SlideShare a Scribd company logo
1 of 30
Asuhan
keperawatan
pada pasien
dengan demam
typoid
Oleh Ns. Dyah Untari M.kep Sp Kep MB
Angka kejadian
Di dunia
• pada tahun 2013, terdapat 17 juta kasus demam tifoid per tahun di dunia
dengan jumlah kematian mencapai 600.000 kematian (WHO)
• 220.000 meninggal karena typoid didunia (WHO, 2014)
Asia
Tenggara
• 110 per 100.000 penduduk (Harahap, 2011).
Indonesia
• tahun 2007, angka kejadian demam tifoid tahun 2007 berjumlah sangat
tinggi yaitu sebesar 110,7 per 100.000 penduduk.
• 2014 350—810 per 100.000 dengan angka kmatian 0.06% (Riskesdas ,2015)
definisi
• Demam tifoid (Tifus abdominalis, enteric fever)
ialah penyakit infeksi akut yang biasanya
terdapat pada saluran cerna dengan gejala
demam satu minggu atau lebih disertai
gangguan pada saluran pencernaan dengan atau
tanpa gangguan kesadaran (Astuti, 2013).
• Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi
sistemik bersifat akut pada usus halus yang
disebabkan oleh Salmonella enterica serotype
typhi (Salmonella typhi) (Widodo, 2006)
• Infeksi demam tifoid ditandai dengan bakterimia,
perubahan pada sistem retikuloendotelial yang
bersifat difus, pembentukan mikroabses, dan
ulserasi plaque peyeri di distal ileum (Putra,
2012).
Faktor yang mempengaruhi
1. Sanitasi
2. Sumber air yang
buruk
3. Hygine makanan dan
perorangan
Cara penularannya
Typoid bisa terjadi karena
pencegahan
etiologi
• Penyakit ini disebabkan oleh infeksi kuman
Salmonella typhosa/ Eberthella typhosa/
Salmonella typhi yang merupakan kuman
gram negatif, bergerak dengan rambut
getar dan tidak menghasilkan spora
(Lestari, 2011).
• Salmonella typhi dapat hidup di dalam
tubuh manusia (manusia sebagai natural
reservoir). Manusia yang terinfeksi
Salmonella typhi dapat mengeksresikannya
melalui sekret saluran nafas, urin, dan tinja
dalam jangka waktu yang sangat
bervariasi.
etiologi
• Salmonella typhi yang berada di luar tubuh
manusia dapat hidup untuk beberapa minggu
apabila berada di dalam air, es, debu, atau
kotoran yang kering maupun pada pakaian.
• S. typhi hanya dapat hidup kurang dari 1
minggu pada raw sewage, dan mudah
dimatikan dengan klorinasi dan pasteurisasi
(temp 63oC) (Rampengan, 2005).
Komponen antigen S.Typi
• Antigen O (Antigen Somatik), yaitu terletak pada lapisan luar dari tubuh kuman. Bagian ini
mempunyai struktur kimia lipopolisakarida atau disebut juga endotoksin. Antigen ini tahan
terhadap panas dan alkohol tetapi tidak tahan terhadap formaldehid.
• Antigen H (Antigen Flagella) yang terletak pada flagella, fimbriae atau pili dari kuman. Antigen
ini mempunyai struktur kimia suatu protein dan tahan terhadap formaldehid tetapi tidak
tahan terhadap panas alkohol.
• Antigen Vi yang terletak pada kapsul (envelope) dari kuman yang dapat melindungi kuman
terhadap fagositosis (Harahap, 2011). Selain itu, S. typhi juga dapat menghambat proses
aglutinasi antigen O oleh anti O serum. Antigen Vi berhubungan dengan daya invasif bakteri
dan efektivitas vaksin (Putra, 2012). Ketiga macam antigen tersebut di dalam tubuh penderita
