Presiden dapat mendelegasikan sebagian
wewenangnya kepada Menteri atau pejabat lain.
13
Bagian Kelima
Sumpah, Kode Etik dan Peraturan Disiplin
Pasal 26
(1) Setiap calon Pegawai Negeri Sipil pada saat pengangkatannya menjadi
Pegawai Negeri Sipil wajib mengangkat Sumpah/Janji Pegawai Negeri
Sipilmenurut agama atau kepercayaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
(2) Susunan kata-kata Sumpah/Janji yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini
adalah sebagai berikut: Demi Allah, saya bersumpah/berjanji: Bahwa saya,
untuk diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil, akan setia dan taat
sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara dan
Pemerintah. Bahwa saya, akan mentaati segala peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan melaksanakan tugas kedinasan yang
dipercayakan kepada saya dengan penuh pengabdian, kesadaran dan
tanggungjawab; Bahwa saya, akan senantiasa menjunjung tinggi
kehormatan Negara, Pemerintah dan martabat Pegawai Negeri, serta akan
senantiasa mengutamakan kepentingan Negara daripada kepentingan saya
sendiri, seseorang atau golongan; Bahwa saya, akan memegang rahasia
sesuatu yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus saya rahasiakan;
Bahwa saya, akan bekerja dengan jujur, tertib, cermat dan bersemangat untuk
kepentingan Negara.
Pasal 27
Setiap Pegawai Negeri Sipil yang diangkat untuk memangku sesuatu jabatan
tertentu wajib mengangkat Sumpah/Janji Jabatan Negeri.
Pasal 28
Pegawai Negeri Sipil mempunyai Kode Etik sebagai pedoman sikap, tingkah
laku, dan perbuatan di dalam dan di luar kedinasan.
14
Pasal 29
Dengan tidak mengurangi ketentuan dalam peraturan perundang-undangan
pidana, maka untuk menjamin tata tertib dan kelancaran pelaksanaan tugas,
diadakan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil.
Pasal 30
(1) Pembinaan Jiwa Korps, Kode Etik, dan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri
Sipil tidak boleh bertentangan dengan Pasal-pasal 27 dan 28
UndangUndang Dasar 1945.
(2) Ketentuan lebih lanjut tentang pelaksanaan Pasal 28 Undang-Undang Dasar
1945, akan diatur tersendiri.
Bagian Keenam
Pendidikan dan Latihan
Pasal 31
Untuk mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya, diadakan
pengaturan pendidikan serta pengaturan dan penyelenggaraan latihan jabatan
Pegawai Negeri Sipil yang bertujuan untuk meningkatkan pengabdian, mutu,
keahlian, kemampuan, dan ketrampilan.
Bagian Ketujuh
Kesejahteraan
Pasal 32
(1) Untuk meningkatkan kegairahan bekerja, diselenggarakan usaha
kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil.
(2) Pegawai Negeri Sipil dan keluarganya pada waktu sakit atau melahirkan,
berhak memperoleh bantuan perawatan kesehatan.
15
(3) Pegawai Negeri Sipil yang meninggal dunia, keluarganya berhak
memperoleh bantuan.
(4) Penyelenggaraan kesejahteraan yang dimaksud dalam ayat-ayat (1), (2) dan
(3) pasal ini diatur dan dibina oleh Pemerintah.
Bagian Kedelapan
Penghargaan
Pasal 33
(1) Kepada Pegawai Negeri Sipil yang telah menunjukkan kesetiaan atau
berjasa terhadap Negara atau yang telah menunjukkan prestasi kerja yang luar
biasa baiknya, dapat diberikan penghargaan.
(2) Penghargaan yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini dapat berupa tanda jasa
atau bentuk penghargaan lainnya.
Bagian Kesembilan
Penyelenggaraan Pembinaan Kepegawaian
Pasal 34
Untuk menjamin kelancaran pembinaan Pegawai Negeri Sipil, dibentuk badan
yang membantu Presiden dalam mengatur dan menyelenggarakan pembinaan
Pegawai Negeri Sipil.
Bagian Kesepuluh
Peradilan Kepegawaian
Pasal 35
Penyelesaian sengketa di bidang kepegawaian dilakukan melalui peradilan
untuk itu, sebagai bagian dari Peradilan Tata Usaha Negara yang dimaksud
dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Kekuasaan Kehakiman.
16
Bagian Kesebelas
Lain-lain
Pasal 36
Perincian tentang hal-hal yang dimaksud dalam Pasal 5 sampai dengan Pasal 35
Undang-undang ini diatur lebih lanjut dengan peraturan perundang-undangan.
BAB IV
PEMBINAAN ANGGOTA ANGKATAN BERSENJATA
REPUBLIK INDONESIA
Pasal 37
Pembinaan Anggota Angkatan Bersenjata Republik Indonesia diatur dengan
peraturan perundang-undangan tersendiri.
BAB V
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 38
Pada saat berlakunya Undang-undang ini, segala peraturan
perundangundangan yang ada di bidang kepegawaian yang tidak bertentangan
dengan Undang-undang ini, tetap berlaku selama belum diadakan yang baru
berdasarkan Undang-undang ini.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 39
Pada saat berlakunya Undang-undang ini, dinyatakan tidak berlaku lagi:
17
a. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1961 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1961 Nomor 263);
b. Undang-undang Nomor 21 Tahun 1952 tentang Menetapkan Undang-
undang Darurat tentang Hak Pengangkatan dan Pemberhentian Pegawai-
pegawaiRepublik Indonesia Serikat (Undang-undang Darurat Nomor 25 dan
34 Tahun 1950) sebagai Undang-undang Republik Indonesia (Lembaran
Negara Tahun 1952 Nomor 78);
c. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1957 tentang Penetapan Undang-undang
Darurat Nomor 13 Tahun 1957 (Lembaran Negara Tahun 1957 Nomor 58)
tentang Menambah Undang-undang Nomor 21 Tahun 1952 (Lembaran
Negara Tahun 1952 Nomor 78) tentang "Menetapkan Undang-undang
Darurat tentang Hak Pengangkatan dan Pemberhentian Pegawai-pegawai
Republik Indonesia Serikat (Undang-undang Darurat Nomor 25 dan 34
Tahun 1950) sebagai Undang-undang Republik Indonesia", sebagai
Undang-undang (Lembaran Negara Tahun 1957 Nomor 100);
d. Undang-undang Nomor 17 Tahun 1961 tentang Perubahan Undang-undang
Nomor 21 Tahun 1952 tentang Hak Mengangkat dan Memberhentikan
Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 1961 Nomor 259).
Pasal 40
Hal-hal yang belum atau belum cukup diatur dalam Undang-undang ini, diatur
lebih lanjut dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 41
Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar supaya setiap
orang dapat mengetahuinya,memerintahkan pengundangan Undang-undang ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
18
E. Organisasi (profesi) Pegawai Negeri Sipil
Istilah “organisasi masyarakat sipil” (OMS, civil society organization,
CSO) . OMS beropersai di banyak ranah, sektor, bidang, topik, isu, skala
geografis, dan memiliki bentuk serta ukuran yang begitu beragam. Meskipun
masing-masingnya memiliki sifat spesifik, namun sebagian besar OMS tetap
memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut:
1. OMS “dibimbing oleh nilai-nilai tertentu”─motivasi utama mereka adalah
hasrat untuk memajukan dunia.
2. OMS “tidak mencari untung/laba”─namun ingat mereka tetap dibolekan
untuk menciptakan surplus.
3. OMS berhubungan dengan banyak “pihak yang terkait” (stakeholder)
