2. Angka kejadian
Di dunia
• pada tahun 2013, terdapat 17 juta kasus demam tifoid per tahun di dunia
dengan jumlah kematian mencapai 600.000 kematian (WHO)
• 220.000 meninggal karena typoid didunia (WHO, 2014)
Asia
Tenggara
• 110 per 100.000 penduduk (Harahap, 2011).
Indonesia
• tahun 2007, angka kejadian demam tifoid tahun 2007 berjumlah sangat
tinggi yaitu sebesar 110,7 per 100.000 penduduk.
• 2014 350—810 per 100.000 dengan angka kmatian 0.06% (Riskesdas ,2015)
3. definisi
• Demam tifoid (Tifus abdominalis, enteric fever)
ialah penyakit infeksi akut yang biasanya
terdapat pada saluran cerna dengan gejala
demam satu minggu atau lebih disertai
gangguan pada saluran pencernaan dengan atau
tanpa gangguan kesadaran (Astuti, 2013).
• Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi
sistemik bersifat akut pada usus halus yang
disebabkan oleh Salmonella enterica serotype
typhi (Salmonella typhi) (Widodo, 2006)
• Infeksi demam tifoid ditandai dengan bakterimia,
perubahan pada sistem retikuloendotelial yang
bersifat difus, pembentukan mikroabses, dan
ulserasi plaque peyeri di distal ileum (Putra,
2012).
9. etiologi
• Penyakit ini disebabkan oleh infeksi kuman
Salmonella typhosa/ Eberthella typhosa/
Salmonella typhi yang merupakan kuman
gram negatif, bergerak dengan rambut
getar dan tidak menghasilkan spora
(Lestari, 2011).
• Salmonella typhi dapat hidup di dalam
tubuh manusia (manusia sebagai natural
reservoir). Manusia yang terinfeksi
Salmonella typhi dapat mengeksresikannya
melalui sekret saluran nafas, urin, dan tinja
dalam jangka waktu yang sangat
bervariasi.
10. etiologi
• Salmonella typhi yang berada di luar tubuh
manusia dapat hidup untuk beberapa minggu
apabila berada di dalam air, es, debu, atau
kotoran yang kering maupun pada pakaian.
• S. typhi hanya dapat hidup kurang dari 1
minggu pada raw sewage, dan mudah
dimatikan dengan klorinasi dan pasteurisasi
(temp 63oC) (Rampengan, 2005).
11. Komponen antigen S.Typi
• Antigen O (Antigen Somatik), yaitu terletak pada lapisan luar dari tubuh kuman. Bagian ini
mempunyai struktur kimia lipopolisakarida atau disebut juga endotoksin. Antigen ini tahan
terhadap panas dan alkohol tetapi tidak tahan terhadap formaldehid.
• Antigen H (Antigen Flagella) yang terletak pada flagella, fimbriae atau pili dari kuman. Antigen
ini mempunyai struktur kimia suatu protein dan tahan terhadap formaldehid tetapi tidak
tahan terhadap panas alkohol.
• Antigen Vi yang terletak pada kapsul (envelope) dari kuman yang dapat melindungi kuman
terhadap fagositosis (Harahap, 2011). Selain itu, S. typhi juga dapat menghambat proses
aglutinasi antigen O oleh anti O serum. Antigen Vi berhubungan dengan daya invasif bakteri
dan efektivitas vaksin (Putra, 2012). Ketiga macam antigen tersebut di dalam tubuh penderita
akan menimbulkan pula pembentukan 3 macam antibodi yang lazim disebut aglutinin
(Harahap, 2011).
• Outer Membrane Protein (OMP) merupakan bagian dari dinding sel terluar yang terletak di
luar membran sitoplasma dan lapisan peptidoglikan yang membatasi sel dengan lingkungan
sekitarnya. OMP berfungsi sebagai barier fisik yang mengendalikan masuknya cairan ke dalam
membran sitoplasma, selain itu juga berfungsi sebagai reseptor untuk bakteriofag dan
bakteriosin yang sebagian besar terdiri dari protein urin, berperan pada patogenesis demam
tifoid dan merupakan antigen yang penting dalam mekanisme responimun penjamu.
Sedangkan protein non purin hingga kini fungsinya belum diketahui pasti (Putra, 2012).
12. Patofisiologi
• Kuman salmonella masuk bersama makanan atau minuman, setelah
berada dalam usus halus akan mengadakan invasi ke jaringan limfoid pada
usus halus (terutama plak peyer) dan jaringan limfoid mesentrika. Setelah
menyebabkan peradangan dan nekrosis, kuman lewat pembuluh limfe
masuk ke darah (bakteremia primer) menuju organ retikuloendotelial
sistem (RES) terutama hati dan limpa. Pada akhir masa inkubasi 5 - 9 hari
kuman kembali masuk ke organ tubuh terutama limpa, kandung empedu
ke rongga usus halus dan menyebabkan reinfeksi di usus.
• Dalam masa bakteremia ini kuman yang mengeluarkan endotoksin yang
susunan kimianya sama dengan somatik antigen (lipopolisakarida), yang
semula di duga bertanggung jawab terhadap terjadinya gejala - gejala dari
demam tifoid.