akan menimbulkan pula pembentukan 3 macam antibodi yang lazim disebut aglutinin
(Harahap, 2011).
• Outer Membrane Protein (OMP) merupakan bagian dari dinding sel terluar yang terletak di
luar membran sitoplasma dan lapisan peptidoglikan yang membatasi sel dengan lingkungan
sekitarnya. OMP berfungsi sebagai barier fisik yang mengendalikan masuknya cairan ke dalam
membran sitoplasma, selain itu juga berfungsi sebagai reseptor untuk bakteriofag dan
bakteriosin yang sebagian besar terdiri dari protein urin, berperan pada patogenesis demam
tifoid dan merupakan antigen yang penting dalam mekanisme responimun penjamu.
Sedangkan protein non purin hingga kini fungsinya belum diketahui pasti (Putra, 2012).
Patofisiologi
• Kuman salmonella masuk bersama makanan atau minuman, setelah
berada dalam usus halus akan mengadakan invasi ke jaringan limfoid pada
usus halus (terutama plak peyer) dan jaringan limfoid mesentrika. Setelah
menyebabkan peradangan dan nekrosis, kuman lewat pembuluh limfe
masuk ke darah (bakteremia primer) menuju organ retikuloendotelial
sistem (RES) terutama hati dan limpa. Pada akhir masa inkubasi 5 - 9 hari
kuman kembali masuk ke organ tubuh terutama limpa, kandung empedu
ke rongga usus halus dan menyebabkan reinfeksi di usus.
• Dalam masa bakteremia ini kuman yang mengeluarkan endotoksin yang
susunan kimianya sama dengan somatik antigen (lipopolisakarida), yang
semula di duga bertanggung jawab terhadap terjadinya gejala - gejala dari
demam tifoid.
• Demam tifoid disebabkan karena salmonella typhosa dan endotoksinnya
yang merangsang sintesa dan pelepasan zat pirogen oleb leukosit pada
jaringan yang meradang. Selanjutnya beredar mempengaruhi pusat
termoregulator di hipotalamus yang akhirnya menimbulkan gejala demam.
Patogenesis
• (minggu pertama) Kelainan utama terjadi di ileum
terminal dan plaque peyer yang hiperplasia
keluhan utama : demam, nyeri kepala, pusing, nyeri
otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare,
perasaan tidak enak di perut, batuk, dan epistaksis
• (minggu kedua) nekrosis demam, bradikardi
relatif (bradikardi relatif adalah peningkatan suhu 1oC
tidak diikuti peningkatan denyut nadi 8 kali per menit),
lidah yang berselaput (kotor di tengah, tepi dan ujung
merah serta tremor), hepatomegali, splenomegali,
meteorismus, dan gangguan kesadaran (somnolen,
stupor, koma, delirium, atau psikosis)
• (minggu ketiga) ulserasi demam terus-
menerus tinggi dan (febris kontinyu) kemudian
turun secara lisis. Demam tidak hilang dengan
antipiretik, tidak menggigil, tidak berkeringat,
dan kadang disertai epistaksis (Astuti, 2013).
Tanda dan gejala
Tanda dan gejala
• Masa tunas demam typid 10-14 hari
• Demam Sifat demam pada demam tifoid adalah
meningkat perlahan-lahan dan terutama pada
sore hingga malam hari
• malaise,
• Mialgia/sakit kepala,
• sakit perut,
• instabilitas vaskular,
• gangguan mental, dan koagulasi (Widodo, 2006).
patway
Pemeriksaan diangnostik
• Laboratorium