4. Dikelola oleh sebuah panitia yang terdiri atas para relawan, yang tergabung
dalam “Dewan Pengurus”
5. OMS adalah organisasi-organisasi yang bersifat swasta, otonom, dan
independen dari campur tangan negara.
Kategorisasi Organisasi Masyarakat Sipil
Basis Kategori Kategori
Lingkup wilayah
organisasi
Komunal, Lokal, Nasional, Regional, Internasional.
Lingkup Isu,
Topik, Program
Mono-sektor
Multi-sektor
Ekonomi, lingkungan hidup, permukiman, politik, demokrasi,
hukum dan HAM, pendidikan, pertanian, kesehatan, keagamaan,
seni-budaya, penanggulangan bencana, dan lain-lain.
Bentuk Organisasi
Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), Organisasi Berbasis Komunitas (OBK), yayasan,
badan amal, gerakan mahasiswa, lembaga penanggulangan sumber daya sosial, dsb.
Bentuk Layaan
Pelatihan, penelitian, bantuan material, konsultansi, advokasi, penyuluhan,
pengorganisasian dan lain-lain.
Paradigma,
pendekatan, atau
ideologi
Clarity, development, advocacy, movement
Konvormis, reformis, dan transformis
Hardlines, softliners, opportunistic, moderate opposition, radical opposition.
19
F. Masa Bakti (Pensiun) Pegawai Negeri Sipil
Pensiun adalah penghasilan yang diterima setiap bulan oleh bekas
pegawai negeri sipil yang tidak dapat bekerja lagi, untuk membiayai hidupnya,
agar ia tidak terlantar apabila tidak berdaya lagi untuk mencari penghasilan
lain. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pensiun diberikan sebagai
jaminan hari tua dan sebagai penghargaan kepada Pegawai Negeri Sipil (PNS)
atas jasa-jasanya.
Di samping itu program pemberian pensiun juga bertujuan:
1. Memberikan perangsang kerja kepada PNS
2. Meningkatkan rasa kesetiaan/loyalitas PNS
3. Memberikan ketenangan kerja kepada PNS yang
bersangkutan maupun keluarganya.
Dasar Pensiun
Dasar pensiun yang dipakai untuk menentukan besarnya pensiun ialah
gaji pokok (termasuk gaji pokok tambahan dan/atau gaji pokok tambahan
peralihan) terakhir sebulan yang berhak diterima oleh pegawai yang bersangkutan
berdasarkan peraturan gaji yang berlaku baginya.
Penerima Pensiun dan Macam-macam Pensiun:
Yang berhak menerima pensiun ialah:
1. Pegawai
2. Janda/duda pegawai
3. Anak pegawai
4. Orangtua pegawai
Berdasarkan penerima pensiun, dapat diuraikan macam-macam pensiun
sebagai berikut:
20
A. Pensiun Pegawai
a. Pensiun pegawai dapat diperoleh secara normal apabila saat
pemberhentian sebagai PNS, pegawai yang bersangkutan telah
mencapai usia sekurang-kurangnya 50 tahun dan mempunyai
masa kerja sekurang-kurangnya 20 tahun.
b. Pensiun pegawai dapat diperoleh karena pegawai yang
bersangkutan cacat jasmani atau rohani sehingga tidak mampu
bekerja dalam jabatan apapun juga. Syarat-syarat untuk
mendapat hak pensiun ini adalah:
i. Mempunyai masa kerja sekurang-kurangnya empat
tahun.
ii. Adanya pernyataan penguji kesehatan bahwa pegawai
tersebut tidak mampu lagi bekerja.
c. Pensiun yang diperoleh karena pegawai bersangkutan telah
mencapai batas usia(ditentukan atas dasar tanggal kelahiran yang
disebut pada pengangkatan pertama)
d. Pensiun yang diperoleh karena sebab lain. Misalnya karena
penghapusan jabatan, perubahan susunan pegawai.
Berdasarkan pasal 9 UU No.11 Tahun 1969, tentang pensiun pegawai dan
pensiun janda/duda pegawai, hak atas pensiun pegawai dirumuskan:
Mulainya Pemberian Pensiun
Pensiunan pegawai yang berhak diterima diberikan bulan berikutnya
setelah pegawai negeri yang bersangkutan diberhentikan sebagai PNS.
Pensiunan pegawai diberikan pada saat pegawai tersebut berusia 50 tahun
apabila:
1) Diberhentikan karena penghapusan jabatan, perubahan susunan pegawai,
penertiban aparatur negara, dll.
21
2) Pada saat diberhentikan sebagai PNS, telah bekerja sekurang-kurangnya
10 tahun tetapi usianya kurang dari 50 tahun.
Berakhirnya Hak Pensiun
Pensiun pegawai tidak diberikan lagi pada akhir bulan pegawai yang
bersangkutan meninggal dunia.
G. Kesimpulan Berkarir Pegawai Negeri Sipil
Pegawai Negeri adalah setiap warga Negara Republik Indonesia
yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang
berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi
tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku..
Peningkatan kesejahteraan PNS diusahakan secara bertahap sesuai
dengan kemampuan, sehingga pada akhirnya PNS dapat memusatkan
perhatian sepenuhnya untuk melaksanakan tugasnya. Para PNS juga akan
mendapatkan gaji apabila berhenti bekerja, yang dinamakan pensiun.
Pensiun adalah penghasilan yang diterima setiap bulan oleh bekas pegawai
negeri sipil yang tidak dapat bekerja lagi, untuk membiayai hidupnya, agar
ia tidak terlantar apabila tidak berdaya lagi untuk mencari penghasilan
lain.
Mulainya Pemberian Pensiun
Pensiunan pegawai yang berhak diterima diberikan bulan
berikutnya setelah pegawai negeri yang bersangkutan diberhentikan
sebagai PNS.
Berakhirnya Hak Pensiun
Pensiun pegawai tidak diberikan lagi pada akhir bulan pegawai
yang bersangkutan meninggal dunia.
22
H. Alasan Memilih Pegawai Negeri Sipil
Alasan-alasan memilih Pegawai Negeri Sipil (PNS) karena beberapa faktor,
antara lain :
1. Karena ingin mengetahui seberapa jauh pengabdian seseorang
terhadap negaranya.
2. Karena pegawai negri sipil adalah sebuah hal yang sangat amat
meramaikan masyarakat sehingga semua yang berkaitan dengan
PNS akan kita keluar kupaskan tentang arti PNS yang tertera.
3. Melihat dari kenegaraan yang mempunyai sumber daya manusia
yang mampu bersaing dan salah satu faktor untuk kemajuan negri.
Maka dari itu kami yakin dengan adanya makalah ini dapat
membukakan informasi sebagai pembelajaran untuk kita
mempertimbangkan minat kita agar tidak salah memperjuangkan
kemampuan sumber daya manusia yang ada pada diri masing-
masing saat ini.
4. Karena untuk mengamati pula kesesuaian antara
keprofesionalitasan dan upah gaji yang diterima oleh seorang
Pegawai Negeri Sipil (PNS), serta pensiunannya.
5. Sebagai acuan perbandingan antara Pegawai Negeri Sipil (PNS)
dan non Pegawai Negeri Sipil dalam segi pengabdiannya.
6. Untuk mengetahui peranan-peranan pemerintahan sendiri dalam
mengaktifkan seseorang untuk mengabdikan sebagai Pegawai
Negrei Sipil (PNS)
7. Karena keterikatan seseorang dengan negara tempat domisilinya,
makalah tentang Pegawai Negeri Sipil (PNS) ini membantu kita
dalam mempelajari jabatan itu, dan menjadikan jabatan itu suatu
hal dalam membangun masyarkat sejahtera pula.
23
Daftar Pustaka
Lewis, Terry. 2007. Handbook Manejemen Keuangan Organisasi Masyarakat Sipil.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tayibnapis, Burhannudin A. 1995. Administrasi Kepegawaian. Jakarta: PT Anem
Kosong Anem.
Thoha, Miftah. 2008. Manajemen Kepegawaian Sipil Indonesia. Jakarta: Kencana.
Wursanto, IG. 1998. Manajemen Kepegawaian 2. Yogyakarta: Kanisius.
www.google.com/UU tentang Pegawai.pdf