• Demam tifoid disebabkan karena salmonella typhosa dan endotoksinnya
yang merangsang sintesa dan pelepasan zat pirogen oleb leukosit pada
jaringan yang meradang. Selanjutnya beredar mempengaruhi pusat
termoregulator di hipotalamus yang akhirnya menimbulkan gejala demam.
13. Patogenesis
• (minggu pertama) Kelainan utama terjadi di ileum
terminal dan plaque peyer yang hiperplasia
keluhan utama : demam, nyeri kepala, pusing, nyeri
otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare,
perasaan tidak enak di perut, batuk, dan epistaksis
• (minggu kedua) nekrosis demam, bradikardi
relatif (bradikardi relatif adalah peningkatan suhu 1oC
tidak diikuti peningkatan denyut nadi 8 kali per menit),
lidah yang berselaput (kotor di tengah, tepi dan ujung
merah serta tremor), hepatomegali, splenomegali,
meteorismus, dan gangguan kesadaran (somnolen,
stupor, koma, delirium, atau psikosis)
14. • (minggu ketiga) ulserasi demam terus-
menerus tinggi dan (febris kontinyu) kemudian
turun secara lisis. Demam tidak hilang dengan
antipiretik, tidak menggigil, tidak berkeringat,
dan kadang disertai epistaksis (Astuti, 2013).
16. Tanda dan gejala
• Masa tunas demam typid 10-14 hari
• Demam Sifat demam pada demam tifoid adalah
meningkat perlahan-lahan dan terutama pada
sore hingga malam hari
• malaise,
• Mialgia/sakit kepala,
• sakit perut,
• instabilitas vaskular,
• gangguan mental, dan koagulasi (Widodo, 2006).
18. Pemeriksaan diangnostik
• Laboratorium
• leukosit rendah (leukopenia), anemia ringan,
jumlah trombosit menurun (trombositopenia),
laju endap darah (LED) pada demam tifoid
dapat meningkat, SGOT dan SGPT sering
meningkat (Widodo, 2006), dan hitung jenis
neutrofil rendah (neutropenia) dengan
limfositosis relatif (Astuti, 2013).
19. • Widal digunakan untuk mendeteksi antibodi di
dalam darah terhadap antigen bakteri
Salmonella typhi atau paratyphi yang
digunakan untuk diagnosis demam tifoid
adalah hanya aglutinin O dan H
20. Tes widal
Titer antigen O sampai 1/80 suspek demam tifoid,
kecuali pasien yang telah
mendapat vaksinasi.
Titer antigen O diatas 1/60 Indikasi kuat demam
typoid
Titer antigen H sampai 1/40 suspek terhadap demam
tifoid, kecuali pada pasien
yang divaksinasi jauh lebih
tinggi.
Titer antigen H Diatas 1/80 Indikasi demam typoid
24. Sifat ulkus
• Sifat ulkus berbentuk bulat lonjong sejajar
dengan sumbu panjang usus dan ulkus ini
dapat menyebabkan perdarahan bahkan
perforasi (Rampengan, 2008).
25. komplikasi
A. Intestinal
• Perdarahan intestinal
• Perforasi usus
• Peritonitis
B. Ekstra Intestinal
• Hal ini dapat terjadi karena lokalisasi peradangan
akibat sepsis (bakteremia) yaitu meningitis,
kolesistitis, ensefelopati dan lain-lain.
26. Pengkajian
A. Pengkajian
I. IDENTITAS PASIEN
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status
perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal MRS, dan diagnosa medis.
II. RIWAYAT KESEHATAN PASIEN
1. Keluhan Utama
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
III. POLA KEBIASAAN PASIEN SEHARI-HARI
1. Pola Nutrisi
a. Sebelum sakit
b. Selama sakit :
27. 2. Pola eliminasi
Sebelum sakit:
Selama sakit:
3. Pola Istirahat - Tidur
a. Sebelum sakit
b. Selama sakit :
4. Pola Aktivitas
Sebelum sakit:
Selama sakit:
IV. PENGKAJIAN PSIKO - SOSIO - SPIRITUAL
1. Pandangan pasien dengan kondisi sakitnya.
.
2. Hubungan pasien dengan tetangga, keluarga, dan pasien lain.
.
3. Apakah pasien terganggu dalam beribadah akibat kondisi sakitnya.
28. aPemeriksaan fisik
Keadaan Umum :.
b. Kesadaran :
c. Kepala :.
d. Mata :.
e. Hidung :.
f. Mulut :
- gigi :
- lidah :
g. Telinga :
h. Leher :
i. Dada :
j. Abdomen :
k. Ekstremitas :
- atas :
- bawah :
l. Anus :
m. Tanda - tanda Vital :
Tekanan Darah:
Nadi :
Suhu :
Respirasi :
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Laboratorium
a. Hematologi
b. Widal
c. Kultur
29. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul :
1. Hypertermi berhungan dengan pengaruh endotoksin
pada hipotalamus.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dan kebutuhan
berhubungan dengan intake yang kurang.
3. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada
usus halus.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan
immobilisasi.
5. Diare berhubungan dengan inflamasi usus.