• leukosit rendah (leukopenia), anemia ringan,
jumlah trombosit menurun (trombositopenia),
laju endap darah (LED) pada demam tifoid
dapat meningkat, SGOT dan SGPT sering
meningkat (Widodo, 2006), dan hitung jenis
neutrofil rendah (neutropenia) dengan
limfositosis relatif (Astuti, 2013).
• Widal digunakan untuk mendeteksi antibodi di
dalam darah terhadap antigen bakteri
Salmonella typhi atau paratyphi yang
digunakan untuk diagnosis demam tifoid
adalah hanya aglutinin O dan H
Tes widal
Titer antigen O sampai 1/80 suspek demam tifoid,
kecuali pasien yang telah
mendapat vaksinasi.
Titer antigen O diatas 1/60 Indikasi kuat demam
typoid
Titer antigen H sampai 1/40 suspek terhadap demam
tifoid, kecuali pada pasien
yang divaksinasi jauh lebih
tinggi.
Titer antigen H Diatas 1/80 Indikasi demam typoid
• Kultur darah
• Kultur feses
Tujuan Penatalaksanaan
Mencapai
keadaan
bebas
demam
Mencegah
komplikasi
Menghindari
kematian
Trilogi penatalaksanaan demam typoid
Istirahat
dan
perawatan
diit
Pemberiaan
anti
mikroba
Sifat ulkus
• Sifat ulkus berbentuk bulat lonjong sejajar
dengan sumbu panjang usus dan ulkus ini
dapat menyebabkan perdarahan bahkan
perforasi (Rampengan, 2008).
komplikasi
A. Intestinal
• Perdarahan intestinal
• Perforasi usus
• Peritonitis
B. Ekstra Intestinal
• Hal ini dapat terjadi karena lokalisasi peradangan
akibat sepsis (bakteremia) yaitu meningitis,
kolesistitis, ensefelopati dan lain-lain.
Pengkajian
A. Pengkajian
I. IDENTITAS PASIEN
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status
perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal MRS, dan diagnosa medis.
II. RIWAYAT KESEHATAN PASIEN
1. Keluhan Utama
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
III. POLA KEBIASAAN PASIEN SEHARI-HARI
1. Pola Nutrisi
a. Sebelum sakit
b. Selama sakit :
2. Pola eliminasi
Sebelum sakit:
Selama sakit:
3. Pola Istirahat - Tidur
a. Sebelum sakit
b. Selama sakit :
4. Pola Aktivitas
Sebelum sakit:
Selama sakit:
IV. PENGKAJIAN PSIKO - SOSIO - SPIRITUAL
1. Pandangan pasien dengan kondisi sakitnya.
.
2. Hubungan pasien dengan tetangga, keluarga, dan pasien lain.
.
3. Apakah pasien terganggu dalam beribadah akibat kondisi sakitnya.
aPemeriksaan fisik
Keadaan Umum :.
b. Kesadaran :
c. Kepala :.
d. Mata :.
e. Hidung :.
f. Mulut :
- gigi :
- lidah :
g. Telinga :
h. Leher :
i. Dada :
j. Abdomen :
k. Ekstremitas :
- atas :
- bawah :
l. Anus :
m. Tanda - tanda Vital :
Tekanan Darah:
Nadi :
Suhu :
Respirasi :
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Laboratorium
a. Hematologi
b. Widal
c. Kultur
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul :
1. Hypertermi berhungan dengan pengaruh endotoksin
pada hipotalamus.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dan kebutuhan
berhubungan dengan intake yang kurang.
3. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada
usus halus.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan
immobilisasi.
5. Diare berhubungan dengan inflamasi usus.
Asuhan keperawatan pada pasien demam tifoid