More Related Content

What's hot

Bab iii tata urutan peraturan perundang undangan dalam sistem hukum nasional ...
Bab iii tata urutan peraturan perundang undangan dalam sistem hukum nasional ...Bab iii tata urutan peraturan perundang undangan dalam sistem hukum nasional ...
Bab iii tata urutan peraturan perundang undangan dalam sistem hukum nasional ...TutikDaryatni
 
Tugas pendidikan kewarganegaraan
Tugas pendidikan kewarganegaraan Tugas pendidikan kewarganegaraan
Tugas pendidikan kewarganegaraan Risky Saputra
 
Tugas pendidikan pancasila
Tugas pendidikan pancasilaTugas pendidikan pancasila
Tugas pendidikan pancasilaRoy CRpitu
 
Komparasi Tap MPR Nomor III/MPR/2000, UU No.10 Tahun 2004 dan UU No.12 Tahun ...
Komparasi Tap MPR Nomor III/MPR/2000, UU No.10 Tahun 2004 dan UU No.12 Tahun ...Komparasi Tap MPR Nomor III/MPR/2000, UU No.10 Tahun 2004 dan UU No.12 Tahun ...
Komparasi Tap MPR Nomor III/MPR/2000, UU No.10 Tahun 2004 dan UU No.12 Tahun ...Rizky Pradnya
 
Perpres No. 111 Th 2013 ttg Perubahan atas Perpres no. 12 Th 2013 ttg Jaminan...
Perpres No. 111 Th 2013 ttg Perubahan atas Perpres no. 12 Th 2013 ttg Jaminan...Perpres No. 111 Th 2013 ttg Perubahan atas Perpres no. 12 Th 2013 ttg Jaminan...
Perpres No. 111 Th 2013 ttg Perubahan atas Perpres no. 12 Th 2013 ttg Jaminan...Erie Gusnellyanti
 
Pengertian sumber hukum kepegawaian
Pengertian sumber hukum kepegawaianPengertian sumber hukum kepegawaian
Pengertian sumber hukum kepegawaianHendri Tovan
 
Sistem Politik dan Pemerintahan Indonesia
Sistem Politik dan Pemerintahan IndonesiaSistem Politik dan Pemerintahan Indonesia
Sistem Politik dan Pemerintahan IndonesiaDyah Fitriana
 
Perpres 12 tahun 2013
Perpres 12 tahun 2013Perpres 12 tahun 2013
Perpres 12 tahun 2013IdnJournal
 
Bahan 7-lembaga-negara-pasca-amandemen-uud-1945
Bahan 7-lembaga-negara-pasca-amandemen-uud-1945Bahan 7-lembaga-negara-pasca-amandemen-uud-1945
Bahan 7-lembaga-negara-pasca-amandemen-uud-1945sitizaharajamil
 
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan Indonesia
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan IndonesiaPancasila dalam konteks ketatanegaraan Indonesia
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan Indonesiarezekysholikhah
 

What's hot (17)

Bab iii tata urutan peraturan perundang undangan dalam sistem hukum nasional ...
Bab iii tata urutan peraturan perundang undangan dalam sistem hukum nasional ...Bab iii tata urutan peraturan perundang undangan dalam sistem hukum nasional ...
Bab iii tata urutan peraturan perundang undangan dalam sistem hukum nasional ...
 
Tugas pendidikan kewarganegaraan
Tugas pendidikan kewarganegaraan Tugas pendidikan kewarganegaraan
Tugas pendidikan kewarganegaraan
 
Tugas pendidikan pancasila
Tugas pendidikan pancasilaTugas pendidikan pancasila
Tugas pendidikan pancasila
 
Komparasi Tap MPR Nomor III/MPR/2000, UU No.10 Tahun 2004 dan UU No.12 Tahun ...
Komparasi Tap MPR Nomor III/MPR/2000, UU No.10 Tahun 2004 dan UU No.12 Tahun ...Komparasi Tap MPR Nomor III/MPR/2000, UU No.10 Tahun 2004 dan UU No.12 Tahun ...
Komparasi Tap MPR Nomor III/MPR/2000, UU No.10 Tahun 2004 dan UU No.12 Tahun ...
 
Perpres No. 111 Th 2013 ttg Perubahan atas Perpres no. 12 Th 2013 ttg Jaminan...
Perpres No. 111 Th 2013 ttg Perubahan atas Perpres no. 12 Th 2013 ttg Jaminan...Perpres No. 111 Th 2013 ttg Perubahan atas Perpres no. 12 Th 2013 ttg Jaminan...
Perpres No. 111 Th 2013 ttg Perubahan atas Perpres no. 12 Th 2013 ttg Jaminan...
 
Uu 43 1999
Uu 43 1999Uu 43 1999
Uu 43 1999
 
Pengertian sumber hukum kepegawaian
Pengertian sumber hukum kepegawaianPengertian sumber hukum kepegawaian
Pengertian sumber hukum kepegawaian
 
Perbandingan UU Pemda
Perbandingan UU PemdaPerbandingan UU Pemda
Perbandingan UU Pemda
 
Uud nri tahun 1945
Uud nri tahun 1945Uud nri tahun 1945
Uud nri tahun 1945
 
Sistem Politik dan Pemerintahan Indonesia
Sistem Politik dan Pemerintahan IndonesiaSistem Politik dan Pemerintahan Indonesia
Sistem Politik dan Pemerintahan Indonesia
 
Kerangka UUD 1945
Kerangka UUD 1945Kerangka UUD 1945
Kerangka UUD 1945
 
Perpres 12 tahun 2013
Perpres 12 tahun 2013Perpres 12 tahun 2013
Perpres 12 tahun 2013
 
Permenpan2013 033
Permenpan2013 033Permenpan2013 033
Permenpan2013 033
 
Pancasila
PancasilaPancasila
Pancasila
 
Bahan 7-lembaga-negara-pasca-amandemen-uud-1945
Bahan 7-lembaga-negara-pasca-amandemen-uud-1945Bahan 7-lembaga-negara-pasca-amandemen-uud-1945
Bahan 7-lembaga-negara-pasca-amandemen-uud-1945
 
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan Indonesia
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan IndonesiaPancasila dalam konteks ketatanegaraan Indonesia
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan Indonesia
 
perdebatan hukum tata negara pasca amandemen konstitusi
perdebatan hukum tata negara pasca amandemen konstitusiperdebatan hukum tata negara pasca amandemen konstitusi
perdebatan hukum tata negara pasca amandemen konstitusi
 

Similar to Devi makalah

Uu 1999 nomor 43 perubahan atas undang undang nomor 8 tahun 1974 tentang poko...
Uu 1999 nomor 43 perubahan atas undang undang nomor 8 tahun 1974 tentang poko...Uu 1999 nomor 43 perubahan atas undang undang nomor 8 tahun 1974 tentang poko...
Uu 1999 nomor 43 perubahan atas undang undang nomor 8 tahun 1974 tentang poko...Mystic333
 
UU Nomor 43 Tahun 1999.pdf
UU Nomor 43 Tahun 1999.pdfUU Nomor 43 Tahun 1999.pdf
UU Nomor 43 Tahun 1999.pdfdeddy63
 
Kedudukan hukum dan peran jabatan pppk dalam uu no 5 tahun 2014
Kedudukan hukum dan peran jabatan pppk dalam uu no 5 tahun 2014Kedudukan hukum dan peran jabatan pppk dalam uu no 5 tahun 2014
Kedudukan hukum dan peran jabatan pppk dalam uu no 5 tahun 2014Lanka Asmar, SHI, MH
 
Uu 8 th 1974 ttg pokok2 kepegawaian
Uu 8 th 1974 ttg pokok2 kepegawaianUu 8 th 1974 ttg pokok2 kepegawaian
Uu 8 th 1974 ttg pokok2 kepegawaianNandang Sukmara
 
Draft Final Penjelasan RUU Kementerian Negara
Draft Final Penjelasan RUU Kementerian NegaraDraft Final Penjelasan RUU Kementerian Negara
Draft Final Penjelasan RUU Kementerian NegaraPeople Power
 
Utoyo pokok – pokok kepegawaian
Utoyo   pokok – pokok kepegawaianUtoyo   pokok – pokok kepegawaian
Utoyo pokok – pokok kepegawaianAyah Raihaana
 
Uu 43 1999 pokok2 kepegawaian
Uu 43 1999 pokok2 kepegawaianUu 43 1999 pokok2 kepegawaian
Uu 43 1999 pokok2 kepegawaianNandang Sukmara
 
Uu 43 1999 pokok2 kepegawaian
Uu 43 1999 pokok2 kepegawaianUu 43 1999 pokok2 kepegawaian
Uu 43 1999 pokok2 kepegawaianNandang Sukmara
 