More Related Content

Similar to Asuhan keperawatan pada pasien demam tifoid

Kharakteristik salmonella thypii
Kharakteristik salmonella thypiiKharakteristik salmonella thypii
Kharakteristik salmonella thypiiYasirecin Yasir
 
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Typoid
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan TypoidAsuhan Keperawatan pada pasien dengan Typoid
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Typoidlolosin
 
Makalah salmonela
Makalah salmonelaMakalah salmonela
Makalah salmonelaWarnet Raha
 
Konsep asuhan keperawatan Thypoid abdominalis
Konsep asuhan keperawatan Thypoid abdominalisKonsep asuhan keperawatan Thypoid abdominalis
Konsep asuhan keperawatan Thypoid abdominalisEncepal Cere
 
Mikrobiologi dan parasitologi
Mikrobiologi dan parasitologiMikrobiologi dan parasitologi
Mikrobiologi dan parasitologiAnjani Hidayah
 
Makalah demam tyfoid
Makalah demam tyfoidMakalah demam tyfoid
Makalah demam tyfoidNova Ci Necis
 
Askep Demam Thypoid
Askep Demam ThypoidAskep Demam Thypoid
Askep Demam ThypoidSri Nala
 
CRS Demam Tifoid.pptx
CRS Demam Tifoid.pptxCRS Demam Tifoid.pptx
CRS Demam Tifoid.pptxmelitahusna1
 
Tonsilitis Difteri_Vivi.pptx
Tonsilitis Difteri_Vivi.pptxTonsilitis Difteri_Vivi.pptx
Tonsilitis Difteri_Vivi.pptxuriyuri
 
Demam Typhoid, disentri, difteri
Demam Typhoid, disentri, difteriDemam Typhoid, disentri, difteri
Demam Typhoid, disentri, difteriAndiMardiyani
 
Asuhan keperawatan pada klien dengan demam thypoid
Asuhan keperawatan pada klien dengan demam thypoidAsuhan keperawatan pada klien dengan demam thypoid
Asuhan keperawatan pada klien dengan demam thypoidUsaha Apa Aja Asal Halal
 
PPT SARPUS IKA YANG BARU(1).pptx
PPT SARPUS IKA YANG BARU(1).pptxPPT SARPUS IKA YANG BARU(1).pptx
PPT SARPUS IKA YANG BARU(1).pptxkristyagaki
 
47701333 typus-abdominalis
47701333 typus-abdominalis47701333 typus-abdominalis
47701333 typus-abdominalisMo Nas
 
Pembahasan UKDI CLINIC 1.pdf
Pembahasan UKDI CLINIC 1.pdfPembahasan UKDI CLINIC 1.pdf
Pembahasan UKDI CLINIC 1.pdfssuser06fc96
 

Similar to Asuhan keperawatan pada pasien demam tifoid (20)

Kharakteristik salmonella thypii
Kharakteristik salmonella thypiiKharakteristik salmonella thypii
Kharakteristik salmonella thypii
 
Askep thipoid
Askep  thipoidAskep  thipoid
Askep thipoid
 
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Typoid
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan TypoidAsuhan Keperawatan pada pasien dengan Typoid
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Typoid
 
Makalah salmonela
Makalah salmonelaMakalah salmonela
Makalah salmonela
 
Tifoid
TifoidTifoid
Tifoid
 
Konsep asuhan keperawatan Thypoid abdominalis
Konsep asuhan keperawatan Thypoid abdominalisKonsep asuhan keperawatan Thypoid abdominalis
Konsep asuhan keperawatan Thypoid abdominalis
 
Mikrobiologi dan parasitologi
Mikrobiologi dan parasitologiMikrobiologi dan parasitologi
Mikrobiologi dan parasitologi
 
Laporan Pendahuluan MALARIA (LP)
Laporan Pendahuluan MALARIA (LP)Laporan Pendahuluan MALARIA (LP)
Laporan Pendahuluan MALARIA (LP)
 
Makalah demam tyfoid
Makalah demam tyfoidMakalah demam tyfoid
Makalah demam tyfoid
 
Askep Demam Thypoid
Askep Demam ThypoidAskep Demam Thypoid
Askep Demam Thypoid
 
CRS Demam Tifoid.pptx
CRS Demam Tifoid.pptxCRS Demam Tifoid.pptx
CRS Demam Tifoid.pptx
 
Tonsilitis Difteri_Vivi.pptx
Tonsilitis Difteri_Vivi.pptxTonsilitis Difteri_Vivi.pptx
Tonsilitis Difteri_Vivi.pptx
 
Askep malaria
Askep malariaAskep malaria
Askep malaria
 
Askep malaria
Askep malariaAskep malaria
Askep malaria
 
Demam Typhoid, disentri, difteri
Demam Typhoid, disentri, difteriDemam Typhoid, disentri, difteri
Demam Typhoid, disentri, difteri
 
Asuhan keperawatan pada klien dengan demam thypoid
Asuhan keperawatan pada klien dengan demam thypoidAsuhan keperawatan pada klien dengan demam thypoid
Asuhan keperawatan pada klien dengan demam thypoid
 
PPT SARPUS IKA YANG BARU(1).pptx
PPT SARPUS IKA YANG BARU(1).pptxPPT SARPUS IKA YANG BARU(1).pptx
PPT SARPUS IKA YANG BARU(1).pptx
 
47701333 typus-abdominalis
47701333 typus-abdominalis47701333 typus-abdominalis
47701333 typus-abdominalis
 
P petri tifoid
P petri tifoidP petri tifoid
P petri tifoid
 
Pembahasan UKDI CLINIC 1.pdf
Pembahasan UKDI CLINIC 1.pdfPembahasan UKDI CLINIC 1.pdf
Pembahasan UKDI CLINIC 1.pdf
 

More from dyahuntari1

apendisitis.pptx
apendisitis.pptxapendisitis.pptx
apendisitis.pptxdyahuntari1
 
ppt jeng santi 28.pptx
ppt jeng santi 28.pptxppt jeng santi 28.pptx
ppt jeng santi 28.pptxdyahuntari1
 
ppt stroke pekerti.pptx
ppt stroke pekerti.pptxppt stroke pekerti.pptx
ppt stroke pekerti.pptxdyahuntari1
 
Deteksi dini stroke hemoragik.pptx
Deteksi dini stroke hemoragik.pptxDeteksi dini stroke hemoragik.pptx
Deteksi dini stroke hemoragik.pptxdyahuntari1
 
asuhan keperawatan pasien stroke ICH pada Ny. Sr.pptx
asuhan keperawatan pasien stroke ICH pada Ny. Sr.pptxasuhan keperawatan pasien stroke ICH pada Ny. Sr.pptx
asuhan keperawatan pasien stroke ICH pada Ny. Sr.pptxdyahuntari1
 
encepalitis.pptx
encepalitis.pptxencepalitis.pptx
encepalitis.pptxdyahuntari1
 
Latihan ROM.pptx
Latihan ROM.pptxLatihan ROM.pptx
Latihan ROM.pptxdyahuntari1
 
Asuhan keperawatan pada pasien dengan demam typoid.pptx
Asuhan keperawatan pada pasien dengan demam typoid.pptxAsuhan keperawatan pada pasien dengan demam typoid.pptx
Asuhan keperawatan pada pasien dengan demam typoid.pptxdyahuntari1
 

More from dyahuntari1 (9)

apendisitis.pptx
apendisitis.pptxapendisitis.pptx
apendisitis.pptx
 
ppt jeng santi 28.pptx
ppt jeng santi 28.pptxppt jeng santi 28.pptx
ppt jeng santi 28.pptx
 
ppt stroke pekerti.pptx
ppt stroke pekerti.pptxppt stroke pekerti.pptx
ppt stroke pekerti.pptx
 
Deteksi dini stroke hemoragik.pptx
Deteksi dini stroke hemoragik.pptxDeteksi dini stroke hemoragik.pptx
Deteksi dini stroke hemoragik.pptx
 
asuhan keperawatan pasien stroke ICH pada Ny. Sr.pptx
asuhan keperawatan pasien stroke ICH pada Ny. Sr.pptxasuhan keperawatan pasien stroke ICH pada Ny. Sr.pptx
asuhan keperawatan pasien stroke ICH pada Ny. Sr.pptx
 
encepalitis.pptx
encepalitis.pptxencepalitis.pptx
encepalitis.pptx
 
Latihan ROM.pptx
Latihan ROM.pptxLatihan ROM.pptx
Latihan ROM.pptx
 
hipertiroid.ppt
hipertiroid.ppthipertiroid.ppt
hipertiroid.ppt
 
Asuhan keperawatan pada pasien dengan demam typoid.pptx
Asuhan keperawatan pada pasien dengan demam typoid.pptxAsuhan keperawatan pada pasien dengan demam typoid.pptx
Asuhan keperawatan pada pasien dengan demam typoid.pptx
 