Ppt Mengupas penyelenggara kekuasaan negara
Ppt Mengupas penyelenggara kekuasaan negaraPpt Mengupas penyelenggara kekuasaan negara
Ppt Mengupas penyelenggara kekuasaan negaraDoris Agusnita
 
KONSTITUSI DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA
KONSTITUSI DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIAKONSTITUSI DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA
KONSTITUSI DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIAar00927
 
Filosofis pendidikan
Filosofis pendidikanFilosofis pendidikan
Filosofis pendidikannovianafarida
 
Ruu ruu tentang_aparatur_sipil_negara
Ruu ruu tentang_aparatur_sipil_negaraRuu ruu tentang_aparatur_sipil_negara
Ruu ruu tentang_aparatur_sipil_negaraCoky Fauzi Alfi
 
MENGUPAS PENYELENGGARAAN KEKUASAAN NEGARA - PKN kelas XI smt.1 K13
MENGUPAS PENYELENGGARAAN KEKUASAAN NEGARA - PKN kelas XI smt.1 K13 MENGUPAS PENYELENGGARAAN KEKUASAAN NEGARA - PKN kelas XI smt.1 K13
MENGUPAS PENYELENGGARAAN KEKUASAAN NEGARA - PKN kelas XI smt.1 K13 Shintia S P Dewi
 
Review UU No 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
Review UU No 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil NegaraReview UU No 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
Review UU No 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil NegaraW. Riany
 
05.03 soalcpnslama tryout ke-11 cpnsonline.com
05.03 soalcpnslama   tryout ke-11 cpnsonline.com05.03 soalcpnslama   tryout ke-11 cpnsonline.com
05.03 soalcpnslama tryout ke-11 cpnsonline.comAmir Otomatic
 

Similar to Devi makalah (20)

Uu 1999 nomor 43 perubahan atas undang undang nomor 8 tahun 1974 tentang poko...
Uu 1999 nomor 43 perubahan atas undang undang nomor 8 tahun 1974 tentang poko...Uu 1999 nomor 43 perubahan atas undang undang nomor 8 tahun 1974 tentang poko...
Uu 1999 nomor 43 perubahan atas undang undang nomor 8 tahun 1974 tentang poko...
 
UU Nomor 43 Tahun 1999.pdf
UU Nomor 43 Tahun 1999.pdfUU Nomor 43 Tahun 1999.pdf
UU Nomor 43 Tahun 1999.pdf
 
Bab 4 kls xi k 13
Bab 4 kls xi k 13Bab 4 kls xi k 13
Bab 4 kls xi k 13
 
Kedudukan hukum dan peran jabatan pppk dalam uu no 5 tahun 2014
Kedudukan hukum dan peran jabatan pppk dalam uu no 5 tahun 2014Kedudukan hukum dan peran jabatan pppk dalam uu no 5 tahun 2014
Kedudukan hukum dan peran jabatan pppk dalam uu no 5 tahun 2014
 
Uu 8 th 1974 ttg pokok2 kepegawaian
Uu 8 th 1974 ttg pokok2 kepegawaianUu 8 th 1974 ttg pokok2 kepegawaian
Uu 8 th 1974 ttg pokok2 kepegawaian
 
Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan
Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan
Lembaga Pemerintahan dan Perundang-undangan
 
Draft Final Penjelasan RUU Kementerian Negara
Draft Final Penjelasan RUU Kementerian NegaraDraft Final Penjelasan RUU Kementerian Negara
Draft Final Penjelasan RUU Kementerian Negara
 
Utoyo pokok – pokok kepegawaian
Utoyo   pokok – pokok kepegawaianUtoyo   pokok – pokok kepegawaian
Utoyo pokok – pokok kepegawaian
 
Uu 43 1999 pokok2 kepegawaian
Uu 43 1999 pokok2 kepegawaianUu 43 1999 pokok2 kepegawaian
Uu 43 1999 pokok2 kepegawaian
 
Uu43 1999
Uu43 1999Uu43 1999
Uu43 1999
 
Uu 43 1999 pokok2 kepegawaian
Uu 43 1999 pokok2 kepegawaianUu 43 1999 pokok2 kepegawaian
Uu 43 1999 pokok2 kepegawaian
 
Ppt Mengupas penyelenggara kekuasaan negara
Ppt Mengupas penyelenggara kekuasaan negaraPpt Mengupas penyelenggara kekuasaan negara
Ppt Mengupas penyelenggara kekuasaan negara
 
KONSTITUSI DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA
KONSTITUSI DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIAKONSTITUSI DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA
KONSTITUSI DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA
 
Filosofis pendidikan
Filosofis pendidikanFilosofis pendidikan
Filosofis pendidikan
 
LEMBAGA KEPRESIDENAN
LEMBAGA KEPRESIDENANLEMBAGA KEPRESIDENAN
LEMBAGA KEPRESIDENAN
 
Ruu ruu tentang_aparatur_sipil_negara
Ruu ruu tentang_aparatur_sipil_negaraRuu ruu tentang_aparatur_sipil_negara
Ruu ruu tentang_aparatur_sipil_negara
 
MENGUPAS PENYELENGGARAAN KEKUASAAN NEGARA - PKN kelas XI smt.1 K13
MENGUPAS PENYELENGGARAAN KEKUASAAN NEGARA - PKN kelas XI smt.1 K13 MENGUPAS PENYELENGGARAAN KEKUASAAN NEGARA - PKN kelas XI smt.1 K13
MENGUPAS PENYELENGGARAAN KEKUASAAN NEGARA - PKN kelas XI smt.1 K13
 
Kekuasaan lembaga negara
Kekuasaan lembaga negaraKekuasaan lembaga negara
Kekuasaan lembaga negara
 
Review UU No 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
Review UU No 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil NegaraReview UU No 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
Review UU No 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
 
05.03 soalcpnslama tryout ke-11 cpnsonline.com
05.03 soalcpnslama   tryout ke-11 cpnsonline.com05.03 soalcpnslama   tryout ke-11 cpnsonline.com
05.03 soalcpnslama tryout ke-11 cpnsonline.com
 

More from Devi Risnawati

Yahudi menggenggam dunia
Yahudi menggenggam duniaYahudi menggenggam dunia
Yahudi menggenggam duniaDevi Risnawati
 
Bagaimana menyentuh hati (da'wah)
Bagaimana menyentuh hati (da'wah)  Bagaimana menyentuh hati (da'wah)
Bagaimana menyentuh hati (da'wah) Devi Risnawati
 
Abu ashim-hisyam-bin-abdul-qadir-uqdah-virus-virus-ukhuwah1
Abu ashim-hisyam-bin-abdul-qadir-uqdah-virus-virus-ukhuwah1Abu ashim-hisyam-bin-abdul-qadir-uqdah-virus-virus-ukhuwah1
Abu ashim-hisyam-bin-abdul-qadir-uqdah-virus-virus-ukhuwah1Devi Risnawati
 
Speaking Truth to Power with Books
Speaking Truth to Power with BooksSpeaking Truth to Power with Books
Speaking Truth to Power with BooksDevi Risnawati
 
Classroom Discourse to Foster Religious Harmony
Classroom Discourse to Foster Religious HarmonyClassroom Discourse to Foster Religious Harmony
Classroom Discourse to Foster Religious HarmonyDevi Risnawati
 
metodologi studi islam
metodologi studi islammetodologi studi islam
metodologi studi islamDevi Risnawati
 

More from Devi Risnawati (8)

Yahudi menggenggam dunia
Yahudi menggenggam duniaYahudi menggenggam dunia
Yahudi menggenggam dunia
 
Bagaimana menyentuh hati (da'wah)
Bagaimana menyentuh hati (da'wah)  Bagaimana menyentuh hati (da'wah)
Bagaimana menyentuh hati (da'wah)
 
Abu ashim-hisyam-bin-abdul-qadir-uqdah-virus-virus-ukhuwah1
Abu ashim-hisyam-bin-abdul-qadir-uqdah-virus-virus-ukhuwah1Abu ashim-hisyam-bin-abdul-qadir-uqdah-virus-virus-ukhuwah1
Abu ashim-hisyam-bin-abdul-qadir-uqdah-virus-virus-ukhuwah1
 
Speaking Truth to Power with Books
Speaking Truth to Power with BooksSpeaking Truth to Power with Books
Speaking Truth to Power with Books
 
Classroom Discourse to Foster Religious Harmony
Classroom Discourse to Foster Religious HarmonyClassroom Discourse to Foster Religious Harmony
Classroom Discourse to Foster Religious Harmony
 
ushul fiqh
ushul fiqhushul fiqh
ushul fiqh
 
shopping time
shopping timeshopping time
shopping time
 
metodologi studi islam
metodologi studi islammetodologi studi islam
metodologi studi islam
 

Devi makalah

  • 1. PEGAWAI NEGERI SIPIL MAKALAH Disusun untuk Memenuhi Tugas Terstruktur dalam Mata Kuliah: Bahasa Indonesia Dosen Pengampu: Tato Nuryanto,M.Pd Disusun oleh: 1. Deden Hamdan 2. Devi Risnawati 3. Lili Sulaihah 4. Nafilah El Sa’idah Tadris Bahasa Inggris Semester 2 IAIN SYEKH NURJATI CIREBON Jl. Perjuangan By Pass Sunyaragi Cirebon - Jawa Barat 45132 Telp : (0231) 481264 Faxs : (0231) 489926
  • 2. 1 PEMBAHASAN PEGAWAI NEGERI A. Definisi Pegawai Negeri Sipil Dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, disebutkan bahwa Pegawai Negeri adalah setiap warga Negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku.. Dalam undang-undang ini jelas bahwa pegawai negeri adalah seseorang yang menjalankan tugas negara. Dan, pegawai negeri terdiri dari Pegawai Negeri Sipil, Anggota Tentara Nasional Indonesia, dan Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia. B. .Sejarah Tentang Pegawai Negeri Sipil Semenjak kemerdekaan diproklomasikan telah ada upaya dari pemerintah RI pada saat itu untuk mengelola kepegawaian Pemerintah RI secara lebih baik. Lembaga pemerintah pertama yang diberi tanggung jawab untuk mengelola hal itu adalah Kantor Urusan Pegawai (KUP) Yang dibentuk berdasarkan PP No. 11 Tahun 1948 dan berkedudukan di Yogyakarta. KUP khusus diperuntukkan menangani pegawai Pemerintah RI, sedangkan pegawai yang mengabdi pada Pemerintah Hindia Belanda dikelola oleh Djawatan Umum Urusan Pegawai (DUUP) yang dibentuk berdasarkan Keputusan Gubernur Jendral Hindia Belanda No.13 Tahun 1938. Pada perkembangan selanjutnya berdasarkan peraturan pemerintah No.32 Tahun 1950 kedua lembaga disatukan dan menjadi cikal bakal dari lahirnya lembaga
  • 3. 2 yang disebut Badan Administrasi Kepegawaian Negara (BAKN) dikemudian hari. Lembaga ini berkedudukan langsung dibawah dan bertanggungjawab kepada Perdana Menteri. Namun kemudian, KUP ini tidak mampu menjalankan fungsi sebagaimana mestinya, karena sejumlah faktor yang berkaitan dengan ketidakstabilan politik yang sangat tinggi pada saat itu. Situasi politik yang tidak kondusif bagi terciptanya aparatur negara yang sehat dan bersih ketika itu tidak menyurutkan upaya pemerintah untuk mengelola birokrasi dan manajemen PNS secara lebih profesional. Berbagai lembaga yang bertanggungjawab terhadap masalah kepegawaian dibentuk oleh pemerintah, misalnya pembentukkan Panitia Organisasi Kementrian (PANOK) dan pembentukan Lembaga Administrasi Negara (LAN). Kedua lembaga yang dibentuk dengan Peraturan Pemerintah No.30 Tahun 1957 ini bertugas menyempurnakan aparatur dan administrasi negara; dan kedudukannya dibawah dan bertanggungjawab langsung kepada Perdana Menteri. Selain kedua lembaga, dibentuk pula Panitia Retooling Aparatur Negara (PARAN) yang menghasilkan PP Nomor 5 Tahun 1962 tentang Pokok-pokok Organisasi Aparatur Pemerintah Negara Tingkat tertinggi. Lembaga yang syarat nilai politis sesuai kondisi pada saat itu adalah Komando Tertinggi Retooling Aparatur Revolusi (KONTRAR) sebagai kelanjutan dari PARAN. Periode yang mulai kondusif untuk memperbaiki kinerja aparatur negara adalah semasa Kabinet Ampera. Kebijakan yang dibuat oleh kabinet ini antara lain dengan membentuk Panitia Pembantu Presiden berlandaskan instruksi Ketua Presidium Kabinet Ampera Nomor 01/U/IN/8/1996 dan diketuai oleh Dr. Awaloedin Djamin. Panitia ini bertugas memberikan saran tentang maalah penertiban dan penyempurnaan administrasi negara dan landasan pelaksanaanya dibantu oleh Lembaga Adminstrasi Negara (LAN), Kantor Urusan Pegawai RI, dan Biro Pusat Statistik (BPS). Keberadaan panitia ini kemudian lebih diperkuat lagi dengan Keputusan Presidium Kabinet Ampera No. 266 Tahun 1967 dengan nama “Tim Pembantu untuk
  • 4. 3 Penertiban Aparatur dan Administrasi Pemerintah” (PAAP) yang diketuai oleh Menteri Tenaga Kerja. Kesadaran pemerintah terhadap pentingnya aparatur negara yang bersih dan berwibawa semakin meningkat ketika Kabinet Pembangunan I menciptakan Menteri Negara Penyempurna dan Pembersih Aparatur Negara (MENPA) yang dijabat pertama kali dijabat oleh H. Harsono Tjokroaminoto. Berdasarkan Keppres No. 19 Tahun 1968 kementrian ini bertugas membantu presiden dalam menyempurnakan dan membersihkan aparatur negara dalam operasionalisasinya dibantu oleh Tim PAAP dan Sekretariat Panitia Koordinasi Efisiensi Aparatur Ekonomi Negara dan Aparatur Pemerintahan sebagai unsur staf. Perubahan lain yang cukup penting semasa Kabinet Pembangunan I ini adalah diubahnya KUP menjadi Badan Administrasi Kepegawaian Negara (BAKN) berdasarkan PP No. 32 Tahun 1972. Berdasarkan PP tersebut BAKN ditetapkan sebagai sebuah lembaga pemerintah nondepartemen yang berkedudukan langsung di bawah dan bertanggung jawab kepada presiden; dan berfungsi menyempurnakan, memelihara, dan mengembangkan administrasi Negara di bidang kepegawaian sehingga tercapai kelancaran jalannya pemerintahan. C. Kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil Peningkatan kesejahteraan PNS diusahakan secara bertahap sesuai dengan kemampuan, sehingga pada akhirnya PNS dapat memusatkan perhatian sepenuhnya untuk melaksanakan tugasnya. Usaha kesejahteraan yang dimaksud meliputi kesejahteraan materiil maupun spiritual, seperti jaminan hari tua, bantuan perawatan kesehatan, bantuan kematian, ceramah keagamaan, dan lain-lain. Penyelenggaraan program kesejahteraan PNS diatur dan dibina oleh Pemerintah Pusat. Untuk membiayai usaha-usaha dalam bidang kesejahteraan, maka dari setiap Pegawai Negeri dan Pejabat Negara dipungut iuran sebesar 10% dari
  • 5. 4 penghasilan setiap bulan sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 56 Tahun 1974 dan diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 1977, dengan perinciannya: 1. 4 ¾ % untuk iuran dan pensiun 2. 2 % untuk iuran pemeliharaan kesehatan 3. 3 ¼ % untuk iuran tabungan hari tua. - PNS mendapat asuransi sosial berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1981. - PNS mendapat pemeliharaan kesehatan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1984. No Masa kerja Usia Alasan Keterangan 1 Minimal 20 tahun Minimal 50 tahun Mengajukan berhenti Diberhentikan dengan hormat 2 _ _ Cacat jasmani/rohani Karena menjalankan tugas jabatan 3 Minimal 4 tahun _ Cacat jasmani/rohani Tidak karena menjalankan tugas jabatan 4 Minimal 10 tahun Minimal 50 tahun Diberhentikan karena penghapusan jabatan Diberhentikan dengan hormat 5 Minimal 10 tahun Minimal 50 tahun Setelah tugas negara tidak ditempatkan lagi Diberhentikan dengan hormat 6 Minimal 10 tahun Kurang dari 50 tahun Diberhentikan karena penghapusan jabatan atau setelah tugas negara tidak ditempatkan lagi Diberhentikan dengan hormat dan pensiun diberikan setelah usia 50 tahun