Recently uploaded

Kemitraan masyarakat dalam program kesehatan
Kemitraan masyarakat dalam program kesehatanKemitraan masyarakat dalam program kesehatan
Kemitraan masyarakat dalam program kesehatanMeiRianitaElfridaSin
 
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptxDASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptxNadiraShafa1
 
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.pptPENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.pptssuser940815
 
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docx
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docximplementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docx
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docxhurufd86
 
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatankebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatanMeiRianitaElfridaSin
 
mater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUAR
mater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUARmater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUAR
mater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUARGregoryStevanusGulto
 
KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.ppt
KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.pptKEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.ppt
KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.pptmutupkmbulu
 
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatan
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatanMetode dan media pendidikan dan promosi kesehatan
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatanMeiRianitaElfridaSin
 
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdfMATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdfestidiyah35
 
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdf
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdfPROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdf
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdfMeiRianitaElfridaSin
 
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRBimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRJessieArini1
 
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdfDiagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdfAlanRahmat
 

Recently uploaded (12)

Kemitraan masyarakat dalam program kesehatan
Kemitraan masyarakat dalam program kesehatanKemitraan masyarakat dalam program kesehatan
Kemitraan masyarakat dalam program kesehatan
 
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptxDASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
 
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.pptPENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
 
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docx
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docximplementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docx
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docx
 
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatankebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
 
mater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUAR
mater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUARmater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUAR
mater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUAR
 
KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.ppt
KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.pptKEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.ppt
KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.ppt
 
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatan
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatanMetode dan media pendidikan dan promosi kesehatan
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatan
 
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdfMATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
 
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdf
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdfPROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdf
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdf
 
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRBimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
 
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdfDiagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
 