  • 6. 5 D. Payung Hukum Pegawai Negeri Sipil Payung hukum Pegawai Negeri Sipil (PNS) tercantum dalam UNDANG- UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1974 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN. Yang memuat: BAB I PENGERTIAN Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: a. Pegawai Negeri adalah mereka yang setelah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam sesuatu jabatan Negeri atau diserahi tugas Negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan sesuatu peraturan perundang-undangan dan digaji menurut peraturan perundang- undangan yang berlaku; b. Pejabat yang berwenang adalah pejabat yang mempunyai kewenangan mengangkat dan atau memberhentikan Pegawai Negeri berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku; c. Jabatan Negeri adalah jabatan dalam bidang eksekutip yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan termasuk di dalamnya jabatan dalam kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara dan kepaniteraan Pengadilan; d. Atasan yang berwenang adalah pejabat yang karena kedudukan atau jabatannya membawahi seorang atau lebih Pegawai Negeri; e. Pejabat yang berwajib adalah pejabat yang karena jabatan atau tugasnya berwenang melakukan tindakan hukum berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
  • 7. 6 Pasal 2 (1) Pegawai Negeri terdiri dari: a. Pegawai Negeri Sipil, dan b. Anggota Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. (2) Pegawai Negeri Sipil terdiri dari: 3 a. Pegawai Negeri Sipil Pusat; b. Pegawai Negeri Sipil Daerah; dan c. Pegawai Negeri Sipil lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. BAB II KETENTUAN UMUM Bagian Pertama Kedudukan Pasal 3 Pegawai Negeri adalah unsur Aparatur Negara, Abdi Negara, dan Abdi Masyarakat yang dengan penuh kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara, dan Pemerintah menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan. Bagian Kedua Kewajiban Pasal 4 Setiap Pegawai Negeri wajib setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila Undang-Undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah.
  • 8. 7 Pasal 5 Setiap Pegawai Negeri wajib mentaati segala peraturan perundang-undangan yang berlaku dan melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepadanya dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggungjawab. Pasal 6 (1) Setiap Pegawai Negeri wajib menyimpan rahasia jabatan. (2) Pegawai Negeri hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan kepada dan atas perintah pejabat yang berwajib atas kuasa Undang-undang. Bagian Ketiga Hak Pasal 7 Setiap Pegawai Negeri berhak memperoleh gaji yang layak sesuai dengan pekerjaan dan tanggungjawabnya. Pasal 8 Setiap Pegawai Negeri berhak atas cuti. Pasal 9 (1) Setiap Pegawai Negeri yang ditimpa oleh sesuatu kecelakaan dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya, berhak memperoleh perawatan. (2) Setiap Pegawai Negeri yang menderita cacat jasmani atau cacat rohani dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya yang mengakibatkannya tidak dapat bekerja lagi dalam jabatan apapun juga, berhak memperoleh tunjangan.
  • 9. 8 (3) Setiap Pegawai Negeri yang tewas, keluarganya berhak memperoleh uang duka. Pasal 10 Setiap Pegawai Negeri yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan, berhak atas pensiun. Bagian Keempat Pejabat Negara Pasal 11 Seorang Pegawai Negara yang diangkat menjadi Pejabat Negara, di bebaskan untuk sementara waktu dari jabatan organiknya selama menjadi Pejabat Negara tanpa kehilangan statusnya sebagai Pegawai Negeri. BAB III PEMBINAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL Bagian Pertama Tujuan Pembinaan Pasal 12 (1) Pembinaan Pegawai Negeri Sipil diarahkan untuk menjamin penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan secara berdaya guna dan berhasil guna. (2) Pembinaan yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini dilaksanakan berdasarkan sistim karier dan sistim prestasi kerja.
  • 10. 9 Bagian Kedua Kebijaksanaan Pembinaan Pasal 13 Kebijaksanaan pembinaan Pegawai Negeri Sipil secara menyeluruh berada di tangan Presiden. Pasal 14 Untuk lebih meningkatkan pembinaan, keutuhan, dan kekompakan serta dalam rangka usaha menjamin kesetiaan dan ketaatan penuh seluruh Pegawai Negeri Sipil terhadap Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara, dan Pemerintah, perlu dipupuk dan dikembangkan jiwa korps yang bulat di dan Pemerintah, perlu dipupuk dan dikembangkan jiwa korps yang bulat dan kalangan Pegawai Negeri Sipil. Bagian Ketiga Formasi dan Pengadaan Pasal 15 Jumlah dan susunan pangkat Pegawai Negeri Sipil yang diperlukan ditetapkan dalam formasi untuk jangka waktu tertentu berdasarkan jenis, sifat, dan beban kerja yang harus dilaksanakan. Pasal 16 (1) Pengadaan Pegawai Negeri Sipil adalah untuk mengisi formasi. (2) Setiap Warga Negara yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan, mempunyai kesempatan yang sama untuk melamar menjadi Pegawai Negeri Sipil. (3) Apabila pelamar yang dimaksud dalam ayat (2) pasal ini diterima, maka ia harus melalui masa percobaan dan selama masa percobaan itu berstatus sebagai calon Pegawai Negeri Sipil.
  • 11. 10 (4) Calon Pegawai Negeri Sipil diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil setelah memulai masa percobaan sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun dan selama- lamanya2 (dua) tahun. Bagian Keempat Kepangkatan, Jabatan, Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pasal 17 (1) Pegawai Negeri Sipil diangkat dalam pangkat dan jabatan tertentu. (2) Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam sesuatu jabatan dilaksanakan dengan memperhatikan jenjang pangkat yang ditetapkan untuk jabatan itu. Pasal 18 (1) Pemberian kenaikan pangkat dilaksanakan berdasarkan sistim kenaikan pangkat reguler dan kenaikan pangkat pilihan. (2) Setiap Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan, berhak atas kenaikan pangkat reguler. (3) Pemberian kenaikan pangkat pilihan adalah pengharapan atas prestasi kerja Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan. (4) Syarat-syarat kenaikan pangkat reguler adalah prestasi kerja, disiplin kerja, kesetiaan, pengabdian, pengalaman, dan syarat-syarat obyektip lainnya. (5) Kenaikan pangkat pilihan, disamping harus memenuhi syarat-syarat yang dimaksud dalam ayat (4) pasal ini, harus pula didasarkan atas jabatan yang dipangkunya dengan memperhatikan daftar urut kepangkatan. (6) Pegawai Negeri Sipil yang tewas diberikan kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi secara anumerta.
  • 12. 11 Pasal 19 Pengangkatan dalam jabatan didasarkan atas prestasi kerja, disiplin kerja, kesetiaan, pengabdian, pengalaman, dapat dipercaya, serta syarat-syarat obyektif lainnya. Pasal 20 Untuk lebih menjamin obyektipitas dalam mempertimbangkan dan menetapkan kenaikan pangkat dan pengangkatan dalam jabatan diadakan daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan dan daftar urut kepangkatan. Pasal 21 Untuk kepentingan pelaksanaan tugas bagi Pegawai Negeri Sipil tertentu ditetapkan tanda pengenal. Pasal 22 Untuk kepentingan pelaksanaan tugas kedinasan dan dalam rangka pembinaan Pegawai Negeri Sipil dapat diadakan perpindahan jabatan dan atau perpindahan wilayah kerja. Pasal 23 (1) Pegawai Negeri Sipil dapat diberhentikan dengan hormat, karena: a. Permintaan sendiri; b. telah mencapai usia pensiun; c. adanya penyederhanaan organisasi Pemerintah; d. tidak cakap jasmani atau rohani sehingga tidak dapat menjalankankewajiban sebagai Pegawai Negeri Sipil.
  • 13. 12 (2) Pegawai Negeri Sipil yang meninggal dunia dengan sendirinya dianggap diberhentikan dengan hormat. (3) Pegawai Negeri Sipil dapat diberhentikan tidak dengan hormat, karena: a. melanggar Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil, Sumpah/Janji Jabatan Negeri atau Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil; b. dihukum penjara, berdasarkan keputusan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap karena dengan sengaja melakukan sesuatu tindak pidana kejahatan yang diancam dengan hukuman penjara setinggi-tingginya 4 (empat) tahun atau diancam dengan hukuman yang lebih berat. (4) Pegawai Negeri Sipil diberhentikan tidak dengan hormat, karena: a. dihukum penjara atau kurungan, berdasarkan keputusan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap karena melakukan sesuatu tindak pidana kejahatan jabatan atau tindak pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan; b. ternyata melakukan penyelewengan terhadap Ideologi Negara Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, atau terlibat dalam kegiatan yang menentang Negara dan atau Pemerintah. Pasal 24 Pegawai Negeri Sipil yang dikenakan tahanan sementara oleh pejabat yang berwajib karena disangka telah melakukan sesuatu tindak pidana kejahatan, dikenakan pemberhentian sementara. Pasal 25 Untuk memperlancarkan pelaksanaan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil, Presiden dapat mendelegasikan sebagian wewenangnya kepada Menteri atau pejabat lain.
  • 14. 13 Bagian Kelima Sumpah, Kode Etik dan Peraturan Disiplin Pasal 26 (1) Setiap calon Pegawai Negeri Sipil pada saat pengangkatannya menjadi Pegawai Negeri Sipil wajib mengangkat Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipilmenurut agama atau kepercayaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa. (2) Susunan kata-kata Sumpah/Janji yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini adalah sebagai berikut: Demi Allah, saya bersumpah/berjanji: Bahwa saya, untuk diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil, akan setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah. Bahwa saya, akan mentaati segala peraturan perundang- undangan yang berlaku dan melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada saya dengan penuh pengabdian, kesadaran dan tanggungjawab; Bahwa saya, akan senantiasa menjunjung tinggi kehormatan Negara, Pemerintah dan martabat Pegawai Negeri, serta akan senantiasa mengutamakan kepentingan Negara daripada kepentingan saya sendiri, seseorang atau golongan; Bahwa saya, akan memegang rahasia sesuatu yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus saya rahasiakan; Bahwa saya, akan bekerja dengan jujur, tertib, cermat dan bersemangat untuk kepentingan Negara. Pasal 27 Setiap Pegawai Negeri Sipil yang diangkat untuk memangku sesuatu jabatan tertentu wajib mengangkat Sumpah/Janji Jabatan Negeri. Pasal 28 Pegawai Negeri Sipil mempunyai Kode Etik sebagai pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan di dalam dan di luar kedinasan.
  • 15. 14 Pasal 29 Dengan tidak mengurangi ketentuan dalam peraturan perundang-undangan pidana, maka untuk menjamin tata tertib dan kelancaran pelaksanaan tugas, diadakan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Pasal 30 (1) Pembinaan Jiwa Korps, Kode Etik, dan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil tidak boleh bertentangan dengan Pasal-pasal 27 dan 28 UndangUndang Dasar 1945. (2) Ketentuan lebih lanjut tentang pelaksanaan Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945, akan diatur tersendiri. Bagian Keenam Pendidikan dan Latihan Pasal 31 Untuk mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya, diadakan pengaturan pendidikan serta pengaturan dan penyelenggaraan latihan jabatan Pegawai Negeri Sipil yang bertujuan untuk meningkatkan pengabdian, mutu, keahlian, kemampuan, dan ketrampilan. Bagian Ketujuh Kesejahteraan Pasal 32 (1) Untuk meningkatkan kegairahan bekerja, diselenggarakan usaha kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil. (2) Pegawai Negeri Sipil dan keluarganya pada waktu sakit atau melahirkan, berhak memperoleh bantuan perawatan kesehatan.
  • 16. 15 (3) Pegawai Negeri Sipil yang meninggal dunia, keluarganya berhak memperoleh bantuan. (4) Penyelenggaraan kesejahteraan yang dimaksud dalam ayat-ayat (1), (2) dan (3) pasal ini diatur dan dibina oleh Pemerintah. Bagian Kedelapan Penghargaan Pasal 33 (1) Kepada Pegawai Negeri Sipil yang telah menunjukkan kesetiaan atau berjasa terhadap Negara atau yang telah menunjukkan prestasi kerja yang luar biasa baiknya, dapat diberikan penghargaan. (2) Penghargaan yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini dapat berupa tanda jasa atau bentuk penghargaan lainnya. Bagian Kesembilan Penyelenggaraan Pembinaan Kepegawaian Pasal 34 Untuk menjamin kelancaran pembinaan Pegawai Negeri Sipil, dibentuk badan yang membantu Presiden dalam mengatur dan menyelenggarakan pembinaan Pegawai Negeri Sipil. Bagian Kesepuluh Peradilan Kepegawaian Pasal 35 Penyelesaian sengketa di bidang kepegawaian dilakukan melalui peradilan untuk itu, sebagai bagian dari Peradilan Tata Usaha Negara yang dimaksud dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman.
  • 17. 16 Bagian Kesebelas Lain-lain Pasal 36 Perincian tentang hal-hal yang dimaksud dalam Pasal 5 sampai dengan Pasal 35 Undang-undang ini diatur lebih lanjut dengan peraturan perundang-undangan. BAB IV PEMBINAAN ANGGOTA ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA Pasal 37 Pembinaan Anggota Angkatan Bersenjata Republik Indonesia diatur dengan peraturan perundang-undangan tersendiri. BAB V KETENTUAN PERALIHAN Pasal 38 Pada saat berlakunya Undang-undang ini, segala peraturan perundangundangan yang ada di bidang kepegawaian yang tidak bertentangan dengan Undang-undang ini, tetap berlaku selama belum diadakan yang baru berdasarkan Undang-undang ini. BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 39 Pada saat berlakunya Undang-undang ini, dinyatakan tidak berlaku lagi:
  • 18. 17 a. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1961 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1961 Nomor 263); b. Undang-undang Nomor 21 Tahun 1952 tentang Menetapkan Undang- undang Darurat tentang Hak Pengangkatan dan Pemberhentian Pegawai- pegawaiRepublik Indonesia Serikat (Undang-undang Darurat Nomor 25 dan 34 Tahun 1950) sebagai Undang-undang Republik Indonesia (Lembaran Negara Tahun 1952 Nomor 78); c. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1957 tentang Penetapan Undang-undang Darurat Nomor 13 Tahun 1957 (Lembaran Negara Tahun 1957 Nomor 58) tentang Menambah Undang-undang Nomor 21 Tahun 1952 (Lembaran Negara Tahun 1952 Nomor 78) tentang "Menetapkan Undang-undang Darurat tentang Hak Pengangkatan dan Pemberhentian Pegawai-pegawai Republik Indonesia Serikat (Undang-undang Darurat Nomor 25 dan 34 Tahun 1950) sebagai Undang-undang Republik Indonesia", sebagai Undang-undang (Lembaran Negara Tahun 1957 Nomor 100); d. Undang-undang Nomor 17 Tahun 1961 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 21 Tahun 1952 tentang Hak Mengangkat dan Memberhentikan Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 1961 Nomor 259). Pasal 40 Hal-hal yang belum atau belum cukup diatur dalam Undang-undang ini, diatur lebih lanjut dengan peraturan perundang-undangan. Pasal 41 Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya,memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