Asuhan keperawatan pada pasien demam tifoid

  • 2. Angka kejadian Di dunia • pada tahun 2013, terdapat 17 juta kasus demam tifoid per tahun di dunia dengan jumlah kematian mencapai 600.000 kematian (WHO) • 220.000 meninggal karena typoid didunia (WHO, 2014) Asia Tenggara • 110 per 100.000 penduduk (Harahap, 2011). Indonesia • tahun 2007, angka kejadian demam tifoid tahun 2007 berjumlah sangat tinggi yaitu sebesar 110,7 per 100.000 penduduk. • 2014 350—810 per 100.000 dengan angka kmatian 0.06% (Riskesdas ,2015)
  • 3. definisi • Demam tifoid (Tifus abdominalis, enteric fever) ialah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran cerna dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran (Astuti, 2013). • Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut pada usus halus yang disebabkan oleh Salmonella enterica serotype typhi (Salmonella typhi) (Widodo, 2006) • Infeksi demam tifoid ditandai dengan bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difus, pembentukan mikroabses, dan ulserasi plaque peyeri di distal ileum (Putra, 2012).
  • 4.
  • 5. Faktor yang mempengaruhi 1. Sanitasi 2. Sumber air yang buruk 3. Hygine makanan dan perorangan
  • 9. etiologi • Penyakit ini disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella typhosa/ Eberthella typhosa/ Salmonella typhi yang merupakan kuman gram negatif, bergerak dengan rambut getar dan tidak menghasilkan spora (Lestari, 2011). • Salmonella typhi dapat hidup di dalam tubuh manusia (manusia sebagai natural reservoir). Manusia yang terinfeksi Salmonella typhi dapat mengeksresikannya melalui sekret saluran nafas, urin, dan tinja dalam jangka waktu yang sangat bervariasi.
  • 10. etiologi • Salmonella typhi yang berada di luar tubuh manusia dapat hidup untuk beberapa minggu apabila berada di dalam air, es, debu, atau kotoran yang kering maupun pada pakaian. • S. typhi hanya dapat hidup kurang dari 1 minggu pada raw sewage, dan mudah dimatikan dengan klorinasi dan pasteurisasi (temp 63oC) (Rampengan, 2005).
  • 11. Komponen antigen S.Typi • Antigen O (Antigen Somatik), yaitu terletak pada lapisan luar dari tubuh kuman. Bagian ini mempunyai struktur kimia lipopolisakarida atau disebut juga endotoksin. Antigen ini tahan terhadap panas dan alkohol tetapi tidak tahan terhadap formaldehid. • Antigen H (Antigen Flagella) yang terletak pada flagella, fimbriae atau pili dari kuman. Antigen ini mempunyai struktur kimia suatu protein dan tahan terhadap formaldehid tetapi tidak tahan terhadap panas alkohol. • Antigen Vi yang terletak pada kapsul (envelope) dari kuman yang dapat melindungi kuman terhadap fagositosis (Harahap, 2011). Selain itu, S. typhi juga dapat menghambat proses aglutinasi antigen O oleh anti O serum. Antigen Vi berhubungan dengan daya invasif bakteri dan efektivitas vaksin (Putra, 2012). Ketiga macam antigen tersebut di dalam tubuh penderita akan menimbulkan pula pembentukan 3 macam antibodi yang lazim disebut aglutinin (Harahap, 2011). • Outer Membrane Protein (OMP) merupakan bagian dari dinding sel terluar yang terletak di luar membran sitoplasma dan lapisan peptidoglikan yang membatasi sel dengan lingkungan sekitarnya. OMP berfungsi sebagai barier fisik yang mengendalikan masuknya cairan ke dalam membran sitoplasma, selain itu juga berfungsi sebagai reseptor untuk bakteriofag dan bakteriosin yang sebagian besar terdiri dari protein urin, berperan pada patogenesis demam tifoid dan merupakan antigen yang penting dalam mekanisme responimun penjamu. Sedangkan protein non purin hingga kini fungsinya belum diketahui pasti (Putra, 2012).
  • 12. Patofisiologi • Kuman salmonella masuk bersama makanan atau minuman, setelah berada dalam usus halus akan mengadakan invasi ke jaringan limfoid pada usus halus (terutama plak peyer) dan jaringan limfoid mesentrika. Setelah menyebabkan peradangan dan nekrosis, kuman lewat pembuluh limfe masuk ke darah (bakteremia primer) menuju organ retikuloendotelial sistem (RES) terutama hati dan limpa. Pada akhir masa inkubasi 5 - 9 hari kuman kembali masuk ke organ tubuh terutama limpa, kandung empedu ke rongga usus halus dan menyebabkan reinfeksi di usus. • Dalam masa bakteremia ini kuman yang mengeluarkan endotoksin yang susunan kimianya sama dengan somatik antigen (lipopolisakarida), yang semula di duga bertanggung jawab terhadap terjadinya gejala - gejala dari demam tifoid. • Demam tifoid disebabkan karena salmonella typhosa dan endotoksinnya yang merangsang sintesa dan pelepasan zat pirogen oleb leukosit pada jaringan yang meradang. Selanjutnya beredar mempengaruhi pusat termoregulator di hipotalamus yang akhirnya menimbulkan gejala demam.