  • 19. 18 E. Organisasi (profesi) Pegawai Negeri Sipil Istilah “organisasi masyarakat sipil” (OMS, civil society organization, CSO) . OMS beropersai di banyak ranah, sektor, bidang, topik, isu, skala geografis, dan memiliki bentuk serta ukuran yang begitu beragam. Meskipun masing-masingnya memiliki sifat spesifik, namun sebagian besar OMS tetap memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut: 1. OMS “dibimbing oleh nilai-nilai tertentu”─motivasi utama mereka adalah hasrat untuk memajukan dunia. 2. OMS “tidak mencari untung/laba”─namun ingat mereka tetap dibolekan untuk menciptakan surplus. 3. OMS berhubungan dengan banyak “pihak yang terkait” (stakeholder) 4. Dikelola oleh sebuah panitia yang terdiri atas para relawan, yang tergabung dalam “Dewan Pengurus” 5. OMS adalah organisasi-organisasi yang bersifat swasta, otonom, dan independen dari campur tangan negara. Kategorisasi Organisasi Masyarakat Sipil Basis Kategori Kategori Lingkup wilayah organisasi Komunal, Lokal, Nasional, Regional, Internasional. Lingkup Isu, Topik, Program Mono-sektor Multi-sektor Ekonomi, lingkungan hidup, permukiman, politik, demokrasi, hukum dan HAM, pendidikan, pertanian, kesehatan, keagamaan, seni-budaya, penanggulangan bencana, dan lain-lain. Bentuk Organisasi Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), Organisasi Berbasis Komunitas (OBK), yayasan, badan amal, gerakan mahasiswa, lembaga penanggulangan sumber daya sosial, dsb. Bentuk Layaan Pelatihan, penelitian, bantuan material, konsultansi, advokasi, penyuluhan, pengorganisasian dan lain-lain. Paradigma, pendekatan, atau ideologi Clarity, development, advocacy, movement Konvormis, reformis, dan transformis Hardlines, softliners, opportunistic, moderate opposition, radical opposition.
  • 20. 19 F. Masa Bakti (Pensiun) Pegawai Negeri Sipil Pensiun adalah penghasilan yang diterima setiap bulan oleh bekas pegawai negeri sipil yang tidak dapat bekerja lagi, untuk membiayai hidupnya, agar ia tidak terlantar apabila tidak berdaya lagi untuk mencari penghasilan lain. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pensiun diberikan sebagai jaminan hari tua dan sebagai penghargaan kepada Pegawai Negeri Sipil (PNS) atas jasa-jasanya. Di samping itu program pemberian pensiun juga bertujuan: 1. Memberikan perangsang kerja kepada PNS 2. Meningkatkan rasa kesetiaan/loyalitas PNS 3. Memberikan ketenangan kerja kepada PNS yang bersangkutan maupun keluarganya. Dasar Pensiun Dasar pensiun yang dipakai untuk menentukan besarnya pensiun ialah gaji pokok (termasuk gaji pokok tambahan dan/atau gaji pokok tambahan peralihan) terakhir sebulan yang berhak diterima oleh pegawai yang bersangkutan berdasarkan peraturan gaji yang berlaku baginya. Penerima Pensiun dan Macam-macam Pensiun: Yang berhak menerima pensiun ialah: 1. Pegawai 2. Janda/duda pegawai 3. Anak pegawai 4. Orangtua pegawai Berdasarkan penerima pensiun, dapat diuraikan macam-macam pensiun sebagai berikut:
  • 21. 20 A. Pensiun Pegawai a. Pensiun pegawai dapat diperoleh secara normal apabila saat pemberhentian sebagai PNS, pegawai yang bersangkutan telah mencapai usia sekurang-kurangnya 50 tahun dan mempunyai masa kerja sekurang-kurangnya 20 tahun. b. Pensiun pegawai dapat diperoleh karena pegawai yang bersangkutan cacat jasmani atau rohani sehingga tidak mampu bekerja dalam jabatan apapun juga. Syarat-syarat untuk mendapat hak pensiun ini adalah: i. Mempunyai masa kerja sekurang-kurangnya empat tahun. ii. Adanya pernyataan penguji kesehatan bahwa pegawai tersebut tidak mampu lagi bekerja. c. Pensiun yang diperoleh karena pegawai bersangkutan telah mencapai batas usia(ditentukan atas dasar tanggal kelahiran yang disebut pada pengangkatan pertama) d. Pensiun yang diperoleh karena sebab lain. Misalnya karena penghapusan jabatan, perubahan susunan pegawai. Berdasarkan pasal 9 UU No.11 Tahun 1969, tentang pensiun pegawai dan pensiun janda/duda pegawai, hak atas pensiun pegawai dirumuskan: Mulainya Pemberian Pensiun Pensiunan pegawai yang berhak diterima diberikan bulan berikutnya setelah pegawai negeri yang bersangkutan diberhentikan sebagai PNS. Pensiunan pegawai diberikan pada saat pegawai tersebut berusia 50 tahun apabila: 1) Diberhentikan karena penghapusan jabatan, perubahan susunan pegawai, penertiban aparatur negara, dll.
  • 22. 21 2) Pada saat diberhentikan sebagai PNS, telah bekerja sekurang-kurangnya 10 tahun tetapi usianya kurang dari 50 tahun. Berakhirnya Hak Pensiun Pensiun pegawai tidak diberikan lagi pada akhir bulan pegawai yang bersangkutan meninggal dunia. G. Kesimpulan Berkarir Pegawai Negeri Sipil Pegawai Negeri adalah setiap warga Negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku.. Peningkatan kesejahteraan PNS diusahakan secara bertahap sesuai dengan kemampuan, sehingga pada akhirnya PNS dapat memusatkan perhatian sepenuhnya untuk melaksanakan tugasnya. Para PNS juga akan mendapatkan gaji apabila berhenti bekerja, yang dinamakan pensiun. Pensiun adalah penghasilan yang diterima setiap bulan oleh bekas pegawai negeri sipil yang tidak dapat bekerja lagi, untuk membiayai hidupnya, agar ia tidak terlantar apabila tidak berdaya lagi untuk mencari penghasilan lain. Mulainya Pemberian Pensiun Pensiunan pegawai yang berhak diterima diberikan bulan berikutnya setelah pegawai negeri yang bersangkutan diberhentikan sebagai PNS. Berakhirnya Hak Pensiun Pensiun pegawai tidak diberikan lagi pada akhir bulan pegawai yang bersangkutan meninggal dunia.
  • 23. 22 H. Alasan Memilih Pegawai Negeri Sipil Alasan-alasan memilih Pegawai Negeri Sipil (PNS) karena beberapa faktor, antara lain : 1. Karena ingin mengetahui seberapa jauh pengabdian seseorang terhadap negaranya. 2. Karena pegawai negri sipil adalah sebuah hal yang sangat amat meramaikan masyarakat sehingga semua yang berkaitan dengan PNS akan kita keluar kupaskan tentang arti PNS yang tertera. 3. Melihat dari kenegaraan yang mempunyai sumber daya manusia yang mampu bersaing dan salah satu faktor untuk kemajuan negri. Maka dari itu kami yakin dengan adanya makalah ini dapat membukakan informasi sebagai pembelajaran untuk kita mempertimbangkan minat kita agar tidak salah memperjuangkan kemampuan sumber daya manusia yang ada pada diri masing- masing saat ini. 4. Karena untuk mengamati pula kesesuaian antara keprofesionalitasan dan upah gaji yang diterima oleh seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS), serta pensiunannya. 5. Sebagai acuan perbandingan antara Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan non Pegawai Negeri Sipil dalam segi pengabdiannya. 6. Untuk mengetahui peranan-peranan pemerintahan sendiri dalam mengaktifkan seseorang untuk mengabdikan sebagai Pegawai Negrei Sipil (PNS) 7. Karena keterikatan seseorang dengan negara tempat domisilinya, makalah tentang Pegawai Negeri Sipil (PNS) ini membantu kita dalam mempelajari jabatan itu, dan menjadikan jabatan itu suatu hal dalam membangun masyarkat sejahtera pula.
  • 24. 23 Daftar Pustaka Lewis, Terry. 2007. Handbook Manejemen Keuangan Organisasi Masyarakat Sipil. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Tayibnapis, Burhannudin A. 1995. Administrasi Kepegawaian. Jakarta: PT Anem Kosong Anem. Thoha, Miftah. 2008. Manajemen Kepegawaian Sipil Indonesia. Jakarta: Kencana. Wursanto, IG. 1998. Manajemen Kepegawaian 2. Yogyakarta: Kanisius. www.google.com/UU tentang Pegawai.pdf