  • 13. Patogenesis • (minggu pertama) Kelainan utama terjadi di ileum terminal dan plaque peyer yang hiperplasia keluhan utama : demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk, dan epistaksis • (minggu kedua) nekrosis demam, bradikardi relatif (bradikardi relatif adalah peningkatan suhu 1oC tidak diikuti peningkatan denyut nadi 8 kali per menit), lidah yang berselaput (kotor di tengah, tepi dan ujung merah serta tremor), hepatomegali, splenomegali, meteorismus, dan gangguan kesadaran (somnolen, stupor, koma, delirium, atau psikosis)
  • 14. • (minggu ketiga) ulserasi demam terus- menerus tinggi dan (febris kontinyu) kemudian turun secara lisis. Demam tidak hilang dengan antipiretik, tidak menggigil, tidak berkeringat, dan kadang disertai epistaksis (Astuti, 2013).
  • 16. Tanda dan gejala • Masa tunas demam typid 10-14 hari • Demam Sifat demam pada demam tifoid adalah meningkat perlahan-lahan dan terutama pada sore hingga malam hari • malaise, • Mialgia/sakit kepala, • sakit perut, • instabilitas vaskular, • gangguan mental, dan koagulasi (Widodo, 2006).
  • 18. Pemeriksaan diangnostik • Laboratorium • leukosit rendah (leukopenia), anemia ringan, jumlah trombosit menurun (trombositopenia), laju endap darah (LED) pada demam tifoid dapat meningkat, SGOT dan SGPT sering meningkat (Widodo, 2006), dan hitung jenis neutrofil rendah (neutropenia) dengan limfositosis relatif (Astuti, 2013).
  • 19. • Widal digunakan untuk mendeteksi antibodi di dalam darah terhadap antigen bakteri Salmonella typhi atau paratyphi yang digunakan untuk diagnosis demam tifoid adalah hanya aglutinin O dan H
  • 20. Tes widal Titer antigen O sampai 1/80 suspek demam tifoid, kecuali pasien yang telah mendapat vaksinasi. Titer antigen O diatas 1/60 Indikasi kuat demam typoid Titer antigen H sampai 1/40 suspek terhadap demam tifoid, kecuali pada pasien yang divaksinasi jauh lebih tinggi. Titer antigen H Diatas 1/80 Indikasi demam typoid
  • 21. • Kultur darah • Kultur feses
  • 23. Trilogi penatalaksanaan demam typoid Istirahat dan perawatan diit Pemberiaan anti mikroba
  • 24. Sifat ulkus • Sifat ulkus berbentuk bulat lonjong sejajar dengan sumbu panjang usus dan ulkus ini dapat menyebabkan perdarahan bahkan perforasi (Rampengan, 2008).
  • 25. komplikasi A. Intestinal • Perdarahan intestinal • Perforasi usus • Peritonitis B. Ekstra Intestinal • Hal ini dapat terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakteremia) yaitu meningitis, kolesistitis, ensefelopati dan lain-lain.
  • 26. Pengkajian A. Pengkajian I. IDENTITAS PASIEN Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal MRS, dan diagnosa medis. II. RIWAYAT KESEHATAN PASIEN 1. Keluhan Utama 2. Riwayat Kesehatan Sekarang 3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu 4. Riwayat Kesehatan Keluarga III. POLA KEBIASAAN PASIEN SEHARI-HARI 1. Pola Nutrisi a. Sebelum sakit b. Selama sakit :
  • 27. 2. Pola eliminasi Sebelum sakit: Selama sakit: 3. Pola Istirahat - Tidur a. Sebelum sakit b. Selama sakit : 4. Pola Aktivitas Sebelum sakit: Selama sakit: IV. PENGKAJIAN PSIKO - SOSIO - SPIRITUAL 1. Pandangan pasien dengan kondisi sakitnya. . 2. Hubungan pasien dengan tetangga, keluarga, dan pasien lain. . 3. Apakah pasien terganggu dalam beribadah akibat kondisi sakitnya.
  • 28. aPemeriksaan fisik Keadaan Umum :. b. Kesadaran : c. Kepala :. d. Mata :. e. Hidung :. f. Mulut : - gigi : - lidah : g. Telinga : h. Leher : i. Dada : j. Abdomen : k. Ekstremitas : - atas : - bawah : l. Anus : m. Tanda - tanda Vital : Tekanan Darah: Nadi : Suhu : Respirasi : VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG Hasil Laboratorium a. Hematologi b. Widal c. Kultur
  • 29. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang muncul : 1. Hypertermi berhungan dengan pengaruh endotoksin pada hipotalamus. 2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dan kebutuhan berhubungan dengan intake yang kurang. 3. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada usus halus. 4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan immobilisasi. 5. Diare berhubungan dengan inflamasi usus.